Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Discovery learning,
connections ability.
mathematical
reasoning
ability,
mathematical
ABSTRAK. Bernalar dan mengaitkan ide merupakan kemampuan matematik yang harus
dimiliki siswa. Kemampuan penalaran dan kemampuan koneksi akan memberikan
kontribusi positif kepada siswa dalam membuat hubungan atau mengaitkan beberapa
informasi untuk menarik suatu kesimpulan terhadap masalah yang diberikan. Namun,
beberapa penelitian terdahulu melaporkan bahwa kemampuan penalaran dan
kemampuan koneksi matematik siswa masih belum mengalami peningkatan yang
signifikan serta pencapaian yang belum sesuai dengan skor ideal yang ditetapkan.
Discovery learning merupakan pembelajaran yang mengajak siswa untuk terlibat aktif
dalam proses penemuan. Discovery learning melatih kemampuan bernalar siswa dalam
menemukan kebenaran dengan menggunakan proses induktif atau proses deduktif. Selain
itu, discovery learning melatih siswa mengaitkan informasi yang diberikan dengan
informasi sebelumnya dalam menemukan informasi baru. Sehingga dengan
menggunakan discovery learning dapat meningkatkan kemampuan penalaran dan
koneksi matematik siswa.
Kata Kunci: Pembelajaran penemuan, kemampuan penalaran matematik, kemampuan
koneksi matematik.
1. PENDAHULUAN
Dalam proses pembelajaran matematika, terdapat lima standar,
diantaranya adalah belajar untuk bernalar (mathematical reasoning) dan belajar
untuk mengaitkan ide (mathematical connection), (NCTM, 2000). Bernalar dan
mengaitkan ide merupakan kemampuan matematik yang harus dimiliki siswa.
Ball, Lewis & Thamel (Riyanto, 2011) bahwa mathematical reasoning
is the foundation for the construction of mathematical knowledge. Hal ini berarti
penalaran matematika adalah fondasi untuk mendapatkan atau menkonstruk
pengetahuan matematika. Selanjutnya Jhonson dan Rising (Riyanto, 2011)
menyatakan bahwa mathematics is a creation of the human mind,concened
primarily with idea processes and reasoning. Ini berarti bahwa matematika
merupakan kreasi pemikiran manusia yang pada intinya berkait dengan ide-ide,
proses-proses dan penalaran.
Menurut Sumarmo (Widyasari, 2013) salah satu aktivitas yang
diperlukan dalam meningkatkan kemampuan penalaran adalah pemberian
pengaplikasian konsep ke dalam konsep matematika yang lain, sehingga siswa
lebih memahami interelasi antar konsep-konsep yang mereka pelajari. Hal ini
menunjukkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan penalaran diperlukan juga
adanya kemampuan koneksi siswa.
Koneksi matematik diilhami oleh karena ilmu matematika tidaklah
terpartisi dalam berbagai topik yang saling terpisah, namun matematika
merupakan satu kesatuan. Selain itu matematika juga tidak bisa terpisah dari ilmu
selain matematika dan masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan. Tanpa
koneksi matematika maka siswa harus belajar dan mengingat terlalu banyak
konsep dan prosedur matematika yang saling terpisah (NCTM, 2000). Dengan
koneksi, siswa mampu membangun pemahaman baru berdasarkan pada
pengetahuan sebelumnya.
Untuk meningkatkan kemampuan penalaran dan koneksi matematik
siswa, tentunya tidak terlepas dari upaya pembelajaran di sekolah. Pada kurikulum
2013 pembelajaran berpusat pada siswa sehingga memiliki peran tinggi pada
keaktifan siswa, misalnya melalui pembentukan kelompok belajar. Selain itu,
namun ternyata
diperlukan
pembelajaran
inovatif
yang
dapat
meningkatkan
Discovery
Learning di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan
belajar mengajar secara umum sebagai berikut.
1)
kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agendaagenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya
dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas
pertanyaan masalah). Sedangkan menurut
untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis . Pada tahap ini berfungsi untuk
menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
hipotesis, dengan
Koneksi Matematik
Setelah mengkaji berbagai sumber/referensi di atas penulis menarik
kesimpulan bahwa dalam pembelajaran penemuan siswa dapat membuat
perkiraan, merumuskan suatu hipotesis dan menemukan kebenaran dengan
menggunakan proses induktif atau proses deduktif, melakukan observasi dan
membuat eksplorasi. Dalam menemukan suatu informasi baru tentunya
dibutuhkan informasi lainnya yang mendukung penemuan tersebut.
Penalaran siswa terhadap matematika dapat diperluas melalui eksplorasi
terhadap keterkaitan di antara ide-ide matematika, sehingga siswa memandang
matematika sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh dan bukan sebagai
kumpulan topik yang tidak saling berkaitan.
Menurut Susanti (2012) ketika kemampuan koneksi matematika siswa
baik, maka siswa akan dapat mengembangkan dan menerapkan ketrampilan
penalaran mereka (misalnya pengakuan hubungan, generalisasi melalui penalaran
induktif, penggunaan contoh salah dalam penyanggahan bukti).
Menurut Marzano (Hosnan, 2014) salah satu kelebihan dari model
penemuan adalah meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir
bebas. Hasil belajar discovery mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada
hasil lainnya. Selain itu, Hosnan (2014) menyatakan bahwa discovery learning
membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar
yang baru. Siswa akan dapat mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks.
2.5. Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian berkenaan dengan kemampuan penalaran
matematik siswa (Permana, 2007, Koswara, 2012, Yulian 2013) melaporkan
bahwa kemampuan penalaran siswa meningkat setelah diajarkan dengan model
konsep
matematika.
Pada
penelitian
Vahlia,
dkk
(2013)
pembelajaran
penemuan
pada
sejumlah
studi
di
atas,
penulis
DAFTAR PUSTAKA
Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran
Abad 21: Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Kurniawan, Yunda. (2011). Peningkatan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan
Masalah Matematik Ssiswa SMP melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe
Group Investigation. Tesis UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Koswara, Ucu, dkk. (2012). Mathematical Reasoning and Communication
Abilities: Experiment With Grade-10 Students By Using Contextual
Teaching Assisted with Autograph Program. Educasionist, Jurnal Kajian,
Filosofi, Teori, Kualias, dan Manajemen Pendidikan. Vol. VI. No. 2, 125131.
NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics.
[Online]. Tersedia: http://www.nctm.org/focalpoints. [3 September 2014].
NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA:
NCTM.
Novianti, Riska. (2012). Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Melalui
Discovery Learning pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Jetis Bantul dengan
Media
Lembar
Kerja
Siswa.
[Online].
Tersedia
di:
https://www.academia.edu/4972933/UPAYA_MENINGKATKAN_PEMAHAMAN
_KONSEP_MATEMATIKA_MELALUI_DISCOVERY_LEARNING_PADA_SIS
WA_KELAS_IX_SMP_NEGERI_1_JETIS_BANTUL_DENGAN_MEDIA_LEM
BAR_KERJA_SISWA. [26 Oktober 2014].
Permana, Yanto. (2007). Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan Koneksi
Matematik Siswa SMA Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Disertasi
UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Putri, Finora Maltra. (2013). Pengaruh Pembelajaran Matematika Realistik
terhadap Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP. Dimuat dalam
Edumatica Volume 03 Nomor 01,April 2013, ISSN: 2088-2157. [Online]
Tersedia
di:
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=144681&val=870
Qohar, Abd. (2010). Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Koneksi dan
Komunikasi Matematis serta Kemandirian Belajar Matematika Siswa