Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
oleh mikotoksin, yaitu toksin yang dihasilkan jamur. Mikotoksin yang banyak mendapat
perhatian saat ini adalah aflatoksin.
Aflatoksin merupakan mikotoksin yang dihasilkan oleh kapang Aspergillus flavus dan
Aspergillus parasiticus. Keberadaan toksin ini dipengaruhi oleh faktor cuaca, terutama suhu
dan kelembaban. Pada kondisi suhu dan kelembaban yang sesuai, seperti di Indonesia
Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus dapat tumbuh pada pakan hewan, kemudian
menghasilkan aflatoksin. Aflatoksin sangat bersifat toksin, dapat menimbulkan kematian
apabila dikonsumsi hewan ternak. Aflatoksin dapat dijumpai pada berbagai pangan biji-bijian
(jagung, sorgum, beras, gandum), rempah-rempah (lada, jahe, kunyit), kacang-kacangan
(almond, kacang tanah), susu (jika ternak mengkonsumsi pakan yang terkontaminasi
aflatoksin), termasuk produk pangan yang terbuat dari bahan-bahan tersebut, seperti roti dan
selai kacang. Namun, komoditi yang mempunyai tingkat risiko tertinggi terkontaminasi
aflatoksin adalah jagung, kacang tanah, dan biji kapas (cotton seed). Dan semua pangan
tersebut, merupakan bahan pakan yang diberikan untuk pakan ternak.
Balai pengujian mutu dan sertifikasi pakan bekasi mempunyai tugas pokok dalam
pengujian pakan ternak. Salah satu upaya BPMSP dalam menunjang keamanan pakan adalah
dengan pengujian aflatoksin.
Metode Pengujian
Sampel
Sampel pakan dan bahan pakan diperoleh dari sampel yang diterima oleh BPMSP
bekasi baik dari pelanggan maupun survei yang dilakukan oleh BPMSP bekasi yang diuji
aflatoksin dengan metode elisa reader di laboratorium pengujian BPMSP bekasi dari tahun
2012 sampai tahun 2014.
Pengujian Aflatoksin
Pengujian aflatoksin di BPMSP bekasi mempunyai 2 metode yaitu HPLC (High Performance
Liquid Chromothografi) dan metode Elisa Reader . Namun, pada tulisan ini akan dibahas
pengujian aflatoksin dengan elisa reader metode. Pengujian aflatoksin dilakukan dengan
menggunakan metoda ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay). Prinsip dasar metode
immunoasay adalah reaksi spesifik antara antigen dan antibodi, hasil reaksi dapat diamati
dengan menggunakan penanda.
metode ELISA terlebih dahulu dilakukan ekstraksi terhadap sampel yang akan diuji. Sampel
untuk pengujian minimal 250 gram. Proses ini diawali dengan pengambilan sub sampel dari
setiap sampel yang ada untuk kemudian dihancurkan menggunakan Grinder hingga halus.
Untuk setiap sampel diperlukan 5 g sampel. Selanjutnya 5 g sampel yang telah halus tersebut
dimasukkan dalam erlenmeyer 250ml.
Langkah berikutnya adalah dengan menambahkan 25 ml metanol 70 % kedalam
larutan, selanjutnya larutan dishaker selama 15 menit, dan sentrifuise selama 10 menit dengan
kecepatan 4000 rpm agar larutan dapat diambil filtratnya. Selanjutnya akan terdapat lapisan
bening pada lapisan atas larutan yang kemudian akan diambil sebanyak 1 ml dan diencerkan
dalam 1 ml aquabidest kemudian di vortex (supernatan), dari larutan supernatan tersebut
diambil 50 l yang selanjutnya diberi perlakuan seperti pada kit aflatoksin dan dianalisa.
Hasil dan Pembahasan
98 permintaan dengan jumlah sampel sebesar 307. Pada tahun 2012 ada 28
permintaan dengan jumlah sampel 119, tahun 2013 sebanyak 26 permintaan dengan jumlah
sampel 61 dan tahun 2014 hingga juli sebanyak 44 permintaan dengan jumlah sampel
sebanyak 127. Permintaan pengujian aflatoksin tersebut berasal dari 4 kategori, dinas,
produsen pakan, perusahaan dan Perorangan. Dinas adalah sampel yang berasal dari
pemerintah baik alokasi maupun biaya sendiri, produsen pakan adalah sampel yang berasal
dari pabrik pakan, perusahaan adalah sampel yang dari perusahaan lelang, pabrik obat-obatan
maupun peternak sedangkan perorangan adalah sampel yang berasal dari individu yang
menatasnamakan orang itu sendiri. Jenis pakan yang di uji adalah pakan, bahan pakan
maupun lainnya yaitu sampel yang tidak diketahui namanya, pelanggan hanya memberi kode
pada kolum nama sampel. Dari total 307 sampel yang diuji, peningkatan aflatoksin setiap
tahunnya dapat dilihat pada diagram dibawah ini di bawah ini :
140
120
100
80
60
40
20
0
2012
2013
2014
sampel pada tahun 2013 dan meningkat menjadi 50 sampel pada tahun 2014. Jadi, dari 307
sampel aflatoksin yang diuji di BPMSP hanya 11 % yang diatas maksimum standar SNI, 43
% masuk atau dibawah batas maksimum SNI dan 46 % sampel tanpa nama jenis sampel
sehingga tidak dapat dibandingkan dengan standar SNI yang ada.
2. Peningkatan Aflatoksin Berdasarkan Jenis Pakan
Sampel yang dianalisa aflatoksin dengan metode elisa reader dapat dibagi 3 kategori :
a. Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang
tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan
berkembang biak. Sampel pakan yang diuji aflatoksin yaitu : pakan ayam ras petelur
(yang memiliki kode pakan, P1, P2, P3, KP2 dan KP3), pakan ayam ras pedaging (yang
memiliki kode BR1, BR2 dan KBR), puyuh petelur (PP1, PP2, PP3), itik petelur (IP1,
IP2, IP3), Babi (b1, B2, B3, B4 dan B6), Ruminansia (pakan sapi perah dan potong),
breeder broiler dan itik (PSP4, PSBR4, PSBR5,PSBR6), pakan ayam buras dan pakan
burung.
b. Bahan Pakan adalah bahan hasil pertanian, perikanan, peternakan, atau bahan lainnya
yang layak dipergunakan sebagai pakan, baik yang telah diolah maupun yang belum
diolah. Bahan Pakan yang di uji aflatoksin adalah jagung, dedak, jerami, bungkil kedelai,
MBM, DDGS, CGM, bekatul, tepung ikan, pollard, bungkil sawit, onggok, kacang hijau
dan sagu. Berikut diagram peningkatan pengujian aflatoksin dari tahun 2012-2013
berdasarkan pakan dan bahan pakan.
c. Sampel Lainya adalah sampel yang di uji aflatoksin yang tidak ada keterangan nama
sampelnya, pelanggan hanya memberi kode sampel pada kolum nama sampel.
400
350
300
250
2012
200
2013
2014
150
100
50
0
Pakan
Bahan Pakan
Lainnya
Daftar Pustaka
AOAC, 2005. Official Method of Association of Official Analytical Chemist. 12th Edition.
Published by Association of Official AnalyticalChemist. Benjamin Franklin Station.
Washington.
BPMSP, 2012. Lembar Hasil Pengujian
BPMSP, 2013. Lembar Hasil Pengujian
BPMSP, 2014. Lembar Hasil Pengujian
BPMSP, 2013. Buku Petunjuk Teknis Hasil Pengujian Pakan. Cetakan V. Bekasi