Está en la página 1de 14

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulilah kami ucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
barokah yang telah di limpahkanNya. Sehingga penyusunan makalah yang berjudul
RAGAM BAHASA dapat diselesaikan.
Kami menyadari, bahwa makalah kami ini mungkim kurang tepat atau belum
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami perlukan untuk
menyempurnakan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi
para pembaca pada umumnya. Wassalam.

Penyusun

DAFTAR ISI

1. HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.. 1
DAFTAR ISI ...... 2
2. BAB I
PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.

LATAR BELAKANG 3
RUMUSAN MASALAH .. 3
METODE PEMECAHAN MASALAH..... 3
MANFAAT`.............................................................................................................4

BAB II
ISI
A.
B.
C.
D.

Pengertian ...................................................................................... 5
Ragam bahasa berdasarkan media/ sarana.............................................................6
Ragam bahasa berdassarkan penutur......................................................................7
Ragam bahsa menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian

. 9
E. Analisis ............................................................................................................ 10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

. 11
B. SARAN

12
3. DAFTAR PUSTAKA
.............
. 13

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bahasa indonesia perlu dipelajari oleh semua lapisan masyarakat. Tidak hanya pelajar
dan mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib mempelajari bahasa Indonesia.
Dalam bahasan bahasa Indonesia itu ada yang disebut ragam bahasa. Dimana ragam bahasa
merupakan variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda. Ada ragam bahasa lisan dan ada
ragam bahasa tulisan. Disini yang lebih lebih ditekankan adalah ragam bahasa lisan , karena
lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan ngobrol, puisi,
pidato,ceramah,dll.
Pidato sering digunakan dalam acara-acara resmi. Misalkan saja pidato pesiden,
pidato dari ketua OSIS, ataupun pidato dari pembina upacara. Sistematika dalam pidato pun
hendaklah dipahami betul-betul. Agar pidato yang disampaikan sesuai dengan kaidah yang
benar. Pidato sama halnya denan cermah. Hanya saja ceramah lebih membahas tentang
keagamaan.kalau pidato lebih umum dan bisa digunakan dalam banyak acara.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang di maksud dengan ragam bahasa?
2. Apa saja yang termasuk ke dalam ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulisan?
3. Bagaimana penggunaan ragam bahasa lisan dalam kehidupan sehari hari?
C. Tujuan
1. Memahami macam-macam ragam bahasa indonesia.
2. Bisa membedakan mana yang termasuk ragam bahasa lisan dan mana yang termasuk ragam
bahasa tulisan.

3. Dapat menganalisis ragam bahasa, baik lisan maupun tulisan.


4. Dapat menyebutkan contoh ragam bahasa lisan dan tulisan.
D. Manfaat
Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbiter ( tidak ada hubungan antara
lambang bunyi dengan bendanya ) yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh
masyarakat untuk berkomunikasi, kerja sama, dan identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan
bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder.
Manfaat bahasa dalam masyarakat:
1. Alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia.
2. Alat untuk bekerja sama dengan sesama manusia.
3. Alat mengidentifikasi diri.

BAB II
ISI
A. Pengertian
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut
topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan,
serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Ragam bahasa yang oleh penuturnya
dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di
kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam
suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa
baku atau ragam bahasa resmi.
Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa
Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku.
Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan
bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak
dituntut menggunakan bahasa baku.
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, yaitu (1)
ragam bahasa lisan, (2) ragam bahasa tulis. Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of
speech) dengan fonem sebagai unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa
yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya, dinamakan
ragam bahasa tulis. Jadi dalam ragam bahasa lisan, kita berurusan dengan lafal, dalam ragam
bahasa tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan). Selain itu aspek tata bahasa dan
kosa kata dalam kedua jenis ragam itu memiliki hubungan yang erat. Ragam bahasa tulis yang
unsur dasarnya huruf, melambangkan ragam bahasa lisan. Oleh karena itu, sering timbul kesan
bahwa ragam bahasa lisan dan tulis itu sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa itu berkembang
menjdi sistem bahasa yang memiliki seperangkat kaidah yang tidak identik benar, meskipun ada
pula kesamaannya. Meskipun ada keberimpitan aspek tata bahasa dan kosa kata, masing-masing
memiliki seperangkat kaidah yang berbeda satu dari yang lain.
B. Ragam Bahasa Berdasarkan Media/Sarana

Di dalam bahasa Indonesia disamping dikenal kosa kata baku Indonesia dikenal pula
kosa kata bahasa Indonesia ragam baku, yang alih-alih disebut sebagai kosa kata baku bahasa
Indonesia baku. Kosa kata baasa Indonesia ragam baku atau kosa kata bahasa Indonesia baku
adalah kosa kata baku bahasa Indonesia, yang memiliki ciri kaidah bahasa Indonesia ragam
baku, yang dijadikan tolok ukur yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan penutur bahasa
Indonesia, bukan otoritas lembaga atau instansi di dalam menggunakan bahasa Indonesia ragam
baku. Jadi, kosa kata itu digunakan di dalam ragam baku bukan ragam santai atau ragam akrab.
Walaupun demikian, tidak tertutup kemungkinan digunakannya kosa kata ragam baku di dalam
pemakian ragam-ragam yang lain asal tidak mengganggu makna dan rasa bahasa ragam yang
bersangkutan.
Suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak tertutup
kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat menjadi
anutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Dalam pada itu perlu yang perlu
diperhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang
pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicaraan (Fishman ed., 1968;
Spradley, 1980).
a. Ragam Bahasa Lisan
Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan
fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata,
dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara
atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide. Sehingga
maksud seseorang bisa dilihat dari gaya dia berbicara(Hasan, 2000)
Contoh yang termasuk ke dalam ragam bahasa lisan pun sangat banyak, diantaranya
pidato, ceramah, sambutan, ngobrol, dll. Semua itu sering digunakan kebanyakan orang
dalam kehidupan sehari-hari, terutama ngobrol atau berbincang-bincang, karena tidak diikat
oleh aturan-aturan atau cara penyampaian seperti halnya pidato ataupun ceramah. Syarat
utama dari ngobrol yang penting bisa dimengerti oleh lawan bicara, tidak perlu menggunakan
bahasa baku.
b. Ragam Bahasa Tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan
dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara

penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam
bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun
susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda
baca dalam mengungkapkan ide(Effendi, 1981)
Contoh dari ragam bahasa tulis adalah surat, karya ilmiah, surat kabar, dll. Dalam
ragam bahsa tulis perlu memperhatikan ejaan bahasa indonesia yang baik dan benar.
Terutama dalam pembuatan karya-karya ilmiah.
Ciri Ragam Bahasa Tulis :
1. Kosa kata yang digunakan dipilih secara cermat
2. Pembentukan kata dilakukan secara sempurna,
3. Kalimat dibentuk dengan struktur yang lengkap, dan
4. Paragraf dikembangkan secara lengkap dan padu.
C. Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur
a. Ragam Bahasa Berdasarkan Daerah (logat/diolek)
Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa
Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa
Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing
memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Misalnya logat bahasa Indonesia orang Jawa Tengah
tampak pada pelafalan b pada posisi awal saat melafalkan nama-nama kota seperti Bogor,
Bandung, Banyuwangi, dll. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan t
seperti pada kata ithu, kitha, canthik, dll.

b. Ragam Bahasa berdasarkan Pendidikan Penutur


Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan
berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari
bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak
berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas.
Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa,

nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan
awalan yang seharusnya dipakai
c.

Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur


Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan)

atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan
santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga
mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau
petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan
bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku.
Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat
kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin
rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
Bahasa baku dipakai dalam
1. pembicaraan di muka umum, misalnya pidato kenegaraan, seminar, rapat dinas
memberikan kuliah/pelajaran.
2. pembicaraan dengan orang yang dihormati, misalnya dengan atasan, dengan guru/dosen,
dengan pejabat.
3. komunikasi resmi, misalnya surat dinas, surat lamaran pekerjaan, undang-undang.
4. wacana teknis, misalnya laporan penelitian, makalah, tesis, disertasi.

D. Ragam Bahasa menurut Pokok Pesoalan atau Bidang Pemakaian


Dalam kehidupan sehari-hari banyak pokok persoalan yang dibicarakan. Dalam
membicarakan pokok persoalan yang berbeda-beda ini kita pun menggunakan ragam bahasa
yang berbeda. Ragam bahasa yang digunakan dalam lingkungan agama berbeda dengan
bahasa yang digunakan dalam lingkungan kedokteran, hukum, atau pers. Bahasa yang
digunakan dalam lingkungan politik, berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam
lingkungan ekonomi/perdagangan, olah raga, seni, atau teknologi. Ragam bahasa yang
digunakan menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian ini dikenal pula dengan istilah
laras bahasa.

Perbedaan itu tampak dalam pilihan atau penggunaan sejumlah


kata/peristilahan/ungkapan yang khusus digunakan dalam bidang tersebut, misalnya masjid,
gereja, vihara adalah kata-kata yang digunakan dalam bidang agama; koroner, hipertensi,
anemia, digunakan dalam bidang kedokteran; improvisasi, maestro, kontemporer banyak
digunakan dalam lingkungan seni; pengacara, duplik, terdakwa, digunakan dalam lingkungan
hukum; pemanasan, peregangan, wasit digunakan dalam lingkungan olah raga. Kalimat yang
digunakan pun berbeda sesuai dengan pokok persoalan yang dikemukakan. Kalimat dalam
undang-undang berbeda dengan kalimat-kalimat dalam sastra, kalimat-kalimat dalam karya
ilmiah, kalimat-kalimat dalam koran/majalah, dll. Contoh kalimat yang digunakan dalam
undang-undang.
E. Analisis
Dari keterangan mengenai bahasa lisan dan tulis, supaya kita lebih memahami antara
perbedaan bahasa lisan dan tulis dapat kita ambil contoh pada tabel berikut :
Tabel contoh ragam bahasa lisan dan tulisan
Ragam Bahasa Lisan
Faisal bilang kita harus pulang
Ayah lagi baca koran
Mia tinggal di Tasikmalaya

Ragam Bahasa Tulis


Faisal mengatakan bahwa kita harus pulang
Ayah sedang membaca koran
Mia bertempat tinggal di Tasikmalaya
(www.kiva.org)

Pada kutipan pertama suda jelas bahwa itu bagian dari teks pidato, dan pidato
termasuk ke dalam ragam bahsa lisan. Dikatakan termasuk ragam bahasa lisan karea
diucapkan secara lisan. Dalam penggunaanya kita wajib memperhatikan sistematikanya,
karena digunakan dalam acara resmi.
Ceramah juga termasuk ke dalam ragam bahasa lisan. Karena menurut Ismail,
ceramah itu memberikan nasehat. Secara otomatis nasehat itu disampaikan secara lisan,
sehingga termasuk ragam bahasa lisan.
Membedakan ragam bahsa lisan dan tulisan sangat mudah. Dalam tabel diatas, sangat
terlihat sekali perbedaan antara ragam bahsa lisan dan tulisan. Setelah dianalisis, ragam
bahasa lisan yang sering kita gunakan sehari-hari misalkan dalam bercakap-cakap dengan
teman tidak memerlukan kata-kata baku. Sedangkan dalam ragam bahasa tulis perlu
memperhatikan susunan penulisannya.

BAB III
PENUTUP
Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbiter ( tidak ada hubungan antara
lambang bunyi dengan bendanya ) yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh
masyarakat untuk berkomunikasi, kerja sama, dan identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan
bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder.
Oleh karena itu Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia ini,
karena dengan bahasa orang bisa berinteraksi dengan sesamanya dan bahasa merupakan
sumber daya bagi kehidupan bermasyarakat.
Adapun bahasa dapat digunakan apabila saling memahami atau saling mengerti erat
hubungannya dengan penggunaan sumber daya bahasa yang kita miliki. Kita dapat
memahami maksud dan tujuan orang lain berbahasa/berbicara apabila kita mendengarkan
dengan baik apa yang diakatakan. Untuk itu keseragaman berbahasa sangatlah penting,
supaya komunikasi berjalan lancar.

Maka daripada itu bangsa Indonesia pada tahun 1945 menetapkan bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara yang dituangkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, dan sampai sekarang
pemakaian bahasa Indonesia makin meluas dan menyangkut berbagai bidang kehidupan.
Kita sebagai generasi muda, marilah kita pelihara bahasa Indonesia ini, memgingat akan arti
pentingya bahasa untuk mengarungi kehidupan masa globalisasi, yang menuntuk akan
kecerdasan berbahasa, berbicara, keterampilan menggunakan bahasa dan memegang teguh
bahasa Indonesia, demi memajukan bangsa ini, supaya bangasa kita tidak dipandang sebelah
mata oleh bangsa lain. Maka dari itu disini penulis akan mencoba menguraikan tentang
Berbahasa Yang Baik Dan Benar
A. KESIMPULAN
Ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis bisa dibedakan dengan meihat cara
penulisanny. Jika dalam kehidupan sehari-hari, ragam bahsa tulis perlu memperhatikan
kaedah penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sdangkan dalam ragam bahsa lisan
tidak perlu. Secara jelas ragam bahasa lisan adalah sesuatu yang disampaikan secara lisan,
sedangkan ragam bahasa tulis merupakan sesuatu yang disampaikan melalui tulisan.

B. SARAN
Kami selaku penulis menyadari bahwa makalah yang nerjudul RAGAM BAHASA
masih banyak kesalahan atau sangat jauh dari hasil yang diharapkan, maka dari itu kami
mohon saran dan masukan yang positif agar dalalam makalah berikutnya kami bisa
mengetahui kekurangan dalam makalah sebelumnya. Dengan demikian hasil yang terbaik
selalu di harapkan. Dalam kata papatah yaitu TAK ADA GADING YANG TAK RETAK

DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 1998. Tata Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Diknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2003. Panduan Kongres Bahasa Indonesia VIII.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI.
www.kompas.com
www.asysyariah.com
www.setneg.go.id
www.wikipedia.com
Badudu, J.S. 1983. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: Gramedia.
Effendi, S. 1995. Panduan Berbahasa Indonesia Dengan Baik dan Benar. Jakarta: Pustaka Jaya.

Keraf, Gorys, Dr. 1991. Tata Bahasa Indonesia untuk Sekolah Lanjutan Atas. Flores: Nusa Indah.
Sabariyanto, Dirgo.1999. Kebakuan dan Ketidakbakuan Kalimat dalam Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: Mitra
Gama Widya.
Sugono, Dendy. 1989. Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta: Priastu.
http://kafeilmu.com/2010/12/pengertian-ragam-dan-fungsi-bahasa
indonesia.html#ixzz1ZuvZZV4w

Pertanyaan :
1. Mengapa sistematika sangat diperlukan dalam pidato, dan Apa yang dimaksud dengan
sistematika dan contohnya?? (robi klpok 1)
2.

También podría gustarte