Está en la página 1de 45

BAB I

PENDAHULUAN
Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat
kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu
lama. Itu ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau
hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik
kwashiorkor. Gizi buruk atau Kurang Energi Protein (KEP) dan defisiensi
mikronutrien merupakan masalah yang membutuhkan perhatian khusus terutama di
negara-negara berkembang, yang merupakan faktor risiko penting terjadinya
kesakitan dan kematian pada ibu hamil dan balita (Muller, 2005). Di Indonesia KEP
dan defisiensi mikronutrien juga menjadi masalah kesehatan penting dan darurat di
masyarakat terutama anak balita (Departemenr Kesehatan RI, 2008). Kasus kematian
balita akibat gizi buruk kembali berulang, terjadi secara masif dengan wilayah
sebaran yang hampir merata di seluruh tanah air.
Sejauh pemantauan yang telah dilakukan temuan kasus tersebut terjadi setelah
anak-anak mengalami fase kritis. Sementara itu, perawatan intensif baru dilakukan
setelah anak-anak itu benar-benar tidak berdaya. Berarti sebelum anak-anak itu
memasuki fase kritis, perhatian terhadap hak hidup dan kepentingan terbaiknya
terabaikan (YPHA, 2009).
Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi
pemantauan pertumbuhan dan identifikasi faktor risiko yang erat dengan kejadian
luar biasa gizi seperti campak dan diare melalui kegiatan surveilans. Prevalensi balita
yang mengalami gizi buruk di Indonesia masih tinggi. Hasil Susenas menunjukkan
adanya penurunan prevalensi balita gizi buruk yaitu dari 10,1% pada tahun 1998
menjadi 8,1% pada tahun 1999 dan menjadi 6,3% pada tahun 2001. Namun pada
tahun 2002 terjadi peningkatan kembali prevalensi gizi buruk dari 8,0% menjadi
8,3% pada tahun 2003 dan kembali meningkat menjadi 8,8% pada tahun 2005.
Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan seluruh Indonesia terjadi penurunan kasus
1

gizi buruk yaitu pada tahun 2005 terdata 76.178 kasus kemudian turun menjadi
50.106 kasus pada tahun 2006 dan 39.080 kasus pada tahun 2007. Penurunan kasus
gizi buruk ini belum dapat dipastikan karena penurunan kasus yang terjadi
kemungkinan juga disebabkan oleh adanya kasus yang tidak terlaporkan (under
reported). Mencuatnya kembali pemberitaan di media massa akhir-akhir ini mengenai
balita gizi buruk yang ditemukan dan meninggal menunjukkan sistem surveilans dan
penanggulangan dari berbagai instansi terkait belum optimal (Anonim, 2008).
Masalah gizi buruk balita merupakan masalah yang sangat serius, apabila
tidak ditangani secara cepat dan cermat dapat berakhir pada kematian. Gizi buruk
lebih rentan pada penyakit akibat menurunnya daya tahan tubuh, pertumbuhan dan
perkembangan yang tidak optimal, sampai pada kematian yang akan menurunkan
kualitas generasi muda mendatang. Hal ini telah membukakan mata kita bahwa anak
balita sebagai sumber daya untuk masa depan mempunyai masalah yang sangat besar.
Apalagi penyakit penyerta yang sering pada gizi buruk seperti lingkaran setan, yaitu
penyakit-penyakit penyerta justru menambah rendahnya status gizi anak. Penyakitpenyakit penyerta yang sering terjadi adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA),
diare persisten, cacingan, tuberculosis, malaria dan HIV/AID (Anonim, 2009).
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya
manusia. Gizi buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian
tetapi juga menurunkan produktifitas, menghambat pertumbuhan sel-sel otak yang
mengakibatkan kebodohan dan keterbelakangan. Faktor penyebab gizi buruk dapat
berupa penyebab tak langsung seperti kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang
dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat bawaan, menderita penyakit kanker
dan penyebab langsung yaitu ketersediaan pangan rumah tangga, perilaku dan
pelayanan kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi juga
merupakan masalah utama gizi buruk adalah kemiskinan, pendidikan rendah,
ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Oleh karena itu, untuk mengatasi gizi
buruk dibutuhkan kerjasama lintas sektor (Anonim, 2010).

Diagnosis gizi buruk dapat diketahui melalui gejala klinis, antropometri dan
pemeriksaan laboratorium. Gejala klinis gizi buruk berbeda-beda tergantung dari
derajat dan lamanya deplesi protein dan energi, umur penderita, modifikasi
disebabkan oleh karena adanya kekurangan vitamin dan mineral yang menyertainya.
Gejala klinis gizi buruk ringan dan sedang tidak terlalu jelas, yang ditemukan hanya
pertumbuhan yang kurang seperti berat badan yang kurang dibandingkan dengan
anak yang sehat. Gizi buruk ringan sering ditemukan pada anak-anak dari 9 bulan
sampai 2 tahun, akan tetapi dapat dijumpai pula pada anak yang lebih besar.
Pertumbuhan yang terganggu dapat dilihat dari pertumbuhan linier mengurang atau
terhenti, kenaikan berat badan berkurang, terhenti dan adakalanya beratnya menurun,
ukuran lingkar lengan atas menurun, maturasi tulang terlambat, rasio berat terhadap
tinggi normal atau menurun, tebal lipat kulit normal atau mengurang, anemia ringan,
aktivitas dan perhatian berkurang jika dibandingkan dengan anak sehat, adakalanya
dijumpai kelainan kulit dan rambut. (Solihin, 2000).

BAB II
STATUS PASIEN

I. Identifikasi
Nama
Umur
JenisKelamin
BeratBadan
TinggiBadan
Agama
Bangsa
MRS

: M. Sunil Apriyan
: 14 tahun
: Laki-laki
: 20 Kg
: 148 cm
: Islam
: Indonesia
: 4 Agustus 2014

Nama Ayah
Usia
Nama Ibu
Usia

: Tn.A
: 50 tahun
: Ny. N
: 43 tahun

II. Anamnesis
(Alloanamnesis dari ibu pasien pada tanggal 12 Agustus 2014)
Keluhan Utama
Berat badan turun
Keluhan Tambahan
Demam, diare, pucat.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Kuranglebih5bulanSMRS,penderitamulaiBABcair(+)airlebihbanyak
dari ampas, frekuensi 6x sehari, sebanyak5 sendok makan,darah () lendir
(+)anggotakeluargalainyangdiare()mual(+)muntah(+)setelahdiberimakanan,
banyaknya1/4gelasaqua,tidakmenyemprot,demam(+)tidakterlalutinggi,naik
turun,terutamapadamalamhari,kejang(),penurunankesadaran()nafsumakan
menurun.Penderitatidakdibawaberobat,tidakadaperbaikan.Beratbadantertinggi
35kg.

Kuranglebih1mingguSMRS,penderitademam(+)tinggi,naikturun,terutama
padamalamhari,kejang()penurunankesadaran()batuk()pilek()berkeringatdi
malamhari()BABcairmakinbertambah(+),frekuensi89xsehari,volume 1/4
gelas aqua, air lebih banyak dari ampas, mual (+) muntah (+) setelah diberi
makanan,nafsumakansemakinmenurun,hanya3x2sendoknasisehari.Minumsusu
(),penderitatampaksemakinkurus,penderitatidakdibawaberobat.
Kuranglebih2hariSMRSpenderitatampaksemakinkurusdanlemas,hanya
bisa berbaring dibawa berobat ke sinse, diberikan racikan, tidak ada perubahan.
PenderitadibawaberobatkeRS.
Food recall :
5 bulan yang lalu, nasi 3x1 porsi, lauk bervariasi, ikan, tempe, telur, tahu, makanan
kecil kurang lebih 1x sehari, bervariasi seperti pisang goreng dan bakwan. (kesan:
kalori cukup)
4 bulan yang lalu, hanya makan nasi 3x2 sendok, berat badan semakin turun

Riwayat Sosial Ekonomi


Ayah os bekerja sebagai buruh dengan penghasilan Rp.300.000/bulan, sedangkan ibu
os ibu rumah tangga. Saudara pertama dan kedua bekerja sebagai buruh dengan
penghasilan Rp. 300.000/bulan dan saudara ke-4 dan 5 os bekerja sebagai ibu rumah
tangga.
Kesan: sosioekonomi menengah ke bawah.

Riwayat Kehamilan
GPA

: G5P4A0

HPHT

: 2 September 2013

Periksa hamil

: 2 kali di bidan

Kebiasaan ibu sebelum/selama kehamilan


Minum alkohol

: tidak pernah

Merokok

: tidak pernah

Makan obat-obatan tertentu

: tidak pernah

Penyakit atau komplikasi kehamilan ini

: tidak ada

Riwayat Persalinan
Cara persalinan

: spontan

Ditolong

: Bidan

BB lahir

: 3800 gr

PB lahir

: Lupa

KPSW

: Tidak ada

Riwayat demam saat persalinan

: tidak ada

Riwayat ketuban kental, hijau, bau

: tidak ada

Keadaan bayi saat lahir


Jenis kelamin

: laki-laki

Kelahiran

: tunggal

Kondisi saat lahir

: langsung menangis A/S : 8/9

Riwayat Makanan
ASI

: 0-1 tahun

Bubur nasi

: 6 bulan-1 tahun

Nasi

: 1 tahun-sekarang

Kesan

: Asupan makan cukup

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


Tengkurap

: 4 bulan

Duduk

: 8 bulan

Berdiri

: 10 bulan

Berjalan

: 12 bulan

Kesan: pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia


Riwayat Imunisasi
(Dilakukan di posyandu)
BCG

: 1 kali, scar (-)

Polio

: 4 kali

Hepatitis B

: 4 kali

DPT

: 3 kali

Campak

: 1 kali

Kesan

: Imunisasi dasar lengkap

Riwayat Perkembangan Mental


Isap jempol
Ngompol
Aktivitas
Membangkang
Ketakutan
Kesan

: tidak ada
: tidak ada
: aktif, bermain dengan teman sebaya (+)
: tidak ada
: tidak ada
: perkembangan mental dalam batas normal

Riwayat Penyakit Dahulu


Batuk lama disangkal
Kontak dengan penderita TB disangkal
7

Bepergian ke luar kota (-)


Nyeri BAK (-)
BAK darah (-)
BAK berpasir (-)
Diare kronis (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga pasien tidak ada yang memiliki penyakit tertentu. Batuk lama (-), diare
kronis (-), penurunan berat badan (-), alergi (-). Ayah, ibu dan saudara pasien dalam
kondisi sehat dan tidak memiliki penyakit tertentu.

III. PemeriksaanFisik
a. Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan Umum
: apatis, lemah, rewel, tampak sakit sedang,
napas spontan adekuat, pucat (+), muka seperti orang tua (+)
Sensorium

: compos mentis

Nadi

: 96 x/menit, isi dan tegangan cukup

Pernapasan

: 20 x/menit, normal dan reguler

Temperatur

: 37,50C

Berat badan

: 20 kg

Tinggi badan

: 148 cm

Status Gizi
BB/U : 20/33 = 60.6%
TB/U : 148/168 = 88.09%
8

BB/TB : 20/30 :66.67%

b. Pemeriksaan Fisik Khusus


Keadaan Spesifik
Kepala

:Normocephali, rambut mudah dicabut

Mata

: konjungtiva anemis (+) sklera ikterik (-), isokor, refleks

cahaya +/+,mata cekung(-)


Hidung

: nafas cuping hidung (-), sekret tidak ada

Leher

: tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.

Thorax

: bentuk simetris, pergerakan simetris, , retraksi (-) iga

gambang(+)
Cor

: BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Pulmo

: Retraksi (-) vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)

Abdomen

: datar, lemas, hepar lien tidak teraba, bising usus (+) normal,

turgor kembali cepat< 2 detik


Lipat paha dan genitalia: pembesaran KGB tidak ada
Ekstremitas

: akral hangat, CRT <2 detik, fraktur tidak ada, dislokasi tidak

ada, Baggy pants (+)


IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM (6 Agustus 2014)
Hematologi
Hemoglobin

: 6,1 g/dL

Eritrosit

: 2,48 x 106/mm3

Leukosit

: 22,5 x 103/mm3

Hematokrit

: 19%

Trombosit

: 754 x 103L

MCV

: 75,8 fL

MCH

: 25 pg
9

MCHC

: 32 g/dL

LED

: 105 mm/jam

Diff Count

: 0/0/8/72/18/2

Retikulosit

: 2,3%

Kimia Klinik
Besi

: 10 g/L

TIBC

: 43 g/dL

Hati
Albumin

: 1,1 g/dL

Ginjal
Ureum

: 29 mg/dL

Kreatinin

: 0,93 mg/dL

Imunoserologi
Ferritin

: 392,20 ng/mL

Urinalisis (5 Agustus 2014)


Urine Lengkap
Warna

: Kuning

Kejernihan

: Agak Keruh

Berat Jenis

: 1.025

pH

: 5,0

Protein

: Positif ++

Glukosa

: Negatif
10

Keton

: Negatif

Darah

: Negatif

Bilirubin

: Negatif

Urobilinogen : 1 EU/dL
Nitrit

: Negatif

Lekosit Esterase : Negatif


Sedimen Urine:

Epitel
Lekosit
Eritrosit
Silinder
Kristal
Bakteri
Mukus
Jamur

: Positif +
: 2-4
: 0-1
: Granular ++
: Negatif
: Negatif
: Negatif
: Negatif

Gambaran Darah Tepi


Eritrosit

: mikrositik, hipokrom, anisositosis, sel target

Leukosit

: jumlah meningkat, neutrofilia (0/0/8/72/18/2)

Trombosit

: jumlah meningkat, morfologi dalam batas normal

Kesan

: anemia mikrositik hipokrom dengan neutrofilia

Saran

: ferritin, SI, TIBC, CRP

V.

RESUME
Kuranglebih5bulanSMRS,penderitamulaiBABcair(+)airlebihbanyak

dari ampas,frekuensi 6xsehari,sebanyak 5sendokmakan, darah()lendir (+)


anggotakeluargalainyangdiare() mual(+)muntah(+)setelahdiberimakanan,
banyaknya1/4gelasaqua,tidakmenyemprot,demam(+)tidakterlalutinggi,naik
turun,terutamapadamalamhari,kejang(),penurunankesadaran()nafsumakan
11

menurun.Penderitatidakdibawaberobat,tidakadaperbaikan.Beratbadantertinggi
35kg.
Kurang lebih 1 minggu SMRS, penderita demam (+) tinggi, naik turun,
terutama pada malam hari, kejang ()penurunan kesadaran ()batuk () pilek ()
berkeringatdimalamhari()BABcairmakinbertambah(+),frekuensi89xsehari,
volume 1/4gelasaqua,airlebihbanyakdariampas,mual(+)muntah(+)setelah
diberi makanan, nafsu makan semakin menurun, hanya 3x2 sendok nasi sehari.
Minumsusu(),penderitatampaksemakinkurus,penderitatidakdibawaberobat.
Kuranglebih2hariSMRSpenderitatampaksemakinkurusdanlemas,hanya
bisa berbaring dibawa berobat ke sinse, diberikan racikan, tidak ada perubahan.
PenderitadibawaberobatkeRS.
Pada pemeriksaan umum, kesadaran sadar, HR 96 x/menit, pernafasan 20
x/menit, suhu 37,5 C, berat badan 20 kg, tinggi badan 148 cm, konjungtiva anemis
(+), sklera ikterik (-), mata cekung (-), muka seperti orang tua (+).

VI. Diagnosis Banding


1. Maramus kondisi III + demam lama e.c dd/
- demam tyfoid
- Tersangka infeksi saluran kemih
- TB paru
- Malaria
2. Anemia e.c penyakit kronis dd/ defisiensi Fe + diare kronik tanpa dehidrasi e.c dd/
diare bakterialis invasif dd/ disentri
VII. Diagnosis Kerja

12

Daftar Masalah
1.
2.
3.
4.

Marasmus kondisi III


Demam lama
Diare kronik tanpa dehidrasi
Anemia

VIII. Rencana
M1 : Marasmus kondisi III
Rth/ Tata laksana marasmus kondisi III
Vitamin B complex, vitamin C, asam folat
M2 : Demam lama
Rd/ Pemeriksaan darah rutin, urin rutin, kultur darah, kultur urin, tubek TF, malaria,
elektrolit, fungsi ginjal dan fungsi hati
Rth/ Ampicillin 3x650 mg IV
Gentamicin 2x50 mg IV

M3: Diare kronik tanpa dehidrasi


Rd/ feses rutin, benzidine test,dan kultur feses
Rth/ antibiotik
M4: Anemia
Rd/ DPL, gambaran darah tepi

VIII. Prognosis
Quo ad vitam

: dubia et bonam

Quo ad functionam

: dubia et bonam

13

IX. Follow Up Selama Pasien Dirawat


Tanggal4 Agustus 2014
Berat badan : 20 kg
Usia

: 14 thn

: Diare, berat badan turun

O
Keadaan umum
Sensorium

:kompos mentis

HR

: 96 x/menit

RR

: 20 x/menit

:37,oC

Kepala

:NCH (-), konjungtiva anemis (+), sclera ikterik (-), muka

seperti orang tua (+)


Thorax

: iga gambang

Abdomen

:datar, lemas, BU (+) normal, hepar lien tidak teraba.

Ekstremitas

:akral hangat, CRT <2 detik

A: Marasmus kondisi III + demam lama + diare kronik + anemia


P: Tata laksana marasmus kondisi III
50 ml glukosa oral
2 jam pertama resomal per oral -> 100cc tiap jam
10 jam berikutnya diberikan F75 selang seling resomal tiap jam
- Injeksi ampicillin 3x650 mg IV
- Injeksi gentamicin 3x50 mg IV
- Vitamin C/Vitamin B complex, Asam folat 1x1
Tanggal 5 Agustus 2014
Berat badan

22 kg

14

Usia

14tahun

mencret (-), demam (-), susu habis (+)

Sensorium

kompos mentis

HR

98 x/menit

RR

24 x/menit

37,2oC

Kepala

NCH (-), CA (+), SI (-), muka seperti orang tua, mata

Thorax

simetris, retraksi (-), iga gambang (+)

Cor

BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Pulmo

vesikuler (+) normal, rhonki (-) wheezing (-)

Abdomen

datar, lemas, BU (+) normal, hepar lien tidak teraba.

Ekstremitas

akral hangat, CRT < 2 detik, akral pucat (+)

Target kalori

70x30 = 2100 kkal

cekung (-)

: Marasmus kondisi V + demam lama e.c susp. TB paru

dd/ TISK + anemia (Hb: 6mg/dl)

P :
- Injeksi Ampicillin 3x650 mg (IV)
- Injeksi gentamisin 2x50 mg (IV)
- F75 12x200 cc
- PCT tablet 3x250 mg (jika T>38.5oC)
- R/rontgen thorax AP/lateral
15

- R/ kultur darah dan urin

Tanggal 6 Agustus 2014


Berat badan

: 22.1 kg

Usia

14tahun

BAB cair, demam (-), susu habis, muntah (-),

sesak (-)
O
Keadaan umum:
Sensorium

kompos mentis

TD

90/50 mmHg

HR

80 x/menit

RR

20 x/menit

36,8oC

Kepala

NCH (-), CA (+), SI (-), muka seperti orang tua,

simetris, retraksi (-)

Cor

: BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)

mata cekung (-)


Thorax

Pulmo : vesikuler (+) normal, rhonki (-) wheezing (-)


Abdomen

datar, lemas, BU (+) normal, hepar lien tidak

teraba.
Ekstremitas
Target kalori

: 70x30 = 2100 kkal

Realisasi
A

CRT < 2 detik, akral pucat (+)


: F75 12x200 = 1800 kkal

: Marasmus kondisi V + demam lama e.c susp. TB paru dd/ TISK +

anemia (Hb: 6mg/dl)


P :

16

- F75 12x200 cc = 1800 kkal


- Injeksi Ampicillin 3x650 mg (IV)
- Injeksi gentamisin 2x50 mg (IV)
- PCT tablet 3x250 mg p.o (jika T>38.5oC)
- R/ transfusi PRC 2x150 cc - WB
- Menunggu hasil kultur darah dan urin

Tanggal 7 Agustus 2014


Berat badan

: 22.1 kg

Usia

: 14tahun

: BAB cair, demam (-), susu habis, muntah (-), sesak (-)

O
Keadaan umum:
Sensorium

kompos mentis

TD

90/60 mmHg

HR

88 x/menit

RR

20 x/menit

36,8oC

Kepala

NCH (-), CA (+), SI (-), muka seperti orang tua, mata

simetris, retraksi (-)

cekung (-)
Thorax

Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)


Pulmo : vesikuler (+) normal, rhonki (-) wheezing (-)
Abdomen

datar, lemas, BU (+) normal, hepar lien tidak teraba.

Ekstremitas

: CRT < 2 detik, akral pucat (+)

Target kalori

: 70x30 = 2100 kkal

Realisasi

: F1008x250 = 2000 kkal


17

: Marasmus kondisi V + demam lama e.c susp. TB paru dd/

TISK + anemia (Hb: 6mg/dl)


P :
- F1008x250 cc = 2000 kkal
- Injeksi Ampicillin 3x650 mg (IV)
- Injeksi gentamisin 2x50 mg (IV)
- PCT tablet 3x250 mg p.o (jika T>38.5oC)
- R/ transfusi WB1x250 cc
Hasil crossmatch minor (+) ganti dengan PRC 1x150 cc
- Menunggu hasil kultur darah dan urin

Tanggal 8 Agustus 2014


Berat badan

: 22 kg

Usia
S

:
:

14tahun

BAB cair (+) demam tidak terlalu tinggi (+), lendir (-)

darah (-) muntah (-)


O
Keadaan umum:
Sensorium

kompos mentis

TD

90/60 mmHg

HR

88 x/menit

RR

20 x/menit

36,8oC

Kepala

NCH (-), CA (+), SI (-), muka seperti orang tua, mata

cekung (-)
18

Thorax

simetris, retraksi (-)


Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal, rhonki (-) wheezing (-)

Abdomen

datar, lemas, BU (+) normal, hepar lien tidak teraba.

Ekstremitas

CRT < 2 detik, akral pucat (+)

Target kalori

70x30 = 2100 kkal

Realisasi

F100 8x250 = 2000 kkal

: Marasmus kondisi V + demam lama e.c susp. TB paru dd/

TISK + anemia (Hb: 6mg/dl)


P :
- F100 8x250 cc = 2000 kkal
- Injeksi Ampicillin 3x650 mg (IV)
- Injeksi gentamisin 2x50 mg (IV)
- PCT tablet 3x250 mg p.o (jika T>38.5oC)
- R/ transfusi WB 1x250 cc
Hasil crossmatch minor (+) ganti dengan PRC 1x150 cc
- Menunggu hasil kultur darah dan urin

Tanggal 9 Agustus 2014


Berat badan

: 22 kg

Usia

: 14tahun

: demam (-), susu habis (-), BAB cair (-), kultur urine (steril)

O
Keadaan umum:
Sensorium

: kompos mentis
19

TD

: 90/60 mmHg

HR

: 88 x/menit

RR

: 24 x/menit

: 36,9oC

Kepala

: NCH (-), CA (+), SI (-)

Thorax

: simetris, retraksi (-), iga gambing (+)

Cor

: BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Pulmo

: vesikuler (+) normal, rhonki (-) wheezing (-)

Abdomen

: datar, lemas, BU (+) normal, hepar lien tidak teraba.

Ekstremitas

: CRT < 2 detik, akral hangat

: Marasmus kondisi V + demam lama e.c susp. TB paru dd/

TISK + anemia
P :
- F100 8x250 cc = 2000 kkal
- Injeksi Ampicillin 3x650 mg (IV)
- Injeksi gentamisin 2x50 mg (IV)
- PCT tablet 3x250 mg p.o (jika T>38.5oC)
- Menunggu hasil kultur darah
Tanggal 10 Agustus 2014
Berat badan

: 22 kg

Usia

: 14tahun

: demam (-), BAB cair (+), susu habis (-)

O
Keadaan umum:
Sensorium

: kompos mentis

TD

: 90/60 mmHg

20

HR

: 86 x/menit

RR

: 22 x/menit

: 37oC

Kepala

: NCH (-), CA (+)

Thorax

: simetris, retraksi (-), iga gambing (+)

Cor

: BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Pulmo

: vesikuler (+) normal, rhonki (-) wheezing (-)

Abdomen

: datar, lemas, BU (+) normal, hepar lien tidak teraba.

Ekstremitas

: CRT < 3 detik, akral hangat

: Marasmus kondisi V + demam lama e.c susp. TB paru dd/

TISK + anemia
P :
- F100 8x250 cc = 2000 kkal
- Injeksi Ampicillin 3x650 mg (IV)
- Injeksi gentamisin 2x50 mg (IV)
- PCT tablet 3x250 mg p.o (jika T>38.5oC)
- Menunggu hasil kultur darah

Tanggal 11 Agustus 2014


Berat badan

: 22 kg

Usia

: 14tahun

: demam (-), BAB lembek 1x, muntah (-)

O
Keadaan umum:
Sensorium

: kompos mentis

TD

: 90/60 mmHg

21

HR

: 88 x/menit

RR

: 24 x/menit

: 37,1oC

Kepala

: NCH (-), CA (+), SI (-)

Thorax

: simetris, retraksi (-)

Cor

: BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Pulmo

: vesikuler (+) normal, rhonki (-) wheezing (-)

Abdomen

: datar, lemas, BU (+) normal, hepar lien tidak teraba.

Ekstremitas

: CRT < 2 detik, akral pucat

: Marasmus kondisi V + demam lama e.c susp. TB paru dd/

TISK + anemia

P :
- F100 8x250 cc = 2000 kkal
- Injeksi Ampicillin 3x650 mg (IV)
- Injeksi gentamisin 2x50 mg (IV)
- PCT tablet 3x250 mg p.o (jika T>38.5oC)
- Ca Glukonas 3x12 cc

Tanggal 12 Agustus 2014


Berat badan

: 22 kg

Usia

: 14tahun

: demam (-), BAB cair (-), susu habis (-), muntah (-), nasi

habis
O
Keadaan umum:

22

Sensorium

: kompos mentis

TD

: 90/60 mmHg

HR

: 88 x/menit

RR

: 24 x/menit

: 37,1oC

Kepala

: NCH (-), CA (+)

Thorax

: simetris, retraksi (-)

Cor

: BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Pulmo

: vesikuler (+) normal, rhonki (-) wheezing (-)

Abdomen

: datar, lemas, BU (+) normal, hepar lien tidak teraba.

Ekstremitas

: CRT < 2 detik, akral pucat

: Marasmus kondisi V + demam lama e.c susp. TB paru dd/

TISK + anemia
P :
- F100 5x200 cc
- Nasi biasa 3x1 porsi
- Injeksi Ampicillin 3x650 mg (IV)
- Injeksi gentamisin 2x50 mg (IV)
- Ca Glukonas 3x12 cc

Tanggal 13 Agustus 2014


Berat badan

: 22 kg

Usia

: 14tahun

: demam (-), BAB cair (-), susu habis (-), muntah (-), nasi

habis
O

23

Keadaan umum:
Sensorium

: kompos mentis

TD

: 90/60 mmHg

HR

: 81 x/menit

RR

: 24 x/menit

: 37,1oC

Kepala

: NCH (-), CA (+), SI (-)

Thorax

: simetris, retraksi (-)

Cor

: BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Pulmo

: vesikuler (+) normal, rhonki (-) wheezing (-)

Abdomen

: datar, lemas, BU (+) normal, hepar lien tidak teraba.

Ekstremitas

: CRT < 2 detik, akral pucat

: Marasmus kondisi V + demam lama e.c susp. TB paru dd/

TISK + anemia
P :
- F100 5x200 cc
- Nasi biasa 3x1 porsi
- Ca Glukonas 3x12 cc

Tanggal 14Agustus 2014


Berat badan

: 22 kg

Usia

: 14tahun

: demam (+), BAB cair (-), susu habis (+), muntah (-), nasi

habis
O
Keadaan umum:
Sensorium

kompos mentis

24

TD

90/60 mmHg

HR

84 x/menit

RR

24 x/menit

37,2oC

Kepala

NCH (-), CA (+), SI (-)

Thorax

simetris, retraksi (-)

Cor

BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Pulmo

vesikuler (+) normal, rhonki (-) wheezing (-)

Abdomen

datar, lemas, BU (+) normal, hepar lien tidak teraba.

Ekstremitas

CRT < 2 detik, akral pucat

Marasmus kondisi V + demam lama e.c TISK + anemia

P :
- F100 5x200 cc
- Nasi biasa 3x1 porsi
- Ca Glukonas 3x12 cc
Tanggal 15 Agustus 2014
Berat badan

: 22 kg

Usia

: 14tahun

: demam (+), BAB cair (-), susu habis (+), muntah (-), nasi

habis
O
Keadaan umum:
Sensorium

: kompos mentis

TD

: 90/60 mmHg

HR

: 84 x/menit

RR

: 24 x/menit

: 37,2oC

25

Kepala

: NCH (-), CA (+), SI (-)

Thorax

: simetris, retraksi (-)

Cor

: BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Pulmo

: vesikuler (+) normal, rhonki (-) wheezing (-)

Abdomen

: datar, lemas, BU (+) normal, hepar lien tidak teraba.

Ekstremitas

: CRT < 2 detik, akral pucat

: Marasmus kondisi V + demam lama e.c TISK + anemia

P :
- F100 5x200 cc
- Nasi biasa 3x1 porsi
- Ca Glukonas 3x12 cc

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Gizi Buruk
Malnutrisi (gizi buruk) adalah suatu istilah umum yang merujuk pada kondisi
medis yang disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup. Walaupun
seringkali disamakan dengan kurang gizi yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi, buruknya absorpsi, atau kehilangan besar nutrisi atau gizi, istilah ini
sebenarnya juga mencakup kelebihan gizi (overnutrition) yang disebabkan oleh

26

makan berlebihan atau masuknya nutrien spesifik secara berlebihan ke dalam


tubuh. Seorang akan mengalami malnutrisi jika tidak mengkonsumsi jumlah atau
kualitas nutrien yang mencukupi untuk diet sehat selama suatu jangka waktu
yang cukup lama. Malnutrisi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan
kelaparan, penyakit, dan infeksi.
Tanda-tanda dari banyak kasus malnutrisi yaitu ketika cadanagn nutrisi
dihabiskan dan nutrisi serta energi yang masuk tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari atau tidak memenuhi tambahan metabolic yang
meningkat.
Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan masukan
makanan dalam waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan kekurangan gizi
amat bervariasi dan masih merupakan masalah yang pelik. Walaupun demikian,
secara klinis digunakan istilah malnutrisi energi dan protein (MEP) sebagai nama
umum. Penentuan jenis MEP yang tepat harus dilakukan dengan pengukuran
antropometri yang lengkap (tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas dan
tebal lipatan kulit), dibantu dengan pemeriksaan laboratorium
Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat
kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam
waktu lama. Itu ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap
TB) dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus,
kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor.
2.2 Penyebab Gizi Buruk
1. Penyebab langsung
Penyakit infeksi
2. Penyebab tidak langsung
1. Kemiskinan keluarga
2. Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua yang rendah
3. Sanitasi lingkungan yang buruk
27

4. Pelayanan kesehatan yang kurang memadai


Selain itu ada beberapa penyebab dari gizi buruk seperti :
1. Balita tidak mendapat makanan pendanping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan
atau lebih
2. Balita tidakmendapat ASI ekslusif (ASI saja) atau sudah mendapat makanan
selain ASI sebelum umur 6 bulan
3. Balita tidakmendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan
atau lebih
4. MP-ASI kurang dan tidak bergizi
5. Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui
6. Balita menderita sakit dalam waktu lama,seperti diare,campak, TBC,
batukpilek
7. Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor.
2.3 Klasifikasi Gizi Buruk
Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP
ditetapkan dengan patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak
sebagai berikut:
1. Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)
2. Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)
3. Berat badan <60% : marasmus (MEP berat)
4. Berat badan <60% : marasmik kwashiorkor (MEP berat)

Keterangan

Gizi

Gizi Kurang(%)

Gizi Buruk(%)

BB/U
TB/U
BB/TB
LLA/U

Baik(%)
80-100
95-100
90-100
85-100

60-80
85-95
70-90
70-85

<60
<85
<70
<70

28

LLA/TB
85-100
2.4 Tipe Gizi Buruk

75-85

<75

2.4.1 Marasmus
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala
yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat
lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut
mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering
diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan
banyak menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar.
Etiologi
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi
karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat atau karena
kelainan metabolik dan malformasi kongenital.
Tanda dan Gejala
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan
kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor
pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan
hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal
selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput, serta
wajah seperti orang tua. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi
otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat,
tekanan darah dan frekuensi napas menurun, kemudian lesu dan nafsu makan
hilang. Biasanya terjadi konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut
diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mucus dan
sedikit.
Patofisiologi
29

Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,
protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam
keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan
hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh
untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang
sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa)
dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya
kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga
setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme
protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang
segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama puasa jaringan
lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat
mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau
kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan
diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh
dari tubuh.
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Fisik
Mengukur TB dan BB
Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi
dengan TB (dalam meter)

Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan


trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya
dapat diukur, biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper).
Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan
lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada
wanita.

30

Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LILA untuk


memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa
tubuh yang tidak berlemak).

Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb,


Ht, transferin.

2.4.2 Kwashiorkor
Kwashiorkor ialah suatu keadaan kekurangan gizi ( protein ) yang
merupakan sindrom klinis yang diakibatkan defisiensi protein berat dan
kalori yang tidak adekuat. Walaupun sebab utama penyakit ini adalah
defisiensi protein, tetapi karena bahan makanan yang dimakan kurang
mengandung nutrisi lainnya ditambah dengan konsumsi setempat yang
berlainan, maka akan terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai
negara.
Etiologi
Selain oleh pengaruh negatif faktor sosial ekonomi, budaya yang berperan
terhadap kejadian malnutrisi umumnya, keseimbangan nitrogen yang negatif
dapat pula disebabkan oleh diare kronik, malabsorpsi protein, hilangnya
protein melalui air kemih ( sindrom nefrotik ), infeksi menahun, luka bakar
dan penyakit hati.
Patofisiologi
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat
berlebihan, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori
dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan
perubahan sel yang menyebabkan edema dan perlemakan hati. Karena
kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai asam

31

amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan


metabolisme. Bila diet cukup mengandung karbohidrat, maka produksi
insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang
jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan kejaringan otot. Makin
berkurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya
produksi albumin oleh hepar, yang kemudian berakibat timbulnya edema.
Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta- lipoprotein,
sehingga transport lemak dari hati terganggu, dengan akibat adanya
penimbunan lemak dalam hati.
Gejala Kwashiorkor

Pertumbuhan terganggu, BB dan TB kurang dibandingkan dengan

yang sehat.

Pada sebagian penderita terdapat edema baik ringan dan berat.

Gejala gastrointestinal seperti anoreksia dan diare

Rambut mudah dicabut, tampak kusam kering, halus jarang dan

berubah warna

Hilangnya massa otot

Dermatitis dan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi

Kulit kering dengan menunjukan garis garis kulit yang


mendalam dan lebar, terjadi persisikan dan hiperpigmentasi

Terjadi pembesaran hati, hati yang teraba umumya

kenyal,

permukaannya licin dan tajam.

Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita.


Kelainan kimia darah yang selalu ditemukan ialah kadar albumin serum
yang rendah, disamping kadar globulin yang normal atau sedikit
meninggi.

Pemeriksaan Labolaturium

32

Hampir semua kasus kwashiorkor memperlihatkan penurunan kadar


albumin, kolestrol dan glukosa dalam serum. Kemudian pada umumnya
kadar imunoglobulin serum normal, bahkan dapat meningkat. Meskipun
kadar IgA sekretori merendah.Gangguan imunitas seluler khususnya jumlah
populasi sel T merupakan kelainan imunologik yang paling sering dijumpai
pada malnutrisi berat.
2.4.3. Kurang kalori dan protein ( marasmus kwashiorkor )
Etiologi, tanda dan gejalanya merupakan gabungan dari marasmus dan
kwashiorkor.Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala
klinik kwashiorkor dan marasmus. Makanan sehari-hari tidak cukup
mengandung protein dan juga energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada
penderita demikian disamping menurunnya berat badan < 60% dari normal
memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor, seperti edema, kelainan rambut,
kelainan kulit, sedangkan kelainan biokimiawi terlihat pula (Depkes RI,
2000).

2.5

Penatalaksanaan (kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi)


Dalam proses pengobatan KEP berat terdapat 3 fase, adalah fase
stabilisasi, fase transisi dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus
trampil memilih langkah mana yang cocok untuk setiap fase.
Tatalaksana ini digunakan baik pada penderita kwashiorkor, marasmus
maupun marasmik-kwarshiorkor. Pengobatan rutin yang dilakukan di
rumah sakit ada 10 langkah penting yaitu :
1.

Atasi/cegah hipoglikemi

2.

Atasi/cegah hiportemia

3.

Atasi/cegah dehidrasi
33

4.

Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit

5.

Obati/cegah infeksi

6.

Mulai pemberian makanan

7.

Fasilitas tumbuh-kejar (catch up growth)

8.

Koreksi defisiensi nutrient mikro

9.

Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental

10.

Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh

Gambar 1. Jadwal Pengeobatan dan Perawatan Anak gizi Buruk


(Direktorat Bina Gizi, 2011).
A. Tahap Stabilisasi
Pada tahap ini dinilai kondisi gizi buruk yang ada. Terdapat 5
kondisi berdasarkan ada tidaknya tanda syok, letargi dan muntah
atau diare atau dehidrasi. Masing-masing kondisi memiliki alur
tatalaksana yang berbeda.

34

1.

Kondisi I : Jika ditemukan syok, letargi, dan diare atau muntah


atau dehidrasi.

2.

Kondisi II : jika ditemukan Letargi dan diare dan atau muntah


atau dehidrasi.

3.

Kondisi III: Jika ditemukan muntah dan atau diare atau

dehidrasi.
4.

Kondisi IV : Jika ditemukan Letargi.

5.

Kondisi V : Jika tidak ditemukan syok, muntah dan atau diare

atau dehidrasi dan letargi.


B. Tahap Transisi
1. Pada tahap akhir stabilisasi, bila setiap dosis F-75 yang diberikan
dengan interval 4 jam dapat dihabiskan maka F-75 diganti
dengan F-100, diberikan setiap 4 jam, dengan dosis sesuai
dengan BB, dipertahankan selama 2 hari. Ukur dan catat nadi,
pernafasan dan asupan F-100 setiap 4 jam.
2. Pada Hari ke 3 mulai berikan F-100 dengan dosis sesuai BB
daam tabel F-100. Pada 4 jam berikutnya dosisnya dinaikan 10
ml, hingga anak tidak mampu menghabiskan jumlah yang
diberikan. Perlu diperhatikan agar tidak melebihi dosis maksimal
pemberian dalam tabel F-100.
3. Pada hari ke 4 diberikan F-100 setiap 4 jam dengna dosis sesuai
BB berkisar antara dosis minimal dan dosis maksimal dengan
ketentuan tidak boleh melampaui dosis maksimal dalam tabel F100. Pemberian dosis ini dipertahankan sampai hari ke 7-14( hari
terakhir fase transisi) sesuai kondisi anak.
4. Kriteria pulang :
a. Edema sudah berkurang atau hilang
b. anak sadar dan aktifBB/PB atau BB/TB >-3 SD
c. Komplikasi sudah teratasi
35

d. Ibu telah menapat konseling gizi


e. Ada kenaikan BB sekitar 50g/kbBB/Minggu selama 2 minggu
berturut-turut.
f. Selera makan sudah baik, makanan yang diberikan dapat
dihabiskan.
C. Fase Rehabilitasi
1.

Pada fase ini diberikan F-100 dan makanan padat sesuai berat
badan anak. Untuk anak dengan BB < 7 maka berkan F-100
ditambah dengan makanan bayi/lumat dan sari buah, sedangkan
bila BB 7 berikan F-100 ditambah dengan makanan
anak/lumat serta buah.

2.

Makanan tahap rehabilitasi ini terus diberikan sampai tercapai


BBTB-PB > -2 standard WHO 2005 (kriteria sembuh).

2.8.3. Tahap Lanjutan


Sebelum

pasien

dipulangkan,

hendaknya

ia

sudah

dibiasakan memperoleh makanan biasa yang bukan merupakan


diet TETP. Kepada orang tua hendaknya diberikan penyuluhan
kesehatan dan gizi, khususnya tentang mengatur makanan,
memilih bahan makanan, dan mengolahnya sesuai dengan
kemampuan daya belinya.
Juga perlu diberikan saran untuk :
1. Pemberian makanan dengan porsi kecil tetapi sering sesuai
dengan umur anak.
2. Membawa anaknya secara teratur untuk kontrol :
Bulan I : 1x/minggu
Bulan II : 1x/2minggu
Bulan III : 1x/Bulan
3. Pemberian imunisasi dasar dan ulangan
36

4. Pemberian vitamin A dosis tinggi tiap 6 bulan sekali (dosis


sesuai umur).

2.6. Akibat Gizi Buruk


1. Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulanginoleh tenaga kesehatan
2. Kurang cerdas
3. Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari normal
4. Sering sakit infeksi seperti batuk,pilek,diare,TBC,dan lain-lain.
2.7. Komplikasi Gizi Buruk
Pada penderita gangguan gizi sering terjadi gangguan asupan vitamin dan
mineral. Karena begitu banyaknya asupan jenis vitamin dan mineral yang
terganggu dan begitu luasnya fungsi dan organ tubuh yang terganggu maka
jenis gangguannya sangat banyak. Pengaruh KEP bisa terjadi pada semua organ
sistem tubuh. Beberapa organ tubuh yang sering terganggu adalah saluran
cerna, otot dan tulang, hati, pancreas, ginjal, jantung, dan gangguan hormonal.
Anemia gizi adalah kurangnya kadar Hemoglobin pada anak yang disebabkan
karena kurangnya asupan zat Besi (Fe) atau asam Folat. Gejala yang bisa terjadi
adalah anak tampak pucat, sering sakit kepala, mudah lelah dan sebagainya.
Pengaruh sistem hormonal yang terjadi adalah gangguan hormon kortisol,
insulin, Growht hormon (hormon pertumbuhan) Thyroid Stimulating Hormon
meninggi tetapi fungsi tiroid menurun. Hormon-hormon tersebut berperanan
dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan tersering mengakibatkan kematian
(Sadewa, 2008).
Mortalitas atau kejadian kematian dapat terjadi pada penderita KEP,
khususnya pada KEP berat. Beberapa penelitian menunjukkan pada KEP berat
resiko kematian cukup besar, adalah sekitar 55%. Kematian ini seringkali
37

terjadi karena penyakit infeksi (seperti Tuberculosis, radang paru, infeksi


saluran cerna) atau karena gangguan jantung mendadak. Infeksi berat sering
terjadi karena pada KEP sering mengalami gangguan mekanisme pertahanan
tubuh. Sehingga mudah terjadi infeksi atau bila terkena infeksi beresiko terjadi
komplikasi yang lebih berat hingga mengancam jiwa (Nelson, 2007).
2.8. Diet untuk Anak dengan Berat Badan Kurang
1. Bahan makanan yang dianjurkan
1. Semua sumber hidrat arang : bubur nasi tim, bubur roti, gandum, pasta,
jagung, kentang, sereal dan singkong
2. Sumber protein

Hewan : daging yang gemuk, ayam telur, ikan,kerang, udang , cumi, dan
sumber laut lainnya

Nabati : tempe, tahu, oncom dan kacang-kacangan

1. Semua jenis sayuran : yang berwarna hijau dan merah sebagai sumber
vitamin A dan Fe seperti kangkung, daun katuk, bayam, wortel,kembang
kol, sawi, selada
2. Buah-buahan atau sari buah sumber vitamin A dan vitamin C seperti ;
jeruk, apel, papaya, melon, jambu air, salak, semangka, belimbing.
3. Susu penuh full cream , yoghurt, susu kacang, keju, mayones
4. Bahan makanan yang dibuat :
5. Makanan yang digoreng seperti kerupuk, kripik, kacang, karena lemak
menyebabkan anak cepat kenyang sehingga susah untuk makan makanan
utama
6. Minuman yang dingin seperti es dan makanan / minuman yang manis
seperti sirop, dodol, permen, coklat, disamping itu makanan yang manis
menyebabkan gigi cepat rusak sehingga anak menjadi susah makan/ sakit
kalau makan dan anak cepat kenyang.

38

7. Bahan makanan yang dihindari :


8. Makanan jajanan yang tidak bersih karena akan menyebabkan sakit perut
9. Minuman yang mengandung alcohol atau soda seperti : brem, soft drink,
karena akan menyebabkan anak cepat kenyang dan tidak mau makan
makanan utama
10. Cara mengatur diet
1. Makan dalam porsi yang kecil tapi sering dan bervariasi agar menarik
minat anak untuk makan
2. Diperlukan kesabaran untuk membujuk anak agar mau makan.
Misalnya sambil diajak bermain, anak tidak boleh dipaksa
3. Untuk anak dibawah 1 tahun , konsistensi makanan diberikan secara
bertahap, dimulai dari anak umur 6 bulan
4. Makanlah cukup sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak
mengandung vitamin dan mineral
5. Untuk balita dapat diberikan makanan formula seperti formula tempe ,
formula ikan terutama pada anak yang menderita diare
6. Konsultasi kepada dokter untuk diperiksa kondisi kesehatannya serta
mendapatkan suplemen multi vitamin dan mineral bila diperlukan.
Tabel kecukupan energi sehari untuk bayi dan anak menurut umur.
Kecukupan Energi

Kecukupan Energi

Laki-laki ( kkal/kg

Perempuan ( kkal/kg

0-1

BB )
110-120

BB )
110-120

1-3

100

100

4-6

90

90

6-9

80-90

60-80

10-14

50-70

40-55

14-18

40-50

40

Golongan Umur
( tahun )

39

Tabel Contoh menu sehari-hari


Pagi
Nasi goreng

Siang
Nasi

Malam
Nasi

Telur dadar

Ayam goreng

Empal daging

Ketimun + tomat

Tempe bacem

Tahu pepes

Susu

Sayur bening bayam

Sup sayuran

Jeruk manis

Pisang

Pukul 16.00
Puding coklat

Susu
Pukul 21.00
Biscuit, Susu

Pukul 10.00
Bubur kacang hijau

BAB III
ANALISIS KASUS

Pada anamnesis pasien didapatkan bahwa Kurang lebih 5 bulan SMRS,


penderita mulai BAB cair (+) air lebih banyak dari ampas, frekuensi 6x sehari,
sebanyak5sendokmakan,darah()lendir(+)anggotakeluargalainyangdiare()
mual (+) muntah (+) setelah diberi makanan, banyaknya 1/4 gelas aqua, tidak
menyemprot,demam(+)tidakterlalutinggi,naikturun,terutamapadamalamhari,
kejang(),penurunankesadaran()nafsumakanmenurun.Penderitatidakdibawa
berobat,tidakadaperbaikan.Beratbadantertinggi35kg.Asupanmakanan,nasi 3x1
porsi, lauk bervariasi, ikan, tempe, telur, tahu, makanan kecil kurang lebih 1x sehari,

40

bervariasi seperti pisang goreng dan bakwan, 4 bulan yang lalu, hanya makan nasi
3x2 sendok, berat badan semakin turun.
Kurang lebih 1 minggu SMRS, penderita demam (+) tinggi, naik turun,
terutama pada malam hari, kejang ()penurunan kesadaran ()batuk () pilek ()
berkeringatdimalamhari()BABcairmakinbertambah(+),frekuensi89xsehari,
volume 1/4gelasaqua,airlebihbanyakdariampas,mual(+)muntah(+)setelah
diberi makanan, nafsu makan semakin menurun, hanya 3x2 sendok nasi sehari.
Minumsusu(),penderitatampaksemakinkurus,penderitatidakdibawaberobat.
Kuranglebih2hariSMRSpenderitatampaksemakinkurusdanlemas,hanya
bisa berbaring dibawa berobat ke sinse, diberikan racikan, tidak ada perubahan.
PenderitadibawaberobatkeRS.
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum penderita tampak sakit berat,
kesadaran kompos mentis, HR 96 x/menit, isi dan tegangan cukup, pernapasan 20
x/menit, suhu 37,50C, berat badan 20 kg, tinggi badan 148 cm, status gizi BB/U
60.6%, TB/U 88.09%, dan BB/TB 66.67%. Pemeriksaan fisik keadaan spesifik pada
kepala didapatkan konjungtiva anemis pada kedua mata, muka terlihat seperti orang
tua, pada pemeriksaan thoraks bentuk dan pergerakan simetris, dan terlihat iga
gambang, ditemukan baggy pants, pemeriksaan fisik keadaan spesifik lain nya dalam
batas normal.
Pada hasil pemeriksaan penunjang penderita didapatkan hasil Hb (6.1gr/dL)
dan Ht (19%) yang menurun serta trombosit (754.000/nL) yang menigkat, sedangkan
hasil pemeriksaan lainnya masih dalam batas normal.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan BB/TB<60% tanpa disertai
adanya edema, ditambah terdapatnya muka yang terlihat seperti orangtua, terdapat iga
gambang dan ditemukan baggy pants yang merupakan gejala klinis khas marasmus.
Karena pada penderita hanya terdapat diare namun tidak terdapat syok, letargis maka
termasuk dalam kondisi III. Pada penderita juga terdapat demam lama dan BAB cair
yang berlangsung lebih dari dua minggu disebut dengan diare kronik, serta anemia

41

yang ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang yaitu Hb dan Ht yang


menurun.
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini adalah tatalaksana gizi buruk
dengan pemberian cairan dan makanan sesuai rencana III dimulai dari fase stabilisasi,
fase transisi, fase rehabilitasi, dan fase tindak lanjut ditambah dengan vitamin b
complex, vitamin c, asam folat dan zinc tablet. Selanjutnya tata laksana sesuai
kondisi. Sedangkan apabila demam (panas lebih dari tiga puluh lima derajat celcius)
diberikan paracetamol 250 mg. Diperlukan juga

pemberian antibiotik ampicilin

3x650 mg IV dan gentamisisn 3x50 mgIV. Dilakukan pemeriksaan untuk memastikan


penyebab demam lama yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
terjadinya gizi buruk diantaranya pemeriksaan tuberkulosis denganuji BTA, tes
mantoux dan sputum. Infeksi saluran kemih dengan kultur urin, demam tifoid dengan
uji widal dan malaria dengan pemeriksaan mikroskopik dan rapid diagnostic test.
Untuk diare diberikan resomal 100cc-200cc apabila BAB cair. Selengkapnya dapat
dilihat pada bagan dibawah ini:

42

Prognosis pada pasien ini dubia ad bonam, baik berdasarkan quo ad vitam dan
quo ad functionam.Hal ini disebabkan karena saat datang tidak ada tanda-tanda syok,
letargi, dispneu dn lain-lain.

Prognosis vital dan fungsional pada penderita adalah dubia ad bonam. Hal ini
disebabkan karena saat datang tidak ada tanda-tanda syok, letargi, dispneu dan lainlain.

43

DAFTAR PUSTAKA
Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Staf FK UI. Gastroenterologi. Bagian Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.1998. hal 283-293.
Standar Penatalaksanaan Ilmu Kesehatan Anak. RSMH. 2006

44

45

También podría gustarte