Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
BAB I
PENDAHULUAN
melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak produksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas (Yudhoyono, 2009).
Data yang diperoleh dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) tahun 2009 menunjukkan jumlah pasangan usia subur (PUS)
di Provinsi Aceh adalah 724.813 jiwa dengan jumlah peserta KB sebanyak
463.984 jiwa atau 64,15% dari seluruh pasangan usia subur (PUS). Namun,
tingginya angka-angka tersebut belum mampu mencapai target sasaran yang
diinginkan secara nasional yait% (Anonymousa, 2010).
Hasil pendataan yang dilakukan BKKBN tahun 2010 juga didapatkan
jumlah peserta KB menurut metode kontrasepsi pada bulan Juni 2010 di Provinsi
Aceh dengan total PUS sebanyak 755.444 orang adalah: IUD sebanyak 1322
orang atau 0,175%, metode operasi wanita (MOW) 4247 orang atau 0,056%,
metode operasi pria (MOP) 148 orang atau 0,02%, kondom 43.986 orang atau
5,82%, implan 10.414 orang atau 1,38%, suntik 257.238 orang atau 34,05% dan
pil 233.734 orang atau 30,93% (Anonymousb, 2010). Banyaknya penggunaan
kontrasepsi ini juga dipengaruhi oleh pengetahuan akseptor mengenai kontrasepsi
yang dapat diperoleh dari petugas kesehatan, media massa, atau sumber lain.
Tingkat pendidikan dan usia akseptor juga sangat mempengaruhi keikutsertaan
menjadi pengguna kontrasepsi. Pendidikan, pengetahuan dan usia mempengaruhi
sikap seseorang terhadap penggunaan kontrasepsi (Setiabudi, 2001).
Berdasarkan data tersebut didapatkan, metode kontrasepsi yang paling
populer di Aceh adalah metode suntik. Hal ini juga terjadi pada provinsi lain,
kecuali Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur yang lebih
meminati kontrasepsi jenis pil (Anonymousb, 2010). Namun, di dunia, kontrasepsi
suntik ternyata tidak terlalu populer. Sterilisasi merupakan yang terbanyak dipilih
oleh pasangan di dunia, dengan lebih dari 190 juta pengguna di seluruh dunia atau
36% dari seluruh pengguna kontrasepsi (Pliskow, 2000; WHO dalam Saha dkk,
2006).
Banyaknya
penggunaan
kontrasepsi
ini
sangat
dipengaruhi
oleh
Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui gambaran usia, pendidikan,
Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
Bagi masyarakat
Diharapkan
dapat
meningkatkan
pengetahuan
masyarakat
tentang
mendatang dan peneliti-peneliti lain yang ingin meneliti dalam bidang ini lebih
lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata Kontra berarti mencegah atau melawan,
sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang
dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi
adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan
antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut. (Winknjosastro,2008)
Jadi, Kontrasepsi ialah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usahausahaitu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Yang bersifat
permanen dinamakan pada wanita tubektomi dan pada pria vasektomi.
(Winknjosastro,2008)
Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal itu
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Dapat dipercaya
2. Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan
3. Daya kerjanya dapat diatur memenuhi kebutuhan
4. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus
5. Tidak memerlukan motivasi terus menerus
6. Mudah melaksanakannya
7. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
8. Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan.
Menurut cara pelaksanaannya kontrasepsi dibagi dua, yaitu cara temporer
(spacing) dan cara permanen (kontrasepsi mantap). Cara temporer (spacing) yaitu
menjarangkan kelahiran selama beberapa tahun sebelum hamil lagi. Cara
permanen (kontasepsi mantap) yaitu mengakhiri kesuburan dengan cara mencegah
kehamilan secara permanen, pada wanita disebut sterilisasi dan pada pria disebut
vasektomi. (Mochtar R, 2005)
Metode-metode Kontrasepsi yang saat ini digunakan antara lain, yaitu: (Saifuddin
AB, 2007)
1. Metode Amenorea Laktasi (MAL)
2. Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
3. Sanggama Terputus (Coitus Interruptus)
4. Tekhnik fisik, kimiawi atau barier (sawar)
5. Kontrasepsi Kombinasi
6. Kontrasepsi Progestin
7. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
8. Sterilisasi permanen atau Kontrasepsi Mantap
Dalam hal ini kita akan membahas salah satu dari beberapa metode kontrasepsi.
2.2 Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi suntik adalah salah satu jenis metode kontrasepsi hormonal yang
disuntikkan ke dalam tubuh secara intramuskular. Kontrasepsi suntik ini
mempunyai 2 jenis, yaitu kontrasepsi suntik kombinasi dan kontrasepsi suntik
progestin.
2.2.1
3. Bila klien tidak haid dan dipastikan tidak hamil, suntikan pertama dapat
diberikan setiap saat. Klien tidak boleh melakukan gambaran seksual selama 7
hari atau menggunakan kontrasepsi lain selama 7 hari.
4. Jika 6 bulan paska persalinan, tidak menyusui dan belum haid, suntikan
pertama dapat diberikan setelah dipastikan tidak hamil.
5. Pada klien paska persalinan lebih dari 6 bulan, menyusui dan telah haid,
suntikan pertama diberikan pada siklus haid hari 1 dan 7.
6. Pada klien paska persalinan kurang dari 6 bulan dan menyusui, jangan
diberikan suntikan kombinasi.
7. Setelah 3 minggu paska persalinan dan tidak menyusui, suntikan kombinasi
dapat diberikan.
8. Suntikan kombinasi dapat segera diberikan atau dalam waktu 7 hari paska
keguguran.
2.2.2
10
kehamilan dalam waktu yang lama, tidak mempengaruhi gambaran suami istri,
tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit
jantung dan gangguan terhadap air susu ibu (ASI), dapat digunakan oleh wanita
berusia lebih dari 35 tahun sampai usia perimenopause, membantu mencegah
kanker endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian penyakit jinak
payudara dan dapat mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
dengan cara mengentalkan lendir serviks (Saifuddin dkk, 2003).
c. Efek Samping
Efek samping penggunaan kontrasepsi ini yaitu amenorea berkepanjangan.
Pada pangguna DMPA, amenorea terjadi pada 30% wanita setelah 6 bulan
pemakaian, meningkat menjadi 50% wanita setelah 1 tahun pemakaian, dan pada
68% wanita setelah 2 tahun pemakaian. Penurunan densitas tulang juga
dilaporkan pada pemakaian DMPA jangka panjang yang dihipotesiskan akibat
defisiensi estrogen yang diinduksi DMPA. Namun, kepadatan tulang kembali
meningkat setelah 2 tahun penghentian (Boroditsky dkk, 2000).
Selain itu, anovulasi lama juga terjadi setelah penghentian kontrasepsi.
Kembalinya kesuburan juga lambat, tetapi tidak terhambat. Kesuburan baru
kembali setelah 9-10 bulan setelah injeksi terakhir DMPA (Boroditsky dkk, 2000;
Gallo dkk, 2007). Pada para pemakai jangka panjang, trigliserida dan kolesterol
HDL menurun, tapi kolesterol LDL tidak meningkat. Laporan tentang kanker
payudara saling bertentangan. Selain itu juga dilaporkan terjadi penambahan berat
badan pada tahun pertama pemakaian, nyeri payudara, nyeri kepala, akne dan
hirsutisme (Cunningham dkk, 2006).
d. Efektivitas
Kedua kontrasepsi ini sangat efektif untuk mencegah kehamilan. Dengan
angka kegagalan yaitu 0,3 per 100 tahun wanita, asal penyuntikan dilakukan
secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan (Saifuddin dkk, 2003).
e. Indikasi
11
12
5. Bila ibu telah menggunakan jenis kontrasepsi lain dan ingin menggantinya
dengan kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi suntikan diberikan
dimulai saat jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.
6. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya dengan
kontrasepsi suntik, suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang akan diberikan
dapat segera diberikan, asal ibu tidak hamil dan pemberian tidak perlu
menunggu haid berikutnya datang.
7. Pada ibu yang ingin mengganti AKDR dengan kontrasepsi suntik, suntikan
pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid atau
setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil.
8. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur, suntikan pertama dapat
diberikan setiap saat. Asal ibu tersebut yakin tidak hamil dan tidak boleh
melakukan gambaran seksual selama 7 hari setelah suntikan.
2.3 Usia
Usia adalah lama waktu hidup atau ada (Sugono, 2008). Usia dihitung sejak
kita dilahirkan hingga datangnya kematian. Usia dipandang sebagai suatu keadaan
yang menjadi dasar kematangan dan perkembangan seseorang. Semakin tua usia,
maka seseorang dianggap semakin baik dalam menghadapi masalah dan
sebaliknya semakin muda seseorang, maka kemampuannya dalam menghadapai
masalah juga semakin kecil (Nursalam dalam Anonymouse, 2008). Stoner dalam
Pratiwi (2009) mengelompokkan usia berdasarkan psikologi perkembangan
manusia menjadi remaja (15-24 tahun), dewasa muda (25-35 tahun), dewasa (3654 tahun) dan dewasa kematangan (>55 tahun). Dalam konsep keluarga
berencana, usia merupakan karakteristik yang mempengaruhi pengetahuan dan
pengalaman seseorang mengenai kontrasepsi (Imbarwati, 2009). Selain itu, usia
seseorang juga dapat menunjukkan jenis kontrasepsi yang dibutuhkan sesuai
dengan usianya dikarenakan usia dapat menunjukkan masa reproduksi seseorang.
2.4 Pendidikan
Undang-undang No.20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem pendidikan
nasional (Sisdiknas) mendefinisikan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
13
Pengertian
Menurut Notoadmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu
14
2.5.3
Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2003), pengetahuan memilki 6 tingkatan, yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan dengan dapat mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
yang
menggambarkan
seseorang
itu
tahu
adalah
dapat
menguraikan,
15
2.6.2
Pengertian
Sikap adalah reaksi seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau
Struktur Sikap
Menurut Azwar (2006), struktur sikap memiliki tiga komponen, yaitu:
1. Kognitif
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang
berlaku dan apa yang benar bagi objek sikap. Kepercayaan timbul dari apa yang
telah dilihat dan telah diketahui sehingga terbentuklah suatu ide atau gagasan
mengenai sifat atau karakteristik dari suatu objek.
2. Afektif
Komponen afektif adalah perasaan yang menyangkut masalah emosional
seseorang terhadap suatu objek sikap. Reaksi emosional banyak dipengaruhi oleh
kepercayaan.
3. Konatif
Komponen konatif adalah kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan
sikap yang dimiliki seseorang. Kepercayaan dan perasaan diasumsikan banyak
mempengaruhi perilaku seseorang.
2.6.4
Pembentukan Sikap
Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami seseorang.
16
Tingkatan Sikap
Sikap memiliki 4 tingkatan. Menurut Notoadmodjo (2003) tingkatan sikap
sebagai berikut:
1. Menerima (Receiving)
Menerima
dapat
diartikan
bahwa
seseorang
(subyek)
mau
dan
17
BAB III
METODE PENELITIAN
Variabel terikat
Umur
Pendidikan
Penggunaan Kontrasepsi
Suntik
Pengetahuan
Sikap
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1
Populasi
Populasi seluruh ibu yang menggunakan kontrasepsi di Puskesmas Kuala
18
3.4.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah akseptor kontrasepsi suntik yang
berkunjung ke Puskesmas Kuala Batee, Kecamatan Kuala Batee, Aceh Barat Daya
bulan Juli 2014.
3.4.2
Kriteria Sampel
Kriteria sampel terdiri dari kriteria inklusi dan eksklusi, yaitu:
1. Kriteria inklusi
a. Akseptor kontrasepsi yang melakukan KB di Puskesmas Kuala Batee
b. Bersedia diwawancarai
c. Bersedia menandatangani lembar persetujuan menjadi responden
2. Kriteria eksklusi
a. Menolak untuk diwawancarai
b. Menolak untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden
3.4.3
19
Variabel
Penelitian
Penggunaan
kontrasepsi
suntik
Usia
Pendidikan
Pengetahuan
Sikap
Definisi
Operasional
Sedang
menggunakan
kontrasepsi
suntik atau
tidak.
Lama waktu
hidup sejak
dilahirkan
hingga
penelitian
dilakukan.
Pendidikan
formal
terakhir yang
dijalani
responden.
segala
sesuatu
yang
diketahui
akseptor
mengenai
kontrasepsi
suntik
respon
akseptor
terhadap
penggunaan
kontrasepsi
suntik
Alat
Ukur
Kuesioner
Cara
Ukur
Wawan-
cara
Kuesioner
Wawan-
cara
Kuesioner
Wawan-
cara
Kuesioner
Wawancara
Kuesioner
Wawan-
cara
Hasil ukur
Ya
Tidak
Remaja
Dewasa
muda
Dewasa
Dasar
Menengah
Tinggi
Baik
Cukup
Kurang
Positif
Negatif
Skala ukur
Nominal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Nominal
20
2. Usia
a. Remaja, bila responden berusia 15-24 tahun
b. Dewasa muda, jika responden berusia 25-35 tahun
c. Dewasa, jika responden berusia 36-54 tahun
3. Pendidikan
a. Dasar, jika responden pernah mengenyam pendidikan hingga Sekolah
Dasar (SD)/ sederajat atau Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ sederajat
b. Menengah, jika responden pernah mengenyam pendidikan hingga Sekolah
Menengah Atas (SMA)/ sederajat
c. Tinggi, jika responden pernah mengenyam pendidikan hingga Perguruan
Tinggi (PT)
4. Pengetahuan
Setiap pernyataan yang dijawab benar (B) oleh responden pada kuesioner
pengetahuan diberi nilai 1. Sedangkan bila responden menjawab salah (S)
diberi nilai 0. Kemudian nilai dijumlahkan dan diubah dalam bentuk persentase
dengan rumus:
P=
f
100%
n
Keterangan:
P = persentase
f = jumlah jawaban benar dari responden
n = total nilai benar seluruh kuesioner pengetahuan
Kemudian nilai tersebut dikategorikan sebagai berikut:
a. Baik, jika responden mampu menjawab benar 76%-100% dari pernyataan
pada kuesioner pengetahuan
b. Cukup, jika responden mampu menjawab benar 56%-75% dari pernyataan
pada kuesioner pengetahuan
c. Kurang, jika responden mampu menjawab benar 40%-55% dari pernyataan
pada kuesioner pengetahuan
5. Sikap
Setiap pernyataan yang dijawab setuju (S) oleh responden pada kuesioner
sikap diberi nilai 3, kurang setuju (KS) diberi nilai 2 dan tidak setuju (TS)
21
Positif, jika responden mampu menjawab dengan mencapai skor lebih dari
mean (mean = 12)
b.
data
dilakukan
dengan
cara
sebagai
berikut,
seperti
22
2. Coding
Memberikan kode pada jawaban yang telah diisi oleh responden, agar
memudahkan dalam pengolahan data.
3. Tabulating
Jawaban-jawaban yang telah diberi kode tadi, dimasukkan ke dalam tabel
sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai kategori.
3.10 .Analisis Data Penelitian
Analisis data dilakukan dengan uji statistik berupa analisis univariat.
Analisis univariat dilakukan pada tiap variabel penelitian. Variabel yang dianalisis
adalah penggunaan kontrasepsi suntik, usia, pendidikan, pengetahuan dan sikap.
Kemudian data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.