Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
1. Konsep Dasar
A. Pengertian
Asma Bronchial adalah suatu penyaklit dengan cirri meningkatnya
respon-respon tracea dan bronchus terhadap berbagai rangsangan dengan
manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya berubahrubah secara spontan maupun sebagai pengobatan.
( Soeparman Sarwono Waspadji, 1998 ).
Asma bronchial adalah penyakit paru dengan cirri khas yakni saluran
nafas
sangat
mudah
bereaksi
dengan
berbagai
rtangsangan
atau
Obstruksi atau spasme bronkus lebih berat , aliran udara sangat sedikit
sehingga suara napas hampir tidak terdengar.
Stadium ini sangat berbahaya karena sering disangka ada perbaikan. Juga
batuk seperti ditekan. Pernapasan dangkal, tidak teratur dan frekuensi napas
yang mendadak meninggi.
B. Anatomi Fisiologi
Fungsi sistem pernafasan adalah untuk mengambil oksigen (O2) dari
atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan untuk mentransfer karbon dioksida (CO 2)
yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer. Organ-organ respiratorik
juga berfungsi dalam produksi wicara dan berperan dalam keseimbangan asam
basa, pertahanan tubuh, melawan benda asing dan pengaturan hormonal tekanan
darah.
1.
rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang
disebut septum. Masing-masing rongga hidung dibagi menjadi tiga saluran
oleh penonjolan turbinasi (konka) dari dinding lateral. Rongga hidung
dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular
yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi secara terus-menerus oleh
sel-sel gobler yang melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak ke
belakang ke nasofaring oleh gerakan cita.
Sinus paranasal termasuk empat pasang rongga berlubang yang dilapisi
oleh mukosa hidung dan epitel kolumnor tertingkat semu yang bersilia.
Fungsi sinus yang menonjol adalah sebagai bilik peresonansi saat berbicara
dan menjadi tempat umum terjadinya infeksi.
Arus udara yang memasuki lubang hidung diarahkan ke atas depan ke
langit-langit hidung dan mengikuti rute sirkuit sebelum udara mencapai
nasofaring. Dalam perjalanannya, udara bersentuhan dengan permukaan
membran mukosa yang luas, lembab dan hangat yang menangkap partikelpartikel debu dan organisme dalam udara
yang dinhalasi.
Udara ini
mencetuskan
mengiritasi.
Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari
paru-paru.
Faring
Faring
atau
tenggorok
adalah
struktur
sepeti
tuba
yang
3.
Laring
Laring, atau orga suara adalah struktur epitel kartilago yang
menghubungkan faring dengan trakea. Fungsi utama laring adalah untuk
memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga melindungi jalan nafas
bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk. Laring sering
disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
4.
Trakea
Trakea adalah tuba dengan panjang 10 cm sampai 12 cm dan diameter
2,5 cm serta terletak di atas permukaan anterior esofagus.
Tuba ini
melintang dari laring sampai bronkus. Trakea dapat tetap terbuka karena
adanya 16 sampai 20 cincin kartilago berbentuk C. Ujung posterior mulut
cincin dihubungkan oleh jaringan ikat dan otot sehingga memungkinkan
ekspansi esofagus.
5.
Percabangan Bronkus
Bronkus primer (utama) kanan berukuran lebih pendek, lebih kecil dan
lebih lurus dibandingkan bronkus primer kiri karena artus aorta
membelokkan trakea bawah ke kanan. Objek asing yang masuk ke dalam
trakea kemungkinan ditempatkan dalam bronkus kanan.
6.
Paru-paru
Paru-paru adalah organ elastik yang berbentuk piramid seperti spons
dan berisi udara, terletak di dalam rongga toraks.
Setiap paru
dibagi
alveolar, sel-sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding
alveolar.
Mekanisme Ventilasi
Selama respirasi, udara mengalir dari lingkungan sekitar ke dalam
trakea, bronkus, bronkiolus dan alveoli.
Tekanan alveolar
Pertukaran Gas
Setelah pertukaran kapiler jaringan ini, darah memasuki vena sistemik
(dimana disebut darah vena) dan mengalir ke sirkulasi pulmonal.
Konsentrasi oksigen dalam darah di dalam kapiler paru-paru lebih rendah
dibanding dengan konsentrasi dalam kantung udara paru, yang disebut
alveoli. Sebagai akibat gradien konsentrasi ini, dengan berdifusi dari alveoli
ke dalam darah . karbon dioksida yang mempunyai konsentrasi dalam darah
lebih tinggi dari konsentrasi dalam alveoli berdifusi dari darah ke alveoli.
9.
Volume
1) Volume tidal (VT) adalah volume udara yang masuk dan keluar paruparu selama ventilasi normal biasa ( + 500 ml)
2) Volume cadangan inspirasi (VCI) adalah volume udara ektra yang
masuk ke paru-paru dengan inspirasi maksimum di atas inspirasi
tidal (3.150 ml untuk laki-laki dan 1900 ml pada perempuan)
Kapasitas
1) Kapasitas residual fungsional (KFR) adalah penambahan volume
residual dan volume cadangan eksprasi (2.200 ml)
2) Kapasitas inspirasi (KI) adalah penambahan volume tidal dan
volume cadangan inspirasi (3.500 ml)
3) Kapasitas Vital (KV) adalah penambahan volume tidal, volume
cadangan inspirasi dan volume cadangan ekspirasi (4.500 ml)
4) Kapasitas total paru (KTP) adalah jumlah total udara yang dapat
ditampung dalam paru-paru dan sama dengan kapasitas vital
ditambah volume resideal (5.700 ml).
C. Manifestasi Klinis
Gejala klinis asma klasik adalah serangan episodic akut, batuk, mengi,
dan sesak nafas. Awal serangan gejala tidak khas seperti rasa beat di dada
dan asma alergik mungkin disertai pilek atau bersin. Pada mulanya batuk
tanpa disertai tanpa disertai secret tapi lama kelamaan akan mengeluarkan
secret baik mukoid, putih, kadang purulent. Ada sebagian asma gejala batu
tanpa disertai mengi dikenal Cough Variant Asthma.
Pada asma alergik gejala tidak khas, apalagi pasien memberikan gejala
terhadap faktor pencetus non alegik seperti asap rokok, asap yang
merangsang, infeksi saluran nafas, ataupun perubahan cuaca.
Jika asma akibat pekerjaan, gejala memburuk pada awal minggu dan
membaik akhir minggu. Gejala mungkin akan membaik bila pasien
dijauhkan dari lingkungan pekerjaan. Pada pasien asma gejala bersifat
paroksismal membaik pada siang hari dan memburuk pada malam hari
(Sedoyo, Aru W, 2006).
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis,
tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk
dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan
keras. Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi ( whezing ),
batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala
tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan.
Selain gejala diatas, ada beberapa gejala yang menyertai diantaranya :
tachypnea, orthopnea, gelisah, diaphorosis, nyeri diabdomen karena terlibat otot
abdomen dalam pernapasan, fatigue, tidak toleran terhadap aktivitas : makan,
berjalan, bahkan berbicara, serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak
dalam dada, disertai pernafasan lambat, ekspirasi selalu lebih susah dan panjang
dibanding inspirasi, sianosis sekunder, gerak-gerak retensi karbondioksida seperti :
berkeringat, takikardia dan pelebaran tekanan nadi, serangan dapat berlangsung dari
30 menit sampai beberapa jam dan dapat hilang secara spontan. Pada serangan asma
yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin banyak, antara lain : silent chest,
sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat
dangkal. Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari (http://usu-library.ac.id).
D. ETIOLOGI
1. Faktor predisposisi
a.
b.
2)
3)
obat-obatan
Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit seperti
perhiasan, logam dan jam tangan
c.
Paparan pekerjaan
d.
e.
Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim
kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin
serbuk bunga dan debu.
f.
Stress
Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita
asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat
untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya
belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
g.
Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang
yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes,
polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
h.
i.
E. PATOFISIOLOGI
1.
Asma alergik
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronchioles
yang menyebabkan sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah
hipersensitivitas bronchioles terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi
yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai
F. KOMPLIKASI
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
1. Status asmatikus
2. Bronchitis kronis, bronkiolus
3. Atelektasis: lobari segmental karena obstruksi brokus oleh lender
4. Hipoksemia
5. Pneumotoraks
Kerja pernapassan meningkat, kebutuhan O2 meningkat. Orang akan
tidak sanggup memenuhi kebutuhan O2 yang sangat tinggi yang
dibutuhkan
untuk
bernapas
melawan
spasme
bronkhiolus,
pneumothoraks
akibat
besarnya
tekanan
untuk
melakukan ventilasi.
6. Emfisema
7. Kematian
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka
kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
b.
c.
Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat
dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang
terjadi pada empisema paru yaitu :
1. Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya
terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation.
2. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung,
yakni terdapatnya RBB (Right bundle branch
block).
3. Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus
tachycardia,SVES, dan VES atau terjadinya depresi
segmen ST negative.
d.
Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa
redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada
paru-paru.
e.
Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara
yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat
respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer
dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol
(inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1
atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma.
Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%.
Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan
diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek
asma,
baik
pengobatannya
maupun
tentang
perjalanan
2. Pengobatan farmakologik :
a. Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2
golongan :
1) Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
a) Orsiprenalin (Alupent)
b) Fenoterol (berotec)
c) Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet,
sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered
dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup
(Ventolin
Diskhaler
dan
Bricasma
Turbuhaler)
atau
cairan
a. Menghindari allergen
b. Hiposensitisasi, dengan menyuntikkan dosis kecil allergen yang
dosisnya makin ditingkatkan diharapkan tubuh akan membentuk IgG
(blocking antibody) yang akan mencegah ikatan allergen dengan IgE
pada sel mast. Efek hiposensitisasi pada orang dewasa saat ini masih
diragukan.
2. Mencegah penglepasan mediator
Premediksi dengan natrium kromolin dapat mencegah spasme bronkus
yang dicetuskan oleh allergen. Natrium kromolin mekanisme kerjanya
diduga mencegah penglepasan mediator dari mastosit. Obat tersebut tidak
dapat mengatasi spasme bronkus yang telah terjadi, oleh karena itu hanya
dipakai sebagai obat profilaktik pada terapi pemeliharaan.
Natrium kromolin paling efektif untuk asma anak yang penyebabnya
alergi, meskipun juga efektif pada sebagian pasien asma intrinsic dan asma
karena kegiatan jasmani. Obat golongan agonis beta 2 maupun teoflin
selain bersifat sebagai bronkodilator juga dapat mencegah penglepasan
mediator.
Episodik
responsnya
tidak
tetap
Jarang
baik
sudah
dalam
4-6
adekuat
minggu,
namun
maka
pemantauan
uji
fungsi
hati
pada
pemberian
ketotifen
dan
setirizin),
penggunaannya
dapat
2. Diagnosa keperawatan
Setelah dilakukan pengumpulan data, dibuat analisa data kemudian
dilanjutkan dengan merumuskan diagnosa keperawatan :
a. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronkopasme
dan peningkatan produksi sputum.
b. Tidak efektifnya pola pernafasan berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru
c. Kerusakan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
dispnue
d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan utama ( penurunan kerja silia ), proses penyakit kronis.
e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi klien saat ini berhubungan dengan
kurang atau keterbatasan informasi.
3. Perencanaan
Perencanaan adalah tahap ketiga dalam proses keperawatan yang
bertujuan untuk membantu memecahkan masalah yang dirasakan oleh klien.
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang dirumuskan, maka perencanaan akan
diberikan melalui intervensi akan dilakukan pada klien.
Langkah-langkah dalam perencanaan asuhan keperawatan adalah :
menentukan prioritas utama, criteria hasil selanjutnya intervensi.
Prioritas utama adalah sebagai berikut:
a. mempertahankan potensi jalan nafas
b. membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas
c. Meningkatkan masukan nutrisi
d. Mencegah komplikasi, memperlambat buruknya kondisi
e. Memberi informasi tentang proses penyakit atau prognosis dan program
pengobatan.
1). Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum ditandai dengan klien mengeluh sulit untuk bernafas.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan jalan nafas
klien efektif
Kriteria hasil :
a). Klien dapat mempertahankan jlan nafas paten dengan bunyi nafas
bersih
b). RR dalam batas normal
c). Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki jalan nafas, misalnya batuk
efektif
Rencana tindakan :
a). Auskultasi bunyi nafas catat adanya bunyi nafas seperti mengi, krekels
dan ronchi.
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi
jalan nafas dapat atau tidak diamnifestasikan dengan
adanya bunyi nafas adventius, seperti : nafas redup, dengan
ekspirasi mengi.
b). Kajian atau pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi atau
ekspirasi.
Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat
ditemukan pad penerimaan atau selama stress atau adnya
proses infeksi akut.
c). Kaji klien untuk posisi yang nyaman, misalnya : peninggian kepala
tempat tidur ( semi fowler )
Rasional : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi
pernafasan dengan menggunakan gravitasi. Namun,
pasien dengan distress berat akan mencari posisi yang
paling mudah bernafas. Sokong tangan dan kaki dengan
meja, bantal dan lain-lain membantu menurunkan
kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.
d). Pertahankan polusi lingkungan minimum, misalnya : debu, asap rokok
dan bulu binatang yang berhubungan dengan kondisi lingkungan
Rasional :
e). Dorong dan bantu klien latihan nafas abdomen dan bibir
Rasional :
Rasional :
Hidrasi
membantu
menurunkan
kekentalan
secret,
kriteria hasil
1. frekuensi dan irama nafas teratur
2. klien tidak sesak
Rencana tindakan
1. Kaji tanda dan gejala ketidakefektifan pernafasan
Rasional : Mengidentifikasi adanya dipsnue dan takipnue
2. Pantau tanda-tanda vital
Rasional : Takikardi, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat
menunjukkan efeksi hipoksemia pada fungsi jantung
3. Baringkan pasien pada posisi semi fowler untuk memaksimalkan
eskpansi paru
Rasional : Dengan posisi semi fowler dapat memaksimalkan
pengiriman oksigen
Kriteria hasil
a). Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat. GDA
dalam rentang normal dan bebas dari gejala stress pernafasan.
b). Klien berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai tingkat kemampuan
atau situasi.
Rencana tindakan:
a). Kaji frekuensi, keadaan pernafasan, catat penggunaan otot aksesoris, nafas
bibir, ketidakmampuan bicara atau berbincang.
Rasional :
b). Tinggikan kepala tempat tidur, Bantu klien untuk memilih posisi yang
mudah untuk bernafas. Dorong nafas dalam perlahan atau nafas bibir
sesuai kebutuhan individu.
Rasional :
c). Kaji atau awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa
Rasional :
e). Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara atau bunyi
tambahan.
Rasional :
g). Awasi tingkat kesadaran atau status mental, selidiki adanya perubahan.
Rasional :
memburuk
disertai
bingung
atau
somnolen
j). Kolaborasi
(1) Awasi atau gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri
Rasional :
Catatan :
(2) Untuk pemberian oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil
GDA dan toleransi klien.
Rasional :
Dapat
memperbaiki
atau
mencegah
memburuknya
hipoksia.
(3) Berikan penekanan SSP ( misal, antiansietas, sedatif, narkotik ) dengan
hati-hati
Rasional :
konsumsi
oksigen
atau
kebutuhan
aksaserbai dipsnue.
(4) Bantu intubasi, berikan atau pertahankan ventilasi mekanik dan
pindahkan ke ICU, sesuai instruksi untuk klien
Rasional :
Terjadinya
kegagalan
nafas
yang
akan
datang
Kriteria hasil :
a). Klien menunjukkan peningkatan berat badan
b). Klien menunjukkan perilaku tu perubahan pola hidup untuk meningkatkan
dan atau mempertahankan berat badan yang tepat.
c). Makan yang dihabiskan lebih banyak 9 porsi )
Rencana tindakan :
a). Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan.
Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
Rasional : Klien distress pernafasan akut sering anoreksia karena dipsnue, produksi
sputum, dan obat. Selain itu, banyak klien asma mempunyai kebiasaan makan buruk,
meskipun kegagalan perbafasan membuat status hipermetabolik dengan peningkatan
kebutuhan kalori.
b). Auskultasi bunyi usus
Dilakukan
untuk
mengidentifikasi
organisme
penyebab
da
h). Berikan informasi perawatan di rumah sesuai dengan kebutuhan pulang dari
perawat.
Rasional : Memberikan kelanjutan perawatan dapat membantu menurunkan frekuensi
perawatan di rumah sakit.
4. Implementasi
Pada tahap ini dilkukan tindakan dari paa yang direncanakan, pada tahap perencanaan
keperawatan, Secara sistematika dan nyata dengan Tujuan untuk mencakup tiondakan
keperawatan dalam menanggulangi dan memecahkan
dengan cara mandiri maupun secara kolaborasi yang selnjutnya dimasukan ke dalam
catatan keperawatan, dalam tindakan keperawatan memrlukan kerjasama perawat
dengan klien, keluarga dan tim-tim kesehtan lainnya, sehigga asuhan keperawatan
dapat diberikan secara komprehensif dan akurat untuk klien tersebut.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan yang dapat digunakan sebagai
alat ukur keberhasilan suatu asuhan keperawatan yang telah dibuat, meskipun evalusi
dianggap tahap akhir fari proses keperawatan, evaluasi ini berguna untuk menilai
setiap langkah dalam perencanaan, mengukur kemajuan klien dalam mencapai tujuan
akhir dan untuk mengevaluasi reaksi dalam menentukan keefektifan rencana atau
perlu dirubah membantu asuhan yang baru atau masalah yang baru.
Evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir yang menggambarkan apakah Tujuan tercapai
sebagian atau tidak sesuai dengan rencana, tau hanya akan timbul masalah.
Adapun evaluasi akhir yang diharapkan pada klien adalah:
a. Bersihkan jalan nafas paten
b. Pola nafas kembali efektif dan dalam batas norml
c. Tidak terjadi perubahan pertukaran gas
d. Tidak terjadi perubahan pola nutrisi
e. Tidk terjadi infeksi
f. Klien Mengerti dan dapat memamahi tentang proses penyakit.