Está en la página 1de 26

BAB I

PENDAHULUAN
Miopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar
yang datang dari jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan tidak
berakomodasi dibiaskan pada satu titik di depan retina. 1 Astigmat adalah
suatu keadaan dimana sinar yang masuk ke dalam mata tidak terpusat pada
satu titik saja tetapi sinar tersebut tersebar menjadi sebuah garis. 2 Astigmat
Myopicus Compositus yaitu dimana sinar-sinar sejajar yang masuk ke bola
mata dibiaskan oleh media refrakta dalam sumbu orbital akan terbentuk fokus
bayangan dua titik di depan retina semua.3
Prevalensi global kelainan refraksi diperkirakan sekitar 800 juta sampai
2,3 milyar. Di Indonesia prevalensi kelainan refraksi menempati urutan
pertama pada penyakit mata. Kasus kelainan refraksi dari tahun ke tahun terus
mengalami peningkatan. Ditemukan jumlah penderita kelainan refraksi di
Indonesia hampir 25% populasi penduduk atau sekitar 55 juta jiwa.
Prevalensi miopia bervariasi berdasar negara dan kelompok etnis, hingga
mencapai 70-90% di beberapa negara. Sedangkan menurut Maths
Abrahamsson dan Johan Sjostrand tahun 2003, angka kejadian astigmat
bervariasi antara 30%-70%.4
Mengingat angka kejadian kelainan refraksi menempati urutan pertama
penyakit mata dan terjadi peningkatan angka kejadian dari tahun ke tahun,
serta penatalatalaksanaannya yang hanya mencegah kelainan refraksi
bertambah parah membuat penyusun tertarik untuk membahas kasus kelainan
refraksi khususnya astigmat miopiscus compositus.

BAB II
LAPORAN KASUS
I.

IDENTIFIKASI
Nama
: Ibu D
Umur
: 35 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Alamat `
: Jalan Cinde no. 4 Semarang
Pekerjaan
: Pedagang
Pendidikan
: S1

II. ANAMNESIS (Autoanamnesis, 6 April 2015, Jam 11:30)


Keluhan Utama:
Nyeri kepala
Riwayat Penyakit Sekarang
Onset

: Satu bulan yang lalu

Lokasi

: di kepala

Kronologis

: Satu bulan yang lalu kacamata pasien pecah,


sehingga tidak menggunakan kacamata. Kemudian
pasien mulai merasa nyeri kepala, tengkuk kaku,
mual, dan pandangan kabur pada mata kiri.

Kualitas

: nyeri kepala seperti diikat, tegang dan menjalar


sampai ke tengkuk.

Kuantitas

: Pasien merasa terganggu tetapi masih dapat bekerja


dan beraktifitas sehari hari.

Faktor Pengubah : Pasien tidak pernah merasa lebih baik, keluhan


lebih berat apabila menonton tv, menggunakan
komputer, dan membaca buku.
Gejala Penyerta

: Mual, pandangan kabur, tengkuk kaku, merasa


silau

Riwayat Penyakit Dahulu


2

Riwayat menggunakan kacamata sferis - 2,0 dan silinder 2,0 sejak 1

tahun yang lalu pada mata kiri


Riwayat trauma disangkal
Riwayat penyakit darah tinggi disangkal
Riwayat penyakit kencing manis disangkal
Ada riwayat alergi antibiotik pada pasien

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga


- Riwayat menggunakan kacamata dalam keluarga disangkal
- Riwayat keluarga dengan penyakit kencing manis disangkal
- Riwayat keluarga dengan penyakit darah tinggi disangkal
Riwayat Sosial dan Ekonomi
- Pasien memiliki kebiasaan membaca sambil berbaring saat muda
- Pasien memiliki asuransi kesehatan BPJS
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik : Tanggal 6 April 2015, Jam: 11:40
1. Status Generalis
1. Keadaan umum
: Tampak sehat
2. Kesadaran
: Compos Mentis
2. Vital Sign
1. Tekanan darah
: 120/80 mmHg
2. Nadi
: 80 kali per menit
3. Pernafasan
: 18 kali per menit
4. Suhu
: 37,0 oC
5. Berat Badan
: 55 kilogram
6. Tinggi Badan
: 163 cm
7. BMI
: 20,68
8. Status gizi
: Normal (gizi baik)
1. Status Oftalmologis
Oculi Dextra

Oculi Sinistra

Visus

6/6

6/30

6/6 Emetrop

S: -2,0 D, C: -2,0 D, As: 180o

Tidak diperiksa

Tidak diperiksa

Tidak ada parese/paralisis,

Tidak ada parese/paralisis,

gerakan bebas ke segala arah

gerakan bebas ke segala arah

Madarosis (-)

Madarosis (-)

Silia

Trikiasis (-), Distikiasis

Trikiasis (-), Distikiasis (-)

Palpebra superior

Hiperemis (-) edema (-)

Hiperemis (-) edema (-)

Palpebra inferior

Hiperemis (-) edema (-)

Hiperemis (-) edema (-)

Papil (-), folikel (-), anemis (-),

Papil (-) folikel (-), anemis (-),

hiperemis (-), coblestone (-),

hiperemis (-), coblestone (-),

corpus alienum (-)

corpus alienum (-)

anemis (-), hiperemis (-), corpus

anemis (-), hiperemis (-), corpus

alienum (-)

alienum (-)

corpus alienum (-)

corpus alienum (-)

Injeksi (-), sekret (-)

Injeksi (-), sekret (-)

Sklera

Ikterik (-)

Ikterik (-)

Kornea

Infiltrat (-), neovaskularisasi (-),

Infiltrat (-), neovaskularisasi (-),

ulkus (-), sikatrik (-)

ulkus (-), sikatrik (-)

Kedalaman cukup, jernih,

Kedalaman cukup, jernih,

tyndall effect (-)

tyndall effect (-)

Koreksi
Sensus Koloris
Gerakan Bola Mata
(Parese/Paralisis)

Segmen Anterior
Supersilia

Konjungtiva
palpebra superior
Konjungtiva
palpebra inferior
Konjungtiva
fornices
Konjungtiva bulbi

COA

Iris

Kripta iris normal, sinekia (-)

kripta iris normal, sinekia (-)

Pupil

Bulat, Sentral, Reguler, Reflek

Bulat, Sentral, Reguler, Reflek

cahaya direk-indirek (+), isokor

cahaya direk-indirek (+), isokor

Jernih, Iris Shadow (-)

Jernih, Iris Shadow (-)

(+) cemerlang

(+) cemerlang

Lensa
Fundus Reflek

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


-

Pemeriksaan Segmen Posterior (Oftalmoskopi)

V. RESUME
Seorang wanita 35 tahun datang dengan keluhan nyeri kepala sejak 1
bulan yang lalu. Nyeri kepala dirasakan tegang menjalar sampai tengkuk. Keluhan
memberat ketika menonton tv, membaca, dan menggunakan komputer. Gejala
tidak membaik dengan istirahat. Pasien mengeluh mata kiri kabur, mual, dan silau.
Pasien memiliki riwayat menggunakan kacamata 1 tahun yang lalu.
Pada pemeriksaan fisik diperoleh VOD 6/6 Emetrop dan VOS 6/30
dikoreksi dengan lensa S: -2,0 D, C: -2,0 D, As:180o menjadi 6/6. Segmen anterior
dan segmen posterior (pemeriksaan oftalmoskopi) dalam batas normal.
VI. DAFTAR MASALAH
Masalah Aktif
1. nyeri kepala

Masalah Pasif
1. alergi antibiotik

2. kacamata pecah
3. mual
4. tengkuk kaku
5. mata kiri kabur
6. visus mata kiri 6/30

VII. RENCANA PENGELOLAAN


1. Diagnosis
: OS Astigmatisma Miopia Compositus
2. Diferential Diagnosis
: OS Astigmatisma Miopia Mixtus
OS Astigmatisma Miopia Simpleks
5

3. Terapi
4. Monitoring
5. Edukasi

: Koreksi VOS dengan Kacamata Lensa


S: -2,0 D, C: -2,0 D, As: 180o
: Kontrol ulang visus dalam 4 minggu
: a. Gunakan kacamata rutin
b. Edukasi cara membaca yang benar
c. Edukasi mengenai Penyakitnya,
prognosis dan terapi
d. Kontrol ulang 4 minggu

VIII. PROGNOSIS
1. Quo ad Visam
OD : ad Bonam
OS : Dubia ad Bonam
2. Quo ad Vitam
OD : ad Bonam
OS : ad Bonam
3. Quo ad Sanam
OD : ad Bonam
OS : Dubia ad Bonam
4. Quo ad Fungsionam
OD : ad Bonam
OS : Dubia ad Bonam

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A.

Definisi
Miopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar
sejajar yang datang dari jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan tidak
berakomodasi dibiaskan pada satu titik di depan retina. Miopia berasal dari
bahasa yunani muopia yang memiliki arti menutup mata. Miopia
merupakan manifestasi kabur bila melihat jauh, istilah populernya adalah
nearsightedness.1,5
Astigmat adalah suatu keadaan dimana sinar yang masuk ke dalam
mata tidak terpusat pada satu titik saja tetapi sinar tersebut tersebar menjadi
sebuah garis. Astigmat merupakan kelainan pembiasan mata yang
menyebabkan bayangan penglihatan pada satu bidang fokus pada jarak yang
berbeda dari bidang sudut. Pada astigmatisma berkas sinar tidak difokuskan
ke retina di dua garis titik api yang saling tegak lurus.2,6
Astigmat Myopicus Compositus yaitu dimana sinar-sinar sejajar
yang masuk ke bola mata dibiaskan oleh media refrakta dalam sumbu
orbital akan terbentuk fokus bayangan dua titik di depan retina semua.
Astigmatisme jenis ini, titik fokus dari daya bias terkuat berada di depan
retina, sedangkan titik fokus dari daya bias terlemah berada di antara titik A
dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph -X
Cyl -Y.3,7

B.

Etiologi
B.1 Miopia
Berdasarkan penyebabnya dikenal dua jenis myopia, yaitu:
-

Myopia aksial, adalah myopia yang disebabkan oleh sumbu orbita yang
lebih panjang dibandingkan panjang fokus media refrakta. Dalam hal ini,
panjang fokus media refrakta adalah normal ( 22,6 mm) sedangkan
panjang sumbu orbita > 22,6 mm.
Myopia aksial disebabkan oleh beberapa faktor seperti;
7

1.

2.

Menurut Plempius (1632), memanjangnya sumbu bolamata tersebut


disebabkan oleh adanya kelainan anatomis.
Menurut Donders (1864), memanjangnya sumbu bolamata tersebut
karena bolamata sering mendapatkan tekanan otot pada saat

3.

konvergensi.
Menurut Levinsohn

(1925),

memanjangnya

sumbu

bolamata

diakibatkan oleh seringnya melihat ke bawah pada saat bekerja di


ruang tertutup, sehingga terjadi regangan pada bolamata. 2,8,9
Myopia refraktif, adalah myopia yang disebabkan oleh bertambahnya

indek bias media refrakta.


Pada myopia refraktif, menurut Albert E. Sloane dapat terjadi karena
beberapa macam sebab, antara lain :
1.
2.

Kornea terlalu melengkung (< 7,7 mm).


Terjadi hydrasi / penyerapan cairan pada lensa kristalinaa sehingga
bentuk lensa kristalinaa menjadi lebih cembung dan daya biasnya
meningkat. Hal ini biasanya terjadi pada penderita katarak stadium

3.

awal (imatur).
Terjadi peningkatan indeks bias pada cairan bolamata (biasanya terjadi
pada penderita diabetes melitus). 2,9

Beberapa hal yang mempengaruhi resiko terjadinya myopia, antara lain:


1.

Keturunan. Orang tua yang mempunyai sumbu bolamata yang lebih


panjang dari normal akan melahirkan keturunan yang memiliki sumbu

2.

bolamata yang lebih panjang dari normal pula.


Ras/etnis. Ternyata, orang Asia memiliki kecenderungan myopia yang
lebih besar (70% 90%) dari pada orang Eropa dan Amerika (30%

3.

40%). Paling kecil adalah Afrika (10% 20%).


Perilaku. Kebiasaan melihat jarak dekat secara terus menerus dapat
memperbesar resiko myopia. Demikian juga kebiasaan membaca dengan

penerangan yang kurang memadai.9


B.2 Astigmat
Penyebab terjadinya astigmatismus adalah :
1. Kornea
8

Media refrakta yang memiliki kesalahan pembiasan yang paling


besar adalah kornea, yaitu mencapai 80% s/d 90% dari astigmatismus,
sedangkan media lainnya adalah lensa kristalin. Kesalahan pembiasan
pada kornea ini terjadi karena perubahan lengkung kornea dengan tanpa
pemendekan atau pemanjangan diameter anterior posterior bolamata.
Perubahan lengkung permukaan kornea ini terjadi karena kelainan
kongenital, kecelakaan, luka atau parut di kornea, peradangan kornea
serta akibat pembedahan kornea.3
2. Lensa Kristalin
Semakin bertambah umur seseorang, maka kekuatan akomodasi
lensa kristalin juga semakain berkurang dan lama kelamaan lensa
kristalin

akan

mengalami

kekeruhan

yang

dapat

menyebabkan

astigmatismus. Astigmatismus yang terjadi karena kelainan pada lensa


kristalin ini disebut juga astigmatismus lentikuler.3
C.

Klasifikasi
C.1 Klasifikasi Miopia
-

Menurut perjalanan myopia:


1. Myopia stasioner, myopia simpleks, myopia fisiologis
Myopia yang menetap setelah dewasa.
2. Myopia progresif
Myopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah
panjangnya bola mata.
3. Myopia maligna, myopia pernisiosa, myopia degenerative
Myopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasi
retina atau kebutaan.2

Menurut klinis:
1.

Simpel myopia: adalah myopia yang disebabkan oleh dimensi


bolamata yang terlalu panjang, atau indeks bias kornea maupun lensa
kristalinaa yang terlalu tinggi.

2.

Nokturnal myopia: adalah myopia yang hanya terjadi pada saat


kondisi sekeliling kurang cahaya. Sebenarnya, fokus titik jauh mata
seseorang bervariasi terhadap level pencahayaan yang ada. Myopia
ini dipercaya penyebabnya adalah pupil yang membuka terlalu lebar
untuk memasukkan lebih banyak cahaya, sehingga menimbulkan

3.

aberasi dan menambah kondisi myopia.


Pseudomyopia: diakibatkan oleh rangsangan yang berlebihan
terhadap mekanisme akomodasi sehingga terjadi kekejangan pada
otot otot siliar yang memegang lensa kristalinaa. Di Indonesia,
disebut dengan myopia palsu, karena memang sifat myopia ini hanya
sementara sampai kekejangan akomodasinya dapat direlaksasikan.

4.

Untuk kasus ini, tidak boleh buru buru memberikan lensa koreksi.
Degenerative myopia: disebut juga malignant, pathological, atau
progressive myopia. Biasanya merupakan myopia derajat tinggi dan
tajam penglihatannya juga di bawah normal meskipun telah
mendapat koreksi. Myopia jenis ini bertambah buruk dari waktu ke

5.

waktu.
Induced (acquired) myopia: merupakan myopia yang diakibatkan
oleh pemakaian obat obatan, naik turunnya kadar gula darah,
terjadinya sklerosis pada nukleus lensa, dan sebagainya. 5

Menurut derajat beratnya miopi 2


1.
2.
3.

Ringan : lensa koreksinya < 3,00 Dioptri


Sedang: lensa koreksinya 3,00 6,00 Dioptri.
Berat: lensa koreksinya > 6,00 Dioptri. Penderita myopia kategori ini
rawan terhadap bahaya pengelupasan retina dan glaukoma sudut
terbuka.

Menurut umur 2
1. Congenital (sejak lahir dan menetap pada masa anak-anak)
2. Youth-onset myopia (< 20 tahun)
3. Early adult-onset myopia (20-40 tahun)
4. Late adult-onset myopia (> 40 tahun).

10

C.2 Klasifikasi Astigmatisme 3,7


-

Berdasarkan letak titik astigmatismus


1. Astigmatisme regular.
Astigmatisme dikategorikan regular jika meredian - meredian
utamanya (meredian di mana terdapat daya bias terkuat dan terlemah
di sistem optis bolamata), mempunyai arah yang saling tegak lurus.
Misalnya, jika daya bias terkuat berada pada meredian 90, maka daya
bias terlemahnya berada pada meredian 180, jika daya bias terkuat
berada pada meredian 45, maka daya bias terlemah berada pada
meredian 135. Astigmatisme jenis ini, jika mendapat koreksi lensa
cylindris yang tepat, akan bisa menghasilkan tajam penglihatan
normal. Tentunya jika tidak disertai dengan adanya kelainan
penglihatan yang lain.
Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentuk
astigmatisme regular ini dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1) Astigmatisme With The Rule.
Jika meredian vertikal memiliki daya bias lebih kuat dari pada
meredian horisontal. Astigmatisme ini dikoreksi dengan Cyl - pada
axis vertikal atau Cyl + pada axis horisontal.

2) Astigmatisme Against The Rule.

11

Jika meredian horisontal memiliki daya bias lebih kuat dari pada
meredian vertikal. Astigmatisme ini dikoreksi dengan Cyl - pada axis
horisontal atau dengan Cyl + pada axis vertikal.

Kesepakatan: untuk menyederhanakan penjelasan, titik fokus dari daya bias


terkuat akan disebut titik A, sedang titik fokus dari daya bias terlemah akan
disebut titik B.
Sedangkan menurut letak fokusnya terhadap retina, astigmatisme regular
dibedakan dalam 5 jenis, yaitu :

1. Astigmatismus Myopicus Simplex.


Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B
berada tepat pada retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini
adalah Sph 0,00 Cyl -Y atau Sph -X Cyl +Y di mana X dan Y memiliki
angka yang sama.

12

2. Astigmatismus Hypermetropicus Simplex.


Astigmatisme jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan titik B
berada di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini
adalah Sph 0,00 Cyl +Y atau Sph +X Cyl -Y di mana X dan Y memiliki
angka yang sama.

3. Astigmatismus Myopicus Compositus.


Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B
berada di antara titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme
jenis ini adalah Sph -X Cyl -Y.

13

4. Astigmatismus Hypermetropicus Compositus


Astigmatisme jenis ini, titik B berada di belakang retina, sedangkan titik A
berada di antara titik B dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme
jenis ini adalah Sph +X Cyl +Y.

5. Astigmatismus Mixtus.
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B
berada di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini
adalah Sph +X Cyl -Y, atau Sph -X Cyl +Y, di mana ukuran tersebut tidak
dapat ditransposisi hingga nilai X menjadi nol, atau notasi X dan Y
menjadi sama - sama + atau -.

14

Jika ditinjau dari arah axis lensa koreksinya, astigmatisme regular ini juga
dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Astigmatisme Simetris.
Astigmatisme ini, kedua bolamata memiliki meredian utama yang
deviasinya simetris terhadap garis medial. Ciri yang mudah dikenali
adalah axis cylindris mata kanan dan kiri yang bila dijumlahkan akan
bernilai 180 (toleransi sampai 15), misalnya kanan Cyl -0,50X45 dan
kiri Cyl -0,75X135.
2. Astigmatisme Asimetris.
Jenis astigmatisme ini meredian utama kedua bolamatanya tidak memiliki
hubungan yang simetris terhadap garis medial. Contohnya, kanan Cyl
-0,50X45 dan kiri Cyl -0,75X100.
3. Astigmatisme Oblique.
Adalah astigmatisme yang meredian utama kedua bolamatanya cenderung
searah dan sama - sama memiliki deviasi lebih dari 20 terhadap meredian
horisontal atau vertikal. Misalnya, kanan Cyl -0,50X55 dan kiri Cyl
-0,75X55.
2.

Astigmatisme Irregular.
Bentuk astigmatisme ini, meredian - meredian utama bola mata tidak
saling tegak lurus. Astigmatisme yang demikian bisa disebabkan oleh
ketidak-beraturan kontur permukaan kornea atau pun lensa mata, juga bisa
disebabkan oleh adanya kekeruhan tidak merata pada bagian dalam
15

bolamata atau pun lensa mata (misalnya pada kasus katarak stadium awal).
Astigmatisme jenis ini sulit untuk dikoreksi dengan lensa kacamata atau
lensa kontak lunak (softlens). Meskipun bisa, biasanya tidak akan
memberikan hasil akhir yang setara dengan tajam penglihatan normal.
Jika astigmatisme irregular ini hanya disebabkan oleh ketidakberaturan kontur permukaan kornea, peluang untuk dapat dikoreksi dengan
optimal masih cukup besar, yaitu dengan pemakaian lensa kontak kaku
(hard contact lens) atau dengan tindakan operasi (LASIK, keratotomy).
Jika Berdasarkan tingkat kekuatan Dioptri :
1.

Astigmatismus Rendah
Astigmatismus yang ukuran powernya < 0,50 Dioptri. Biasanya
astigmatis-mus rendah tidak perlu menggunakan koreksi kacamata. Akan
tetapi jika timbul keluhan pada penderita maka koreksi kacamata sangat
perlu diberikan.

2. Astigmatismus Sedang
Astigmatismus yang ukuran powernya berada pada 0,75 Dioptri s/d 2,75
Dioptri. Pada astigmatismus ini pasien sangat mutlak diberikan kacamata
koreksi.
3. Astigmatismus Tinggi
Astigmatismus yang ukuran powernya > 3,00 Dioptri. Astigmatismus ini
sangat mutlak diberikan kacamata koreksi.
D.

Gejala-gejala
D.1 Miopia 1
Gejala subyektif:

Kabur bila melihat jauh.


Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat
Lekas lelah bila membaca (karena konvergensi yang tidak sesuai dengan
akomodasi), astenovergens.
Gejala obyektif:
Myopia simpleks:
16

- Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang
relatif lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol.
- Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat
disertai cresen myopia (myopiaic crescent) yang ringan di sekitar papil
syaraf optik.
Myopia patologik:
-

Gambaran pada segmen anterior serupa dengan myopia simpleks

Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan


pada:
1.

Badan kaca: dapat ditemukan kekeruhan berupa perdarahan atau


degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang
mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi
badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan

2.

myopia.
Papil syaraf optik: terlihat pigmentasi peripapil, kresen myopia, papil
terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen
myopia dapat ke seluruh lingkaran papil, sehingga seluruh papil
dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak

3.

4.
5.

teratur
Makula: berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan
perdarahan subretina pada daerah makula.
Retina bagian perifer: berupa degenerasi sel retina bagian perifer.
Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan
retina. Akibat penipisan retina ini maka bayangan koroid tampak lebih
jelas dan disebut sebagai fundus tigroid.

D.2 Astigmat 3
Pada umunya, seseorang yang menderita astigmatismus tinggi menyebabkan
gejala-gejala sebagai berikut :
- Memiringkan kepala atau disebut dengan titling his head, pada umunya
keluhan ini sering terjadi pada penderita astigmatismus oblique yang
tinggi.
- Memutarkan kepala agar dapat melihat benda dengan jelas.
17

- Menyipitkan mata seperti halnya penderita myopia, hal ini dilakukan untuk
mendapatkan efek pinhole atau stenopaic slite. Penderita astigmatismus
juga menyipitkan mata pada saat bekerja dekat seperti membaca.
- Pada saat membaca, penderita astigmatismus ini memegang bacaan
mendekati mata, seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk
memperbesar bayangan, meskipun bayangan di retina tampak buram.
Sedang pada penderita astigmatismus rendah, biasa ditandai dengan gejala-gejala
sebagai berikut :
-

Sakit kepala pada bagian frontal.

Ada pengaburan sementara / sesaat pada penglihatan dekat, biasanya


pende-rita akan mengurangi pengaburan itu dengan menutup atau
mengucek-ucek mata.

E.

Diagnosis
Pemeriksaan Untuk Kelainan Refraksi
1. Uji pinhole
Uji lubang kecil ini

dilakukan untuk mengetahui

apakah

berkurangnya tajam penglihatan diakibatkan oleh kelainan refraksi atau


kelainan pada media penglihatan, atau kelainan retina lainnya. Bila
ketajaman penglihatan bertambah setelah dilakukan pin hole berarti pada
pasien tersebut terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi baik. Bila
ketajaman pennglihatan berkurang berarti pada pasien terdapat kekeruhan
media penglihatan atau pun retina yang menggangu penglihatan.10
2. Uji Refraksi
a. Refraksi Subyektif:
-

Optotipe dari Snellen & Trial lens


Metode yang digunakan adalah dengan Metoda trial and error Jarak
pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen yang
diletakkan setinggi mata penderita, Mata diperiksa satu persatu dibiasakan

18

mata kanan terlebih dahulu Ditentukan visus / tajam penglihatan masingmasing mata.10
Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis positif, bila dengan
lensa sferis positif tajam penglihatan membaik atau mencapai 5/5, 6/6, atau
20/20 maka pasien dikatakan menderita hipermetropia, apabila dengan
pemberian lensa sferis positif menambah kabur penglihatan kemudian
diganti dengan lensa sferis negatif memberikan tajam penglihatan 5/5, 6/6,
atau 20/20 maka pasien menderita miopia.10
Bila setelah pemeriksaan tersebut diatas tetap tidak tercapai tajam
penglihatan maksimal mungkin pasien mempunyai kelainan refraksi
astigmat. Pada keadaan ini lakukan uji pengaburan (fogging technique).11
b. Refraksi Obyektif
- Autorefraktometer (komputer)
Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan
menggunakan komputer. 9
- Streak Retinoskop
Yaitu dengan lensa kerja +2.00D pemeriksa mengamati refleks
fundus yang bergerak berlawanan arah dengan arah gerakan retinoskop
(against movement) kemudian dikoreksi dengan lensa sferis negatif sampai
tercapai netralisasi.11
-

Keratometri
Adalah pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur radius
kelengkungan kornea.11

3. Uji Pengaburan
Setelah pasien dikoreksi untuk myopia yang ada, maka tajam
penglihatannya dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam penglihatan
berkurang 2 baris pada kartu Snellen, misalnya dengan menambah lensa
spheris positif 3. Pasien diminta melihat kisi-kisi juring astigmat, dan
ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat. Bila garis juring pada 90
19

derajat yang jelas, maka tegak lurus padanya ditentukan sumbu lensa
silinder, atau lensa silinder ditempatkan dengan sumbu 180. Perlahan-lahan
kekuatan lensa silinder negatif ini dinaikkan sampai garis juring kisi-kisi
astigmat vertikal sama tegasnya atau kaburnya dengan juring horizontal atau
semua juring sama jelasnya bila dilihat dengan lensa silinder ditentukan
yang ditambahkan. Kemudian pasien diminta melihat kartu Snellen dan
perlahan-lahan ditaruh lensa negatif sampai pasien melihat jelas.10
F.

Penatalaksanaan
Sejauh ini yang dilakukan adalah mencegah kelainan refraksi atau

mencegah progresifitas penyakit.3


a. Koreksi lensa
Koreksi myopia dengan menggunakan lensa konkaf atau lensa negatif,
perlu diingat bahwa cahaya yang melalui lensa konkaf akan disebarkan.
Karena itu, bila permukaan refraksi mata mempunyai daya bias terlalu besar,
seperti pada myopia, kelebihan daya bias ini dapat dinetralisasi dengan
meletakkan lensa sferis konkaf di depan mata.8
Besarnya kekuatan lensa yang digunakan untuk mengkoreksi mata
myopia ditentukan dengan cara trial and error, yaitu dengan mula-mula
meletakan sebuah lensa kuat dan kemudian diganti dengan lensa yang lebih
kuat atau lebih lemah sampai memberikan tajam penglihatan yang terbaik. 8
Pasien myopia yang dikoreksi dengan kacamata sferis negatif terkecil
yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Sebagai contoh bila
pasien dikoreksi dengan -3.00 dioptri memberikan tajam penglihatan 6/6,
demikian juga bila diberi sferis -3.25 dioptri, maka sebaiknya diberikan
koreksi -3.00 dioptri agar untuk memberikan istirahat mata dengan baik
setelah dikoreksi. 1
Astigmatismus dapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa
silinder. Karena dengan koreksi lensa cylinder penderita astigmatismus akan
dapat membiaskan sinar sejajar tepat diretina, sehingga penglihatan akan
bertambah jelas.3
20

b. Obat -obatan
Beberapa penilitian melaporkan penggunaan atropine dan siklopentolat
setiap hari secara topikal dapat menurunkan progresifitas dari myopia pada
anak-anak usia kurang 20 tahun. 1
c. Terapi visus (vision therapy)
Tajam penglihatan yang tidak dikoreksi pada myopia dapat diperbaiki
pada pasien dengan menggunakan terapi penglihatan, tetapi tidak menunjukan
penurunan myopia. Hal ini adalah cara yang diusulkan untuk menurunkan
progresifitas myopia. Selama ini belum ada penelitian yang melakukan
pengujian dari usulan tersebut terhadap keberhasilan dalam menurunkan
progresifitas myopia. Caranya dengan menggunakan kacamata berlubang
kecil.5
d. Orthokeratology
Orthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri lensa
kontak, lebih dari satu minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi
datar dan menurunkan myopia. Kekakuan lensa kontak yang digunakan
sesuai

dengan

standar.

Tergantung

dari

respon

individu

dalam

orthokeratology yang sesekali beruba-ubah, penurunan myopia sampai


dengan 3.00 dioptri pada beberapa pasien, dan rata-rata penurunan yang
dilaporkan dalam penelitian adalah 0.75-1.00 dioptri. Beberapa dari
penurunan ini terjadi antara 4-6 bulan pertama dari program orthokeratology,
kornea dengan kelengkungan terbesar memiliki beberapa pemikiran dalam
keberhasilan dalam membuat pemerataan kornea secara menyeluruh. Dengan
followup yang cermat, orthokeratology akan aman dengan prosedur yang
efektif. Meskipun myopia tidak selalu kembali pada level dasar, pemakaian
lensa tambahan pada beberapa orang dalam beberapa jam sehari adalah
umum, untuk keseimbangan dalam memperbaiki refraksi. 1
Beberapa lensa kontak yang didesain secara khusus untuk mengubah
secara maksimal sesuai standarnya. Kekakuan lensa pada kelengkungan
21

kornea lebih tinggi dari pada permukaan kornea. Hasil yang didapatkan dapat
menurunkan myopia hingga 2.00 dioptri. Orthokeratology dengan beberapa
lensa seragam, dapat mengurangi permukaan kornea yang tidak rata.
Orthokeratology adalah penampilan yang umum pada anak muda walaupun
menggunakan lensa yang kaku tetapi dapat mengontrol myopia, lensa kontak
yang permeable pada anak-anak menjadi pilihan yang disukai. 8
Mengurangi kelengkungan (artinya, membuat kondisinya menjadi lebih
flat/rata) permukaan depan kornea, yang tujuannya adalah mengurangi daya
bias sistem optis bolamata sehingga titik fokusnya bergeser mendekat ke
retina. Metode non operatif untuk ini adalah orthokeratology, yaitu dengan
menggunakan lensa kontak kaku untuk (selama beberapa waktu) memaksa
kontur kornea mengikuti kontur lensa kontak tersebut. 8
Pada astigmatismus irregular dimana terjadi pemantulan dan pembiasan
sinar yang tidak teratur pada dataran permukaan depan kornea maka dapat
dikoreksi dengan memakai lensa kontak. Dengan memakai lensa kontak maka
permukaan depan kornea tertutup rata dan terisi oleh film air mata.5
e. Bedah Refraksi
Methode bedah refraksi yang digunakan terdiri dari:
Radial keratotomy (RK)
Dimana pola jari-jari yang melingkar dan lemah diinsisi di parasentral.
Bagian yang lemah dan curam pada permukaan kornea dibuat rata. Jumlah
hasil perubahan tergantung pada ukuran zona optik, angka dan kedalaman
dari insisi.

Meskipun pengalaman beberapa orang menjalani radial

keratotomy menunjukan penurunan myopia, sebagian besar pasien


sepertinya menyukai dengan hasilnya. Dimana dapat menurunkan
pengguanaan lensa kontak.5
Komplikasi yang dilaporkan pada bedah radial keratotomy seperti
variasi diurnal dari refraksi dan ketajaman penglihatan, silau, penglihatan
ganda pada satu mata, kadang-kadang penurunan permanen dalam koreksi
tajam

penglihatan

dari

yang

terbaik,

meningkatnya

astigmatisma,
22

astigmatisma irregular, anisometropia, dan perubahan secara pelan-pelan


menjadi hiperopia yang berlanjut pada beberapa bulan atau tahun, setelah
tindakan pembedahan. Perubahan menjadi hiperopia dapat muncul lebih
awal dari pada gejala presbiopia. Radial keratotomy mungkin juga menekan
struktur dari bola mata. 5

Photorefractive keratectomy (PRK)


Adalah prosedur dimana kekuatan kornea ditekan dengan ablasi laser
pada pusat kornea. Dari kumpulan hasil penelitian menunjukan 48-92%
pasien mencapai visus 6/6 (20/20) setelah dilakukan photorefractive
keratectomy. 1-1.5 dari koreksi tajam penglihatan yang terbaik didapatkan
hasil kurang dari 0.4-2.9 % dari pasien. 5
Kornea yang keruh adalah keadaan yang biasa terjadi setelah
photorefractive keratectomy dan setelah beberapa bulan akan kembali
jernih.

Pasien

tanpa

bantuan

koreksi

kadang-kadang

menyatakan

penglihatannya lebih baik pada waktu sebelum operasi. Photorefractive


keratectomy refraksi menunjukan hasil yang lebih dapat diprediksi dari pada
radial keratotomy. 5
-

Laser Assisted in Situ Interlameral Keratomilieusis (lasik)


Merupakan salah satu tipe PRK, laser digunakan untuk membentuk kurva
kornea dengan membuat slice (potongan laser) pada kedua sisi kornea.5

BAB IV
PEMBAHASAN
23

Seorang perempuan berumur 35 tahun, datang dengan keluhan utama nyeri


kepala sejak sebulan yang lalu. Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa tajam
penglihatan menurun tanpa disertai keluhan mata merah dan sekret pada mata
tidak ada. Dari keluhan utama dan riwayat perjalanan penyakit ini dapat
dipikirkan beberapa diagnosis banding penyakit mata yang ditandai dengan
penurunan visus perlahan mata tenang, diantaranya yaitu kelainan refraksi,
katarak, glaukoma kronis, retinopati, amblyopia dan retinoblastoma. Diagnosis
dapat ditegakkan dengan cara menyingkirkan differensial diagnostic berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Kemungkinan amblyopia dan retinoblastoma dapat disingkirkan dari
identifikasi dimana penderita berusia 35 tahun. Amblyopia adalah berkurangnya
tajam penglihatan yang terjadi karena tidak normalnya perkembangan visus yang
dialami sejak usia dini, yaitu sejak lahir hingga usia 10 tahun. Pada penderita ini
penurunan visus mulai terjadi sejak 1 tahun lalu (usia 34 tahun). Retinoblastoma
merupakan kelainan kongenital yang biasanya baru terlihat pada anak berumur 1
2 tahun. Pada pasien retinoblastoma, penurunan visus secara perlahan biasanya
disertai dengan perubahan gerak bola mata menjadi strabismus, pupil melebar
dengan refleks warna kuning mengkilat (amourotic cats eye), dan meningkatnya
tekanan intraokuler.
Kemungkinan glaukoma kronis dapat disingkirkan dari anamnesis dimana
penderita tidak mengeluhkan berkurangnya lapang pandang seperti melihat di
terowongan, dan dari pemeriksaan oftalmologi, papil N. II dalam keadaan baik.
Kemungkinan katarak dapat disingkirkan. Katarak memiliki gejala
penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan yang menurun secara progresif.
Dari anamnesis pada penderita tidak ditemui gejala-gejala tersebut. Dan dari hasil
pemeriksaan oftalmologi tidak ditemukan adanya kekeruhan lensa.
Kemungkinan retinopati dapat disingkirkan melalui anamnesis pada
penderita ini tidak terdapat riwayat penyakit yang dapat menyebabkan retinopati
misalnya penyakit hipertensi, diabetes mellitus. Pada pemeriksaan oftalmologi
segmen posterior dalam batas normal.
24

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksan fisik diatas, penderita ini


didiagnosis mengalami gangguan refraksi yaitu astigmatisma miopia compositus
okuli sinistra. Pada kasus ini VOD 6/6 Emetrop dan VOS 6/30 dan dilakukan
koreksi dengan lensa spheris dan silindris pada okuli sinistra. Untuk mengetahui
kekuatan lensa yang tepat menggunakan trial lens (uji Snellen). Dari hasil
pemeriksaan didapatkan koreksi pada okuli sinistra berupa S: -2,0 D, C: -2,0 D,
As: 180o.
Prognosis penderita Astigmatisma Miopia Compositus umumnya baik
karena tidak mengancam kehidupan. Dengan penggunaan kacamata menggunakan
kekuatan lensa yang tepat dapat mengembalikan tajam penglihatan penderita
menjadi 6/6.

DAFTAR PUSTAKA

25

1. Sudrajat,T.

Myopia.

Available

at

http://fkuii.org/tikidownload_wiki_

attachment. php?attId=1167& page=Teguh%20Sudrajat. 21 Mei 2010.


2. Ilyas,Sidarta. 2006. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Cetakan ketiga. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.hal 81-83.
3. -. Astigmat (Astigmatismus). Available at http://refraksioptisi.blogspot.
com/2008/12/astigmat.html. 21 Mei 2010.
4. Gunawan,W. Astigmatisma Miop Simplek yang Mengalami Ambliopia pada
Anak Sekolah Dasar di Yogyakarta. Berita Kedokteran Masyarakat. 2006;
22(3): 135-139.
5. American Optometric Association, Optometric Clinical Practice Guidline Care
of the Patient with Myopia, 1997.
6. Ilyas Sidarta. 2003. Dasar-Dasar Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata.
Edisi kedua.Cetakan pertama.Jakarta: Balai Penerbit FKUI.hal 34-39.
7. Paknenisna. Mata Cylindris Ternyata Ada Beberapa jenis. Available at http://
www.optiknisna.info/mata-cylindris-ternyata-ada-beberapa-jenis.html. 21 Mei
2010.
8. Guyton and Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Edisi 9. 1997.
9. Paknenisna.

Penyebab

Mata

Butuh

Kacamata.

Available

at

www.optiknisna.com/penyebab-mata-butuh-kacamata.html. 21 Mei 2010.


10. Tanjung, H. Perbedaan Rata-rata Rigiditas Okuler pada Miopia dan
Hipermetropia

di

RSUP.

H.

Adam

Malik

Medan.

Available

at

http://library.usu.ac.id/download/fk/pnymata-halima.pdf. 21 Mei 2010.


11. Ilyas, Sidharta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta: FKUI,
2005.

26

También podría gustarte