Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran, baik panjang maupun berat.
Pertumbuhan dipengaruhi faktor genetik, hormon, dan lingkungan. Meskipun secara
umum, faktor lingkungan yang memegang peranan sangat penting adalah zat hara
dan suhu lingkungan, namun di daerah tropis zat hara lebih penting dibanding suhu
lingkungan. Zat hara meliputi makanan, air, dan oksigen, menyediakan bahan
mentah bagi pertumbuhan, gen mengatur pengolahan bahan tersebut dan hormon
mempercepat pengolahan serta merangsang gen.
Tidak
semua
makanan
yang
dimakan
oleh
ikan
digunakan
untuk
B. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang
metabolisme, penggunaan energi metabolisme, hormon pertumbuhan dan mitosis,
serta efisiensi pertumbuhan.
C. KEGUNAAN
Proses pertumbuhan dan faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
merupakan pengetahuan penting dalam pengembangan budidaya perikanan.
Pengetahuan ini penting dalam merekacipta teknologi mempercepat pertumbuhan.
Bila organisme peliharaan memiliki pertumbuhan cepat, berarti biaya produksi dapat
dikurangi sehingga dapat memberikan profit yang lebih besar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. METABOLISME
BIOTIK
Suhu
Salinitas
Oksigen
Karbondioks
Aktifitas
Berat
Kelamin
Umur
ida
Amoniak
pH
Fotoperiode
Musim
tekanan
Kelompok (schooling)
Gelisah/stress
Puasa
Ratio makan
(khususnya
dalam
jaringan
otot)
sampai
oksigen
dapat
dimanfaatkan.
c. Metabolisme Lipid
Lipid yakni lemak netral (trigliserida), fosfolipid, kolesterol dan beberapa
senyawa lainnya yang kurang penting. Secara kimia, tigliserida dan fosfolipid
keduanya adalah asam lemak, yang merupakan asam organik hidrokarbon
sederhana berantai panjang.
Beberapa lipid disimpan dalam depot lemak sering sebagai trigliserida untuk
kemudian dipergunakan untuk menyediakan energi bagi proses metabolisme.
Fosfolipid sebagai komponen penting dalam pembentukan struktur membran sel
sehingga esensial dalam membentuk jaringan baru.
Lipid pada ikan tidak jenuh sebagaimana terdapat pada lemak mamalia,
dapat dicerna dan diasimilasi tapi biasanya tidak dapat dimanfaatkan untuk
pertumbuhan atau untuk energi dan hanya terakumulasi di dalam otot dan
sebagai lemak organ dalam.
d. Metabolisme Protein
Sekitar tiga perempat zat pada tubuh adalah protein. Ada 21 jenis asam
amino, 10 diantaranya adalah asam amino esensial yang harus terdapat didalam
makanan yaitu : treonin, lisin, metionin, arginin, valin, penilalanin, triptopan,
leusin, asoleusin, dan histidin. Selebihnya yaitu glisin, alanin, serin, cistein, asam
aspartik, asam glutamik, hidroxylisin, cystin, tirosin, prolin, dan hidroxyprolin.
Tubuh mengubah protein dalam makanan menjadi protein yang sesuai
dengan kebutuhannya. Secara kimia ada dua proses dasar harus diselesaikan
untuk sintesis protein, yakni sintesis asam amino dan konjugasi asam amino
yang sesuai untuk membentuk masing masing jenis protein pada setiap sel.
Jaringan hati merupakan salah satu organ besar yang mempunyai sistem
khusus untuk mengolah asam amino dan menyimpan protein dalam jumlah
besar. Di dalam sel, organel yang berperan dalam pengolahan asam amino
adalah retikulum endoplasma dan kompleks golgi. Segera setelah sintesis
protein oleh ribosom, protein tersebut dilokalisasi dalam retikulum endoplasma,
selanjutnya ditranspor ke aparat golgi melalui vesikel secara bertahap untuk
pematangan dan disekresikan sesuai kebutuhan tubuh. Model pematangan ini
juga berlaku bagi pematangan membran plasma glikoprotein.
Namun demikian, sel tubuh memiliki batas tertentu dalam menimbun protein,
bila telah mencapai batas maksimal, setiap penambahan asam amino dalam
cairan tubuh dipecahkan dan digunakan untuk energi atau disimpan sebagai
lemak. Degradasi ini hampir seluruhnya terjadi didalam hati, dan dimulai dengan
proses yang dikenal sebagai deaminasi (pembuangan gugus amino dari asam
amino) dan di ekskresikan sebagai amoniak (NH3) atau ion amonium (NH4).
Amoniak yang dilepaskan waktu deaminasi dikeluarkan dari darah hampir
seluruhnya dalam bentuk urea.
B. BIOENERGETIK
Bioenergetik
mempelajari
penggunaan
energi
oleh
organisme
hidup.
Bioenergetik melibatkan beberapa sistem organ pada beberapa tingkat fungsi. Pada
hewan, sumber energi adalah makanan, tetapi energi dalam makanan tidak dapat
digunakan sampai makanan tersebut dicerna dan diserap oleh sistem pencernaan.
Energi tersebut dilepaskan dari makanan melalui proses oksidasi, dilain pihak, aspek
molekuler dari pergerakan energi secara umum berasal dari metabolisme, dimana
sebagian besar berasal dari fungsi hati dan otot, juga osmoregulasi dan ekskresi
produk produk buangan dari mesin metabolik.
a. Penggunaan Energi
Pada keadaan cukup makanan, ikan akan mengkonsumsi makanan hingga
memenuhi kebutuhan energinya. Kebutuhan energi dipengaruhi oleh stadia
dalam siklus hidupnya, musim, dan faktor lingkungan lainnya. Ikan muda yang
sedang tumbuh lebih banyak menggunakan energi persatuan berat badannya
dibandingkan ikan dewasa, karena energi dibutuhkan bukan hanya untuk aktifitas
dan pemeliharaan, tetapi juga untuk pertumbuhan. Selain itu pematangan gonad
pada ikan dewasa juga menyebabkan peningkatan kebutuhan energi.
Menurut Gilbert (1988), pada beberapa organisme, suplai makanan dan
oksigen tergantung pada difusi permukaan, sedangkan ratio permukaan dan
volume menurun seiring dengan pertumbuhan organisme. Karena itu, jika terjadi
pertambahan ukuran badan menjadi dua kali lipat, maka rasio permukaan dan
volume menjadi setengahnya. Dengan demikian, penggunaan energi berkurang,
yang ditandai dengan pengurangan konsumsi oksigen per mg berat badan.
b. Efisiensi Energi
Efisiensi energi yang digunakan diekpresikan secara umum dengan
persamaan oleh Alexander (1967 dalam Smith 1982) sebagai berikut :
uF = g (G + H) + R +
S
dengan catatan :
F = jumlah makanan yang dimakan
G = pertumbuhan (produksi jaringan baru)
H = gamet gamet
R = metabolisme dasar
S = aktivitas
Faktor u merupakan jumlah makanan yang masuk dengan nilai khusus
adalah (0.8, sisanya 0.2 adalah nilai makanan yang menjadi feses, urine, atau
amoniak (diekskresikan oleh ginjal), diluar energi yang untuk metabolisme.
Seleksi alam dapat menghasilkan perubahan yang besar dalam pertumbuhan
dan reproduksi yang dibutuhkan secara relatif dalam efisiensi bioenergetik.
Pertumbuhan dan reproduksi terlihat merupakan rangkuman dan integritas ikan
yang merupakan kombinasi antara kapabilitasnya dengan lingkungan.
peningkatan jumlah sel (hiperflasi). Hipertrofi sering ditemukan pada sel sel yang
tidak dapat membelah, misalnya pada jaringan adiposa. Sebaliknya, pada jaringan
D. EFISIENSI PERTUMBUHAN
Sebagian besar siklus operasional budidaya ikan memperhitungkan jumlah
pakan yang dimakan dengan pertumbuhan ikan. Pendugaan jumlah ikan dalam
kolam dan mengestimasi biomassa dapat digunakan dasar untuk menentukan
jumlah pakan yang diberikan dan untuk mengevaluasi kualitas pakan, ratio konversi
pakan dapat diduga dengan rumus :
jumlah pakan yang dimakan selama interval
waktu tertentu
pertambahan berat badan selam interval waktu
tersebut
Semakin kecil rasio konversi pakan, semakin cocok makanan tersebut menunjang
pertumbuhan ikan peliharaan, sebaliknya semakin besar rasio konversi pakan
menunjukkan pakan yang diberikan tidak efektif memicu pertumbuhan.
Menurut
Smith
(1982),
penggunaan
ratio
konversi
pakan
dengan
menggunakan pertambahan berat basah ikan seringkali kurang tepat, karena badan
ikan juga terdiri atas air. Karena itu, pada beberapa kasus ratio konversi dihitung
dengan menggunakan berat kering. meskipun dalam penerapannya, metode ini
kurang praktis karena membunuh ikan, kemudian menganalisis sampel, tetapi nilai
efisiensi bioenergetik yang diberikan lebih aktual.
Rasio berat kering dapat digunakan untuk menghitung efisiensi pertumbuhan, yakni
dengan rumus :
selisih pertambahan berat
kering
rasio konversi pakan (berat
kering)
X
100%
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pertumbuhan
adalah
pertambahan
ukuran,
baik
panjang
maupun
berat.
Pertumbuhan dipengaruhi faktor genetik, hormon, dan zat hara. Ketiga faktor tersebut
bekerja saling mempengaruhi, baik dalam arti saling menunjang maupun saling
menghalangi, untuk mengendalikan urutan dan penjadwalan perkembangannya. Zat hara,
yakni makanan, air, dan oksigen menyediakan bahan tersebut dan hormon mempercepat
pengolahan serta merangsang gen.
Makanan yang penting bagi pertumbuhan, adalah protein, karbohidrat, lipid, mineral,
dan vitamin, ditambah air dan oksigen. Di antara bahan tersebut, vitamin dan mineral
diperoleh dalam keadaan siap pakai. Protein, karbohidrat, dan lipid harus dihancurkan
terlebih dahulu menjadi zat yang lebih sederhana di dalam saluran pencernaan sebelum
dapat dipakai dan dimanfaatkan oleh masing masing sel. Protein dipecahkan menjadi
glukosa dan lipid dipecah menjadi asam lemak dan gliserol. Bahan bahan ini kemudian
diserap kedalam darah dan dibawa ke sel yang membutuhkan.
Di dalam sel, asam amino, asam lemak, gliserol, serta mineral disintesis menjadi
senyawa baru sesuai keperluannya. Sintesis senyawa baru dan pemecahan kembali
senyawa tersebut berguna untuk menyiapkan energi dan bahan bagi proses pertumbuhan.
Pertumbuhan jaringan atau organ, selain dipengaruhi kualitas makanan, juga
dipengaruhi
hormon
pertumbuhan,
baik
faktor
perangsang
pertumbuhan
maupun
menghambat pertumbuhan. Kedua hormon ini memiliki peran yang saling bertentangan,
faktor perangsang pertumbuhan berperan mengaktivasi pembelahan sel, sebaliknya faktor
penghambat pertumbuhan, menghambat pembelahan sel.
DAFTARPUSTAKA
Brunner&Suddarth.2002.BukuAjarKeperawatanMedikalBedah.Edisi8.EGC:Jakarta
Ganong,William.F.2008.Bukuajarfisiologikedokteran.Edisi20.EGC:Jakarta
Sudoyo,Arudkk.2006.BukuAjarIlmuPenyakitDalam.Jilid3,Edisi4.FKUI:Jakarta
Harper,Rodwell,Mayes,1977,ReviewofPhysiologicalChemistry
Colby,1992,RingkasanBiokimiaHarper,AlihBahasa:AdjiDharma,Jakarta,EGC
Wirahadikusumah,1985,MetabolismeEnergi,KarbohidratdanLipid,Bandung,ITB
Harjasasmita,1996,IkhtisarBiokimiadasarB,Jakarta,FKUI
Toha,2001,Biokimia,MetabolismeBiomolekul,Bandung,Alfabeta
Poedjiadi,Supriyanti,2007,DasrdasarBiokimia,Bandung,UIPress