Está en la página 1de 17

BAB I

PENDAHULUAN

Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten reversible


dimana trakea dan bronchi berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimulus
tertentu.
Penyakit ini dapat terjadi pada sembarang golongan usia sekitar setengah
dari kasus yang terjadi pada anak-anak dan 1/3 lainnya terjadi pada usia sebelumnya
40 tahun. Gejala-gejala yang ditimbulkan biasanya sesak nafas, batuk dan mengi
(Smeltzer Bare, 2000).
Meski asma bronchial dapat berakibat fatal, lebih sering lagi asma bronchial
sangat mengganggu, mempengaruhi kehadiran di sekolah, pilihan pekerjaan, aktivitas
fisik dan banyak aspek kehidupan lainnya. Karena itu hal yang sulit bila saat-saat
yang dihadapi terganggu karena asma bronchial (Anonim, 2007).
Asma bronchial membutuhkan terapi yang cepat dan tepat karena sumbatan
yang lama terhadap jalan nafas akan dapat mengganggu pertukaran gas sehingga
merusak oksigenisasi ke jaringan. Pada suatu penelitian di Amerika Serikat
didapatkan hampr 17% penduduk yang terkena asma bronchial. Di Indonesia tingkat
kejadian asma bronchial cukup tinggi, di IGD RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dari
Januari sampai Juni sekitar 40%.
Berdasarkan uraian di atas maka kelompok merasa tertarik mengangkat
masalah Asuhan Keperawatan pada Klien Tn.Z dengan Asma Bronchial di ruang
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau sebagai makalah seminar dalam mata ajar
praktek profesi Keperawatan Medikal Bedah Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Riau

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1. Definisi
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, revesibel dimana
trakea dan bronki berespons dalam secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu.
Ashma dimanifestasikan dengan penyempitan jalan nafas, yang mengakibatkan
dispnea, batuk dan mengi. Penyempitan jalan nafas ini dapat berubah baik secara
spontan ataupun karena terapi (Brunner & Suddarth, 2002)
2.Etiologi
Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang disebabkan
oleh :
1) Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan
nafas.
2) Pembengkakan membran bronkus.
3) Terisinya bronkus oleh mukus yang kental
3. Jenis-jenis Asma
Asma sering dicirikan sebagai alergi, idiopatik, non alergi atau gabungan.

a. Asma alergi, disebabkan oleh alergen atau alergen-alergen yang dikenal (Mis:
serbuk sari, binatang, amarah, makanan dan jamur). Kebanyakan alergen tidak di
udara dan musiman. Pasien dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat
keluarga yang alergik dan riwayat medik masa lalu.
b. Asma idiopatik, atau nonalergik tidak berhubungan dengan allergen spesifik.
Faktor-faktor seperti : common cold, infeksitraktus respiratorius, latihan, emosi
dan kouta lingkungan dapat mencetuskan serangan.
c. Asma gabungan, adalah batuk asma yang paling umum, asma ini mempunyai
karakteristik dari batuk alergik maupun batuk idiopatik atau non alergik (Brunner
& Suddarth, 2002).

4.Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi danpsikologis,
kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi otot-otot polos,
meningkatnya sekret abnormal mukus pada bronkriolus dan adanya kontraksi pada trakea
serta meningkatnya produksi mukus jalan nafas, sehingga terjadi penyempitan pada jalan
nafas dan penumpukan udara di terminal oleh berbagai macam sebab maka akan
menimbulkan gangguan seperti gangguan ventilasi (hipoventilasi), distribusi ventilasi
yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru, gangguan difusi gas di tingkat
alveoli.Tiga kategori asma alergi (asma ekstrinsik) ditemukan pada klien dewasa yaitu
yang

disebabkan

alergi

tertentu,

selain

itu

terdapat

pula

adanya

riwayat penyakit atopik seperti eksim, dermatitis, demam tinggi dan klien dengan riwayat
asma. Sebaliknya pada klien dengan asma intrinsik(idiopatik) sering ditemukan adnya
faktor-faktor pencetus yang tidak jelas, faktor yang spesifik seperti flu, latihan fisik, dan
emosi (stress) dapat memacu serangan asma.

4. Manifestasi klinik
Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspne, dari wheezing.
Dan pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada penderita
yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu
serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan
tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja
dengan keras.
Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :
1) Tingkat I :
a) Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
b) Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan test
provokasi bronkial di laboratorium.
2) Tingkat II :
a) Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru
menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
b) Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
3) Tingkat III :
a) Tanpa keluhan.
b) Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan
nafas.
c) Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang
kembali.
4) Tingkat IV :
a) Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.

b) Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan


nafas.

5) Tingkat V :
a) Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma
akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim
dipakai.
b) Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang
reversibel.
Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti :
Kontraksi otot-otot pernafasan, cyanosis, gangguan kesadaran, penderita
tampak letih, taki kardi.
5.Penatalaksanaan
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale :
a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas
b. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma.
c. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan
maupun penjelasan penyakit.
Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :
a. Pengobatan dengan obat-obatan
Seperti :
1) Beta agonist (beta adnergik agent)
2) Methylxanlines (enphy bronkodilator)
3) Anti kounergik (bronkodilator)

4) Kortikosterad
5) Mart cell inhibitor (lewat inhalasi)
b. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :
1) Oksigen 4-6 liter/menit.
2) Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin 10 mg)
inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30 menit-1 jam.
Pemberian agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5%
yang dan berikan perlahan.
3) Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam
12 jam.
4) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak ada respon
segera atau klien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan
sangat berat.
Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang seperti :
a. Spirometri :
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
b. Tes provokasi :
1) Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.
2) Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri.
3) Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E yang spesifik dalam
tubuh
c.Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.
d. Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.

e. Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.


f. Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.
g. Pemeriksaan sputum.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah pneumotoraks,
atelektasis, gagal nafas, bronkhitis dan fraktur iga.
Evaluasi Diagnostik
Tidak ada satu tes yang dapat menegakkan diagnosa ashma, riwayat
kesehatan yang lengkap, termasuk keluarga, lingkungan dan riwayat pekerjaan dapat
mengungkapkan factor-faktor atau substansi yang mencetuskan serangan asma.
Selama periode akut, roentgen dada dapat menunjukkan hiper inflasi dan
pendataan diafragma. Pemeriksaan sputum dan darah menunjukkan eosinofilia
(kenaikan kadar eosinofil). Terjadi peningkatan kadar serum imunoglobin E (ige)
pada asma alergik.
Sputum dapat jernih atau berbusa (alergik) atau kental dan putih (non
alergik) dan berserabut (non alergik).
Gas darah arteri menunjukkan hipoksik selama serangan akut, pada
awalnya, terdapat hipokapnea dan respirasi alkolosir dan tekanan parsial karbon
dioksida (PCO2) yang rendah. Dengan memburuknya kondisi dan pasien menjadi
lebih letih, PCO2 dapat meningkat. PCO2 (N) dapat menunjukkan gagal nafas yang
mengancam, karena PCO2 20 kali lebih dapat berdifusi dibanding dengan oksigen,
adalah segitu jarang bagi PCO2

Pengkajian Keperawatan
1. Data Subjektif
-

Faktor pencetus : alergi obat-obatan, makanan, debu, asap rokok, cuaca.

Lamanya serangan

Riwayat serangan : yang keberapa kali

Riwayat keluarga yang keberapa menderita asma

Pasien mengatakan sesak nafas

Badan terasa lemah

Batuk

BB

Banyak keringat

Pasien mengatakan sulit tidur

Banyak lender di kerongkongan

2. Data Objektif
-

Adanya riwayat alergi cuaca, suhu, pilek, infeksi dada

Adanya riwayat keluarga asma

Sesak nafas

m/m

Batuk (+)

Banyak keringat

Syanosis

Suara nafas berbunyi

Gelisah

Pada pembangunan auskultasi : wheezing (-), ronchi (+)

Operasi wajah tegang

Mudah tersinggung (labil)

3. Data Laboratorium
-

Darah : leucoctye

4. Penunjang diagnostik
-

Thorax photo

Test alergen

Broncos copy

2. Dianosa Keperawatan
1. Tak efektifnya jalan napas berhubungan dengan hipersekresi lender di bronchus
(akumulasi mucus)
2. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat, anorexia, kesulitan, bernapas.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri : dada berhubungan dengan penyempitan bronkus.
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan.
6. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya
informasi.

Diagnosa 1 :
Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus.

Tujuan :
Jalan nafas kembali efektif.
Kriteria hasil :
Sesak berkurang, batuk berkurang, klien dapat mengeluarkan sputum,
wheezing berkurang/hilang, vital dalam batas normal keadaan umum baik.
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya : merigi,
erekeis, ronkhi.
R/ Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas.
Bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (empysema), tak ada fungsi nafas
(asma berat).
b. Kaji / pantau frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi dan ekspirasi.
R/ Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dpat ditemukan pada
penerimaan selama strest/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat
melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
c. Kaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya : peninggian kepala tidak
duduk pada sandaran.
R/ Peninggian kepala tidak mempermudah fungsi pernafasan dengan
menggunakan gravitasi.
d. Observasi karakteristik batuk, menetap, batuk pendek, basah. Bantu
tindakan untuk keefektipan memperbaiki upaya batuk.
R/ batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada klien lansia,
sakit akut/kelemahan.
e. Berikan air hangat.
R/ penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.

10

f. Kolaborasi obat sesuai indikasi.


Bronkodilator spiriva 1x1 (inhalasi).
R/ Membebaskan spasme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa.
Diagnosa 2 :
Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
Tujuan :
Pola nafas kembali efektif.
Kriteria hasil :
Pola nafas efektif, bunyi nafas normal atau bersih, TTV dalam batas
normal, batuk berkurang, ekspansi paru mengembang.
Intervensi :
1. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya
pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernafasan / pelebaran nasal.
R/ kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernafasan bervariasi tergantung
derajat gagal nafas. Expansi dada terbatas yang berhubungan dengan
atelektasis dan atau nyeri dada
2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti crekels,
mengi.
R/ ronki dan mengi menyertai obstruksi jalan nafas / kegagalan pernafasan.
3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
R/ duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan.
4. Observasi pola batuk dan karakter sekret.
R/ Kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering/iritasi.
5. Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk.

11

R/ dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan


ditambah ketidak nyaman upaya bernafas.
6. Kolaborasi
- Berikan oksigen tambahan
- Berikan humidifikasi tambahan misalnya : nebulizer
R/ memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan
kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret.
Diagnosa 3 :
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria hasil :
Keadaan umum baik, mukosa bibir lembab, nafsu makan baik, tekstur kulit
baik, klien menghabiskan porsi makan yang disediakan, bising usus 6-12
kali/menit, berat badan dalam batas normal.
Intervensi :
1. Kaji status nutrisi klien (tekstur kulit, rambut, konjungtiva).
R/ menentukan dan membantu dalam intervensi lanjutnya.
2. Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.
R/ petikan pengetahuan klien dapat menaikan partisi bagi klien dalam
asuhan keperawatan.
3. timbang berat badan dan tinggi badan.
R/ Penurunan berat badan yang signipikan merupakan indikator kurangnya

12

nutrisi.
4. Anjurkan klien minum air hangat saat makan.
R/ air hangat dapat mengurangi mual.
5. Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi sering
R/ memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
6. Kolaborasi
- Consul dengan tim gizi/tim mendukung nutrisi.
R/ menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan.
- Berikan obat sesuai indikasi.
- Vitamin B squrb 2x1.
R/ defisiensi vitamin dapat terjadi bila protein dibatasi.
- antiemetik rantis 2x1
R/ untuk menghilangkan mual / muntah.
Diagnosa 4 :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan :
Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Kriteria hasil :
k/u klien baik, badan tidak lemas, klien dapat beraktivitas secara
mandiri, kekuatan otot terasa pada sekala sedang
Intervensi :
1. Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dyspnea
peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan
setelah aktivitas.

13

R/ menetapkan kebutuhan/kemampuan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.


2. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istirahat.
R/ Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan
metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.
3. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau tidur.
R/ pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi atau menunduk kedepan meja
atau bantal.
4. Bantu aktivitas keperawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan
peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.
R/ meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
5. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai
indikasi.
R/ menurunkan stress dan rangsangan berlebihan menaikan istirahat.
Diagnosa 5 :
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya informasi.
Tujuan :
Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah.
Kriteria hasil :
Mencari tentang proses penyakit :
- Klien mengerti tentang definisi asma
- Klien mengerti tentang penyebab dan pencegahan dari asma

14

- Klien mengerti komplikasi dari asma


Intervensi :
1. Diskusikan aspek ketidak nyamanan dari penyakit, lamanya penyembuhan,
dan harapan kesembuhan.
R/ informasi dapat manaikan koping dan membantu menurunkan ansietas dan
masalah berlebihan.
2. Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal.
R/ kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mangasimilasi
informasi atau mengikuti program medik.
3. Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif atau latihan pernafasan.
R/ selama awal 6-8 minggu setelah pulang, pasien beresiko besar untuk
kambuh dari penyakitnya.
4. Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan pelaporan pemberi
perawatan kesehatan.
R/ upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah meminimalkan
komplikasi.
5. Buat langkah untuk meningkatkan kesehatan umum dan kesejahteraan,
misalnya : istirahat dan aktivitas seimbang, diet baik.
R/ menaikan pertahanan alamiah atau imunitas, membatasi terpajan pada
patogen.
Evaluasi
a. Jalan nafas kembali efektif.
b. Pola nafas kembali efektif.
c. Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.

15

d. Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.


e. Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah.

WOC ASMA BRONCHIAL

Ashma alergen
Spt : serbuk sari, binatang

Ashma idiopatik/non alergik spt :


commond cold, infeksi traktus

16

Makanan jamur

Mengalami respon imun

Merangsang sel-sel mart di


dalam paru
Terjadi ikat antigen &
antibody
Pelepasan produk sel mast
spt : Bradikinin, serotonin,
prostaglandim, histamin

repiratoniur, latihan, emosi, polutan


Lingkungan dingin

ASHMA
Mendadak batuk dan sesak di dada
Ekspirasi > panjang di bdkinspirasi
Menggunakan otot-otot aksesori
pernafasan
Penyempitan dalam nafas
Gangguan Suplay O2

Merangsang saraf bebas


Dispnea
Menghantar impuls
MK : Gangguan Pertukaran gas
Melalui radix dorsalir
Thalamus
Corlex Serebri
Me

Adrenalin

Persepsi nyeri

Asam Lambung M MK : Nyeri

Merangsang Gas
Tidur terjaga

Mual, muntah / anorexia


MK : Gangguan Nutrisi

MK : gangguan
istirahat tidur

17

Perbedaan batuk sekret


Kental di graonkus
Batuk-batuk
MK : Tidak efektifnya
jalan nafas

También podría gustarte

  • Gagal Ginjal Akut
    Gagal Ginjal Akut
    Documento6 páginas
    Gagal Ginjal Akut
    Dirga Wahyudi
    Aún no hay calificaciones
  • Keamanan Makanan Jajanan
    Keamanan Makanan Jajanan
    Documento41 páginas
    Keamanan Makanan Jajanan
    Mus Tofa
    Aún no hay calificaciones
  • Anatomi Kaki
    Anatomi Kaki
    Documento42 páginas
    Anatomi Kaki
    rahmanhamid
    Aún no hay calificaciones
  • Asuhan Keperawatan Keluarga Rentan
    Asuhan Keperawatan Keluarga Rentan
    Documento58 páginas
    Asuhan Keperawatan Keluarga Rentan
    rahmanhamid
    Aún no hay calificaciones
  • Uts Sim A.N. Ai Cahyati Peminatan KMB 2012
    Uts Sim A.N. Ai Cahyati Peminatan KMB 2012
    Documento13 páginas
    Uts Sim A.N. Ai Cahyati Peminatan KMB 2012
    rahmanhamid
    Aún no hay calificaciones
  • HEMODIALISA AOP
    HEMODIALISA AOP
    Documento6 páginas
    HEMODIALISA AOP
    rahmanhamid
    Aún no hay calificaciones
  • Askep Luka Bakar (Combustio GR II 45%)
    Askep Luka Bakar (Combustio GR II 45%)
    Documento25 páginas
    Askep Luka Bakar (Combustio GR II 45%)
    rahmanhamid
    Aún no hay calificaciones
  • Askep Luka Bakar (Combustio GR II 45%)
    Askep Luka Bakar (Combustio GR II 45%)
    Documento25 páginas
    Askep Luka Bakar (Combustio GR II 45%)
    rahmanhamid
    Aún no hay calificaciones
  • KTI
    KTI
    Documento39 páginas
    KTI
    Angga Muhammad Ramadhan
    Aún no hay calificaciones
  • Askep Sepsis
    Askep Sepsis
    Documento13 páginas
    Askep Sepsis
    rahmanhamid
    Aún no hay calificaciones
  • 57 100 1 PB
    57 100 1 PB
    Documento7 páginas
    57 100 1 PB
    rahmanhamid
    Aún no hay calificaciones
  • BAB - I Ok
    BAB - I Ok
    Documento4 páginas
    BAB - I Ok
    rahmanhamid
    Aún no hay calificaciones
  • Sap Kanker
    Sap Kanker
    Documento7 páginas
    Sap Kanker
    rahmanhamid
    Aún no hay calificaciones
  • Nanda
    Nanda
    Documento36 páginas
    Nanda
    rahmanhamid
    Aún no hay calificaciones
  • Nanda
    Nanda
    Documento36 páginas
    Nanda
    rahmanhamid
    Aún no hay calificaciones
  • Ca Rektum
    Ca Rektum
    Documento9 páginas
    Ca Rektum
    rahmanhamid
    Aún no hay calificaciones
  • Pekanbaru
    Pekanbaru
    Documento16 páginas
    Pekanbaru
    rahmanhamid
    Aún no hay calificaciones
  • LP Ca NASOFARING
    LP Ca NASOFARING
    Documento6 páginas
    LP Ca NASOFARING
    Mozes Lizlonk
    Aún no hay calificaciones
  • Daftar Diagnosa Keperawatan NICNOC
    Daftar Diagnosa Keperawatan NICNOC
    Documento25 páginas
    Daftar Diagnosa Keperawatan NICNOC
    isan
    Aún no hay calificaciones
  • KTI
    KTI
    Documento39 páginas
    KTI
    Angga Muhammad Ramadhan
    Aún no hay calificaciones
  • KTI
    KTI
    Documento39 páginas
    KTI
    Angga Muhammad Ramadhan
    Aún no hay calificaciones
  • Absen Panitia Pemilu Raya
    Absen Panitia Pemilu Raya
    Documento2 páginas
    Absen Panitia Pemilu Raya
    rahmanhamid
    Aún no hay calificaciones
  • Efusi Pleura
    Efusi Pleura
    Documento17 páginas
    Efusi Pleura
    rahmanhamid
    Aún no hay calificaciones
  • Askep Omsk
    Askep Omsk
    Documento7 páginas
    Askep Omsk
    rahmanhamid
    Aún no hay calificaciones
  • Newnn
    Newnn
    Documento76 páginas
    Newnn
    rahmanhamid
    Aún no hay calificaciones
  • Resep Masakan
    Resep Masakan
    Documento11 páginas
    Resep Masakan
    rahmanhamid
    Aún no hay calificaciones
  • Pathway
    Pathway
    Documento1 página
    Pathway
    rahmanhamid
    Aún no hay calificaciones
  • Lompat Tinggi
    Lompat Tinggi
    Documento4 páginas
    Lompat Tinggi
    rahmanhamid
    Aún no hay calificaciones
  • Anggaran
    Anggaran
    Documento2 páginas
    Anggaran
    rahmanhamid
    Aún no hay calificaciones