Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
j. Identifikasi dan penetapan kadar asam sorbat dan garamnya (syaratnya tidak lebih dari 0,5%)
k. Identifikasi dan penetapan kadar benzalkonium klorida (syaratnya tidak lebih dari 0,05%)
l. Identifikasi dan penetapan kadar ester p-hidroksi benzoat ( syaratnya
tidak lebih dari 1%)
Sabun : a. Sabun mandi
b. Sabun antiseptika
c. Sabun mandi bayi
Sabun mandi
Sabun mandi adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk
membersihkan kotoran, menghilangkan sisik-sisik dan melembutkan kulit badan. Dalam pembuatan dapat digunakan lemak dari minyak kelapa,
minyak kelapa sawit, minyak jarak, didalamnya biasa ditambahkan asam
lemak bebas, krem pendingin, natrium klorida, parfum dan pewarna
2. Shampo
Shampo adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud
membersihkan rambut, sehingga setelah itu kulit kepala dan rambut
menjadi bersih dan sedapat mungkin rambut menjadi lembut, mudah
diatur dan berkilau. Shampo dibuat dari detergen sintetik (anionik)
karena kationik menyebabkan iritasi mata
Pengujian umum:
a. Pemerian
b. Volume, bobot
c. pH (syarat tidak kurang dari 6,0 dan tidak lebih dari 9)
d. Kadar detergen anionik (syarat tidak kurang dari 5%)
e. Zat yang menguap pad suhu 105C (syarat tidak lebih dari 95%)
f. Garam anorganik (syarat tidak lebih dari 7,0%)
g. Uji iritasi mata
h. Identifikasi dan penetapan kadar asam sorbat dan garamnya
( syarat tidak lebih dari 0,5% )
l. Identifikasi dan penetapan kadar benzalkonium klorida ( syarat tidak lebih ari
0,05%)
m. Identifikasi dan penetapan kadar ester p-hidroksi benzoat (syarat tidk lebih dari
1%)
2.1. Shampo untuk orang dewasa
Pengujian umum ; sesuai untuk pengujian shampo
Pengujian khusus:
a. Uji S. Aureus, P. Aeruginosa, C. Albicans ( Syarat negatif)
b Uji angka lempeng total ( syarat tidak lebih dari 10 koloni tiap gram atau ml.)
2.2. Shampo anti ketombe
Pengujian meliputi:
Pengujian umum : sesuai dgn pedoman pengujian shampo
Pengujian khusus :
a.
Identifikasi dan penetapan kadar kinina sulfat atau kinina klorida
syarat tidak lebih dari 0,5% dihitung sebagai klorida)
Bahan tambahan:
- Seng stearat atau magnesium stearat, kaolin untuk memperbesar sifat
melekat pada kulit
- Magnesium karbonat atau pati untuk memperbesar daya serap
keringat
- parfum untuk menutupi bau bahan dasar
Pengujian meliputi:
1. Pengujian umum : sesuai dengan pedoman pengujian bedak
2. Pengujian khusus sesuai pengujian khusus bedak wajah
3. Bedak bayi
Bedak bayi adalah sediaan kosmetika yang dimaksudkan untuk
menyerap air, mencegah gesekan kulit dan menghambat
penguapan kulit sehingga memberikan efek dingin.
Bedak bayi mempunyai formula yang lebih sederhana dari bedak
dewasa ( parfum sangat sedikit atau sebaiknya dihindari)
Pengujian meliputi:
1. Pengujian umum sesuai dengan pedoman pengujian umum bedak
2. Pengujian khusus sama sesuai pengujian bedak wajah
3. Bedak bayi
Bedak bayi adalah sediaan kosmetika yang dimaksudkan untuk
menyerap air, mencegah gesekan kulit dan menghambat penguapan
kulit sehingga memberikan efek dingin.
Bedak bayi mempunyai formula yang lebih sederhana dari bedak
dewasa ( parfum sangat sedikit atau sebaiknya dihindari)
Pengujian meliputi:
1. Pengujian umum sesuai dengan pedoman pengujian umum bedak
2. Pengujian khusus:
a. Identifikasi heksaklorofen, asam borat ( syarat negatif)
b. Uji angka lempeng total ( syarat tidak lebih dari 5 x 10 2 koloni tiap
gram)
c. Uji S. aureus, P.aeruginosa, C.albicans, Cl.tetani, Cl.welchii, B.
Antracis (syarat negatif)
Pedoman Pengujian Sediaan Perawatan Kulit
Sediaan perawatan kulit adalah sediaan yang digunakan untuk
membersihkan, toning, kondisioning dan perlindungan kulit
Sediaan ini untuk memperbaiki kulit rusak karena suatu unsur atau karena sel
kulit yang mati
Sediaan Rias wajah : sediaan kosmetika yang digunakan dalam rias wajah
untuk mewarnai pipi dan bibir
Sediaan ini mengandung : zat warna, pigmen, pengawet dan zat tambahan
lainnya
Pengujian umum meliputi:
a. Pemerian, volume, bobot
b. Uji logam timbal, arsen ( syarat negatif)
c. Identifikasi garam stronsium, barium ( syarat negatif)
d. Identifikasi merah K2 ( CI.147000), merah K10 ( CI. 45170)
metanil yellow (CI. 13605) (syarat negatif)
e. Uji iritasi kulit
f. Uji angka lempeng total ( syarat tidak lebih dari 10 5 koloni tiap ml
atau gram
g. Uji S. aureus, P.aeruginosa, C. albicans ( syarat negatif)
h. Identifikasi dan penetapan kadar asam benzoat , asam salisilat ( syarat
tidak lebih dari 0,2%)
i.
Pengujian meliputi:
1. Pengujian umum sesuai dengan pedoman pengujian sediaan rias wajah
2. Pengujian khusus : Uji fotosensitisasi
Cat bibir
Cat bibir : Sediaan kosmetika yang digunakan untuk mewarnai bibir dengan
sentukan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias
wajah.
Bentuk : bentuk cair, krayon dan krim
Bahan dasar : Campuran lilin dan minyak
Zat warna dan pigmen yang digunakan sesuai dengan Permenkes No. 359,
tetapi zat warna merah K2, Merah K10 dan Metanil Yellow dilarang
digunakan sesuai Permenkes No. 239 /Menkes/Per/V/85.
Pengujian meliputi :
1.
Pengujian umum sesuai dengan pengujian sediaan rias wajah
2.
Pengujian khusus : Uji Salmonella ( Syarat negatif)
SEDIAAN MASKARA
Sediaan maskara : sediaan kosmetika yang dimaksudkan untuk memperindah
penampilan bentuk mata dengan cara mengoleskan pada bulu mata atau
alis mata.
Bentuk sediaan : Krayon, krim dan suspensi.
Bahan dasar : Sabun trietanolamin stearat atau oleat, parafin padat atau
parafin cair, lanolin anhidrat dan lain-lain
KRIM MATA
Krim mata : Sediaan kosmetika yang dimaksudkan untuk melembutkan kulit
sekitar mata dan menghindari kekeringan pada mata
Parfum dan zat warna sedapat mungkin dihindari karena dapat menyebabkan
iritasi pada mata.
Pengujian meliputi :
1. Pengujian umum, sesuai pengujian umum sediaan rias mata
2. Pengujian khusus ,
a. pH
b.Tipe emulsi
Pengujian umum meliputi
a. Pemerian, volume, bobot
b. Identifikasi dan penetapan kadar ester p-hidroksi benzoat (sarat tidak lebih dari 1%)
c. Identifikasi dan penetapan kadar asam dehidroasetat, asam sorbat dan
garamnya ( syarat tidak lebih dari 0,5%)
d. Identifikasi dan penetapan kadar asam benzoat dan asam salisilat ( syarat
tidak lebih dari 0,2%)
e. Identifikasi dan penetapan kadar benzalkonium klorida ( syarat tidak lebih
dari 0,05%)
f. Uji angka lempeng total ( syarat tidak lebih dari 10 5 koloni tiap gram atau
ml)
g. Uji S.aureus, P.aeruginosa, C. albicans (syarat negatif)
KONDISIONER RAMBUT
Kondisioner rambut : Sediaan kosmetika yang digunakan untuk
maksud memperbaiki penampilan rambut dengan memberikan
kegempalan dan kilau pada rambut
Mengandung detergen kationik 0,1% hingga 1% sebagai zat utama
dalam bentuk krim
Kondisioner dapat digunakan dalam rambut basah dan kering.
Pengujian meliputi:
1. Pengujian umum sesuai pedoman pengujian sediaan rias
rambut
2. Pengujian khusus, identifikasi dan penetapan kadar detergen
kationik
TONIK RAMBUT
Tonik rambut : sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud
mencegah kebotakan dan mencegah timbulnya ketombe.
Sediaan ini mengandung : zat perangsang pertumbuhan rambut,
antiseptika dan pelarut etanol
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Pengujian meliputi:
Pemerian, volume
Identifikasi dan penetapan kadar garam kinina ( syarat tidak lebih dari
0,2% dihitung sebagai kinina)
Identifikasi dan penetapan kadar tingtur kapsikum ( syarat tdiak lebih
dari 1%)
Identifikasi dan penetapan kadar resorcinol ( syarat tidak lebih dari
0,1%)
Identifikasi dan penetapan kadar heksaklorofen ( syarat tidak lebih dari
0,5%)
Identifikasi dan penetapan kadar metanol ( syarat tidak lebih dari 5%
dihitung sebagai x % dalam etanol atau isopropanol)
Identifikasi hormon testosteron dan testosteron propionat
Uji angka lempeng total ( syarat tidak lebih dari 10 5 koloni tiap ml)
Uji S. aureus, P.aeruginosa, dan C. albicans ( syarat negatif )
Pernis rambut ( Hair laequer, Hair spray, Hair fixative)
Pernis rambut : sediaan kosmetika yang digunakan pada rambut setelah setting
dimaksudkan untuk memperkokoh bentuk rambut tetap pada letaknya.
Sediaan ini terdiri : damar ( mis. Shellak) yang dilarutkan dalam pelarut yang
sesuai mis; etanol atau isopropanol dan dalam bentuk sediaan aerosol.
Pengujian uum dan khusus sesuai dengan losio set rambut
BRILLIANTHIN
Brillianthin : Sediaan kosmetika berupa sediaan cair, lembek atau padat,
mengandung lemak atau minyak digunakan untuk membuat rambut
berkilau.
Bahan dasar : minyak dan lemak nabati, minyak hewan atau minyak mineral.
Kadang-kadang ditambahkan timbal asetat atau perak nitrat sebagai zat
penghitam rambut
Pengujian meliputi :
1.
Pengujian umum : sesuai pengujian sediaan rambut
2.
Pengujian khusus:
3.
a. Identifikasi dan penetapan kadar timbal asetat ( syarat tidak lebih dari
2%)
b. Identifikasi senyawa perak ( syarat negatif)
PENETRAL
Sediaan Penetral : Sediaan kosmetika yang digunakan untuk menetralkan
( mengoksidasi ) kelebihan zat pengeriting rambut atau zat pelurus rambut.
Salon-salon : Hidrogen peroksida dicampur dengan asam sitrat atau tartrat
sebagi stabilisator.
Pemakaian sendiri : Garam natrium bromat atau kaliumbromat dan lain-lain
Pengujian:
a. Pemerian, volume, bobot, pH
b. Identifikasi dan penetapan kadar hidrogen peroksida ( syarat tidak lebih
dari 40% volume, yaitu sesui dengan 12 % H 2O2.
c. Uji Natrium hidroksida, kalium hidroksida (syarat hingga pH 11 )
d. Uji zat aktif lainnya
e. Identifikasi dan penetapan kadar diklorometana ( syarat tidak lebih dari 35%
jika dicampur dengan trikloroetana, kadar jumlah tidak boleh lebih dari
35%)
f.
Identifikasi perak ( syarat negatif)
Pewarna Rambut Semi Permanen
Pada pewarnaan ini warna rambut lebih tahan terhadap pencucian, dapat sampai
2 bulan. Zat warna yang digunakan adalah zat warna alam misalnya indigo
dan zat warna sintetik golongan nitro misalnya 2,4dinitro-6 aminofenol,
golangan antrakinon misalnya 1,4-diamino antrakinon dan lain-lain.
Pengujian meliputi:
1.
Pengujian umumsesuai pengujian sediaan rias rambut
2.
Pengujian khusus
a. Identifikasi dan penetapan kadar resorcin (syarat tidak lebih dari 5%)
b. Identifikasi dan penetapan kadar naphthol (syarat tidak lebih dari 0,5%)
Pendahuluan
Antimon ( Sb)
Bobot atom 121,72
a. Pemerian : Serbuk atau kristal mengkilat, warna kelabu tua
b. Sifat fisika: Titik leleh 630C
Tidak larut dalam asam encer dan dingin; laruta dalam asam
sulfat pekat panas; dalam aqua regia, asam nitrat dan asam
klorida
2. Antimon trisulfida (Sb2S3)
Bobot molekul 339.72
a. Pemerian : Serbuk atau kristal, mengkilat, warna kelabu tua atau merah
b. Sifat fisika: Titik leleh 550C. Tidak larut dalam air, dalam etanol, larut
dalam asam klorida pekat dan dalam alkali hidroksida panas
3. Toksisitas
Senyawa antimon dengan valensi 3 lebih toksis dari pada senyawa dengan
valensi 5.
Senyawa ini diserap tubuh melalui hidung serta mulut.
Antimon dan senyawanya dapat menyebabkan dermatitis, diarrhe, kolaps hingga
kematian
4. Sediaan
Kosmetika yang mungkin mengandung senyawa tersebut diatas adalah :
maskara, eye shadow dan eye liner.
5. Analisis kualitatif
1. Prinsip :
a. larutan logam antimon dalam aqua regia bila, ditambah dengan air
akan membentuk endapan putih yang berubah menjadi merah dari
Sb2S3 yang akan larut
b. Larutan antimon trisulfida ditambah asam fosfo-molibdat kemudian
dipanaskan akan terjadi reduksi dan membentuk molibdenum biru ( 2
MoO3.Mo2O5)
b. Larutan uji diencerkan dengan air sampai didapat kadar 500g/ml Pada pelat
tetes satu tetes larutan ini ditambah natrium nitrit padat sedikit ( beberapa
butir kristal) dan satu tetes larutan rhodamin B 0,01% b/v, terbentuk warna
ungu
c. Larutan uji diencerkan dengan air sampai didapat kadar 100 g/ml. Di dalam
tabung reaksi satu tetes larutan ini ditambah 5 ml asam klorida dan beberapa
butir natrium nitrit padat. Campuran ini di kocok pelan, lalu ditambah satu
tetes larutan Brillian green, 5 ml benzena dan dikocok pelan. Lapisan
benzena berwarna biru.
SENYAWA ARSEN
Senyawa arsen dapat diperoleh pada sediaan alat kesehatan pada sediaan penambal
gigi sebagai As2O3 atau penghilang bulu tubuh sebagai As 2S3.
1.
As2O3
Bobot molekul 197,82
a. Pemerian : Serbuk, kristal atau amorf, bening, warna putih
b. Sifat fisika: Titik leleh ada 2 modifikasi :
Modifikasi I
: 313C, Modifikasi II
: 275C
Sukar larut dalam air dingin; larut dalam air didih, dalam asam klorida
tidak larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter
b. Dengan larutan Sncl2 dan asam klorida pekat, pada pemanasan akan
terbentuk larutan yang berwarna coklat tua karena terbebaskannya As
c. Gas Arsin ( AsH3) akan memberikan noda kuning pada kertas saring yang
dibasahi dengan perak nitrat. AsH3 dibentuk dari penambahan asam sulfat
pekat dan beberapa butir seng pada contoh
d. Pembentukan iodida tak berwarna dari hasil reduksi oleh arsen (III) oksida
2. Identifikasi senyawa arsen dalam pasta gigi
Larutan Uji
Sejumlah 5,0 g cuplikan dibasahi dengan 5 ml larutan kalsium hidroksida
0,14% b/v dan diaduk sampai homogen. Campuran dikeringkan di atas
tangas air diarangkan dan dipijar sampai putih. Sisa pijar dilarutkan dalam
7 ml asam sulfat encer.
Cara uji
a. Kedalam alat Gutzeit ( yang bagian pipa kacanya disumbat dengan kapas
dibasahi dengan tembaga asetat dan pada ujung pipa kaca diletakkan kertas
saring dibasahi dengan larutan perak nitrat 20% atau kertas raksa ( II)
klorida, dimasukkan 5 ml larutan uji dan 1-2 seng bebas arsen, terjadi
bercak kuning cokl;at hitam pada kertas saring, tergantung dari jumlah
arsen yang ada. Dilakukan juga blanko dengan 5 ml larutan kalium
hidroksida 0,14% b/v yang diperlakukan sama seperti cuplikan.
b. Larutan uji diencerkan dengan air sampai didapat kadar 100g/ml. Pada pelat
tetes 1 tetes larutan ini ditambah beberapa mg natrium bikarbonat dan 1
tetes larutan kanji-iodum biru dan diaduk, warna biru larutan kanji-iodum
akan hilang.
c. Larutan uji diencerkan dengan air sampai didapat kadar 100g/ml. 1 tetes
larutan ini ditambah satu tetes asam sulfat 2 N, beberapa mg natrium
karbonat dan diasamkan dengan asam asetat 2 N. Satu tetes larutan kanjiiodum yang terdapat pada ujung batang pengaduk hilang warnanya jika
dicampurkan ke dalam larutan tadi.
GARAM BARIUM
Garam barium klorida dikenal juga sebagai pembawa zat warna yang biasa
dipakai pada lipstik. Selama garam barium ini tidak larut, maka
pemakaian tiak akan menimbulkan keracunan. Barium klorida yang larut
dalam air dan sangat beracun , pemakaian dalam kosmetik sudah dilarang.
Sebagai barium sulfida dapat diperoleh pada sediaan penghilang rambut tubuh.
1.
Barium Sulfida
Bobot molekul : 169,42
a. Pemerian : Serbuk, berat, warna putih, kelabu atau kuning muda
b. Sifat fisika : Titik leleh lebih dari 2000C
Agak sukar larut dalam air dingin; mudah larut dalam air panas; larut
dalam larutan ammonium klorida.
2. Barium klorida
Bobot molekul : 208,27
a.
Pemerian : Serbuk, kristal atau granul
b.
Sifat fisika: Titik leleh 963C, larut dalam air, metanol; tidak larut
dalam etanol, aseton dan etil asetat
3. Toksisitas
Barium sulfida dan barium klorida adalah senyawa yang larut dalam air dan
dapat diabsorbsi tubuh dan akan dibawa ke ginjal, hati, otak, tulang.
Dapat menyebabkan diarrhe, kolik, pingsan
4. Analisis kualitatif
i. Prinsip
a. Dengan larutan natrium rhodizonat yang berwarna kuning akan
membentuk endapan barium rhodizonat yang berwarna coklat
kemerahan
b. Terbentuknya kristal campur barium sulfat dan timbal sulfat apabila ke dalam
larutan asam asetat ditambahkan larutan timbal asetat dan asam sulfat encer
c. Ke dalam larutan barium ditambahkan larutan jenuh kalium permanganat dan
natrium sulfat, akan terjadi endapan barium sulfat yang mengabsorbsi
kelebihan kalium permanganat sehingga warna yang terjadi putih keunguan.
ii. Identifikasi garam barium
Larutan uji
Sejumlah lebih kurang 1 g krim ditambah 10 ml asam klorida 2 N, dikocok dan
dibiarkan sampai lapisan bening terpisah dan disaring.
Cara Uji
a. Sejumlah 5 tetes larutan uji ditambah 14 tetes larutan jenuh kalium
permanganat, 5 tetes asam sulfat 2 N dan larutan natrium sulfit/natrium
metabisulfit jenuh sampai warna ungu hilang, terbentuk endapan putih
bercampur ungu.
BITIONOL
Pemakaian bitionol beberapa waktu yang lalu sangat banyak. Bitionol juga
bersifat toksis dan dibeberapa negara termasuk Indonesia sudah dilarang
digunakan
1.
Pemerian : Serbuk atau kristal; warna putih atau putih keabuan; tidak
berbau atau agak berbau fenol
2.
Sifat fisika: Titik leleh 188C, Indek bias 25C = 1,73
Agak sukar larut dalam air; larut dalam kalium hidroksida
encer , dalam aseton, etanol 70%, eter, kloroform, dan dalam
minyak pini
3.
Toksisitas : Bitionol bersifat fotosensitisasi, dapat menyebabkan gatalgatal hebat pada kulit
4. Analisis kualitatif:
i. Prinsip
Dilakukan secara kromatografi lapis tipis dan dideteksi dengan sinar
ultraviolet, dengan pereaksi perak nitrat (Kovaks) yang akan memberi
noda hitam karena terikatnya ion cl- pada zat itu atau dengan pereaksi, 2,6
dibroquinochloemida ( Gibbs) yang berwarna biru, karena terikatnya
gugus fenol
iv. Estrriol
Bobot molekul 288,4
a. Pemerian : Serbuk hablur, tidak berwarna , tidak berbau
b. Sifat fisika: Titik leleh 282C, Tidak larut dlam air; larut dalam etanol, dalam dioksan,
dalam kloroform, dalam eter, mudah larut dalam piridin, asa dan minyaknabati
v. Progesteron (Progestin)
Bobot molekul 314,47
a. Pemerian : Serbuk hablur , warna putih, tidak berbau
b. Sifat fisika : Jarak lebur ada 2 modifikasi:
Modifikasi I : 127 C sampai 133C
Modifikasi II : lebih kurang 121
Tidak larut dalam air; larut dalam etanol 95%, dalam eter dan dalam aseton
dan dalam dioksan
vi. Etusteron (Pregneninolon)
Bobot molekul : 312,46
a. Pemerian : serbuk hablur, warna putih, atau kuning gading, hampir tidak berbau, tidak
berasa
b. Sifat fisika: Jarak lebur272C sampai 276C, Tidak larut dalam air sukar
larut dalam etanol, dalam eter; sangat sukar larut dalam kloroform, minyak
lemak; larut dalam aseton hangat
vii. Testosteron
Bobot molekul : 288,4
a. Pemerian : Serbuk atau kristal, warna putih, tidak berasa, tidak berbau
b. Sifat fisika: Jarak lebur 152C
Tidak larut dalam air; larut dalam etanol, dalam eter dan
dalam pelarut organik lainnya.
viii. Testosteron propionat
Bobot molekul 344,5
a. Pemerian : Serbuk atau kristal, warna putih, tidak berasa, tidak berbau
b. Sifat fisika: Jarak lebur 152C sampai 156C
Tidak larut dalam air; larut dalam etanol, dalam eter, piridin
dan dalam pelarut organik lainnya ; larut dalam minyak
nabati
Toksisitas
Hormon mempunyai kecendrungan penyebab kanker terutama dari tipe
estrogen, estradiol dan dietil stilbestrol
Sediaan kosmetika
Beberapa sediaan kosmetika yang mungkin mengandung hormon adalah :
Nama Sediaan : 1. Krim anti keriput
2. Krim urut
3. Sediaan untuk menekan pertumbuhan rambut abnormal pada wanita
4. Tonik untuk pertumbuhan rambut
4. Analisis kualitatif
i.
Prinsip
Pada umumnya kadar hormon pada krim sangat kecil oleh karena itu
analisis kualitatif dilakukan secara kromatografi lapis tipis. Deteksi
dilakukan dengan sinar ultra violet
ii. Identifikasi progesteron dalam krim malam
Larutan uji
Sejumlah 1 gram cuplikan yang ditimbang seksama, ditimbang 0,5 ml parafin
Cair dan sedikit natrium sulfat anhidrat, dipanaskan di atas penangas air sampai
meleleh, lalu ditambah 25 ml etanol 95% sambil diaduk. Campuran
dibiarkan memisah dan beningan atau fase etanol 95% dipisahkan ( A)
Larutan baku
Sejumlah 25 mg baku progesteron yang ditimbang seksama dilarutkan dalam
etanol 95% (B)
Identifikasi
Larutan A dan B ditotolkan secara terpisah dan dilakukan kromatografi lapis
tipis sebagai berikut:
a.
Lempeng
: Silika gel FG 254
b.
Eluen
: Heksana-etil asetat (60 : 40)
Heksana-etil asetat ( 60 : 30)
Toluen-asam asetat (80 : 20 )
Penjenuhan
: Dengan kertas saring
Volume penotolan
: Larutan A dan B masing-masing 5 l
Jarak raambat
: 15 cm
Penampang bercak
: Cahaya ultraviolet 254 terbentuk bercak
berfluorescensi ungu
KADMIUM DAN SENYAWANYA
i.
Kadmium
Bobot atom 112,40
a. Pemerian : Logam, warna putih perak atau kebiruan mengkilat
b. Sifat fisika; titik leleh 321C, tidak larut dalam air
c. Sifat kimia : Dalam udara lembab akan teroksidasi. Mudah bereaksi dengan
asam nitrat pekat; bereaksi lambat dengan asam klorida panas, tidak
bereaksi dengan alkali
ii. Kadmium sulfida
Bobot molekul 144,47
a. Pemerian
: Kristal, warna kuning muda atau jingga
b. Sifat fisika : Menyublim pada suhu 980C, Agak sukar larut dalam air;
larut dalam asam encer panas atau asam pekat
c. Sifat kimia : Dengan asam pekat membebaskan gas H2S
2. Toksisitas
Senyawa kadmium mempunyai sifat kumulasi di dalam tubuh, jadi meskipun
sifat absorbsi dalam kulit cukup kecil, tetapi akan diserap tubuh dan
dikumulasi dalam ginjal dan hati
Toksisitas yang akan terjadi adalah diarrhe, sakit pada persendian, kerusakan
saluran pernafasan, dehidrasi, shok sampai terjadi kematian. Menyebabkan
fotosensitisasi pada kulit
3. Sediaan Kosmetika
Sediaan shampo antiketombe maupun sabun antiketombe mungkin mengandung
kadmium sulfida. Amalgam untuk penambal gigi mungkin terbuat dari logam Cd
4. Analisis kualitatif
i) Prinsip
Digunakan larutan kadmium atau senyawanya dalam asam klorida atau asam
sulfat
a. Larutan zat apabila dialiri gas hidrogen sulfida akan timbul endapan kuning
Cds
b. Apabila pada larutan zat ditambahkan besi (II) dipiridil jodida akan terbentuk
endapan merah.
KLOROFORM
Pendahuluan
Dahulu kloroform digunakan dalam pasta gigi sebagai penyedap rasa dalam
konsentrasi 3-4%, tapi dalam penyimpanan, kloroform yang bersinggungan
dengan logam dari tube pasta, akan terurai dan membentuk asam klorida,
Untuk beberapa waktu tube bagian dalam dilapisi dengan pelapis yang
mence-gah persinggungan isi tube dengan logam. Ternyata menurut
penelitian terakhir kloroform sangat berbahaya.
Pemerian : Cairan, mudah menguap, tidak bewarna, bau khas, rasa manis dan
membakar
Sifat fisika : Bobot per ml 1,474 g sampai 1,479 g
Jarak didih tidak lebih dari 5,0%v/v tersuling pada suhu dibawah
60C , sisa tersuling pada suhu antara 60 dan 62. Sukar larut dalam air,
mudah larut dalam etanol mutlakl P, dalam eter P, dalam sebagian besar
pelarut organik, dalam minyak atsiri dan dalam minyak lemak.
Toksisitas
Kloroform diisap melalui pernafasan, juga diserap kulit. Menyebabkan
kerusakan ginjal dan kanker.
Analisis kualitatif
i.
Prinsip
a. Dipanaskan dengan basa dan 2 naftol akan memberi senyawa berwarna biru
b. Dipanaskan dengan basa dan resorsin akan memberi senyawa berwarna
kuning kemerahan
c. Pembentukan timbal ( II) klorida yang memberikan nyala hijau
ii. Identifikasi kloroform dalam pasta gigi
Larutan Uji
Cuplikan tanpa perlakuan lebih lanjut
Cara Uji
a.
Sejumlah lebih kurang 2 g cuplikan ditambah 2 ml larutan 2-naftol 1%
b/v dalam kalium hidroksida 1 N, dipanaskan di atas penangas air
terbentuk warna biru telur asin
b.
Sejumlah lebih kurang 2 g cuplikan ditambah 2 ml larutan resorsin 1%
b/v dalam air, 5 tetes natrium hidroksida 18% b/v, dipanaskan sampai
mendidih, beningan berwarna kuning.
c.
Kawat tembaga dicelupkan ke dalam cuplikan dan dibakar dengan nyala
bunsen, terbentuk nyala hijau.
SENYAWA CHROM
Pendahuluan
Zat warna dari golongan krom dan senyawanya sudah dilarang digunakandi
Indonesia, kecuali zat warna hijau K4 dan zat warna hijau K5. Pigmen
yang sangat toksis yang pernah digunakan dlam sediaan pewarna rambut
adalah kalsium kromat dan kalium bikromat
i.
Kalsium kromat (CI 77223, Pigmen Yellow) CaCrO4
Bobot molekul 156,09
a. Pemerian : Kristal, warna kuning
b. Sifat fisika : Dapat bercampur dengan air, larut dalam asam encer;
tidak larut dalam etanol
ii.
Kalium-bikromat ( K2Cr2O7)
a. Pemerian : Kristal, warna merah jingga, tidak higroskopik
b. Sifat fisika : Akan terurai pada suhu 500C, larut dalam air
2. Toksisitas
Menyebabkan kerusakan lapisan mukosa, kalsium kromat dapat
menyebabkan kanker
Sediaan kosmetika
Mungkin dapat diperoleh pada pewarna rambut temporer ( pewarna rambut
sementara)
4. Analisis kualitatif
i.
Prinsip
a.
Pembentukan krom oksida yang berwarna hijau dan tidak larut dalam
asam maupun dalam basa
b.
Pembentukan garam kromat yang akan memberikan warna ungu dengan
difenilkarbazid dalam suasana asam
ii. Identifikasi senyawa krom dalam cat rambut
Sejumlah cuplikan setara lebih kurang 50 mg kalium bikromat dengan 1 ml
asam sulfat pekat, kemudian dipijar. Sisa pijar berwarna hijau kotor
Cara Uji
a.
Sedikit sisa pijar ditambah asam sulfat 4 M atau asam sulfat pekat, sisa
pijar tidak larut
b.
Sedikit sisa pijar ditambah natrium hidroksida 8 M, sisa pijar tidak larut
c. Sejumlah 25 mg sisa pijar ditambah 100 mg campuran natrium karbonatnatrium peroksida ( 1 : 1) kemudian dilelehkan. Terbentuk natrium kromat
yang akan leleh dengan warna merah jingga dan berwarna kuning jika dingin
dan jika dilarutkan dalam 5 ml asam sulfat 50% dan ditambah 1 tetes larutan
difenilkarbasid, terbentuk warna ungu
Pereaksi khusus
Difenil karbasid 1% dalam etanol (95%)
PERAK DAN SENYAWANYA
Pendahuluan
Perak nitrat dalam pewarna rambut sudah lama dikenal orang dan
digolongkan dalam pewarna rambut metal. Dahulu cara pemakaiannya hanya
dengan menyisirkan larutannya pada rambut kemudian dibiarkan terkena
sinar matahari sehingga akan diperoleh warna rambut yang lebih hitam.
Senyawa perak lainnya pernah digunakan dalam alat kesehatan adalah perak
bromida, digunakan untuk kumur-kumjur. Beberapa waktu yang lalu logam
perak juga pernah digunakan untuk sediaan rias mata (eye shadow)
i.
b. Sifat fisika : Titik leleh 960,5C, Titik didih 2000C, Larut dalam alkali
hidroksida leleh dengan adanya udara atau oksigen, dalam alkali
peroksida leleh, dalam alkali sianida dengan adanya udara atau
oksigen dan dalam asam pekat
2. Toksisitas
Sifat iritasi pada kulit dan lapisan mukosa merupakan sifat umum dari senyawa perak.
Bubuk logam perak kalau banyak terhisap akan menyebabkan kerusakan pada
saluran pernafasan
3. Sediaan kosmetika
Logam perak dapat diketemukan pada sediaan rias mata ( eye shadow) dan untuk
menambal gigi
Senyawa perak nitrat dapat diketemukan pada krim rambut, pewarna rambut,
maskara; sedangkan senyawa perak bromida dapat diketemukan pada obat kumur.
4. Analisis kwalitatif
i. Prinsip
a. Larutan senyawa perak bila direaksikan dengan asam klorida akan mengendapkan
4. Analisis kwalitatif
i. Prinsip
a. Larutan senyawa perak bila direaksikan dengan asam klorida akan
mengendapkan senyawa perak klorida yang berwarna putih yang larut
dalam amonia encer
b. Endapan perak klorida akan larut dalam amonia dan bila ditambah
larutan
kalium iodida akan memberikan endapan perak iodida berwarna kuning
c. Larutan senyawa bila ditambah kalium kromat akan mengendap menjadi
AgCrO4 yang berwarna merah
d. Pembentukan endapan mangan ( IV) oksida dan perak logam yang
berwarna hitam
e. Logam perak dilarutkan dalam asam nitrat akan terjadi perak nitrat.
Larutan perak nitrat dilanjutkan pengujiannya seperti pengujian diatas
SENYAWA RAKSA
Sediaan Kosmetika
Krem pemutih dapat mengandung raksa ( II) amino klorida. Sabun
antiseptika mungkin mengandung raksa (II) iodida. Dalam sampo anti
ketombe dan krem cukur mungkin diketemukan fenil raksa (II) asetat,
borat dan nitrat. Dalam larutan antiseptika untuk mencuci popok bayi
mungkin digunakan raksa ( II ) klorida
i.
Raksa (II) amino klorida (HgNH2CL)
Bobot molekul 252,07
a. Pemerian : Serbuk , amorf, tidak berbau
b. Sifat fisika : Praktiks tidak larut dalam air, dalam etanol (95%) p dan
dalam eter; larut dalam asam hangat dan dalam larutan garam
amonium
ii. Raksa (II) iodida HgJ2
Bobot molekul 454, 45
a.
b.
Pemerian
Sifat fisika
b. Sifat fisika : Titik leleh 188C sambil terjadi peruraian. Sangat sukar larut
dalam air, dalam etanol, larut dalam gliserin
vi. Raksa ( II) klorida (HgCl2)
Bobot molekul 271,5
a. Pemerian : Hablur, tidak berwarna atau serbuk hablur berwarna putih,
berat
b. Sifat fisika: Leleh pada suhu 280C, Larut dalam air, mudah larut dalam
air mendidih, dalam etanol ( 95%) P. larut dalam eter dan
gliserol P.
c. Sifat kimia : Menguap pada suhu di atas 300C sambil mengeluarkan
asap
putih.
Toksisitas
Senyawa raksa mudah diserap kulit atau lapisan mukosa menyebabkan
kerusakan hati dan ginjal.
Analisis kualitatif
i.
Prinsip
Reaksi untuk raksa (II), digunakan larutan dalam aqua reqia dan sudah
diencerkan dengan air
a. Dengan kalium iodida akan memberikan endapan merah jingga K 2 Hg(J4)
b. Dengan Hidrogen Sulfida akan memberikan endapan hitam HgS
c. Bila dicelupkan kawat tembaga, logam Hg akan menempel pada kaat yang
berwarna hitam dan mengkilat
ii. Identifikasi senyawa raksa dalam sediaan krem
Larutan Uji
Sejumlah 5 g cuplikan dikocok tiga kali dengan eter, setiap kalinya 25 ml
dan dipusingkan. Fase eter dibuang. Pada fase air ditambahkan 10 ml
campuran asam klorida 25% dan asam sitrat (3:1), diuapkan diatas
tangas air sampai hampir kering. Perlakuan ini diulang sekali lagi
Pada sisa penguapan ditasmbahkan air 10 ml, didihkan sebentar didinginkan
dan disaring.
Cara Uji
a.
Sejumlah 1 ml larutan uji ditambah 1 tetes larutan kalium iodida 0,5 N
dengan perlahan melalui dinding tabung, terbentuk endapan merah
jingga.
b.
Batang tembaga yang terlebih dahulu diamplas hingga mengkilap
dicelupkan ke dalam larutan uji untuk beberapa saat. Pada batang
tembaga terbentuk lapisan berwarna abu-abu mengkilap yang akan lebih
jelas terlihat jika digosok dengan kertas saring dan akan hilang jika
batang tembaga tersebut dipanaskan pada nyala api bebas
c.
Sejumlah satu tetes larutan campuran natrium sulfat kalium iodida ( 5 g
natrium sulfat dan 12 g Kalium iodida dalam 75 ml air) ditambah 1 tetes
larutan tembaga (II) sulfat ( 5 g tembaga sulfat 5 air hidrat dalam 75 ml
air), dicampur, kemudian ditambah 1 tetes larutan uji dalam suasana asam
klorida 1 N, atau asam nitrat 1 N, terbentuk warna merah atau jingga
tergantung dari konsentrasi raksa.
SENYAWA SELENIUM
Selenium sulfida digunakan dalam shampo anti ketombe dan obat jerawat.
Selenium oksida juga pernah dikenal sebagai zat utama shampo anti
ketombe, tetapi sekarang sudah jarang ada dalam peredaran karena toksis.
Selenium dan senyawanya dilarang digunakan dalam sediaan rias kecuali
selenium disulfida dalam shampo anti ketombe.
i.
Selenium sulfida SeS2
Bobot molekul 143,1
a. Pemerian : Serbuk, warna jinggaterang, bau lemah
b. Sifat fisika : Titik leleh 113C, Tidak larut dalam air dan pelarut organik
ii. Selenium oksida SeO2
Bobot Molekul 110,96
a. Pemerian: Kristal bentuk jarum, warna coklat tua, rasa asam membakar
b. Sifat fisika : Titik leleh 340C, Larut dalam air, metanol dan hidung
2. Toksisitas
Senyawa selenium dapat menyebabkan iritasi mata dan hidung
4. Analisis kualitatif
i.
Prinsip
a. Terbentuknya endapan logam selenium berwarna merah dari larutan zat bila
ditambahkan urea padat
b. Terbentuknya endapan berwarna merah kecoklatan bila pada larutan zat
ditambhkan larutan natrium tiosulfat
ii.
Identifikasi selenium sulfida dalam krem pembersih muka
Larutan Uji
Sejumlah cuplikan setara dengan 100 mg selenium dilarutkan dengan 50ml asam
nitrat berasap dengan pemanasan sampai jernih
Cara Uji
a.
Sejumlah 5 ml larutan uji, ditambah 10 ml air, 5 g urea dan dipanaskan
sampai mendidih, Setelah didinginkan ditambah 2 ml larutan kalium
iodida ( 1:10), terjadi warna jingga kekuningan sampai jingga yang akan
berubah menjadi gelap
b. Pada sehelai kertas saring diteteskan 1 tetes larutan kalium iodida pekat, 1
tetes asam klorida dan 1 tetes larutan uji, terbentuk bercak hitam coklat
yang akan hilang secara sempurna dengan penambahan 1 tetes larutan
natrium tiosulfat 5% b/v dan akan berubah menjadi merah kecoklatan
jika ada selenium
5. Analisis kuantitatif
i.
Prinsip
Titrasi iodometri hasil digesti selenium sulfida dalam shampo
ii.
Penetapan kadar selenium sulfida dalam shampo
Larutan uji
Sejumlah cuplikan setara dengan 100 mg selenium sulfida ditimbang
seksama, dimasukkan ke dalam labu Kyeldahl, ditambah 25 ml asam
nitrat berasap kemudian didigesti selama 2 jam ( sampai jernih) dan
didinginkan. Hasil digesti dipindahkan ke dalam labu tentukur 250 ml
berisi 100 ml air, didinginkan dan diencerkan dengan air sampai tanda
Cara Penetapan
Sejumlah 50 ml larutan uji dipipet dimasukkan dalam labu erlenmeyer tertutup,
ditambah 25 ml air dan 10 g urea, dipanaskan sampai mendidih, didinginkan
dan ditambah 10 ml larutan iodida 10% b/v
Campuran segera dititrasi dengan natrium tiosulfat 0,05 N sampai larutan
berwarna kuning pucat, kemudian ditambahkan 3 ml larjutan kanji, titrasi
dilanjutkan perlahan-lahan sambil dikocok kuat sampai warna biru tepat
hilang. Dilakukan juga titrasi blangko untukkoreksi
Tiap ml natrium tiosulfat 0,1N setara dengan 1,789 mg SeS 2 = 0,987 mg Se
Kadar Selenium sulfida dalam sampo adalah :
(t1-t0) x 1,789 x N/0,05 x 250/50 x 1/Bu x 100%
Dimana t1 : volume larutan natrium tiosulfat terpakai untuk cuplikan
t0 : volume larutan natrium tiosulfat terpakai untuk blangko
N : normalitas larutan natrium tiosulfat
Bu: bobot cuplikan yang ditimbang
SENYAWA TIMBAL
Pendahuluan
Senyawa timbal asetat dan timbal nitrat sudah lama dikenal sebagai zat
pewarna rambut. Biasanya diberikan dalam bentuk krem atau shampo.
Senyawa timbal lainnya sebagai garam klorida, sulfat, klorhidroksida,
fenolsulfonat, laktat dan lain sebagainya
Senyawa timbal sudah dilarang digunakan dalam sediaan rias kecuali dalam
sediaan rambut sebagai timbal asetat dan tidak lebih dari 2%
i.
Timbal nitrat Pb(NO3)2
Bobot molekul 331,23,
a. Pemerian : Kristal , tidak berwarna
b. Sifat Fisika : Mudah larut dalam air dingin atau panas;tidak larut dlam
asam nitrat pekat.
c. Sifat kimia : Larutan 20% mempunyai 3-4
ii. Timbal karbonat ( PbCO3)2 Pb(OH)2
a. Pemerian : Serbuk ; warna putih , berat
b. Sifat fisika : Larut dalam asam asetat dan asam klorida encer
c. Sifat kimia : Terurai pada suhu 400C dan meninggalkan sisa timbal oksida