Está en la página 1de 14

L

aboratorium
Pengujian bahan II

Sipi

Politeknik Negeri Padang

KARAKTERISATIK CAMPURAN ASPAL


DAN AGREGAT
(MARSHALL TEST)

1. Jadwal Pelaksanaan
Hari / Tanggal

: Sabtu / 1 Juni 2006

Waktu

: 11.00 s/d Selesai

Tempat

: Laboratorium Pengujian Bahan II Teknik


Sipil Politeknik Negeri Padang

2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah selesai melaksanakan praktikum mahasiswa diharapkan dapat
menentukan karakteristik campuran aspal dan agregat dan menentukan
kadar aspal optimum yang akan digunakan dalam pekerasan jalan.
b. Tujuan Khusus
Setelah selesai praktikum mahasiswa diharapkan dapat :
o Dapat menentukan komposisi yang tepat antara agregat, aspal, dan
material pengisi (filter) dalam campuran aspal dan agregat.
o Dapat menentukan karekteristik dan kinerja campuran aspal dan
agregat.
o Dapat menetukan kadar aspal optimum dari campuran aspal dan
agregat.
3. Referensi
Job Sheet Pengujian Bahan II
Materi Ajar Bahan Bangunan II
Citra Ramadhana, 2004 . Laporan Labor Pengujian Bahan II

Kelompok IV

Pengujian Marshal Test

aboratorium
Pengujian bahan II

Sipi

Politeknik Negeri Padang

4. Dasar Teori
Terdapat bermacam-macam tipe campuran aspal dan agregat, yang paling
umum adalah campuran aspal beton (Asphaltic concrate / AC) yang dikenal
dengan AC dan campuran (Hot rolletd asphalt) atau HRA. Perbedaan mendasar
dari kedua tipe campuran ini adalah pada gradasi agregat pembentuknya.
Campuran tipe AC mengunakan agregat bergradasi menerus (continius graded)
sedangkan campuran tipe HRA mengunakan agregar bergradasi senjang (Gap
graded).
Tahapan yang perlu diketahui dalam perencanaan suatu campuran beraspal antara
lain adalah :
a. Melakukan pemeriksaan terhadap aspal yang akan dipakai. Pemeriksaan
viskositas

dan

berat

jenis

aspal.

Viskositas

diperlukan

untuk

menentukuan suhu campuran maupun suhu pemadatan.


b.

Melakukan spesifikasi gradasi agregata yang akan dipakai yaitu suatu


besan persentase agregat yang lewat suatu saringan dengan ukuran
tertentu. Banyak macam spesefikasi agregat yang dipaki dalam
perkerasan jalan sesuai dengan kebutuhan.

c. Melakukan pemeriksaan mutu agregat yang akan dipakai .


d.

Menentukan kombinasi beberapa fraksi agregat sehingga mendapatkan


gradasi campuran yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan karena
pada umumnya agregat yang akan dipakai terdiri dari beberapa fraksi.

e.

Jika mutu bahan sudah terpenuhi dan harga viskositas dari aspal serta
kombinasi fraksi sudah diketahui, kemudian dibuat campuran agregat
dengan berbagai kadar aspal selanjutnya dilakukan percobaan marshall
guna menentukan flow dan stabilitas campuran beraspal.

Syarat syarat utama aspal beton yang bermutu baik adalah :


1. Campuran harus mempunyai nilai stabilitas yang cukup yaitu harus
sanggup menahan beban lalulintas tanpa terjadinya deformasi dalam

Kelompok IV

Pengujian Marshal Test

aboratorium
Pengujian bahan II

Sipi

Politeknik Negeri Padang

bentuk jejak roda ( Rutting ) atau rusak bergelombang akibat dorongan


beban roda kendaraan ( Pushing )
2. Campuran tidak boleh retak retak artinya harus mampu menahan
lendutan ( Derection ) yang mungkin timbul terhadap lapisan hamparan
atau permukaan tanpa mengalami kerusakan.
3. Campuran harus dapat bertahan lama ( Durable) artinya tidak rusak atau
aus dibawah beban lalulintas dan kondisi cuaca yang ada.
4. Campuran harus cukup kekerasannya ( Skid Resistance ) dan harus tetap
seperti sedemikian selama masa pelayanan
5. Harus cukup ekonomis dalam artian murah namun kuat.
Sifat-sifat penting yang harus dimiliki oleh suatu campuran agregat adalah
1. Stabilitas
Campuran harus memiliki ketahanan terhadap deformasi permanen yang
disebabkan oleh beban lalu lintas, suatu campuran dapat diperoleh dari
adanya sifat interlocking agregat dalam campuran dengan mengunakan
aspal berpenetrasi rendah.
Stabilitas yang tinggi dapat diperoleh denang cara mengusahakan :
-

Agregat dengan gradasi yang rapat ( Dense Graded )

Agregat dengan permukaan kasar

Agregat berbentuk kubus

Aspal dengan penetrasi rendah

Aspal dengan jumlah yang mencukupi untuk ikatan antar butir

Surface

Base

Kelompok IV

Pengujian Marshal Test

aboratorium
Pengujian bahan II

Sipi

Politeknik Negeri Padang

Karena beban yang diakibatkan oleh pergerakan lalullintas seperti ilustrasi


diatas, maka filosofi benda uji dalam penguiian marshall dilakukan seperti
berikut;

Posisi tidur

Dalam perkerasan jalan stabilitas yang diharapkan adalah stabilitas yang memadai
artinya tidak terlalu tinggi tidak juga terlalu rendah.

Minimize

Avoided ( dihindarkan )
Desirable ( diinginkan )

Maximize

Avoided
Rendah

Sumber kekuatan berbagai jenis campuran :


-

Asphaltic Concrete

: Kekuatan bersumber pada interlocking


agregat

Hot Rolled Asphalt

: Kekuatan bersumber pada mortal campuran

Split Mastic Asphalt

: Kekuatan pada mortal campuran

Macadam

: Kekuatan diperoleh pada pelaksanaan

Kelompok IV

Pengujian Marshal Test

aboratorium
Pengujian bahan II

Sipi

Politeknik Negeri Padang

2. Fleksibilitas
Campuran harus dapat menahan defleksi dan momen tampa timbul retak
pada campuran tersebut yang diakibatkan oleh perubahan janka panjang
pada daya dukung tanah atau lapis pondasi, lendutan yang berulang akibat beban
lalu lintas, perubahan volume campuran akibat perubahan suhu.
Fleksibilitas suatu campuran dapat diperoleh dengan :
a.

Penggunaan agergat bergradasi senjang sehingga memperoleh VMA


ynag besar .

b.

Penggunaan aspal lunak (penetrasi yang tinggi)

c.

Penggunaan aspal yang cukup banyak ,sehingga diperoleh VIM ynag


kecil

3. Workabilitas
Workabilitas berarti kemudahan suatu campuran untuk dihampar dan
didapatkan sehingga diperoleh hasil yang memenuhi syarat yang
diharapkan. Factor yang mempengaruhi workability antara lain:
a.

Gradasi agregat,agregat bergradasi baik lebih mudah dilaksanakan


dari pada agregat bergradasi lain.

b.

Temperature campurab yang ikut mempengaruhi kekerasan bahan


pengikat yang bersifat termoplastis.

c.

Kandungan bahan pengisi ( filler ) yang ,menyebabkan pelaksanaan


lebih sukar.

4. Durabilitas
Durabilitas adalah berkaitan dengan keawetan suau campuran terhadap
beban lalu lintas dan pengaruh cuaca.makin besar proteksi terhadap
agregat makin besar durabilitas.aspal menyelimuti agregat dalam bentuk
film aspal untuk melindungi agregat dari air ,sehingga air tidak merusak
agregat .film aspal yang tebal dapat menghasilkan aspal beton yang
berdurabilitas tunggi ,tetapi kemungkinan terjadi bleeding menjadi tinggi
Aspal juga mengisi rongga udara,sehingga rongga udara berkurang dan
menghindari terjadinya proses oksidasi yang dapat menyebabkan aspal

Kelompok IV

Pengujian Marshal Test

aboratorium
Pengujian bahan II

Sipi

Politeknik Negeri Padang

menjadi rapuh atau getas.namun ada batas minimum rongga udara terisi
aspal untuk mengindari bleeding.
Durabilatas dapat menurun disebabkan oleh :
a. faktor eksternal : udara,panas, air/uap air ( oksidasi )
b. faktor internal : aspal,agregat ( kehancuran secara mekanis )
Ketahanan diharapkan meningkat dengan adanya proteksi aspal terhadap
agregat yang makin besar.untuk memaksimumkan durabilitas dilakukan
dengan cara :
a. campuran aspal beton mempunyai kandungan aspal yang cukup
menyelimuti semua partikel agregat.
b. Aspal yang cukup untuk mengisi ruang udar diantara agregat.
5. Ekonomis
Campuran harus direncanakan dengan mengunakan jenis dan kombinasi
material yang menghasilkan biaya termurah tetapi memenuhi persyaratan
stabilitas, fleksibilitas, durabilitas, dan workabilitas.
Perencanaan campuran agregat dan aspal terutama ditunjukan agar campuran
tersebut memiliki sifat-sifat seperti yang tersebut diatas, tujuan akhir
perencanaan tersebut adalah menentukan kadar aspal optimum yang akan
memberikan kesimpulan dari semua sifat campuran tersebut, karena tidak ada
satu kadar aspalpun yang akan memaksimalkan semua sifat campuran.
Campuran aspal dengan alat marshall
Perencanaan suatu campuran beraspal seperti aspal beton haruslah memenuhi
beberapa persyaratan teknis dan ekonomis sebagai berikut:
a. Cukup jumlah aspal untuk menjamin keawetan pekerasan .
b. Cukup stabilitas sehingga dapat menerima beban lalu lintas tanpa
mengalami dan terjadinya perubahan bentuk ( deformation )
c. Cukup rongga dalam total campuran untuk memungkinkan tambahan
pemadatan dilapangna akibat beban lalu lintas.

Kelompok IV

Pengujian Marshal Test

aboratorium
Pengujian bahan II

Sipi

Politeknik Negeri Padang

d. Cukup fleksibel sehingga

memungkinkan perubahan bentuk tanpa

terjadi retakan.
Stabilitas yang baik ditimbulkan oleh susunan butiran yang yang bisa saling
mengunci ( aggregate interlocking ) dengan baik dan juga oleh ikatan aspal
.makin baik perlindungan agregat oleh aspal makin awet campuran ,karena itu
dibutuhkan aspal yang cukup untuk menyelimuti dan mengisi rongga rongga
antar agregat.
Tujuan pemeriksaan Mashall
Pemeriksaan dengan peralatan mashall bertujuan untuk menentukan ketahanan
dan kekuatan ( stabilitas ) terhadap kelelehan plastis ( flow ) dari campuran
beraspal. Ketahanan dan kekuatan stabilitas ialah kemampuan suatu campuran
aspal untuk menerima beban sampai terjadi kelelehan plastis yang dinyatakan
dalam kilogram atau pounds. Kelelahan plastis ialah keadaan perubahan bentuk
suatu campuran beraspal yang terjadi akibat suatu beban sampai batas waktu yang
ditenyaatakan dalam mm atau 0,01 .
Proses perencanaan dimulai dengan memilih spesifikasi ( spek )

campuran

tertentu. Dari spek ini akan diperoleh keterangan mengenai

komposisi

campuran ,yaitu gradasi yang harus digunakan .


Proses selanjutnya adaalah pembuatan benda uji campuran yang diikuti oleh
pemadatan.disarankan paling sedikit 5 variasi kadar aspal ,untuk setiap kadar
aspal dibuat 3 benda uji .pemadatan benda uji dapat dilakukan dengan metode
Marshall,dinyatakan dalam jumlah tumbukan yang dikenakan pada benda uji
tersebut.jumlah tumbukan didasarkan pada jenis lalu lintas rencana ( berdasarkan
criteria perencanaan )
Sebelum melakukan uji Marshall terlebih dahulu dilakukan pengujian berat isi dan
berat jenis untuk dapat menghitung

kandungan udara dalam campuranaspal.

Untuk mengambarkan kurva Marshall sebaiknya kalau secara manual dengan


menggunakan mistar yang lentur ( flexural ),jangan menggunakan yang kaku
(fixed/mal ) atau dapat juga dilakukan dengfan computer .setelah perhitungan

Kelompok IV

Pengujian Marshal Test

aboratorium
Pengujian bahan II

Sipi

Politeknik Negeri Padang

selesai dilakukan dapat ditentukankadar aspal optimum berdasarkan perencanaan


yang diambil

5. Peralatan dan Bahan


-

Peralatan :
a. Cetakkan benda uji dari logam yang 10,16 cm dan tinggi 7,62 cm,
lengkap dengan pelat alas , leher sambung dan penumbuk aspal
b. Alat pengeluarkan benda uji
Untuk mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam
cetakkan benda uji dipakai sebuah alat akstruder yang berdiameter 10
cm.
c. Alat marshall lengkap dengan :
-

Kepala penekan ( breaking head ) berbentuk lengkung.

Cincin penguji ( proving ring ) kapasitas 2500 kg dan atau 5000 kg,
dilengkapi arloji ( dial ) tekan dengan ketelitian 0,0025 mm.

Arloji pengukur pelelehan ( flow ) dengan ketelitian 0,25 mm


beserta perlengkapannya.

d. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu yang mampu memanasi


sampai 200o C ( 3o C ).
e. Bak perendam ( water bath ) dilenglapi dengan pengaturan suhu mulai
20 60o C ( 1o C ).
f. Timbangan dilengkapi dengan penggantung benda uji berkapitas 2 kg
dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapitas 5 kg dengan
ketelitian 1 gram.
g. Pengukur suhu dari logam ( metal thermometer ) berkapasitas 250 o C
dan 100o C dengan ketelitian 1 % dari kapasitas.
h. Perlenglapan lain :
-

Panci panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran


aspal.
- Sendok pengaduk dan spatula.

Kelompok IV

Pengujian Marshal Test

aboratorium
Pengujian bahan II

Sipi

Politeknik Negeri Padang

- Kompor dan pemanas ( hot plate ).


-

Sarung tangan dari asbes, sarung tangan dari karet dan perlindung
pernapasan atau masker.
- Kantong plastik berkapasitas 2 kg.
- Kompor gas elpiji atau minyak tanah.

Bahan :

b.

Aspal

c.

Agregat halus dan kasar berdasarkan spek yang digunakan sebanyak


1200 gram.

6. Prosedur Pelaksanaan
Pembuatan benda uji :
Keringkan agregat pada suhu 105o 110o C

1.

minimum selama 4 jam, keluarkan dari alat pengering ( oven ) dan


tunggu sampai beratnya tetap.
2.

Pisah pisahkan agregat kedalam fraksi fraksi


yang dikehendaki ( sesuai aspek ) dengan cara penyaringan.

3.

Panaskan

aspal

sampai

mencapai

tingkat

kekentalan ( viskositas) yang di syaratkan baik untuk pekerjaan


pencampuran maupun pemadatan.
Pencampuran
Aspal
Aspal

Alat
Kinematik

padat
170 20

viscosimeter
Saybolt furol 85 10
viscosimeter
4.

Kelompok IV

cair
170

Satuan

Pemadatan
Aspal
Aspal

Satuan

Cst

padat
280 30

cair
280 30

Cst

140 15

140 15

DET.S.F

20
85 10 DET.S.
F

Proses pencampuran dilakukan sebagai berikut :

Pengujian Marshal Test

aboratorium
Pengujian bahan II

Sipi

Politeknik Negeri Padang

a.

Persiapan bahan untuk setiap benda uji yang


diperlukan yaitu agregat sebanyak 1200 gram.

b.

Panaskan panci pencampur beserta agregat


kira kira 28o C diatas suhu pencampuran untuk aspal padat,
bila menggunakan aspal cair pemanasan sampai 14o C diatas
suhu pencampur.

c.

Tuangkan aspal yang sudah mencapai


tingkat kekentalan seperti table viscositas sesuai yang
dibutuhkan kedalam agregat yang sudah dipanaskan tersebut,
kemudian aduklah dengan cepat pada suhu sesuai rencana
sampai agregat terselimuti aspal secara merata.

Proses pemadatan dilakukan sebagai berikut :


1.

Bersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka


penumbuk dengan seksama dan panaskan sampai suhu antara
93,3 148,9 oC.

2.

Letakkan cetakan di atas landasan pemadat dan tahan dengan


pemegang cetakan.

3.

Letakkan selembar kertas sering atau kertas penghisap yang


sudah digunting menurut ukuran ukuran cetakan kedalam
dasar cetakan.

4.

Masukkan seluruh campuran ke dalam cetakan dan tusuk


tusuk campuran keras keras dengan spatula yang
dipanaskan sebanyak 15 kali keliling pinggirannya dan 10
kali di bagian tengahnya.

5.

Lakukan pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak :


a. 75 kali tumbukan untuk lalu lintas berat
b. 50 kali tumbukan untuk lalu lintas sedang
c. 35 kali tumbukan untuk lalu lintas ringan

Kelompok IV

Pengujian Marshal Test

aboratorium
Pengujian bahan II

Sipi

Politeknik Negeri Padang

Dengan tinggi jatuh 457,2 mm. Selama pemadatan harus


diperhatikan agar kedudukan sumbu palu pemadat selalu
tegak lurus pada alas cetakan.
Lepaskan pelat alas berikut leher sambung dari cetakan benda uji, kemudian
cetakan yang berisi benda uji dibalikkan dan pasang kembali pelat alas berikut
leher sambung pada cetakan yang dibalikkan tadi.
1. Tumbuklah dengan jumlah tumbukan yang sama sesuai dengan
rencana pekerasan jalan terhadap permukaan benda uji yang sudah
dibalikkan ini.
2. Lepaskan keping alas dan pasanglah alat pengeluar benda uji pada
permukaan ujung ini.
3. Keluarkan dengan hati hati dan letakkan benda uji di atas
permukaan yang rata dan biarkan selama kira kira 24 jam pada
suhu ruang.
4. Dinginkan dengan kipas angin meja bila diperlukan pendingin yang
lebih cepat.
5.

Timbang benda uji kering sehingga didapat berat


benda uji kering.

6.

Rendam benda uji didalam bak perendam pada 25


o

C selama 3 sampai 5 menit dan timbang di dalam air, akan didapat

berat benda uji di dalam air.


7.

Keringkan permukaan benda uji dengan lap kering


kemudian ditimbang, akan didapat berat kering permukaan jenuh
( SSD ).

8.

Catat hasil pengujian pada formulir yang telah


disediakan dan hitung berat jenis campuran sesuai dengan rumus
yang disediakan.

Pengujian campuran aspal metode marshall ( SNI 06 2489 )


1. Rendamlah benda uji dalam bak perendam selama 30 40 menit
dengan suhu tetap 60 oC ( 1 oC ) untuk benda uji yang

Kelompok IV

Pengujian Marshal Test

aboratorium
Pengujian bahan II

Sipi

Politeknik Negeri Padang

menggunakan aspal padat, untuk benda uji menggunakan aspal


cair masukkan benda uji ke dalam oven selama minimum 2 jam
dengan suhu tetap 25 oC ( 1 oC ).
2. Keluarkan benda uji dari bak perendam atau dari oven dan
letakkan kedalam segmen bawah kepala penekan dengan catatan
bahwa waktu yang diperlukan dari saat diangkatnya benda uji dari
bak perendam atau oven sampai tercapainya beban maksimum
tidak boleh melebihi 30 detik.
3. Pasang segmen atas di atas benda uji dan letakkan keseluruhannya
dalam mesin penguji.
4. Pasang arloji pengukur perlelehan ( flow ) pada kedudukannya di
atas salah satu batang penuntun dan atur kedudukan jarum
penunjuk pada angka nol, sementara selubung tangkai arloji
( sleeve ) dipegang teguh terhadap segmen atas kepala penekan.
5. Naikkan kepala penekan beserta benda ujinya dinaikkan hingga
menyentuh alas cincin penguji, sebelum pembebanan diberikan.
6. Atur jarum arloji tekan pada kedudukan angka nol
7. Berikan pembebanan pada benda uji dengan kecepatan tetap
sekitar 50 mm per menit sampai pembebenan maksimum tercapai,
atau pembebanan menurun seperti yang ditunjukkan oleh jarum
arloji tekan dan catat pembebanan maksimum atau stabilitas
( stability ) yang

dicapai,

koreksilah bebennya

dengan

menggunakan faktor perkalian yang bersangkutan dari table 2 bila


benda uji tebalnya kurang atau lebih besar dari 63,5 mm.
8. Catat nilai pelelehan ( flow ) yang ditunjukkan oleh jarum arloji
pengukur

pelelehan

pada

saat

pembebanan

maksimum

tercapai.waktu yang diperlukan dan sat diangkatnya benda uji dari


rendaman air sampai tercapainya beban maksimum tidak boleh
melebihi 30 detik.
7. Pengolahan Data

Kelompok IV

Pengujian Marshal Test

aboratorium
Pengujian bahan II

Sipi

Politeknik Negeri Padang

Dari pengujian yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut :


a. No. benda uji
b. Kadar aspal terhadap berat total campuran

= 6.5 %

c. Tinggi rata rata benda uji

= 73 mm

d. Berat kering benda uji

= 1231,1 gram

e. Berat benda uji dalam air

= 700,2 gram

f. Berat ssd benda uji

= 1233,1 gram

g. Volume benda uji =

= 532,9 mm3

fe

h. Kepadatan campuran

1231.1

= g 532.9 2.31

gram

/mm3

i. Kepadatan agregat yang dipadatkan


(100 b)
(100 5)
2.31
2.19 gram

mm 3
100
100

= h

i. Bj campuran maximum teoritis


100
100

2.38 gram
mm 3
(100 5) 5
= (100 b) b

u
2.554 1.03
t

k. Persentase rongga terhadap campuran ( void in mixture = VIM )


100 h
100 2.31
100
2,85%
j
2.38

= 100

l. Persentase Rongga Terhadap Agregat (Void In Mineral Aggregate =


VMA)

h
2.31
15.31%
= 100 (100 b) 100 (100 5)
s
2.61

m. Persentase Rongga Terisi Aspal ( Void Filled with Bitument = VFB)


lk
15.31 2.85
100
82.06%
15.31
l

= 100

n. Faktor koreksi sample


Dari table angka korelasi stabilitas didapatkan angka korelasi yaitu ;
Tinggi benda uji 73 mm dengan factor koreksi 0.81
o. Stabilitas
Pembacaan dial ( kg ) = 1222.02 kg

Kelompok IV

Pengujian Marshal Test

aboratorium
Pengujian bahan II

Sipi

Politeknik Negeri Padang

p. Stabilitas setelah dikpreksi

= n x o = 0.81 x 1222.02 = 989.84 kg

q. Flow

= 4.35 mm

r. MQ

989.84

kg
= q 4.53 227.55 mm

Analisa data terlampir dengan kurva penentuan kadar aspal optimum.

8. Kesimpulan
Dari pengujian karakteristis campuran aspal dengan agregat berdasarkan
kriteria lalu lintas berat 2 x 75 tumbukan menurut Bina Marga dengan kadar aspal
5 8,5 %. Berdasarkan grafik penentuan kadar aspal optimum didapatkan nilai
yang memenuhi Kriteria 5 %. Jadi nilai kadar aspal optimum (KAO) adalah 6,5
%.
9. Lampiran
Data kelompok.
Skema prosedur pelaksanaan.
Diagram alir proses pelaksanaan.
Gambar alat

Kelompok IV

Pengujian Marshal Test

También podría gustarte