Está en la página 1de 10

No

Topik

Indikator
Nasional

Daerah/Kabupaten

Masalah

Internasional

Keperawata
8

n
Penyakit

Tuberculosis

Menurut Dinkes dalam MTTRO


(2013)

menyatakan

Indonesia sekarang berada pada

Tuberkulosis (TB) masih menjadi

bahwa

ranking kelima negara dengan

salah

yang

beban TB tertinggi di dunia.

paling mematikan di dunia. Pada

tercatat berdasarkan fasyankes

Estimasi prevalensi TB semua

2013, diperkirakan 9,0 juta orang

menunjukkan

kasus adalah sebesar 660,000

mengembangkan TB dan 1,5 juta

puskesmas masih mendominasi

(WHO,

kontribusi pasien TB. Kontribusi

insidensi

rumah sakit pada tahun 2012,

kasus baru per tahun. Jumlah

untuk semua tipe sebesar 15%

kematian akibat TB diperkirakan

(6.304 dari 42.440 kasus TB

61,000 kematian per tahunnya.


Survei pada tahun 2004 tersebut

kematian terjadi pada laki-laki

pada kelompok BTA positif, dari

juga

wanita juga tinggi. Pada tahun

26.706 kasus, kontribusi rumah

pencarian pelayanan kesehatan.

2013,

sakit adalah 2.136 kasus (8%).


Hasil pengobatan pasien TB

Apabila

wanita meninggal akibat TB, lebih

keluarga yang mempunyai gejala

dari

yang

TB,

adalah HIV-positif. Sekitar

distribusi

pasien

TB

data

bahwa

yang tercatat), sedangkan jika

sudah

diobati
cukup

di

Puskesmas

baik

2010)

satu

penyakit

menular

dan

estimasi

meninggal karena penyakit ini,

berjumlah

430,000

360 000 di antaranya adalah HIV-

mengungkapkan
terdapat
66%

akan

pola
anggota
memilih

positif.
Sekitar

60%

kasus

TB

dan

akan tetapi beban penyakit pada


diperkirakan
sepertiga

di

510.000
antaranya
80

dengan

berkunjung ke Puskesmas, 49%

000 kematian akibat TB yaitu

angka keberhasilan pengobatan

ke dokter praktik swasta, 42% ke

HIV-negatif terjadi pada anak-

di atas 90%, sedangkan untuk

rumah sakit pemerintah, 14% ke

rumah sakit masih sekitar 70%,

rumah sakit swasta dan sebesar

bahkan masih ada rumah sakit

11%

perawat

TB turun sekitar 45% antara

dengan

praktik swasta.
Menurut sumber data evaluasi

tahun 1990 dan 2013, tingkat

nasional TB 2010 dalam strategi

periode yang sama. Kemajuan

merupakan salah satu indikator

pengendalian

Indonesia

dibutuhkan untuk mempercepat

kinerja

2010-2014 menyatakan bahwa

mencapai target Stop TB dari

penting dan berpengaruh pada

jumlah

pengurangan 50% pada tahun

mutu

kesehatan

angka

keberhasilan

pengobatan di bawah 50%.


Angka
Putus
Berobat
pengobatan
pengobatan.

yang
Semakin

ke

bidan

atau

TB

fasilitas
(FPK)

prevalensi TB turun 41% selama

pelayanan
yang

telah

2015.
Pada tahun 2013, 6,1 juta kasus

tinggi angka putus berobat di

menerapkan strategi DOTS yakni

suatu wilayah/ fasyankes, maka

30%

ada

untuk

puskesmas, 100% RS Paru dan

jumlah tersebut, 5,7 juta adalah

meningkatnya kasus MDR di

BP4 telah menerapkan strategi

orang-orang

wilayah tersebut. Rumah sakit

DOTS sedangkan pihak swasta

didiagnosis dan 0,4 juta orang

umum

belum diketahui apakah telah

yang

kecenderungan

merupakan
memiliki

fasyankes

risiko

untuk

rumah

sakit,

TB

98%

menerapkan strategi ata tidak.

angka putus berobat yang tinggi

dilaporkan oleh WHO. Dari


yang

baru

yang sudah pengobatan.


Kasus TB telah stabil dalam
beberapa tahun terakhir. Tahun

Target penurunan angka kesakitan dan

2013 sekitar 64%, diperkiraan 9

kematian akibat TB dalam Rencana


kegagalan 4% (lihat bagan 2)
Jangka
Menengah
Angka keberhasilan pengobatan Pembangunan

juta orang yang mengidap TB

tahun 2011 dan kasus MDR Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014 :

Pada

sekitar

anak di tahun yang sama.


Secara global, angka kematian

14%

dengan

angka

sebagai kasus yang terdiagnosa.


tahun

2013,

tingkat

yang tercatat di Malang Raya

Jumlah

sekitar 90% dengan kasus TB

penduduk

MDR sampai tahun 2012 adalah

sedangkan presentase kasus baru

16.
Menurut Dinkes dalam MTTRO
(2013)

menyatakan

kepekaan

OAT

seluruh

pada
pasien
baru,

pasien

ditingkatkan

keberhasilan pengobatan terus

100.000

235

menjadi tinggi yakni

orang,

baru TB paru (BTA posistif) yang

pengobatan ulang dan


5%

mencapai

per

disembuhkan sebanyak 85
Angka kejadian, prevalensi

antara semua kasus TB baru.


Rata-rata sekitar 9% pasien
TB.
WHO (2015) melalui The End
Strategy TB memiliki visi dunia

dan

bebas

dari

TBC

yangmana

menekan kematian, penyakit dan


penderitaan karena TBC dengan

penduduk/tahun)

tujuan

sebanyak 228 pada tahun 2009


Tingkat prevalensi Tuberkulosis (per
100,000 penduduk) sebanyak 244

secara

tingkat kematian akibat Tuberkulosis


Angka kejadian Tuberkulosis (semua
kasus/100,000

86% di

MDR-TB memiliki obat resisten

sebanyak 73 dan presentase kasus

target yang ditetapkan pada


tes

TB

TB paru (BTA posistif) yag ditemukan

bahwa

tahun 2016 adalah:


1. Pemeriksaan

kasus

mengakhiri

epidemi

tuberkulosis secara global.


Visi Stop TB Partnership adalah

bertahap sampai 25%


2. Pasien TB MDR yang

pada tahun 2009


Proporsi jumlah kasus Tuberkulosis

dunia bebas TB, yang akan

diobati mencapai 100%

yang terdeteksi dan diobati dalam

dari

program

sebagai berikut:
1.
Menjamin akses terhadap

pasien

TB

MDR

terdiagnosis
3. Setiap kabupaten kota
mampu
kegiatan
wilayahnya

mengelola
MTTRO

di

DOTS

sebanyak

pada tahun 2009


Tingkat
kematian

73,1%

dicapai

melalui

empat

misi

diagnosis, pengobatan yang


karena

efektif dan kesembuhan bagi

Tuberkulosis (per 100,000 penduduk)

setiap pasien TB.


2. Menghentikan penularan TB.
3. Mengurangi
ketidakadilan

sebanyak 39 pada tahun 2009


Proposi kasus Tuberkulosis yang

4. Jawa Timur memiliki 2

diobati dan sembuh dalam program

RS Rujukan TB MDR

DOTS sebanyak 87,0% pada tahun

dan 10 RS Sub Rujukan

2000 dan 91,0% pada tahun 2009

TB MDR serta fasyankes

(Kemkes, 2009)
Data SDKI menunjukkan penurunan

satelit

cukup

yang

penerapan

AKB dari 35 menjadi 34 per 1.000

infeksi

kelahiran hidup pada tahun 2007,

yang efektif
5. Setiap kabupaten kota

namun masih jauh lebih tinggi dari

dengan
pengendalian

memiliki

minimal

fasyankes
dahak
6. Ada
5
Kultur

2015, yaitu sebesar 23 per 1000

pengumpul

kelahiran hidup. Penyakit menular

Laboratorium
selain

BBLK

Surabaya yang mampu


melaksanakan
pemeriksaan

evaluasi

pengobatan pasien TB
MDR
7. Ada 2 laboratorium selain
BBLK

target AKB dalam MDGs pada tahun

Surabaya

yang

masih

tetap

merupakan

masalah

kesehatan masyarakat dan penyakit


tidak menular cenderung meningkat.
Beberapa penyakit menular yang
masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat antara lain, TB, Demam
Berdarah

Dengue

(DBD),

diare,

malaria, HIV/AIDS. Selain itu, muncul


pula

penyakit

zoonotik

sebagai

sudah tersertifikasi tes

masalah kesehatan masyarakat yang

kepekaan

berpotensi menimbulkan pandemik,

OAT

lini

dalam

beban

sosial

ekonomi akibat TB.


4. Mengembangkan

dan
dan

menerapkan berbagai strategi


preventif,

upaya

diagnosis

dan pengobatan baru lainnya

untuk menghentikan TB.


Target yang ditetapkan Stop TB
Partnership

sebagai

tonggak

pencapaian utama adalah:


1. Pada tahun 2015, beban
global

penyakit

TB

(prevalensi dan mortalitas)


akan

relatif

berkurang

sebesar

50%

dibandingkan tahun 1990,


dan setidaknya 70% orang
yang terinfeksi TB dapat
dideteksi dengan strategi
DOTS

dan

diantaranya
sembuh.
2. Pada tahun

85%

dinyatakan
2050

TB

pertama dan lini kedua.

Indikator dalam MTTRO yang


ditetapkan sesuai dengan buku
petunjuk teknis MTTRO, yaitu:

seperti flu burung dan influenza tipe A

bukan

baru (virus H1N1).


Dengan angka nasional

masalah
proporsi

kasus relaps dan gagal pengobatan


di bawah 2%, maka angka resistensi

a. Indikator Utama: Angka


pengobatan pasien TB MDR
(enrollment Rate) dan angka
keberhasilan pengobatan

obat TB pada pasien yang diobati di


pelayanan kesehatan pada umumnya
masih

rendah.

Namun

demikian,

sebagian besar data berasal dari

(success rate)

Puskesmas yang telah menerapkan

b. Indikator Tambahan:
o Angka Pemeriksaan
suspek
o Angka kultur positif
o Angka MDR di antara
kultur positif

strategi DOTS dengan baik selama


lebih

tahun

terakhir.

Probabilitas terjadinya resistensi obat


TB lebih tinggi di rumah sakit dan
sektor swasta yang belum terlibat
dalam

o Angka konversi

dari

program

pengendalian

TB

nasional sebagai akibat dari tingginya

sampai bulan ke-6

ketidakpatuhan dan tingkat drop out

Indikator tersebut merupakan

pengobatan

bagian yang terintegrasi dalam

diterapkannya strategi DOTS yang

sistem

tinggi. Data dari penyedia pelayanan

pencatatan

dan

pelaporan TB strategi DOTS.

karena

tidak

swasta belum termasuk dalam data di

lagi

merupakan
kesehatan

masyarakat global.

program pengendalian TB nasional.


Sedangkan untuk rumah sakit, data
yang

tersedia

baru

berasal

dari

sekitar 30% rumah sakit yang telah


melaksanakan
Proporsi

strategi

DOTS.

kasus TB dengan

BTA

negatif sedikit meningkat dari 56%


pada tahun 2008 menjadi 59% pada
tahun

2009.

Peningkatan

jumlah

kasus TB BTA negatif yang terjadi


selama

beberapa

sangat mungkin
karena

tahun

terakhir

disebabkan

meningkatnya

oleh

pelaporan

kasus TB dari rumah sakit yang telah

terlibat dalam program TB nasional.


Jumlah kasus TB anak pada tahun
2009

mencapai

30.806

termasuk

1,865 kasus BTA positif. Proposi


kasus TB anak dari semua kasus TB
mencapai 10.45%. Angka-angka ini
merupakan gambaran parsial dari
keseluruhan kasus TB anak yang

sesungguhnya mengingat tingginya


kasus

overdiagnosis

di

fasilitas

pelayanan kesehatan yang diiringi


dengan rendahnya pelaporan dari

fasilitas pelayanan kesehatan


Hasil survei prevalensi TB (2004)
mengenai pengetahuan, sikap dan
perilaku menunjukkan bahwa 96%
keluarga merawat anggota keluarga
yang menderita TB dan hanya 13%
yang menyembunyikan keberadaan
mereka.

Meskipun

76%

keluarga

pernah mendengar tentang TB dan


85% mengetahui bahwa TB dapat
disembuhkan, akan tetapi hanya 26%
yang dapat menyebutkan dua tanda
dan gejala utama TB. Cara penularan
TB dipahami oleh 51% keluarga dan
hanya 19% yang mengetahui bahwa

tersedia obat TB gratis.


Mitos yang terkait dengan penularan
TB masih dijumpai di masyarakat.

Sebagai

contoh,

studi

mengenai

perjalanan pasien TB dalam mencari


pelayanan

di

Yogyakarta

telah

mengidentifikasi berbagai penyebab


TB yang tidak infeksius, misalnya
merokok, alkohol, stres, kelelahan,
makanan gorengan, tidur di lantai,
dan tidur larut malam. Stigma TB di
masyarakat terutama dapat dikurangi
dengan meningkatkan pengetahuan
dan persepsi masyarakat mengenai
TB,

mengurangi

mitos-mitos

TB

melalui kampanye pada kelompok


tertentu

dan

penyuluhan

membuat

yang

sesuai

materi
dengan

budaya setempat.
Survei pada tahun 2004 tersebut juga
mengungkapkan
pelayanan
terdapat

pola

pencarian

kesehatan.
anggota

keluarga

Apabila
yang

mempunyai gejala TB, 66% akan


memilih berkunjung ke Puskesmas,

49% ke dokter praktik swasta, 42%


ke rumah sakit pemerintah, 14% ke
rumah sakit swasta dan sebesar 11%
ke bidan atau perawat praktik swasta.

Bagan 1 The End Strategy TB

Bagan 2 Angka Putus Berobat dan angka kegagalan pengobatan Pasien


TB per jenis fasyankes di Jawa Timur tahun 2011 (dalam % )

DAFTAR PUSTAKA
1. Dinkes Jatim. 2013. Rencana Pengembangan Manajemen Terpadu Pengendalian TB Resisten Obat. Jawa Timur
2. World Health Organization. 2015. The End TB Strategy
3. World Health Organization. 2014. Global Tuberculosis Report 2014
4. Kemenkes. 2011. StopTerobosan Menuju Akses Universal Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014.
Jakarta
5. Kemenkes. 2011. Strategi Nasional Pengendalian Tuberkulosis Tahun 2011-2014. Diakses melalui
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/inc/buka.php?czozMToiZD1ibisyMDExJmY9Ym4xNjktMjAxMS5odG0manM9MSI7

También podría gustarte