Está en la página 1de 11

Asuhan Keperawatan Amputasi

joe blackhole
Add Comment
Kamis, 30 Mei 2013

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Amputasi adalah pembedahan memotong dan mengangkat tungkai dan lengan, amputasi
yang disebabkan oleh kecelakaan (23%), penyakit (74%) dan kelainan genital (3%). Amputasi
merujuk pada pengangkatan semua atau sebagian ekstremitas. Bila melakukan amputasi,
dokterbedah berupaya untuk menyelamatkan sebanyak mungkin tungkai. Amputasi dapat terbuka
(guillotine) atau tertutup. Amputasi terbuka dilakukan untuk infeksi berat. Untuk emputasi
tertutup, dokter bedah menutup luka dengan flap kulit yang dibuat dengan memotong tulang
kira-kira dua inci lebih pendek dari pada kulit dan otot.
Pada beberapa kasus, gips plester kaku diberikan pada puntung diruang operasi. Prostetik
tungkai sementara dengan telapak prostetik kemudian disambungkan ke gips plester dan pasien
diizinkan ambulasi dengan beban berat badaan minimal dalam beberapa hari. Teurapik fisik
biasanya mulai mengajarkan tehnik-tehnik pemindahan dan latihan kekuatan otot setelah aalat
drainase luka diangkat. Ambulasi berlanjut saat pasien belajar begaimana untuk
menyeimbangkan bataang parallel pada ruang terapi fisik.
Komplikasi pasca operasi utama dihubungkan dengan amputasi adalah infeksi, hemoragi,
kontraktor dan emboli lemak. Kejadian klinik umum sering menjadi sumber ketidak nyamanan
untuk kebanyakan pasien adalah sensasi fantom limb. Amputasi ekstremitas bawah dapat
dibawah lutut (BKA) atau diatas lutut (AKA).
Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk membahas masalah tersebut dalam
sebuah makalah yang berjudul (ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AMPUTASI).
B. RUMUSAN MASALAH
1.

Apa yang dimaksud dengan Amputasi ?

2.

Bagaimana cara pengkajian pada kliuen dengan Amputasi?

3.

Bagaimana cara mendiagnosa Amputasi?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Diharapkan mahasiswa mahasiswi mampu memahami bagaaimana cara memberikan
asuhan keperawatan pada pasien amputasi.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mahasiswi mampu memahami konsep amputasi
b. Mahasiswa mahasiswi mampu melakukan pengkajian
c. Mahasiswa mahasiswi mampu melakukan diagnose
d. Mahasiswa mahasiswi mampu melakukan perencanaan
D. METODE PENULISAN

Penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu penyebab dan
keadaan secara objektif dan sistematis terdiri dari latar belakang, tujuan dan metode penulisa
yang diberkaitan dengan asuhan keperawatan pada pasien amputasi.
Dimana makalah ini juga terdapat adaanya anggapan-anggapan dasar tentang amputasi dan
pembahasannya juga diuraikan didalamnya tujuannya untuk dapat memahami tentang amputasi
dan dapat memberikan asuhan keperawatan yang intensif pada pasien amputasi,
Tehnik penulisan dalam makalah ini juga diterapkan bagi penulisan untuk membuat dan
mengembangkan makalah ini secara cermat dan teliti. Sehingga mehasiswa (i) mudah memahami
dan mempelajari tentang amputasi.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Amputasi adalah pengangkatan organ yang berada di luar tubuh (misal paha) dan embel
embel tubuh (misal ekor), baik sebagian maupun keseluruhan (kedaruratan medik. 2000)
Amputasi adalah pengangkatan melalui pembedahan kaki karena trauma, penyakit, tumor
atau anomaly kongenital; terkelupasnya kulit secara umum diperbaiki kembali untuk
memudahkan penyembuhan dan penggunaan peralatan protetik (Standart Perawatan Pasien Vol.
3. 1998)
Amputasi adalah tindakan pembedahan dengan membuang bagian tubuh. Untuk amputasi
tertutup, dokter bedah menutup luka dengan klap kulit yang terbuat dengan memotong tulang
kira-kira dua inci lebih pendek dari pada kulit dan otot.
B. ETIOLOGI
Indikasi utama bedah amputasi adalah karena :
1.
Iskemia karena penyakit reskulasisasi perifer biasanya pada orang tua seperti klien dengan
artherosklerosis, diabetes mellitus.
2.
Trauma amputasi bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan, tremal injury seperti terbakar,
tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets diseae dan kelainan kengenital
C. PATOFISIOLOGI
Dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh dengan dua metode :
1. Metode terbuka (guillotine)
Metode ini digunakan pada klien dengan infeksi yang mengembang. Bentuknya benarbenar terbuka dan di pasang drainase agar luka bersih dan luka dapat ditutup setelah tidak
terinfeksi.
2. Metode tertutup (flap amputasi)
Pada metode ini kulit tepi ditarik pada atas ujung tulang dan dijahit pada daerah yang di
amputasi, tidak semua amputasi di operasi dengan terencana, klasifikasi yang ada karena trauma
amputasi.
PATHWAY

D. TINGKATAN AMPUTASI
1. Ekstremitas Atas
Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau tangan kiri,hal ini
berkaitan dengan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, mandi, berpakaian dan aktifitas
yang lainnya yangmelibatkan tangan.
2. Ekstremitas Bawah
Amputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atau sebagian dari jari-jari kaki
yang menimbulkan seminimal mungkin kemampuannya.
Adapun amputasi yang sering terjadi pada ekstremitas terbagi menjadi dua letak amputasi
yaitu :
1. Amputasi dibawah lutut (below knee amputation)
2. Amputasi diatas lutut
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Foto rontgen
: Mengidentifikasi abnormalitas tulang.
Skan CT
: Mengidentifikasi lesi neoplastik, osteomielitis, pembentukan hematoma.
LED
: Mengindikasikan respons inflamasi
Kultur luka
: Mengidentifikasi adanya luka / infeksi dan organisme penyebab.
Biopsy
: Mengkonfirmasikan diagnosa masa benigna / maligna.
F. PENATALAKSANAAN AMPUTASI
Amputasi dianggap selesai setelah dipasang prostesis yang baik dan berfungsi :
1. Rigid dressing
Yaitu dengan menggunakan plester of paris yang dipasang waktu dikamar operasi. Pada
waktu memasang harus direncanakan apakah penderita harus imobilisasi atau tidak. Bila tidak
memasang segera dengan memperhatikan jangan sampai menyebabkan konstriksi stump dan
memasang balutan pada ujung stump serta tempat-tempat tulang yang menonjol.
Setelah pemasangan rigid dressing bisa dilanjutkan dengan mobilisasi segera, mobilisasi
setelah 7-10 hari post operasi dengan mobilisasi segera, mobilisasi setelah luka sembuh. Setelah
2-3 minggu setelah luka stump dan mature.
2. Soft dressing
Yaitu bila ujung stump dirawat secara konvensional, maka digunakan pembalut steril
yang rapi dan semua tulang yang menonjol dipasang bantalan yang cukup. Harus diperhatikan
penggunaan elastik verban jangan sampai menyebabkan konstriksi pada stump. Ujung stump
dielevasi dengan meninggikan kaki tempat tidur, melakukan elevasi dengan mengganjal bantal
pada stump tidak baik sebab akan menyebabkan fleksi kontraktur. Biasanya luka diganti balutan
dan drain dicabut setelah 48 jam. Ujung stump ditekan sedikit dengan soft dressing dan pasien
diizinkan secepat mungkin untuk berdiri setelah kondisinya mengizinkan. Biasanya jahitan
dibuka pada hari ke 10 14 post operasi. Pada amputasi diatas lutut, penderita diperingatkan
untuk tidak meletakkan bantal dibawah stump, hal ini perlu diperhatikan untuk mencegah
terjadinya kontraktur.
G. DAMPAK MASALAH TERHADAP SISTEM TUBUH
Adapun pengaruhnya meliputi :

1. Kecepatan metabolisme
Jika seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan menyebabkan penekanan pada fungsi
simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah sehingga menurunkan kecepatan
metabolisme basal.
2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Adanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih besar dari anabolisme,
maka akan mengubah tekanan osmotik koloid plasma, hal ini menyebabkan pergeseran cairan
intravaskuler ke luar keruang interstitial pada bagian tubuh yang rendah sehingga menyebabkan
oedema. Immobilitas menyebabkan sumber stressor bagi klien sehingga menyebabkan
kecemasan yang akan memberikan rangsangan ke hypotalamus posterior untuk menghambat
pengeluaran ADH, sehingga terjadi peningkatan diuresis.
3. Sistem respirasi
a. Penurunan kapasitas paru
Pada klien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka kontraksi otot intercosta relatif
kecil, diafragma otot perut dalam rangka mencapai inspirasi maksimal dan ekspirasi paksa.
b. Perubahan perfusi setempat
Dalam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan rasio ventilasi dengan
perfusi setempat, jika secara mendadak maka akan terjadi peningkatan metabolisme (karena
latihan atau infeksi) terjadi hipoksia.
c. Mekanisme batuk tidak efektif
Akibat immobilisasi terjadi penurunan kerja siliaris saluran pernafasan sehingga sekresi mukus
cenderung menumpuk dan menjadi lebih kental dan mengganggu gerakan siliaris normal.
4. Sistem Kardiovaskuler
a. Peningkatan denyut nadi
Terjadi sebagai manifestasi klinik pengaruh faktor metabolik, endokrin dan mekanisme pada
keadaan yang menghasilkan adrenergik sering dijumpai pada pasien dengan immobilisasi.
b. Penurunan cardiac reserve
Dibawah pengaruh adrenergik denyut jantung meningkat, hal ini mengakibatkan waktu pengisian
diastolik memendek dan penurunan isi sekuncup.
c. Orthostatik Hipotensi
Pada keadaan immobilisasi terjadi perubahan sirkulasi perifer, dimana anterior dan venula
tungkai berkontraksi tidak adekuat, vasodilatasi lebih panjang dari pada vasokontriksi sehingga
darah banyak berkumpul di ekstremitas bawah, volume darah yang bersirkulasi menurun, jumlah
darah ke ventrikel saat diastolik tidak cukup untuk memenuhi perfusi ke otak dan tekanan darah
menurun, akibatnya klien merasakan pusing pada saat bangun tidur serta dapat juga merasakan
pingsan.
5. Sistem Muskuloskeletal
a. Penurunan kekuatan otot
Dengan adanya immobilisasi dan gangguan sistem vaskuler memungkinkan suplai O2 dan nutrisi
sangat berkurang pada jaringan, demikian pula dengan pembuangan sisa metabolisme akan
terganggu sehingga menjadikan kelelahan otot.
b. Atropi otot

c.
d.

6.
a.

b.

7.

a.
b.

Karena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya penurunan fungsi persarafan.
Hal ini menyebabkan terjadinya atropi dan paralisis otot.
Kontraktur sendi
Kombinasi dari adanya atropi dan penurunan kekuatan otot serta adanya keterbatasan gerak.
Osteoporosis
Terjadi penurunan metabolisme kalsium. Hal ini menurunkan persenyawaan organik dan
anorganik sehingga massa tulang menipis dan tulang menjadi keropos.
Sistem Pencernaan
Anoreksia
Akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi sekresi kelenjar
pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi serta penurunan kebutuhan kalori yang
menyebabkan menurunnya nafsu makan.
Konstipasi
Meningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat pristaltik usus dan spincter anus menjadi
kontriksi sehingga reabsorbsi cairan meningkat dalam colon, menjadikan faeces lebih keras dan
orang sulit buang air besar.
Sistem perkemihan
Dalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing berada dalam keadaan
sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya gravitasi, pelvis renal banyak menahan urine
sehingga dapat menyebabkan :
Akumulasi endapan urine di renal pelvis akan mudah membentuk batu ginjal.
Tertahannya urine pada ginjal akan menyebabkan berkembang biaknya kuman dan dapat
menyebabkan ISK.

8. Sistem integument
Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan bokong akan tertekan
sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah dan nutrisi ke jaringan. Jika hal ini
dibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis dan akan normal kembali jika tekanan dihilangkan
dan kulit dimasase untuk meningkatkan suplai darah.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN AMPUTASI
I.
a.
1.

2.
3.

PENGKAJIAN
Pengumpulan Data
Identitas Klien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, diagnosa medis, no register
dan tanggal MRS.
Keluhan Utama
Biasanya px mengeluh sakit (nyeri) pada daerah luka post op apabila digerakkan.
Riwayat Penyakit Dahulu.
Pada klien fraktur pernah mengalami kejadian patah tulang apa pernah mengalami tindakan
operasi apa tidak.

4.
5.
b.
1.
2.

3.
4.
.
II.

Riwayat Penyakit Sekarang.


Pada umumnya penderita mengeluh nyeri pada daerah luka operasi.
Riwayat Penyakit Keluarga.
Didalam anggota keluara tidak / ada yang pernah mengalami penyakit fraktur / penyakit menular.
Pola Pola Fungsi
Aktivitas/Istirahat
Gejala :
keterbatasan actual atau antisipasi yang dimungkinkan oleh kondisi/amputasi
Integritas ego
Tanda : ansietas, ketakutan, peka, marah, ketakutan, menarik diri, keceriaan berdaya
Gejala : masalah tentang antisipasi perubahan pola hidup, situasi financial, reaksi orang lain
perasaan putus asa, tidak berdaya.
Seksualitas
Gejala : masalah tentang keintiman hubungan
Interaksi social
Gejala : masalah hubungan dengan penyakit atau kondisi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Untuk klien dengan amputasi diagnosa keperawatan yang lazim terjadi adalah :
1. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kehilangan anggota tubuh.
2. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan
otot.
3. Gangguan pemenuhan ADL; personal hygiene kurang berhubungan dengan kurangnya
kemampuan dalam merawat diri.
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring yang lama.
5. Potensial kontraktur berhubungan dengan immobilisasi.
6. Potensial infeksi berhubungan dengan adanya luka yang terbuka.
III.
PERENCANAAN/ INTERVENSI
1. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kehilangan anggota tubuh.
a. Tujuan :
Jangka Panjang :
Mobilisasi fisik terpenuhi.
Jangka Pendek :
- Klien dapat menggerakkan anggota tubuhnya yang lainnya yang masih ada.
- Klien dapat merubah posisi dari posisi tidur ke posisi duduk.
- ROM, tonus dan kekuatan otot terpelihara.
- Klien dapat melakukan ambulasi.
b. Intervensi :
1) Kaji ketidakmampuan bergerak klien yang diakibatkan oleh prosedur pengobatan dan catat
persepsi
klien
terhadap
immobilisasi.
Rasional : Dengan mengetahui derajat ketidakmampuan bergerak klien dan persepsi klien
terhadap immobilisasi akan dapat menemukan aktivitas mana saja yang perlu dilakukan.
2) Latih klien untuk menggerakkan anggota badan yang masih ada.

3)

4)
5)

2.
a.

b.
1)

2)

3)

4)

3.
a.

Rasional : Pergerakan dapat meningkatkan aliran darah ke otot, memelihara pergerakan sendi
dan mencegah kontraktur, atropi.
Tingkatkan ambulasi klien seperti mengajarkan menggunakan tongkat dan kursi roda.
Rasional : Dengan ambulasi demikian klien dapat mengenal dan menggunakan alat-alat yang
perlu digunakan oleh klien dan juga untuk memenuhi aktivitas klien.
Ganti posisi klien setiap 3 4 jam secara periodic
Rasional : Pergantian posisi setiap 3 4 jam dapat mencegah terjadinya kontraktur.
Bantu klien mengganti posisi dari tidur ke duduk dan turun dari tempat tidur.
Rasional : Membantu klien untuk meningkatkan kemampuan dalam duduk dan turun dari tempat
tidur.
Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan
otot.
Tujuan :
Jangka Panjang :
Nyeri berkurang atau hilang
Jangka Pendek :
Ekspresi wajah klien tidak meringis kesakitan.
Klien menyatakan nyerinya berkurang
Klien mampu beraktivitas tanpa mengeluh nyeri.
Intervensi :
Tinggikan posisi stump
Rasional : Posisi stump lebih tinggi akan meningkatkan aliran balik vena, mengurangi edema dan
nyeri.
Evaluasi derajat nyeri, catat lokasi, karakteristik dan intensitasnya, catat perubahan tanda-tanda
vital dan emosi.
Rasional : Merupakan intervensi monitoring yang efektif. Tingkat kegelisahan mempengaruhi
persepsi reaksi nyeri.
Berikan teknik penanganan stress seperti relaksasi, latihan nafas dalam atau massase dan
distraksi.
Rasional : Distraksi untuk mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri karena perhatian klien
dialihkan pada hal-hal lain, teknik relaksasi akan mengurangi ketegangan pada otot yang
menurunkan rangsang nyeri pada saraf-saraf nyeri.
Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : Analgetik dapat meningkatkan ambang nyeri pada pusat nyeri di otak atau dapat
membloking rangsang nyeri sehingga tidak sampai ke susunan saraf pusat.
Gangguan pemenuhan ADL; personal hygiene kurang berhubungan dengan kurangnya
kemampuan dalam merawat diri.
Tujuan :
Jangka Panjang :
Klien dapat melakukan perawatan diri secara mandiri.
Jangka Pendek :
Tubuh, mulut dan gigi bersih serta tidak berbau.

b.
1)

2)

3)

4.
a.

b.
1)

2)

3)
5.
a.

b.

Kuku pendek dan bersih.


Rambut bersih dan rapih
Pakaian, tempat tidur dan meja klien bersih dan rapih.
Klien mengatakan merasa nyaman.
Intervensi :
Bantu klien dalam hal mandi dan gosok gigi dengan cara mendekatkan alat-alat mandi, dan
menyediakan air di pinggirnya, jika klien mampu.
Rasional : Dengan menyediakan air dan mendekatkan alat-alat mandi maka akan mendorong
kemandirian klien dalam hal perawatan dan melakukan aktivitas.
Bantu klien dalam mencuci rambut dan potong kuku.
Rasional : Dengan membantu klien dalam mencuci rambut dan memotong kuku maka kebersihan
rambut dan kuku terpenuhi.
Anjurkan klien untuk senantiasa merapikan rambut dan mengganti pakaiannya setiap hari.
Rasional : Dengan membersihkan dan merapihkan lingkungan akan memberikan rasa nyaman
klien.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring yang lama.
Tujuan :
Jangka Panjang :
Klien dapat sembuh tanpa komplikasi seperti infeksi.
Jangka Pendek :
Kulit bersih dan kelembaban cukup.
Kulit tidak berwarna merah.
Kulit pada bokong tidak terasa ngilu.
Intervensi :
Kerjasama dengan keluarga untuk selalu menyediakan sabun mandi saat mandi.
Rasional : Sabun mengandung antiseptik yang dapat menghilangkan kuman dan kotoran pada
kulit sehingga kulit bersih dan tetap lembab.
Pelihara kebersihan dan kerapihan alat tenun setiap hari.
Rasional : Alat tenun yang bersih dan rapih mengurangi resiko kerusakan kulit dan mencegah
masuknya mikroorganisme.
Anjurkan pada klien untuk merubah posisi tidurnya setiap 3 4 jam sekali
Rasional : Untuk mencegah penekanan yang terlalu lama yang dapat menyebabkan iritasi.
Resiko tinggi terhadap kontraktur berhubungan dengan immobilisasi.
Tujuan :
Jangka Panjang :
Kontraktur tidak terjadi.
Jangka Pendek :
Klien dapat melakukan latihan rentang gerak.
Setiap persendian dapat digerakkan dengan baik.
Tidak terjadi tanda-tanda kontraktur seperti kaku pada persendian.
Intervensi :

1) Pertahankan peningkatan kontinyu dari puntung selama 24 48 jam sesuai pesanan. Jangan
menekuk lutut, tempat tidur atau menempatkan bantal dibawah sisa tungkai, tinggikan kaku
tempat tidur melalui blok untuk meninggikan puntung.
Rasional : Peninggian menurunkan edema dan menurunkan resiko kontraktur fleksi dari panggul.
2) Tempatkan klien pada posisi telungkup selama 30 menit 3 4 kali setiap hari setelah periode
yang ditentukan dari peninggian kontinyu.
Rasional : Otot normalnya berkontraksi waktu dipotong. Posisi telungkup membantu
mempertahankan tungkai sisa pada ekstensi penuh.
3) Tempatkan rol trokanter disamping paha untuk mempertahankan tungkai adduksi.
Rasional : Kontraktur adduksi dapat terjadi karena otot fleksor lebih kuat dari pada otot
ekstensor.
4) Mulai latihan rentang gerak pada puntung 2 3 kali sehari mulai pada hari pertama pasca
operasi. Konsul terapist fisik untuk latihan yang tepat.
Rasional : Latihan rentang gerak membantu mempertahankan fleksibilitas dan tonus otot.
6. Potensial infeksi berhubungan dengan adanya luka yang terbuka.
a. Tujuan :
Jangka Panjang :
Infeksi tidak terjadi
Jangka Pendek :
- Luka bersih dan kering
- Daerah sekitar luka tidak kemerahan dan tidak bengkak.
- Tanda-tanda vital normal
- Nilai leukosit normal (5000 10.000/mm3)
b. Intervensi :
1) Observasi keadaan luka
Rasional : Untuk memonitor bila ada tanda-tanda infeksi sehingga akan cepat ditanggulangi.
2) Gunakan teknik aseptik dan antiseptik dalam melakukan setiap tindakan keperawatan
Rasional : Tehnik aseptik dan antiseptik untuk mencegah pertumbuhan atau membunuh kuman
sehingga infeksi tidak terjadi.
3) Ganti balutan 2 kali sehari dengan alat yang steril.
Rasional : Mengganti balutan untuk menjaga agar luka tetap bersih dan dengan menggunakan
peralatan yang steril agar luka tidak terkontaminasi oleh kuman dari luar.
4) Monitor LED
Rasional : Memonitor LED untuk mengetahui adanya leukositosis yang merupakan tanda-tanda
infeksi.
5) Monitor tanda-tanda vital
Rasional : Peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi dan penurunan tekanan darah
merupakan salah satu terjadinya infeksi

BAB IV

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Amputasi adalah pengangkatan memalui bedah atau traumatic pada tungkai dan lengan.
Pada umumnya trauma amputasi, bisa disebabkan tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti
disease dan kelainan congenital. Dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian dari tubuh.
B. SARAN
1. Bagi klien dan keluarga
Diharapkan klien mengeri dan memahami terhadap kesehatan citra tubuh yang
dialaminya. Tahu tentang pengobatan dan pemulihan
2. Bagi perawat
Diharapkan dalam melakukan tindakan keperawatan hendaknya sesuai dengan masalah
klien berdasarkan kebutuhan, baik psikologi dan spiritual sehingga dapat diketahui permasalahan
yang ada.

DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C, and john E. Hall 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi ke-9 jakarta : EGC
Katzung, betran G, 1998 farmakologi dasar dan klinik edisi IV, Jakarta : EGC
Price, silvia A, and lorraine M. Wilson. 1995. patofisiologi : konsep klinis
Proses-proses penyakit vol. II edisi IV, Jakarta :EGC
Sudayo, Aru W. dkk. 2006 buku ajar ilmu penyakit dalam fakultas kedokteran universitas Indonesia.

También podría gustarte