Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PENDAHULUAN
Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat
kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu
lama. Itu ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau
hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik
kwashiorkor. Gizi buruk atau Kurang Energi Protein (KEP) dan defisiensi
mikronutrien merupakan masalah yang membutuhkan perhatian khusus terutama di
negara-negara berkembang, yang merupakan faktor risiko penting terjadinya
kesakitan dan kematian pada ibu hamil dan balita (Muller, 2005). Di Indonesia KEP
dan defisiensi mikronutrien juga menjadi masalah kesehatan penting dan darurat di
masyarakat terutama anak balita (Departemenr Kesehatan RI, 2008). Kasus kematian
balita akibat gizi buruk kembali berulang, terjadi secara masif dengan wilayah
sebaran yang hampir merata di seluruh tanah air.
Sejauh pemantauan yang telah dilakukan temuan kasus tersebut terjadi setelah
anak-anak mengalami fase kritis. Sementara itu, perawatan intensif baru dilakukan
setelah anak-anak itu benar-benar tidak berdaya. Berarti sebelum anak-anak itu
memasuki fase kritis, perhatian terhadap hak hidup dan kepentingan terbaiknya
terabaikan (YPHA, 2009).
Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi
pemantauan pertumbuhan dan identifikasi faktor risiko yang erat dengan kejadian
luar biasa gizi seperti campak dan diare melalui kegiatan surveilans. Prevalensi balita
yang mengalami gizi buruk di Indonesia masih tinggi. Hasil Susenas menunjukkan
adanya penurunan prevalensi balita gizi buruk yaitu dari 10,1% pada tahun 1998
menjadi 8,1% pada tahun 1999 dan menjadi 6,3% pada tahun 2001. Namun pada
tahun 2002 terjadi peningkatan kembali prevalensi gizi buruk dari 8,0% menjadi
8,3% pada tahun 2003 dan kembali meningkat menjadi 8,8% pada tahun 2005.
Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan seluruh Indonesia terjadi penurunan kasus
1
gizi buruk yaitu pada tahun 2005 terdata 76.178 kasus kemudian turun menjadi
50.106 kasus pada tahun 2006 dan 39.080 kasus pada tahun 2007. Penurunan kasus
gizi buruk ini belum dapat dipastikan karena penurunan kasus yang terjadi
kemungkinan juga disebabkan oleh adanya kasus yang tidak terlaporkan (under
reported). Mencuatnya kembali pemberitaan di media massa akhir-akhir ini mengenai
balita gizi buruk yang ditemukan dan meninggal menunjukkan sistem surveilans dan
penanggulangan dari berbagai instansi terkait belum optimal (Anonim, 2008).
Masalah gizi buruk balita merupakan masalah yang sangat serius, apabila
tidak ditangani secara cepat dan cermat dapat berakhir pada kematian. Gizi buruk
lebih rentan pada penyakit akibat menurunnya daya tahan tubuh, pertumbuhan dan
perkembangan yang tidak optimal, sampai pada kematian yang akan menurunkan
kualitas generasi muda mendatang. Hal ini telah membukakan mata kita bahwa anak
balita sebagai sumber daya untuk masa depan mempunyai masalah yang sangat besar.
Apalagi penyakit penyerta yang sering pada gizi buruk seperti lingkaran setan, yaitu
penyakit-penyakit penyerta justru menambah rendahnya status gizi anak. Penyakitpenyakit penyerta yang sering terjadi adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA),
diare persisten, cacingan, tuberculosis, malaria dan HIV/AID (Anonim, 2009).
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya
manusia. Gizi buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian
tetapi juga menurunkan produktifitas, menghambat pertumbuhan sel-sel otak yang
mengakibatkan kebodohan dan keterbelakangan. Faktor penyebab gizi buruk dapat
berupa penyebab tak langsung seperti kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang
dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat bawaan, menderita penyakit kanker
dan penyebab langsung yaitu ketersediaan pangan rumah tangga, perilaku dan
pelayanan kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi juga
merupakan masalah utama gizi buruk adalah kemiskinan, pendidikan rendah,
ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Oleh karena itu, untuk mengatasi gizi
buruk dibutuhkan kerjasama lintas sektor (Anonim, 2010).
Diagnosis gizi buruk dapat diketahui melalui gejala klinis, antropometri dan
pemeriksaan laboratorium. Gejala klinis gizi buruk berbeda-beda tergantung dari
derajat dan lamanya deplesi protein dan energi, umur penderita, modifikasi
disebabkan oleh karena adanya kekurangan vitamin dan mineral yang menyertainya.
Gejala klinis gizi buruk ringan dan sedang tidak terlalu jelas, yang ditemukan hanya
pertumbuhan yang kurang seperti berat badan yang kurang dibandingkan dengan
anak yang sehat. Gizi buruk ringan sering ditemukan pada anak-anak dari 9 bulan
sampai 2 tahun, akan tetapi dapat dijumpai pula pada anak yang lebih besar.
Pertumbuhan yang terganggu dapat dilihat dari pertumbuhan linier mengurang atau
terhenti, kenaikan berat badan berkurang, terhenti dan adakalanya beratnya menurun,
ukuran lingkar lengan atas menurun, maturasi tulang terlambat, rasio berat terhadap
tinggi normal atau menurun, tebal lipat kulit normal atau mengurang, anemia ringan,
aktivitas dan perhatian berkurang jika dibandingkan dengan anak sehat, adakalanya
dijumpai kelainan kulit dan rambut. (Solihin, 2000).
BAB II
STATUS PASIEN
I. Identifikasi
Nama
Umur
JenisKelamin
BeratBadan
TinggiBadan
Agama
Bangsa
MRS
: M. Sunil Apriyan
: 14 tahun
: Laki-laki
: 20 Kg
: 148 cm
: Islam
: Indonesia
: 4 Agustus 2014
Nama Ayah
Usia
Nama Ibu
Usia
: Tn.A
: 50 tahun
: Ny. N
: 43 tahun
II. Anamnesis
(Alloanamnesis dari ibu pasien pada tanggal 12 Agustus 2014)
Keluhan Utama
Berat badan turun
Keluhan Tambahan
Demam, diare, pucat.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Kuranglebih5bulanSMRS,penderitamulaiBABcair(+)airlebihbanyak
dari ampas, frekuensi 6x sehari, sebanyak5 sendok makan,darah () lendir
(+)anggotakeluargalainyangdiare()mual(+)muntah(+)setelahdiberimakanan,
banyaknya1/4gelasaqua,tidakmenyemprot,demam(+)tidakterlalutinggi,naik
turun,terutamapadamalamhari,kejang(),penurunankesadaran()nafsumakan
menurun.Penderitatidakdibawaberobat,tidakadaperbaikan.Beratbadantertinggi
35kg.
Kuranglebih1mingguSMRS,penderitademam(+)tinggi,naikturun,terutama
padamalamhari,kejang()penurunankesadaran()batuk()pilek()berkeringatdi
malamhari()BABcairmakinbertambah(+),frekuensi89xsehari,volume 1/4
gelas aqua, air lebih banyak dari ampas, mual (+) muntah (+) setelah diberi
makanan,nafsumakansemakinmenurun,hanya3x2sendoknasisehari.Minumsusu
(),penderitatampaksemakinkurus,penderitatidakdibawaberobat.
Kuranglebih2hariSMRSpenderitatampaksemakinkurusdanlemas,hanya
bisa berbaring dibawa berobat ke sinse, diberikan racikan, tidak ada perubahan.
PenderitadibawaberobatkeRS.
Food recall :
5 bulan yang lalu, nasi 3x1 porsi, lauk bervariasi, ikan, tempe, telur, tahu, makanan
kecil kurang lebih 1x sehari, bervariasi seperti pisang goreng dan bakwan. (kesan:
kalori cukup)
4 bulan yang lalu, hanya makan nasi 3x2 sendok, berat badan semakin turun
Riwayat Kehamilan
GPA
: G5P4A0
HPHT
: 2 September 2013
Periksa hamil
: 2 kali di bidan
: tidak pernah
Merokok
: tidak pernah
: tidak pernah
: tidak ada
Riwayat Persalinan
Cara persalinan
: spontan
Ditolong
: Bidan
BB lahir
: 3800 gr
PB lahir
: Lupa
KPSW
: Tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: laki-laki
Kelahiran
: tunggal
Riwayat Makanan
ASI
: 0-1 tahun
Bubur nasi
: 6 bulan-1 tahun
Nasi
: 1 tahun-sekarang
Kesan
: 4 bulan
Duduk
: 8 bulan
Berdiri
: 10 bulan
Berjalan
: 12 bulan
Polio
: 4 kali
Hepatitis B
: 4 kali
DPT
: 3 kali
Campak
: 1 kali
Kesan
: tidak ada
: tidak ada
: aktif, bermain dengan teman sebaya (+)
: tidak ada
: tidak ada
: perkembangan mental dalam batas normal
III. PemeriksaanFisik
a. Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan Umum
: apatis, lemah, rewel, tampak sakit sedang,
napas spontan adekuat, pucat (+), muka seperti orang tua (+)
Sensorium
: compos mentis
Nadi
Pernapasan
Temperatur
: 37,50C
Berat badan
: 20 kg
Tinggi badan
: 148 cm
Status Gizi
BB/U : 20/33 = 60.6%
TB/U : 148/168 = 88.09%
8
Mata
Leher
Thorax
gambang(+)
Cor
Pulmo
Abdomen
: datar, lemas, hepar lien tidak teraba, bising usus (+) normal,
: akral hangat, CRT <2 detik, fraktur tidak ada, dislokasi tidak
: 6,1 g/dL
Eritrosit
: 2,48 x 106/mm3
Leukosit
: 22,5 x 103/mm3
Hematokrit
: 19%
Trombosit
: 754 x 103L
MCV
: 75,8 fL
MCH
: 25 pg
9
MCHC
: 32 g/dL
LED
: 105 mm/jam
Diff Count
: 0/0/8/72/18/2
Retikulosit
: 2,3%
Kimia Klinik
Besi
: 10 g/L
TIBC
: 43 g/dL
Hati
Albumin
: 1,1 g/dL
Ginjal
Ureum
: 29 mg/dL
Kreatinin
: 0,93 mg/dL
Imunoserologi
Ferritin
: 392,20 ng/mL
: Kuning
Kejernihan
: Agak Keruh
Berat Jenis
: 1.025
pH
: 5,0
Protein
: Positif ++
Glukosa
: Negatif
10
Keton
: Negatif
Darah
: Negatif
Bilirubin
: Negatif
Urobilinogen : 1 EU/dL
Nitrit
: Negatif
Epitel
Lekosit
Eritrosit
Silinder
Kristal
Bakteri
Mukus
Jamur
: Positif +
: 2-4
: 0-1
: Granular ++
: Negatif
: Negatif
: Negatif
: Negatif
Leukosit
Trombosit
Kesan
Saran
V.
RESUME
Kuranglebih5bulanSMRS,penderitamulaiBABcair(+)airlebihbanyak
menurun.Penderitatidakdibawaberobat,tidakadaperbaikan.Beratbadantertinggi
35kg.
Kurang lebih 1 minggu SMRS, penderita demam (+) tinggi, naik turun,
terutama pada malam hari, kejang ()penurunan kesadaran ()batuk () pilek ()
berkeringatdimalamhari()BABcairmakinbertambah(+),frekuensi89xsehari,
volume 1/4gelasaqua,airlebihbanyakdariampas,mual(+)muntah(+)setelah
diberi makanan, nafsu makan semakin menurun, hanya 3x2 sendok nasi sehari.
Minumsusu(),penderitatampaksemakinkurus,penderitatidakdibawaberobat.
Kuranglebih2hariSMRSpenderitatampaksemakinkurusdanlemas,hanya
bisa berbaring dibawa berobat ke sinse, diberikan racikan, tidak ada perubahan.
PenderitadibawaberobatkeRS.
Pada pemeriksaan umum, kesadaran sadar, HR 96 x/menit, pernafasan 20
x/menit, suhu 37,5 C, berat badan 20 kg, tinggi badan 148 cm, konjungtiva anemis
(+), sklera ikterik (-), mata cekung (-), muka seperti orang tua (+).
12
Daftar Masalah
1.
2.
3.
4.
VIII. Rencana
M1 : Marasmus kondisi III
Rth/ Tata laksana marasmus kondisi III
Vitamin B complex, vitamin C, asam folat
M2 : Demam lama
Rd/ Pemeriksaan darah rutin, urin rutin, kultur darah, kultur urin, tubek TF, malaria,
elektrolit, fungsi ginjal dan fungsi hati
Rth/ Ampicillin 3x650 mg IV
Gentamicin 2x50 mg IV
VIII. Prognosis
Quo ad vitam
: dubia et bonam
Quo ad functionam
: dubia et bonam
13
: 14 thn
O
Keadaan umum
Sensorium
:kompos mentis
HR
: 96 x/menit
RR
: 20 x/menit
:37,oC
Kepala
: iga gambang
Abdomen
Ekstremitas
22 kg
14
Usia
14tahun
Sensorium
kompos mentis
HR
98 x/menit
RR
24 x/menit
37,2oC
Kepala
Thorax
Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
Target kalori
cekung (-)
P :
- Injeksi Ampicillin 3x650 mg (IV)
- Injeksi gentamisin 2x50 mg (IV)
- F75 12x200 cc
- PCT tablet 3x250 mg (jika T>38.5oC)
- R/rontgen thorax AP/lateral
15
: 22.1 kg
Usia
14tahun
sesak (-)
O
Keadaan umum:
Sensorium
kompos mentis
TD
90/50 mmHg
HR
80 x/menit
RR
20 x/menit
36,8oC
Kepala
Cor
teraba.
Ekstremitas
Target kalori
Realisasi
A
16
: 22.1 kg
Usia
: 14tahun
: BAB cair, demam (-), susu habis, muntah (-), sesak (-)
O
Keadaan umum:
Sensorium
kompos mentis
TD
90/60 mmHg
HR
88 x/menit
RR
20 x/menit
36,8oC
Kepala
cekung (-)
Thorax
Ekstremitas
Target kalori
Realisasi
: 22 kg
Usia
S
:
:
14tahun
BAB cair (+) demam tidak terlalu tinggi (+), lendir (-)
kompos mentis
TD
90/60 mmHg
HR
88 x/menit
RR
20 x/menit
36,8oC
Kepala
cekung (-)
18
Thorax
Abdomen
Ekstremitas
Target kalori
Realisasi
: 22 kg
Usia
: 14tahun
: demam (-), susu habis (-), BAB cair (-), kultur urine (steril)
O
Keadaan umum:
Sensorium
: kompos mentis
19
TD
: 90/60 mmHg
HR
: 88 x/menit
RR
: 24 x/menit
: 36,9oC
Kepala
Thorax
Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
TISK + anemia
P :
- F100 8x250 cc = 2000 kkal
- Injeksi Ampicillin 3x650 mg (IV)
- Injeksi gentamisin 2x50 mg (IV)
- PCT tablet 3x250 mg p.o (jika T>38.5oC)
- Menunggu hasil kultur darah
Tanggal 10 Agustus 2014
Berat badan
: 22 kg
Usia
: 14tahun
O
Keadaan umum:
Sensorium
: kompos mentis
TD
: 90/60 mmHg
20
HR
: 86 x/menit
RR
: 22 x/menit
: 37oC
Kepala
Thorax
Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
TISK + anemia
P :
- F100 8x250 cc = 2000 kkal
- Injeksi Ampicillin 3x650 mg (IV)
- Injeksi gentamisin 2x50 mg (IV)
- PCT tablet 3x250 mg p.o (jika T>38.5oC)
- Menunggu hasil kultur darah
: 22 kg
Usia
: 14tahun
O
Keadaan umum:
Sensorium
: kompos mentis
TD
: 90/60 mmHg
21
HR
: 88 x/menit
RR
: 24 x/menit
: 37,1oC
Kepala
Thorax
Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
TISK + anemia
P :
- F100 8x250 cc = 2000 kkal
- Injeksi Ampicillin 3x650 mg (IV)
- Injeksi gentamisin 2x50 mg (IV)
- PCT tablet 3x250 mg p.o (jika T>38.5oC)
- Ca Glukonas 3x12 cc
: 22 kg
Usia
: 14tahun
: demam (-), BAB cair (-), susu habis (-), muntah (-), nasi
habis
O
Keadaan umum:
22
Sensorium
: kompos mentis
TD
: 90/60 mmHg
HR
: 88 x/menit
RR
: 24 x/menit
: 37,1oC
Kepala
Thorax
Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
TISK + anemia
P :
- F100 5x200 cc
- Nasi biasa 3x1 porsi
- Injeksi Ampicillin 3x650 mg (IV)
- Injeksi gentamisin 2x50 mg (IV)
- Ca Glukonas 3x12 cc
: 22 kg
Usia
: 14tahun
: demam (-), BAB cair (-), susu habis (-), muntah (-), nasi
habis
O
23
Keadaan umum:
Sensorium
: kompos mentis
TD
: 90/60 mmHg
HR
: 81 x/menit
RR
: 24 x/menit
: 37,1oC
Kepala
Thorax
Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
TISK + anemia
P :
- F100 5x200 cc
- Nasi biasa 3x1 porsi
- Ca Glukonas 3x12 cc
: 22 kg
Usia
: 14tahun
: demam (+), BAB cair (-), susu habis (+), muntah (-), nasi
habis
O
Keadaan umum:
Sensorium
kompos mentis
24
TD
90/60 mmHg
HR
84 x/menit
RR
24 x/menit
37,2oC
Kepala
Thorax
Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
P :
- F100 5x200 cc
- Nasi biasa 3x1 porsi
- Ca Glukonas 3x12 cc
Tanggal 15 Agustus 2014
Berat badan
: 22 kg
Usia
: 14tahun
: demam (+), BAB cair (-), susu habis (+), muntah (-), nasi
habis
O
Keadaan umum:
Sensorium
: kompos mentis
TD
: 90/60 mmHg
HR
: 84 x/menit
RR
: 24 x/menit
: 37,2oC
25
Kepala
Thorax
Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
P :
- F100 5x200 cc
- Nasi biasa 3x1 porsi
- Ca Glukonas 3x12 cc
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Gizi Buruk
Malnutrisi (gizi buruk) adalah suatu istilah umum yang merujuk pada kondisi
medis yang disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup. Walaupun
seringkali disamakan dengan kurang gizi yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi, buruknya absorpsi, atau kehilangan besar nutrisi atau gizi, istilah ini
sebenarnya juga mencakup kelebihan gizi (overnutrition) yang disebabkan oleh
26
Keterangan
Gizi
Gizi Kurang(%)
Gizi Buruk(%)
BB/U
TB/U
BB/TB
LLA/U
Baik(%)
80-100
95-100
90-100
85-100
60-80
85-95
70-90
70-85
<60
<85
<70
<70
28
LLA/TB
85-100
2.4 Tipe Gizi Buruk
75-85
<75
2.4.1 Marasmus
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala
yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat
lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut
mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering
diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan
banyak menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar.
Etiologi
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi
karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat atau karena
kelainan metabolik dan malformasi kongenital.
Tanda dan Gejala
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan
kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor
pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan
hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal
selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput, serta
wajah seperti orang tua. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi
otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat,
tekanan darah dan frekuensi napas menurun, kemudian lesu dan nafsu makan
hilang. Biasanya terjadi konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut
diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mucus dan
sedikit.
Patofisiologi
29
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,
protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam
keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan
hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh
untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang
sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa)
dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya
kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga
setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme
protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang
segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama puasa jaringan
lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat
mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau
kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan
diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh
dari tubuh.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Fisik
Mengukur TB dan BB
Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi
dengan TB (dalam meter)
30
2.4.2 Kwashiorkor
Kwashiorkor ialah suatu keadaan kekurangan gizi ( protein ) yang
merupakan sindrom klinis yang diakibatkan defisiensi protein berat dan
kalori yang tidak adekuat. Walaupun sebab utama penyakit ini adalah
defisiensi protein, tetapi karena bahan makanan yang dimakan kurang
mengandung nutrisi lainnya ditambah dengan konsumsi setempat yang
berlainan, maka akan terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai
negara.
Etiologi
Selain oleh pengaruh negatif faktor sosial ekonomi, budaya yang berperan
terhadap kejadian malnutrisi umumnya, keseimbangan nitrogen yang negatif
dapat pula disebabkan oleh diare kronik, malabsorpsi protein, hilangnya
protein melalui air kemih ( sindrom nefrotik ), infeksi menahun, luka bakar
dan penyakit hati.
Patofisiologi
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat
berlebihan, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori
dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan
perubahan sel yang menyebabkan edema dan perlemakan hati. Karena
kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai asam
31
yang sehat.
berubah warna
kenyal,
Pemeriksaan Labolaturium
32
2.5
Atasi/cegah hipoglikemi
2.
Atasi/cegah hiportemia
3.
Atasi/cegah dehidrasi
33
4.
5.
Obati/cegah infeksi
6.
7.
8.
9.
10.
34
1.
2.
3.
dehidrasi.
4.
5.
Pada fase ini diberikan F-100 dan makanan padat sesuai berat
badan anak. Untuk anak dengan BB < 7 maka berkan F-100
ditambah dengan makanan bayi/lumat dan sari buah, sedangkan
bila BB 7 berikan F-100 ditambah dengan makanan
anak/lumat serta buah.
2.
pasien
dipulangkan,
hendaknya
ia
sudah
Hewan : daging yang gemuk, ayam telur, ikan,kerang, udang , cumi, dan
sumber laut lainnya
1. Semua jenis sayuran : yang berwarna hijau dan merah sebagai sumber
vitamin A dan Fe seperti kangkung, daun katuk, bayam, wortel,kembang
kol, sawi, selada
2. Buah-buahan atau sari buah sumber vitamin A dan vitamin C seperti ;
jeruk, apel, papaya, melon, jambu air, salak, semangka, belimbing.
3. Susu penuh full cream , yoghurt, susu kacang, keju, mayones
4. Bahan makanan yang dibuat :
5. Makanan yang digoreng seperti kerupuk, kripik, kacang, karena lemak
menyebabkan anak cepat kenyang sehingga susah untuk makan makanan
utama
6. Minuman yang dingin seperti es dan makanan / minuman yang manis
seperti sirop, dodol, permen, coklat, disamping itu makanan yang manis
menyebabkan gigi cepat rusak sehingga anak menjadi susah makan/ sakit
kalau makan dan anak cepat kenyang.
38
Kecukupan Energi
Laki-laki ( kkal/kg
Perempuan ( kkal/kg
0-1
BB )
110-120
BB )
110-120
1-3
100
100
4-6
90
90
6-9
80-90
60-80
10-14
50-70
40-55
14-18
40-50
40
Golongan Umur
( tahun )
39
Siang
Nasi
Malam
Nasi
Telur dadar
Ayam goreng
Empal daging
Ketimun + tomat
Tempe bacem
Tahu pepes
Susu
Sup sayuran
Jeruk manis
Pisang
Pukul 16.00
Puding coklat
Susu
Pukul 21.00
Biscuit, Susu
Pukul 10.00
Bubur kacang hijau
BAB III
ANALISIS KASUS
40
bervariasi seperti pisang goreng dan bakwan, 4 bulan yang lalu, hanya makan nasi
3x2 sendok, berat badan semakin turun.
Kurang lebih 1 minggu SMRS, penderita demam (+) tinggi, naik turun,
terutama pada malam hari, kejang ()penurunan kesadaran ()batuk () pilek ()
berkeringatdimalamhari()BABcairmakinbertambah(+),frekuensi89xsehari,
volume 1/4gelasaqua,airlebihbanyakdariampas,mual(+)muntah(+)setelah
diberi makanan, nafsu makan semakin menurun, hanya 3x2 sendok nasi sehari.
Minumsusu(),penderitatampaksemakinkurus,penderitatidakdibawaberobat.
Kuranglebih2hariSMRSpenderitatampaksemakinkurusdanlemas,hanya
bisa berbaring dibawa berobat ke sinse, diberikan racikan, tidak ada perubahan.
PenderitadibawaberobatkeRS.
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum penderita tampak sakit berat,
kesadaran kompos mentis, HR 96 x/menit, isi dan tegangan cukup, pernapasan 20
x/menit, suhu 37,50C, berat badan 20 kg, tinggi badan 148 cm, status gizi BB/U
60.6%, TB/U 88.09%, dan BB/TB 66.67%. Pemeriksaan fisik keadaan spesifik pada
kepala didapatkan konjungtiva anemis pada kedua mata, muka terlihat seperti orang
tua, pada pemeriksaan thoraks bentuk dan pergerakan simetris, dan terlihat iga
gambang, ditemukan baggy pants, pemeriksaan fisik keadaan spesifik lain nya dalam
batas normal.
Pada hasil pemeriksaan penunjang penderita didapatkan hasil Hb (6.1gr/dL)
dan Ht (19%) yang menurun serta trombosit (754.000/nL) yang menigkat, sedangkan
hasil pemeriksaan lainnya masih dalam batas normal.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan BB/TB<60% tanpa disertai
adanya edema, ditambah terdapatnya muka yang terlihat seperti orangtua, terdapat iga
gambang dan ditemukan baggy pants yang merupakan gejala klinis khas marasmus.
Karena pada penderita hanya terdapat diare namun tidak terdapat syok, letargis maka
termasuk dalam kondisi III. Pada penderita juga terdapat demam lama dan BAB cair
yang berlangsung lebih dari dua minggu disebut dengan diare kronik, serta anemia
41
42
Prognosis pada pasien ini dubia ad bonam, baik berdasarkan quo ad vitam dan
quo ad functionam.Hal ini disebabkan karena saat datang tidak ada tanda-tanda syok,
letargi, dispneu dn lain-lain.
Prognosis vital dan fungsional pada penderita adalah dubia ad bonam. Hal ini
disebabkan karena saat datang tidak ada tanda-tanda syok, letargi, dispneu dan lainlain.
43
DAFTAR PUSTAKA
Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Staf FK UI. Gastroenterologi. Bagian Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.1998. hal 283-293.
Standar Penatalaksanaan Ilmu Kesehatan Anak. RSMH. 2006
44
45