Está en la página 1de 11

A.

PENGERTIAN
Bumil adalah: suatu kondisi dimana seorang perempuan mengalami kehamilan.
Kehamilan adalah: suatu kondisi yang terjadi bila ada pertemuan dan persenyawaan antara sel
telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa).
Kehamilan terbagi atas: trimester I (1 14 minggu), trimester II (14 28 minggu), trimester
III (28 42 minggu)
B. KONSEP PERKEMBANGAN
Perkembangan / Perubahan Fisik
1. Perubahan pada kulit
Terjadi hiperpigmentasi yaitu kelebihan pigmen di tempat tertentu. Pada wajah, pipi, dan hidung
mengalami hiperpigmentasi sehingga menyerupai topeng (topeng kehamilan atau kloasma
gravidarum). Pada areola mamae dan Puting susu, daerah yang berwarna hitam di sekitar puting
susu akan menghitam. Sekitar areola yang biasanya tidak berwarna akan berwarna hitam. Hal ini
disebut areola mamae sekunder. Puting susu menghitam dan membesar sehingga lebih menonjol.
Pada areola suprapubis, terdapat garis hitam yang memanjang dari atas simfisis sampai pusat.
Warnanya lebih hitam dibandingkan sebelumnya, muncul garis baru yang memanjang ditengah
atas pusat (linea nigra). Pada perut, selain hiperpigmentasi terjadi stria gravidarum yang
merupakan garis pada kulit. Terdapat 2 jenis stria gravidarum yaitu stria livida (garis berwarna
biru) dan stria albikan (garis berwarna putih). Hal ini terjadi karena pengaruh melanophore
stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis.
2. Perubahan kelenjar
Kelenjar gondok membesar sehingga leher ibu berbentuk seperti leher pria. Perubahan ini tidak
selalu terjadi pada wanita hamil.
3. Perubahan payudara
Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan semakin dekatnya persalinan,
payudara menyiapkan diri untuk memproduksi makanan pokok untuk bayi setelah lahir.
Perubahan yang terlihat pada payudara adalah:
a. Payudara membesar, tegang dan sakit
b. Vena di bawah kulit payudara membesar dan terlihat jelas
c. Hiperpigmentasi pada areola mamae dan puting susu serta muncul areola mamae sekunder

d. Kelenjar Montgomery yang terletak di dalam areola mamae membesar dan kelihatan dari luar.
Kelenjar Montgomery mengeluarkan lebih banyak cairan agar puting susu selalu lembab dan
lemas sehingga tidak menjadi tempat berkembang biak bakteri.
e. Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila dipijat. Mulai kehamilan 16 minggu, cairan yang
dikeluarkan jernih. Pada kehamilan 16 minggu sampai 32 minggu, warna cairan agak putih
seperti air susu yang sangat encer. Dari kehamilan 32 minggu sampai anak lahir, cairan yang
dikeluarkan lebih kental, berwarna kuning, dan banyak mengandung lemak. Cairan ini disebut
kolostrum.
4. Perubahan perut
Semakin mendekati masa persalinan, perut semakin besar. Biasanya hingga kehamilan 4 bulan,
pembesaran perut belum kelihatan. Setelah kehamilan 5 bulan, perut mulai kelihatan membesar.
Saat hamil tua, perut menjadi tegang dan pusat menonjol ke luar. Timbul stria gravidarum dan
hiperpigmentasi pada linea alba serta linea nigra.
5. Perubahan alat kelamin luar
Alat kelamin luar ini tampak hitam kebiruan karena adanya kongesti pada peredaran darah.
Kongesti terjadi karena pembuluh darah membesar, darah yang menuju uterus sangat banyak,
sesuai dengan kebutuhan uterus untuk membesarkan dan memberi makan janin. Gambaran
mukosa vagina yang mengalami kongesti berwarna hitam kebiruan tersebut disebut tanda
Chadwick.
6. Perubahan pada tungkai
Timbul varises pada sebelah atau kedua belah tungkai. Pada hamil tua, sering terjadi edema pada
salah satu tungkai. Edema terjadi karena tekanan uterus yang membesar pada vena femoralis
sebelah kanan atau kiri.
7. Perubahan pada sikap tubuh
Sikap tumbuh ibu menjadi lordosis karena perut yang membesar.
Perkembangan / Perubahan Psikologis
Menurut teori Rubin, perubahan psikologis yang terjadi pada:
Trimester I meliputi: ambivalen, takut, fantasi, dan khawatir.
Trimester II meliputi: perasaan lebih nyaman serta kebutuhan mempelajari perkembangan dan
pertumbuhan janin meningkat. Kadang tampak egosentris dan berpusat pada diri sendiri.
Trimester III meliputi: memiliki perasaan aneh, sembrono, lebih introvert, dan merefleksikan

pengalaman masa lalu.


C. MASALAH YANG SERING TERJADI
1. Respon terhadap perubahan citra tubuh
Perubahan fisiologis kehamilan menimbulkan perubahan bentuk tubuh yang cepat dan nyata.
Selama trimester I bentuk tubuh sedikit berubah, tetapi pada trimester II pembesaran abdomen
yang nyata, penebalan pinggang dan pembesaran payudara memastikan status kehamilan. Wanita
merasa seluruh tubuhnya bertambah besar dan menyita ruang yang lebih luas. Perasaan ini
semakin kuat seiring bertambahnya usia kehamilan. Secara bertahap terjadi kehilangan batasan
batasan fisik secara pasti, yang berfungsi memisahkan diri sendiri dari orang lain dan memberi
rasa aman.
Sikap wanita terhadap tubuhnya di duga dipengaruhi oleh nilai nilai yang diyakininya dan sifat
pribadinya. Sikap ini sering berubah seiring kemajuan kehamilan. Sikap positif terhadap tubuh
biasanya terlihat selama trimester I. Namun, seiring kemajuan kehamilan, perasaan tersebut
menjadi lebih negatif. Pada kebanyakan wanita perasaan suka atau tidak suka terhadap tubuh
mereka dalam keadaan hamil bersifat sementara dan tidak menyebabkan perubahan persepsi
yang permanen tentang diri mereka.
2. Ambivalensi selama masa hamil
Ambivalensi didefinisikan sebagai konflik perasaan yang simultan, seperti cinta dan benci
terhadap seseorang, sesuatu, atau suatu keadaan. Ambivalensi adalah respon normal yang dialami
individu yang mempersiapkan diri untuk suatu peran baru. Kebanyakan wanita memiliki sedikit
perasaan ambivalen selama hamil.
Bahkan wanita yang bahagia dengan kehamilannya, dari waktu ke waktu dapat memiliki sikap
bermusuhan terhadap kehamilan atau janin. Pernyataan pasangan tentang kecantikan seorang
wanita yang tidak hamil atau peristiwa promosi seorang kolega ketika keputusan untuk memiliki
seorang anak berarti melepaskan pekerjaan dapat meningkatkan rasa ambivalen. Sensasi tubuh,
perasaan bergantung, dan kenyataan tanggung jawab dalam merawat anak dapat memicu
perasaan tersebut.
Perasaan ambivalen berat yang menetap sampai trimester III dapat mengindikasikan bahwa
konflik peran sebagai ibu belum diatasi (Lederman, 1984). Setelah kelahiran seorang bayi yang
sehat, kenangan akan perasaan ambivalen ini biasanya lenyap. Apabila bayi yang lahir cacat,

seorang wanita kemungkinan akan mengingat kembali saat saat ia tidak menginginkan anak
tersebut dan merasa sangat bersalah. Tanpa penyuluhan dan dukungan yang memadai, ia dapat
menjadi yakin bahwa perasaan ambivalennya telah menyebabkan anaknya cacat.
3. Hubungan seksual
Ekspresi seksual selama masa hamil bersifat individual. Beberapa pasangan menyatakan puas
dengan hubungan seksual mereka, sedangkan yang lain mengatakan sebaliknya. Perasaan yang
berbeda beda ini dipengaruhi oleh faktor faktor fisik, emosi, dan interaksi, termasuk takhayul
tentang seks selama masa hamil, masalah disfungsi seksual, dan perubahan fisik pada wanita.
Dengan berlanjutnya kehamilan, perubahan bentuk tubuh, citra tubuh, dan rasa tidak nyaman
mempengaruhi keinginan kedua belah pihak untuk menyatakan seksualitas mereka. Selama
trimester I seringkali keinginan seksual wanita menurun, terutama jika ia merasa mual, letih, dan
mengantuk. Saat memasuki trimester II kombinasi antara perasaan sejahteranya dan kongesti
pelvis yang meningkat dapat sangat meningkatkan keinginannya untuk melampiaskan
seksualitasnya. Pada trimester III peningkatan keluhan somatik (tubuh) dan ukuran tubuh dapat
menyebabkan kenikmatan dan rasa tertarik terhadap seks menurun (Rynerson, Lowdermilk,
1993)
Pasangan tersebut perlu merasa bebas untuk membahas hubungan seksual mereka selama masa
hamil. Kepekaan individu yang satu terhadap yang lain dan keinginan untuk berbagi masalah
dapat menguatkan hubungan seksual mereka. Komunikasi antara pasangan merupakan hal yang
penting. Pasangan yang tidak memahami perubahan fisiologis dan emosi, yang terjadi dengan
cepat selama masa hamil, dapat menjadi bingung saat melihat perilaku pasangannya. Dengan
membicarakan perubahan perubahan yang mereka alami, pasangan dapat mendefinisikan
masalah mereka dan menawarkan dukungan yang diperlukan. Perawat dapat memperlancar
komunikasi antar pasangan dengan berbicara kepada pasangan tentang perubahan perasaan dan
perilaku yang mungkin dialami wanita selama masa hamil (Rynerson, Lowdermilk, 1993)
4. Kekhawatiran tentang janin
Kekhawatiran orang tua terhadap kesehatan anak berbeda beda selama masa hamil (Gaffney,
1988). Kekhawatiran pertama timbul pada trimester I dan berkaitan dengan kemungkinan
terjadinya keguguran. Banyak wanita yang sengaja tidak mau memberitahukan kehamilannya
kepada orang lain sampai periode ini berlalu. Ketika janin menjadi semakin jelas, yang terlihat
dengan adanya gerakan dan denyut jantung, Kecemasan orang tua yang terutama ialah

kemungkinan cacat pada anaknya. Orang tua mungkin akan membicarakan rasa cemasnya ini
secara terbuka dan berusaha untuk memperoleh kepastian bahwa anaknya dalam keadaan
sempurna. Pada tahap lanjut kehamilan, rasa takut bahwa anaknya dapat meninggal semakin
melemah. Kemungkinan kematian ini terbukti semakin tidak dipikirkan orang tua.
D. TUGAS PERKEMBANGAN
1. Menerima Kehamilan
Langkah pertama dalam beradaptasi terhadap peran ibu ialah menerima ide kehamilan dan
mengasimilasi status hamil ke dalam gaya hidup wanita tersebut (Lederman, 1984). Tingkat
penerimaan dicerminkan dalam kesiapan wanita dan respons emosionalnya dalam menerima
kehamilan.
Kesiapan menyambut kehamilan
Ketersediaan keluarga berencana mengandung makna bahwa kehamilan bagi banyak wanita
merupakan suatu komitmen tanggung jawab bersama pasangan. Namun, merencanakan suatu
kehamilan tidak selalu berarti menerima kehamilan (Entwistle, Doering, 1981).Wanita lain
memandang kehamilan sebagai suatu hasil alami hubungan perkawinan, baik diinginkan maupun
tidak diinginkan, bergantung pada keadaan.
Wanita yang siap menerima suatu kehamilan akan dipicu gejala - gejala awal untuk mencari
validasi medis tentang kehamilannya. Beberapa wanita yang memiliki perasaan kuat, seperti
tidak sekarang, bukan saya, dan tidak yakin, mungkin menunda mencari pengawasan dan
perawatan (Rubin, 1970). Namun , beberapa wanita menunda validasi medis karena akses
keperawatan terbatas, merasa malu, atau alasan budaya. Untuk orang lain, kehamilan dipandang
sebagai suatu peristiwa alami, sehingga tidak perlu mencari validasi medis dini.
Setelah kehamilan dipastikan respon emosi wanita dapat bervariasi, dari perasaan sangat gembira
sampai syok, tidak yakin, dan putus asa. Reaksi yang diperlihatkan banyak wanita ialah respon
suatu hari nanti, tetapi tidak sekarang.
Wanita lain dengan sederhana menerima kehamilan sebagai kehendak alam. Banyak wanita
mula- mula terkejut ketika mendapatkan diri mereka hamil. Namun, seiring meningkatnya
penerimaan terhadap kehadiran seorang anak, akhirnya mereka menerima kehamilan. Tidak
menerima kehamilan tidak dapat disamakan dengan menolak anak. Seorang wanita mungkin
tidak menyukai kenyataan dirinya hamil, tetapi agar anak itu dilahirkan.

Respon Emosional
Wanita yang bahagia dan senang dengan kehamilannya sering memandang hal tersebut sebagai
pemenuhan biologis dan merupakan bagian dari rencana hidupnya. Mereka memiliki harga diri
yang tinggi dan cenderung percaya diri akan hasil akhir untuk dirinya sendiri, untuk bayinya, dan
untuk anggota keluarga yang lain. Meskipun secara umum keadaan mereka baik, namun
kelabilan emosional yang terlihat pada perubahan mood yang cepat untuk dijumpai pada wanita
hamil.
Perubahan mood yang cepat dan peningkatan sensitifitas terhadap orang lain ini membingungkan
calon ibu dan orang- orang di sekelilingnya. Peningkatan iritabilitas, uraian air mata dan
kemarahan serta perasaan suka cita, serta kegembiraan yang luar biasa muncul silih berganti
hanya karena suatu provokasi kecil atau tanpa provokasi sama sekali.
Perubahan hormonal yang merupakan bagian dari respon ibu terhadap kehamilan, dapat menjadi
penyebab perubahan mood, hampir sama seperti saat akan menstruasi atau selama menopause.
Alasan lain, seperti masalah seksual atau rasa takut terhadap nyeri selama melahirkan, juga
dijadikan penjelasan timbulnya perilaku yang tidak menentu ini.
Seiring kemajuan kehamilan, wanita lebih menjadi terbuka tentang terhadap diri sendiri dan
orang lain. Ia bersedia membicarakan hal- hal yang tidak pernah dibahas atau yang dibahas
hanya dalam keluarga dan tampak yakin bahwa pikiran- pikirannya dan gejala - gejala yang
dialaminya akan menarik untuk si pendengar yang dianggapnya protektif. Keterbukaan ini,
disertai kesiapan untuk belajar, meningkatkan kesempatan untuk bekerja sama dengan wanita
hamil dan meningkatkan kemungkinan diselenggarakannya perawatan yang efektif dan
terapeutik untuk mendukung kehamilan.
Apabila anak tersebut diingingkan, rasa tidak nyaman yang timbul akibat kehamilan cenderung
dianggap sebagai suatu iritasi dan upaya dilakukan untuk meredakan rasa nyaman tersebut
biasanya membawa keberhasilan. Rasa senang yang timbul karena memikirkan anak yang akan
lahir dan perasaan dekat dengan anak membantu menyesuaikan diri terhadap rasa tidak nyaman
ini.
Pada beberapa keadaan wanita yang biasanya mengeluhkan ketidak nyamanan fisik dapat
mencari bantuan untuk mengatasi konflik peran ibu dan tanggung jawabnya. Pengkajian lebih
lanjut tentang toleransi dan kemampuan koping perlu dilakukan (Lederman, 1984)
2. Mengenal peran ibu

Proses mengidentifikasi peran ibu dimulai pada awal setiap kehidupan seorang wanita, yakni
melalui memori - memori ketika ia, sebagai seorang anak, diasuh oleh ibunya. Persepsi
kelompok sosialnya mengenai peran feminim juga membuatnya condong memilih peran sebagai
ibu atau wanita karir, menikah atau tidak menikah, dan mandiri dari pada interdependen. Peran peran batu loncatan, seperti bermain dengan boneka, menjaga bayi, dan merawat adik - adik,
dapat meningkatkan pemahaman tentang arti menjadi seorang ibu.
Banyak wanita selalu menginginkan seorang bayi, menyukai anak - anak, dan menanti untuk
menjadi seorang ibu. Mereka sangat dimotivasi untuk menjadi orang tua. Hal ini mempengaruhi
penerimaan mereka terhadap kehamilan dan akhirnya terhadap adaptasi prenatal dan adaptasi
menjadi orang tua (Grossman, Eichler, Winckooff,1980 ;Lederman, 1984). Wanita yang lain
tidak mempertimbangkan dengan terinci arti menjadi seorang ibu bagi diri mereka sendiri.
Konflik selama masa hamil, seperti tidak menginginkan kehamilan dan keputusan - keputusan
yang berkaitan denga karir dan anak harus diselesaikan.
3. Hubungan Ibu - Anak
Ikatan emosional dengan anak mulai timbul pada periode prenatal, yakni ketika wanita mulai
membayangkan dan melamunkan dirinya menjadi ibu (Rubin, 1975; Gaffney, 1988a). Mereka
mulai berpikir seakan - akan dirinya adalah seorang ibu dan membayangkan kualitas ibu seperti
apa yang mereka miliki. Orang tua yang sedang menantikan bayi berkeinginan untuk menjadi
orang tua yang hangat, penuh cinta, dan dekat dengan anaknya. Mereka mencoba untuk
mengantisipasi perubahan - perubahan yang mungkin terjadi pada kehidupannya akibat
kehadiran sang anak dan membayangkan apakah mereka bisa tahan terhadap kebisingan,
kekacauan, kurangnya kebebasan, dan bentuk perawatan yang harus mereka berikan. Mereka
mempertanyakan kemampuan mereka untuk membagi kasih mereka kepada anak yang belum
dilahirkan ini. Rubin (1967) menemukan bahwa wanita menerapkan dan menguji perannya
sebagai ibu dengan mengambil contoh ibunya sendiri atau wanita lain pengganti ibu yang
memberi pelayanan, dukungan, atau berperan sebagai sumber informasi dan pengalaman.
Hubungan ibu - anak terus berlangsung sepanjang masa hamil sebagai suatu proses
perkembangan(Rubin, 1975)
Persiapan melahirkan
Banyak wanita khususnya Nulipara, secara aktif mempersiapkan diri untuk menghadapi
persalinan. Mereka membaca buku, menghadiri kelas untuk orang tua, dan berkomunikasi

dengan wanita lain (ibu, saudara perempuan, teman, orang yang tidak dikenal).Mereka akan
mencari orang terbaik untuk memberi nasihat, arahan, dan perawatan (Patterson, Freese,
Goldenberg, 1990). Rasa cemas dapat timbul akibat kekhawatiran akan proses kelahiran yang
aman untuk dirinya dan anaknya (Rubin, 1975).
4. Hubungan dengan Pasangan
Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya ialah ayah sang anak
(Richardson,1983). Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa wanita yang diperhatikan dan
dikasihi oleh pasangan prianya selama hamil akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan
fisik, lebih sedikit komplikasi persalinan, dan lebih mudah melakukan penyesuaian selama masa
nifas (Grossman,Eichler,Winckoff,1980; May,1982). Ada 2 kebutuhan utama yang ditunjukkan
wanita selama ia hamil (Richardson,1983). Kebutuhan pertama ialah menerima tanda tanda
bahwa ia dicintai dan dihargai. Kebutuhan kedua ialah merasa yakin akan penerimaan
pasangannya terhadap sang anak dan mengasimilasi bayi tersebut ke dalam kelurga. Rubin
(1975) menyatakan bahwa wanita hamil harus memastikan tersedianya akomodasi sosial dan
fisik dalam keluarga dan rumah tangga untuk anggota baru tersebut.
Hubungan pernikahan tidak tetap, tetapi berubah dari waktu ke waktu. Bertambahnya seorang
anak akan mengubah sifat ikatan pasangan untuk selama lamanya. Lederman (1984)
melaporkan bahwa hubungan istri dan suami bertambah dekat selama masa hamil. Dalam
studinya, ia mengatakan bahwa kehamilan berdampak mematangkan hubungan suami istri
akibat peran dan aspek aspek baru yang ditemukan dalam diri masing masing pasangan.
5. Kesiapan untuk melahirkan
Menjelang akhir trimester III, wanita akan mengalami kesulitan napas dan gerakan janin menjadi
cukup kuat sehingga mengganggu tidur ibu. Nyeri pinggang, sering berkemih, keinginan untuk
berkemih, konstipasi, dan timbulnya varies dapat sangat mengganggu. Ukuran tubuh yang besar
dan rasa canggung mengganggu kemampuannya melakukan pekerjaan rumah tangga rutin, dan
mengambil posisi yang nyaman untuk tidur dan istirahat.
Pada saat ini kebanyakan wanita akan tidak sabar untuk menjalani persalinan, apakah disertai
rasa suka cita, rasa takut, atau campuran keduanya. Keinginan yang kuat untuk melihat hasil
akhir kehamilannya dan untuk segera menyelesaikannya membuat wanita siap masuk ke tahap
persalinan.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


PRIORITAS MASALAHBerdasarkan skoring maka prioritas masalah adalah:
1. Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan gaya hidup yang tidak sehat
(merokok)
2. Resiko cedera berhubungan dengan kurangnya kesadaran terhadap bahaya lingkungan
RENCANA KEPERAWATAN KELUARGA
No Diagnosa
Keperawatan Tujuan Kriteria
Hasil Intervensi
2. Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan gaya hidup yang tidak sehat
Resiko cedera berhubungan dengan kurangnya kesadaran terhadap bahaya lingkungan
Jangka panjang
Keluarga akan dapat meningkatkan pemeliharaan kesehatan dengan merubah gaya hidup yang
tidak sehat dengan mengoptimalkan sumber-sumber daya yang dimiliki
Jangka pendek
1. Keluarga akan dapat menguraikan tentang gaya hidup yang tidak sehat setelah diberikan
penjelasan
2. Keluarga akan dapat menyebutkan tentang dampak dari gaya hidup yang tidak sehat setelah
diberikan penjelasan
3. Keluarga akan dapat mengidentifikasi sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan untuk
perubahan pemeliharaan kesehatan setelah diberikan penjelasan
4. Keluarga menyatakan kesanggupan untuk merubah pemeliharaan kesehatan setelah diberikan
penjelasan
Jangka panjang
Keluarga akan dapat melakukan pencegahan terhadap akibat yang akan timbul dari bahaya
lingkungan yang ada
Jangka pendek

1. Keluarga akan dapat menyebutkan resiko dan bahaya lingkungan yang ada setelah diberikan
penjelasan
2. Keluarga akan dapat menjelaskan pencegahan-pencegahan yang dapat dilakukan setelah
diberikan penjelasan
1. Keluarga dapat menyebutkan kembali
- Pengertian dengan singkat
- 3 dampak dari gaya hidup yang tidak sehat
2. Keluarga menyebutkan sumber-sumber dalam keluarga yang dapat dimanfaatkan untuk
perubahan pemeliharaan kesehatan
3. Keluarga menyatakan sanggup untuk merubah pemeliharaan kesehatan (kebiasaan merokok)
1. Keluarga dapat menyebutkan kembali dengan benar resiko dari bahaya lingkungan
2. Keluarga dapat menyebutkan kembali dengan benar pencegahan akibat bahaya lingkungan
3. Keluarga bersedia untuk menjaga lingkungan dalam keluarga yang kondusif
1. Tingkatkan pemahaman keluarga tentang perilaku atau kebiasaan yang tidak sehat :
- Intervensi aspek-aspek negatif dari kebiasaan yang tidak sehat
- Intervensi aspek-aspek positif dari kebiasaan yang tidak sehat (meliputi aspek fisik, lingkungan,
sosial, finansial, dan psikologi)
2. Berikan informasi tentang resiko-resiko yang akan timbul dari kebiasaan yang tidak sehat
a. Resiko terhadap yang bersangkutan
b. Resiko terhadap orang lain
c. Keuntungan merubah perilaku tidak sehat
3. Diskusikan bersama keluarga strategi-strategi yang dapat digunakan untuk merubah kebiasaan
yang tidak sehat
4. Berikan dukungan dan dorongan pada keluarga untuk mencapai keberhasilan
5. Bantu klien untuk mengupayakan lingkungan yang dapat mendukung perubahan kebiasaan
yang tidak sehat
6. Berikan penyuluhan kesehatan
7. Bantu keluarga mengidentifikasi sumber-sumber dalam keluarga yang dapat dimanfaatkan

untuk perubahan pemeliharaan kesehatan


Memberikan penjelasan tentang tingkat pencegahan yang dapat dilakukan :
1. Pencegahan primer
a. Bantu keluarga untuk mampu merasakan kerentanan terhadap bahaya lingkungan
b. Anjurkan keluarga untuk meningkatkan tanggung jawab diri keluarga dalam mencegahan
stressor dan meningkatkan kesehatan dan keselamatan lingkungan
c. Beri penjelasan tentang cara mencegah resiko :
- Memberikan penjelasan tentang bahaya merokok terhadap BUMIL dan janin
- Menganjurkan suami dan ayah untuk tidak merokok disekitar istri yang sedang hamil
- Menganjurkan keluarga untuk menyediakan tempat untuk pembuangan abu rokok
2. Pencegahan skunder
Mengajarkan keluarga tentang cara mendeteksi secara dini masalah-masalah akibat lingkungan
yang tidak sehat
3. Pencegahan tersier
- Menjaga kebersihan lantai rumah dan kamar mandi agar tidak licin
- Memasang penerangan yang memadai
Menganjurkan BUMIL agar berhati-hati dalam melakukan aktivitas
DAFTAR PUSTAKA
Bobak,lowdermik,Jensen.2004.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC
Carpenito-Moyet,Lynda Juall.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta:EGC
Friedman,Marilyn M.1998.Keperawatan Keluarga:Teori Dan Praktek.Jakarta:EGC
Hariyanto,tanto;Imam subekti;Joko wiyono.2005.Asuhan Keperawatan Keluarga:Konsep Dan
Proses.Malang:Buntara Media
Potter,Patricia A.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Dan
Praktek.Jakarta:EGC
Rohmah,Nikmatur dan Saiful walid.2009.Proses Keperawatan:Teori dan Aplikasi.Jakarta:ArRuzz Media
Saminem,hajjah.2008.Kehamilan Normal.Jakarta:EGC

También podría gustarte

  • Hisprung
    Hisprung
    Documento116 páginas
    Hisprung
    Liz Dhe Nisa
    Aún no hay calificaciones
  • Pnemuni
    Pnemuni
    Documento7 páginas
    Pnemuni
    Ayhue Tala'a
    Aún no hay calificaciones
  • Analisa Proses Interaksi
    Analisa Proses Interaksi
    Documento16 páginas
    Analisa Proses Interaksi
    Azizah Zahra
    Aún no hay calificaciones
  • Asd
    Asd
    Documento5 páginas
    Asd
    Ayhue Tala'a
    Aún no hay calificaciones
  • Skripsi
    Skripsi
    Documento17 páginas
    Skripsi
    Ayhue Tala'a
    Aún no hay calificaciones
  • Askep Penglihatan
    Askep Penglihatan
    Documento29 páginas
    Askep Penglihatan
    Ayhue Tala'a
    Aún no hay calificaciones
  • TUBERKULOSIS
    TUBERKULOSIS
    Documento34 páginas
    TUBERKULOSIS
    Ayhue Tala'a
    Aún no hay calificaciones
  • AFASIA
    AFASIA
    Documento8 páginas
    AFASIA
    Ayhue Tala'a
    Aún no hay calificaciones
  • Askep Dikubitus Revisi
    Askep Dikubitus Revisi
    Documento23 páginas
    Askep Dikubitus Revisi
    Ayhue Tala'a
    Aún no hay calificaciones
  • FRAJTUR
    FRAJTUR
    Documento7 páginas
    FRAJTUR
    Ayhue Tala'a
    Aún no hay calificaciones
  • Askep Gangguan Sistem Persepsi Sensori Penglihatan
    Askep Gangguan Sistem Persepsi Sensori Penglihatan
    Documento2 páginas
    Askep Gangguan Sistem Persepsi Sensori Penglihatan
    Ayhue Tala'a
    100% (1)
  • Askep Dikubitus
    Askep Dikubitus
    Documento24 páginas
    Askep Dikubitus
    Ayhue Tala'a
    Aún no hay calificaciones