Está en la página 1de 3

APCNGI: Kebakaran Transjakarta Bukan Karena BBG,

Perlu Kajian

Data Masalah Bus TransJakarta berdasarkan Reportase Media (Agustus


2011- Agustus 2015)

Asosiasi Pengusaha CNG Indonesia menilai penting kajian yang terbuka


dan mendalam atas peristiwa terbakarnya bus Transjakarta. Merujuk pada
sajian media massa, dalam empat tahun terakhir telah terjadi 32 masalah

serupa. Situasi ini tentunya menyisakan rasa miris bagi masyarakat


pengguna moda transportasi umum. Di sisi lain, muncul pertanyaan
mengapa peristiwa terbakar atau berasapnya bus TransJakarta bisa
berulang sebegitu seringnya.
Problemnya, belum ada investigasi yang transparan atas setiap peristiwa
terbakarnya bus TransJakarta. Padahal, publik selaku pemangku
kepentingan layak mengetahui masalah sebenarnya terkait salah satu
transportasi andalan masyarakat Ibu Kota, kata Robbi Sukardi, Ketua
Umum Anggota Perusahaan CNG Indonesia (APCNGI) di Jakarta, awal
Agustus 2015 lalu
Alih-alih mengungkap dan mencari solusi masalah secara menyeluruh,
Pemerintah seakan melemparkan kesalahan pada pemanfaatan bus
berbahan bakar gas (BBG). Kesimpulan diambil secara prematur lantaran
kebanyakan bus yang bermasalah adalah dari jenis BBG. Alhasil,
keputusan yang diambil adalah mendatangkan bus berbahan bakar diesel.
Seharusnya diperiksa kelaikan kendaraannya, bisa jadi masalah fabrikasi
dari perusahaan yang memproduksi bus yang tidak memebuhi standar
Perlu juga kajian teknis, apakah tabung yang digunakan sesuai standar,
apakah kompartmen mesin dan tabung gas sudah tepat, dan lain-lain
hingga ke persoalan maintainace, apakah perawatannya sudah tepat?
Setelah itu, barulah kita menarik kesimpulan layak tidaknya bus BBG
diganti, Lanjut Robbi.
Lebih dari itu, pilihan untuk mendatangkan bus berbahan bakar diesel
akan menjadi kebijakan yang kontra produktif dengan upaya Pemerintah
Pusat dalam menjalankan program diversifikasi energi untuk mengurangi
konsumsi Bahan Bakar Minyak, mengurangi emisi, dan meningkatkan
kualitas udara melalui pemanfataan BBG atau CNG, khususnya untuk
sektor transportasi.
Atas dasar itu, APCNGI meminta Pemprov DKI untuk melakukan suatu
investigasi bersama dan menyeluruh baik terkait teknis seperti aplikasi
sistem CNG pada bus, dan juga terkait operasional seperti tata kelola
perawatan dan pengunaan bus bermesin CNG atas bus-bus Transjakarta
yang saat ini telah dioperasikan. Dalam pelaksanaan investigasi bersama
ini sebaiknya mengikutsertakan organisasi internasional yang mempunyai
spesialisasi dan sangat berpengalaman dalam melakukan investigasi bus
berbahan bakar gas yaitu ANGVA (Asian Pacific Natural Gas Vehicle
Association). Selanjutnya, seluruh hasil kajian akan disampaikan kepada
Gubernur DKI Jakarta dan publik.

Permintaan ini sudah kami tuangkan dalam surat kepada Gubernur DKI
Jakarta, imbuh Robbi
Menurutnya, tujuan akhir dari kajian bersama ini adalah untuk
menghidarkan persepsi yang keliru tentang pemanfaatan BBG untuk
kendaraan umum. Kendaraan BBG merupakan pilihan alternatif energi
yang aman, effisien, dan sangat ramah lingkungan. Keberadaan 1.000 bus
BBG akan sangat bermanfaat bagi kualitas udara Jakarta, dibandingkan
1.000 bus yang memanfaatkan BBM, pungkasnya.

También podría gustarte