Está en la página 1de 72

STUDI KOMPARASI PEMETAAN PENGGUNAAN/PENUTUPAN

LAHAN MELALUI CITRA LANDSAT DAN CITRA QUICKBIRD


Studi Kasus: Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung Hulu, Bogor

BAMBANG ADE WAHYUDI


A14054173

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN


DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

SUMMARY
BAMBANG ADE WAHYUDI. Comparison Study The Mapping of Land
Use/Land Cover through Landsat Image and Quickbird Image. Case Study: Subdrainage Area Riverbasin (DAS) Ciliwung Hulu, Bogor. Under supervision of
Khursatul Munibah and Komarsa Gandasasmita.
As the knowledge and technology develop, the satellite image also starts
gaining its popularity as the component of remote sensing data. The Landsat
image has eight spectral channels with spatial resolution 15 m (panchromatic) and
30 m (multispectral). The Quickbird image, a high-resolution image, has spatial
resolution 0,6 m (panchromatic) and 2,4 m (multispectral). The difference of
spatial resolution causes the difference of land use/land cover information among
these two images. The purposes of this research are as follows: a) comparing the
appearance of objects in the image of Quickbird panchromatic, multispectral, and
fusion, b) comparing the results of mapping land use/land cover from Landsat and
Quickbird image fusion, c) analyze the accuracy of geometric objects in the
Quickbird image fusion with the condition in the field.
This research comprises three stages, namely: preparation, data collection,
and data analysis. The preparation stage includes the Landsat image downloading
and the provision of revised Quickbird image with RBI map. Then, the data
collection stage is divided into primary data collection (check field and the
measurement object) and secondary data collection (RBI maps and map the study
area boundary). Lastly, the data analysis stage consists of: object identification on
the Quickbird image fusion, visual interpretation of the land use/land cover based
on Landsat image and Quickbird image, conscientiousness test of the
interpretation outcome, comparison of the polygon number and width of land
use/land cover respectively, consistency of the land use/land cover type, and
regression analysis of the object measurement between the Quickbird image and
on-field measurement.
The object interpretation and identification on the Quickbird image can be
conducted more easily on the fusion image compared to the panchromatic image
and multispectral image. The land use/land cover interpreted from the Landsat
image and Quickbird image respectively consists of 8 and 12 classifications. The
overall accuracy value and kappa value from Quickbird image are 91% and 0,89
respectively. The dominant land use/land cover from Landsat image is housing
(23,75%), while the dominant one from Quickbird image is compound plantation
(26,55%). The types of land use/land cover obtained from the Landsat image and
Quickbird image that possesses high consistency are forest and tea garden, while
the low ones comprise housing and water body. On the level of classification
detail, the Quickbird image has 4 levels of classification, while the Landsat image
only has one level of classification. The object measurement on the Quickbird
image and on-field measurement show a fairly close relation, with R = 0,983.
Proposition for further research is the necessity of succeeding research on
by adding satellite imagery that has a medium spatial resolution such as:
CARTOSAT-1, FORMOSAT-2, RapidEye, SPOT-5, ALOS, and others.

RINGKASAN
BAMBANG
ADE
WAHYUDI.
Studi
Komparasi
Pemetaan
Penggunaan/Penutupan Lahan Melalui Citra Landsat dan Citra Quickbird. Studi
kasus: Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung Hulu, Bogor. Di bawah
bimbingan Khursatul Munibah dan Komarsa Gandasasmita.
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, citra
satelit mulai marak digunakan sebagai komponen data penginderaan jauh. Citra
Landsat memiliki delapan saluran spektral tampak dengan resolusi spasial 15 m
(pankromatik) dan 30 m (multispektral). Citra Quickbird merupakan citra
beresolusi tinggi yang memiliki resolusi spasial 0,6 m (pankromatik) dan 2,4 m
(multispektral). Perbedaan resolusi spasial ini mengakibatkan perbedaaan
informasi penggunaan/penutupan lahan antara kedua citra. Tujuan dari penelitian
ini adalah :
a) membandingkan kenampakan objek di citra Quickbird
pankromatik, multispektral, dan fusi, b) membandingkan hasil pemetaan
penggunaan/penutupan lahan dari citra Landsat dan fusi citra Quickbird, c)
menganalisis ketelitian geometrik objek di fusi citra Quickbird dengan kondisi di
lapang.
Penelitian terbagi dalam tiga tahap yaitu : persiapan, pengumpulan data,
dan analisis data. Tahap persiapan meliputi pengunduhan citra Landsat dan
penyediaan citra Quickbird yang telah terkoreksi dengan peta RBI. Tahap
pengumpulan data terbagi menjadi pengumpulan data primer (pengecekan lapang
dan pengukuran objek) serta pengumpulan data sekunder (peta RBI dan peta batas
daerah penelitian). Tahap analisis data yang dilakukan meliputi: identifikasi objek
pada fusi citra Quickbird, interpretasi visual penggunaan/penutupan lahan dari
citra Landsat dan citra Quickbird, uji ketelitian hasil interpretasi, perbandingan
jumlah poligon dan luas masing-masing penggunaan/penutupan lahan, konsistensi
tipe penggunaan/penutupan lahan, serta analisis regresi pengukuran objek pada
citra Quickbird dengan pengukuran objek di lapang.
Identifikasi dan interpretasi objek pada citra Quickbird lebih mudah
dilakukan pada citra fusi dibandingkan dengan citra pankromatik dan citra
multispektral. Tipe penggunaan/penutupan lahan yang diinterpretasi dari citra
Landsat dan citra Quickbird berjumlah masing-masing 8 dan 12 klasifikasi. Nilai
overall accuracy dan nilai kappa dari citra Quickbird masing-masing sebesar 91%
dan 0,89. Penggunaan/penutupan lahan yang dominan dari citra Landsat adalah
pemukiman (23,75%), sedangkan dari citra Quickbird adalah kebun campuran
(26,55%). Tipe penggunaan/penutupan lahan yang diperoleh dari citra Landsat
dan citra Quickbird yang memiliki konsistensi tinggi adalah hutan dan kebun teh,
sedangkan yang rendah adalah pemukiman dan badan air. Pada tingkat kedetailan
klasifikasi, citra Quickbird memiliki 4 tingkat klasifikasi, sedangkan pada citra
Landsat hanya memiliki 1 tingkat klasifikasi saja. Hubungan antara pengukuran
objek pada citra Quickbird dengan di lapang cukup erat yang ditunjukkan dengan
nilai R = 0,983.
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah perlunya penelitian lanjutan
dengan menambah citra satelit yang memiliki resolusi spasial menengah seperti:
CARTOSAT-1, FORMOSAT-2, RapidEye, SPOT-5, ALOS, dan lain-lain.

STUDI KOMPARASI PEMETAAN PENGGUNAAN/PENUTUPAN


LAHAN MELALUI CITRA LANDSAT DAN CITRA QUICKBIRD
Studi Kasus: Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung Hulu, Bogor

Bambang Ade Wahyudi


A14054173

Skripsi
sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian
Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN


DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi

: Studi Komparasi Pemetaan Penggunaan/Penutupan


Lahan melalui Citra Landsat dan Citra Quickbird.
Studi Kasus: Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung
Hulu, Bogor

Nama Mahasiswa : Bambang Ade Wahyudi


Nomor Pokok

: A14054173

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

(Dr. Khursatul Munibah, M.Sc)

(Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, M.Sc)

NIP. 19620515 199003 2 001

NIP. 19550111 197603 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen

(Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc)


NIP. 19621113 198703 1 003

Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, pada tanggal 20 Januari 1988.


Penulis merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak H.
Agustami St. Batuah dan Ibu Dra. Hj. Anita Djabar.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 1999 di SDN
11 Cimpago Guguak Bulek, Kecamatan Mandiangin Koto Selayan, Bukittinggi.
Kemudian pada tahun 2002, penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah
pertama di SMPN 5 Bukittinggi. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan
sekolah menengah atas di SMAN 1 Bukittinggi dan lulus pada tahun 2005.
Pada tahun yang sama (2005), penulis diterima di Tingkat Persiapan
Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB) dan pada tahun 2006 diterima di Mayor Manajemen
Sumberdaya Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Selama menjalani pendidikan di perguruan tinggi, penulis pernah aktif
dalam Paduan Suara Mahasiswa Agriaswara pada periode 2005-2007 dan
pernah juga mengikuti kegiatan mahasiswa lain seperti panitia dalam kegiatan
Masa Perkenalan Departemen (MPD) tahun 2007, serta sebagai panitia dalam
Semiloka Nasional Geomatika-SAR Nasional tahun 2009. Selain itu, penulis
pernah menjadi asisten pratikum Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra (20092010), asisten pratikum Geomorfologi dan Analisis Lanskap (2009-2010), dan
asisten pratikum Sistem Informasi Geografi (2009-2010).

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah S.W.T yang telah memberikan
nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
skripsi.

Skripsi

yang

berjudul

Studi

Komparasi

Pemetaan

Penggunaan/Penutupan Lahan melalui Citra Landsat dan Citra Quickbird. Studi


Kasus: Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung Hulu, Bogor ini merupakan
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Mayor Manajemen
Sumberdaya Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, tak lupa penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Khursatul Munibah, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi I yang
telah memberikan banyak bimbingan, pengarahan, serta masukan selama
masa penelitian dan penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi II
yang telah memberikan banyak bimbingan, pengarahan, serta masukan
selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.
3. Dr. Boedi Tjahjono, M.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran dan masukan dalam penyusunan skripsi.
4. Dr. Ir. Iskandar selaku dosen pembimbing akademik yang memberikan
pengarahan dan bimbingan selama masa perkuliahan.
5. Kedua orang tuaku, Ayahanda H. Agustami St. Batuah dan Ibunda Dra.
Hj. Anita Djabar, atas kasih sayang dan kesabarannya, semoga Allah
S.W.T membalas semua pengorbanan mereka.
6. Kakak-kakakku tercinta: Besty Ineke, Dodi Kurniawan, Ismed Gusno,
Khairi Yanti, dan abangku tersayang Alm. Khairi Yanto, untuk dorongan
semangatnya selama ini.
7. Seluruh staf dan dosen pengajar Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya
Lahan.
8. Rekan-rekan seperjuangan di Laboratorium Bagian Penginderaan Jauh dan
Informasi Spasial (Ikhsan, Tyo, Yudi, Poppy, Ivong, Atha, Yanti, Icong,

dan Luluk) serta staf Laboratorium Bagian Penginderaan Jauh dan


Informasi Spasial (Mas Manijo, Mbak Reni, Mbak Agi, dan Mbak Nurul)
atas dukungan dan bantuan selama ini.
9. Teman-teman komunitas Bujangers (Ali, Andre, Anter, Awank, Bobby,
Carlos, Daniel, Ganda, Geges, Idan, dan Jire) atas segala bantuan,
dukungan, dan canda tawa selama ini.
10. Bang Suraj, Ridho, Decil, Umbara, Hadi, Sendy, Rahardian, dan Linda
atas bantuan dan dukungan selama ini.
11. Teman-teman kosan Pondok AA (Da Roni, Novel, Aat, Aan, Huda, Ibal,
Isan, Luther, Wido, Bowo, Rizky, Anjar, Bedur), dan Wisma Alma (Mas
Erwin, Aziz, Rey, Dendi, Janu, Ajoy, Mas Bilal) atas bantuan dan
dukungan selama ini.
12. Dukungan dan bantuan dari teman-teman Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan (ITSL) serta pihak-pihak yang tidak dapat disebut satu
persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan pada skripsi


ini. Namun, penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukannya.

Bogor, November 2011

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Tujuan .......................................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 3
2.1. Penginderaan Jauh ........................................................................................ 3
2.1.1. Citra Landsat ......................................................................................... 3
2.1.2. Citra Quickbird...................................................................................... 5
2.2. Fusi Citra ...................................................................................................... 7
2.3. Penggunaan/penutupan lahan ....................................................................... 7
2.4. Aplikasi Citra Landsat untuk Pemetaan Penggunaan/Penutupan Lahan ..... 8
2.5. Aplikasi Citra Quickbird untuk Pemetaan Penggunaan/Penutupan Lahan .. 8
2.6. Akurasi Hasil Interpretasi Citra ................................................................... 9
2.7. Regresi Linier Sederhana ........................................................................... 10
III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 11
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 11
3.2. Bahan dan Alat ........................................................................................... 11
3.3. Metode Penelitian....................................................................................... 12
3.3.1. Identifikasi Kenampakan Objek pada Fusi Citra Quickbird ............... 13
3.3.2. Interpretasi Visual Penggunaan/Penutupan Lahan dari Citra Landsat
dan Citra Quickbird ............................................................................ 14
3.3.3. Uji Ketelitian Interpretasi .................................................................... 15
3.3.4. Perbandingan Jumlah Poligon dan Luas Masing-Masing
Penggunaan/Penutupan Lahan ........................................................... 16
3.3.5. Konsistensi Tipe Penggunaan/Penutupan Lahan ................................ 16

3.3.6. Tingkat Kedetailan Penggunaan/Penutupan Lahan ............................ 17


3.3.7. Analisis Regresi Pengukuran Objek pada Citra Quickbird dengan
Pengukuran Objek di Lapang ............................................................. 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 20
4.1. Fusi pada Citra Quickbird .......................................................................... 20
4.2. Interpretasi Penggunaan/Penutupan Lahan pada Citra Landsat dan Citra
Quickbird ................................................................................................... 22
4.3. Akurasi Hasil Interpretasi Penggunaan/Penutupan Lahan dari Citra
Quickbird ................................................................................................... 27
4.4. Perbandingan Keluaran (Output) dari Interpretasi melalui Citra Landsat
dan Citra Quickbird ................................................................................... 29
4.4.1. Luas dan Jumlah Poligon dari Masing-Masing Penggunaan/Penutupan
Lahan dari Citra Landsat dan Citra Quickbird ................................... 32
4.4.2. Konsistensi Tipe Penggunaan/Penutupan Lahan yang Bersumber dari
Citra Landsat dan Citra Quickbird ..................................................... 33
4.4.3. Tingkat Kedetailan Klasifikasi Penggunaan/Penutupan Lahan dari
Citra Landsat dan Citra Quickbird ..................................................... 41
4.5. Hubungan antara Pengukuran Objek pada Citra Quickbird dengan
Pengukuran Lapang ................................................................................... 48
V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 50
5.1. Kesimpulan ................................................................................................ 50
5.2. Saran ........................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................51
LAMPIRAN..........................................................................................................53

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman
Teks

1. Spesifikasi Satelit Landsat 7 ............................................................................... 4


2. Karakteristik Band Citra Landsat 7 ..................................................................... 5
3. Karakteristik Citra Quickbird .............................................................................. 6
4. Spesifikasi satelit Quickbird ............................................................................... 6
5. Bahan yang Digunakan Dalam Penelitian ........................................................ 12
6. Alat dan Perangkat Lunak yang Digunakan dalam Penelitian .......................... 12
7. Tingkat konsistensi tipe penggunaan/penutupan lahan ..................................... 17
8. Sistem Klasifikasi Penggunaan/Penutupan Lahan untuk digunakan dengan
Data Penginderaan Jauh ................................................................................... 18
9. Tabel kenampakan objek pada citra pankromatik, citra multispektral, dan citra
fusi.21
10. Persentase kenampakan pada citra pankromatik, citra multispektral, dan citra
fusi.22
11. Nilai overall accuracy dari citra Quickbird .................................................... 27
12. Nilai kappa dari citra Quickbird ...................................................................... 28
13.Perbandingan jumlah kelas dan luas masing-masing penggunaan/penutupan
lahan..32
14. Jumlah dan persentase poligon pada citra Landsat dan citra Quickbird ......... 33
15. Konsistensi hutan yang bersumber dari citra Landsat dan citra Quickbird .... 34
16. Konsistensi kebun campuran yang bersumber dari citra Landsat dan citra
Quickbird .......................................................................................................... 35
17.Konsistensi kebun teh yang bersumber dari citra Landsat dan citra Quickbird 36
18.Konsistensi tegalan yang bersumber dari citra Landsat dan citra Quickbird ... 37
19.Konsistensi sawah yang bersumber dari citra Landsat dan citra Quickbird .... 38
20.Konsistensi pemukiman yang bersumber dari citra Landsat dan citra
Quickbird...39
21.Konsistensi badan air yang bersumber dari citra Landsat dan citra Quickbird 40

22.Konsistensi tanah kosong yang bersumber dari citra Landsat dan citra
Quickbird .......................................................................................................... 40
23. Konsistensi tipe penggunaan/penutupan lahan yang bersumber dari citra
Landsat dan citra Quickbird 41
24. Pembagian Level Klasifikasi Penggunaan/Penutupan Lahan 42
25. Hasil pengukuran objek pada citra Quickbird dan pengukuran lapang 48

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman
Teks

1. Satelit Landsat ..................................................................................................... 3


2. Satelit Quickbird ................................................................................................. 6
3. Peta Lokasi Penelitian ....................................................................................... 11
4. Diagram Alir Penelitian .................................................................................... 13
5. Sistematik Pengambilan Sampel pada Penggunaan/Penutupan Lahan Kebun
Campuran ......................................................................................................... 16
6. Kenampakan Objek Citra Quickbird pada Citra Pankromatik, Citra
Multispektral, dan Citra Fusi ............................................................................ 20
7. Contoh Kenampakan Objek Pada Citra Landsat, Quickbird, dan Lapang ........ 25
8. Peta Penggunaan/Penutupan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung
Hulu (Landsat) .................................................................................................. 30
9. Peta Penggunaan/Penutupan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung
Hulu (Quickbird)...32
10. Peta Penggunaan/Penutupan Lahan Level 1 (Landsat) ................................... 43
11. Peta Penggunaan/Penutupan Lahan Level 1 (Quickbird) ............................... 44
12. Peta Penggunaan/Penutupan Lahan Level 2 (Quickbird) ............................... 45
13. Peta Penggunaan/Penutupan Lahan Level 3 (Quickbird) ............................... 46
14. Peta Penggunaan/Penutupan Lahan Level 4 (Quickbird) ............................... 47
15.Grafik analisis regresi linier sederhana antara pengukuran objek pada citra
dengan pengukuran objek di lapang..49

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman
Teks

1. Tabel Uji Lapang............................................................................................... 54


2. Data Statistik Pengukuran Objek Pada Citra dan Lapang................................. 57

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, citra
satelit mulai banyak dimanfaatkan dalam berbagai ilmu. Pada tahun 1972, Earth
Resources Technology Satellite (ERTS-A) dari Amerika Serikat yang kemudian
disebut Landsat 1 merupakan satelit penginderaan jauh pertama. Satelit ini
memiliki resolusi spasial 80 m dan memiliki empat saluran Red Green Blue
(RGB) dan saluran inframerah dekat. Generasi satelit Landsat berikutnya
mengalami peningkatan dalam hal resolusi spasial dan resolusi spektral. Pada
tahun 1999, muncul satelit baru yaitu Landsat 7 yang memiliki 8 saluran spektral
dan resolusi spasial 15 m untuk citra pankromatik dan 30 m untuk citra
multispektral. Saat ini telah banyak satelit baru yang diluncurkan diantaranya
adalah ALOS, IKONOS, Quickbird, OrbView, dan lain-lain yang memiliki
resolusi spasial yang lebih baik dari generasi sebelumnya.
Citra Landsat telah dimanfaatkan oleh pemerintah, swasta, industri, sipil,
dan pendidikan di seluruh dunia. Citra ini digunakan untuk mendukung berbagai
bidang dalam aplikasi seperti: penelitian perubahan iklim global, pertanian,
kehutanan, geologi, manajemen sumberdaya, geografi, pemetaan, hidrologi, dan
oseanografi. Pemetaan penggunaan/penutupan lahan dengan citra Landsat mampu
menyediakan informasi kenampakan objek dan kegiatan manusia di permukaan
bumi.
Quickbird adalah satelit penginderaan jauh komersial milik perusahaan
Amerika Serikat, DigitalGlobe, yang menyediakan produk citra beresolusi tinggi.
Diluncurkan pada tahun 2001, produk ini terdiri dari sensor pankromatik dan
sensor multispektral. Kedua sensor tersebut menghasilkan citra yang memiliki
resolusi spasial berbeda yaitu 0,61 m untuk citra pankromatik dan 2,44 m untuk
citra multispektral. Pada resolusi ini, detail bangunan dan infrastruktur lainnya
terlihat jelas.
Munculnya citra Quickbird ini tentunya memberi harapan bagi praktisi di
bidang planologi, pertanian, kehutanan, pertambangan, dan lain-lain yang

memerlukan data akurat. Dengan kemampuan citra Quickbird menyajikan data


spasial hingga ketelitian 0,61 m, lokasi pemukiman dapat diidentifikasi per
individu bangunan. Jalan raya dan sungai pun dapat diidentifikasi sebagai poligon.
Pemetaan penggunaan/penutupan lahan dengan

citra Quickbird

mampu

menyediakan informasi kenampakan objek dan kegiatan manusia di permukaan


bumi secara detail.
Khusus untuk citra Quickbird, penggunaan salah satu citra baik citra
pankromatik maupun citra multispektral terkadang belum cukup untuk
mendapatkan output yang diinginkan karena adanya keterbatasan resolusi spektral
dan resolusi spasial (Nisak, 2010). Oleh karena itu, fusi citra perlu dilakukan
untuk mendapatkan gambar citra yang diinginkan yakni memiliki resolusi spasial
tinggi dan kombinasi Red Green Blue (RGB). Teknik fusi citra yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Color Normalized (Brovey). Teknik ini berfungsi
untuk menajamkan gambar dengan menggunakan kombinasi matematis dari citra
multispektral dan citra pankromatik (Vrabel, 1996).
Untuk mengetahui sejauh mana citra satelit mampu menyajikan informasi
penggunaan/penutupan

lahan

suatu

wilayah,

perlu

dilakukan

penelitian

perbandingan. Penelitian ini membandingkan citra Landsat dan citra Quickbird.


Studi komparasi pemetaan penggunaan/penutupan lahan melalui citra Landsat dan
citra

Quickbird

diharapkan

mampu

menjawab

perbedaan

informasi

penggunaan/penutupan lahan tersebut.

1.2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Membandingkan kenampakan objek di citra Quickbird pankromatik,
multispektral, dan fusi.
2. Membandingkan hasil pemetaan penggunaan/penutupan lahan dari citra
Landsat dan fusi citra Quickbird.
3. Menganalisis ketelitian geometrik objek di fusi citra Quickbird dengan
kondisi di lapang.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penginderaan Jauh


Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi
tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh
dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena
yang dikaji (Lillesand & Kiefer, 1999). Defenisi yang lain juga dikemukakan oleh
Konecny (2003) yang mana penginderaan jauh adalah metode untuk memperoleh
informasi dari objek yang jauh tanpa adanya kontak langsung. Dalam aplikasinya,
teknologi penginderaan jauh menggunakan energi elektromagnetik seperti
gelombang radio, cahaya, dan panas sebagai sarana untuk mendeteksi dan
mengukur karakteristik objek atau target (Ho, 2009).

2.1.1. Citra Landsat


Landsat 1 adalah satelit pengamatan bumi pertama kali di dunia (EOS),
yang diluncurkan oleh Amerika Serikat pada tahun 1972. Satelit ini memiliki
kemampuan untuk mengamati bumi jauh dari ruang angkasa, dan merupakan
salah satu perangkat terbaik dalam penginderaan jauh. Setelah Landsat 1, Landsat
2, 3, 4, 5, dan 7 diluncurkan, Landsat 7 saat ini dioperasikan sebagai satelit utama.

Gambar 1. Satelit Landsat

Landsat 5 dilengkapi dengan multispectral scanner (MSS) dan thematic


mapper (TM). MSS adalah sensor optik yang didesain untuk mengamati radiasi
matahari yang dipantulkan dari permukaan bumi dalam empat band spektral yang
berbeda, dengan menggunakan kombinasi dari sistem optik dan sensor. TM adalah
peralatan observasi canggih yang digunakan dalam MSS. Peralatan ini mengamati
permukaan bumi di tujuh band spektral yang berkisar dari sinar tampak hingga
inframerah termal.
Landsat 7 telah berhasil diluncurkan dari Pangkalan Angkatan Udara
Vandenburg pada tanggal 15 April 1999. Satelit ini dilengkapi dengan instrumen
Enhanced Thematic Mapper Plus (ETM+), penerus TM. Jumlah band dari Landsat
7 sama dengan Landsat 5 sebanyak tujuh band, tetapi pada Landsat 7 ditambahkan
band 8 yaitu band pankromatik dengan resolusi 15 m.
Data Landsat telah digunakan oleh pemerintah, masyarakat komersial,
industri, sipil, dan pendidikan di seluruh dunia. Data tersebut mendukung
berbagai berbagai aplikasi dalam bidang-bidang seperti penelitian perubahan
iklim global, pertanian, kehutanan, geologi, manajemen sumberdaya, geografi,
pemetaan, hidrologi, dan oseanografi. Citra Landsat dapat digunakan dalam
pemetaan perubahan antropogenik dan alamiah di bumi selama periode beberapa
bulan sampai dua dekade. Jenis perubahan yang dapat diidentifikasi meliputi
pembangunan pertanian, penggundulan hutan, bencana alam, urbanisasi, dan
pengembangan dan degradasi sumber daya air (www.satimaging.com, diakses 13
Oktober 2011). Spesifikasi satelit dan karakteristik band citra Landsat 7 disajikan
pada Tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Spesifikasi Satelit Landsat 7


Tanggal diluncurkan
Resolusi Spasial
Orbit
Kecondongan Orbit
Periode Orbit
Resolusi Temporal
Resolusi

15 April 1999, di Pangkalan Angkatan Udara Vandenberg, California


30 meter
705 +/- 5 km (di atas khatulistiwa) sun-synchronous
98,2 +/- 0,15
98.9 menit
16 hari (233 orbit)
15 hingga 90 meter

Sumber: www.satimaging.com, diakses 13 Oktober 2011

Tabel 2. Karakteristik Band Citra Landsat 7


Band
1

Rentang
Spektral ()
0,450 - 0,515
(biru-hijau)

Resolusi
Spasial (m)
30

Keterangan

Didesain untuk menembus badan air,


membedaan tanah dan vegetasi, serta
memetakan tipe hutan
(berganti daun/daun jarum)
2
0,525 - 0,605
30
Cocok untuk mengukur nilai reflektan
(hijau)
hijau tertinggi pada vegetasi.
Direkomendasikan untuk membedakan
vegetasi dan vigor tanaman
3
0,630 - 0,690
30
Band ini dioperasikan untuk mengukur
(merah)
daerah absorpsi klorofil. Baik untuk
mendeteksi jalan, tanah kosong, dan
tipe vegetasi
4
0,775 - 0,900
30
Band ini digunakan untuk mengestimasi
(inframerah dekat)
biomassa. Walaupun band ini bisa
memisahkan badan air dari vegetasi dan
membedakan kelembaban tanah, tetapi
tidak efektif untuk identifikasi jalan pada
TM3
5
1,550 - 1,750
30
Band 5 dipertimbangkan sebagai band
(inframerah menengah)
tunggal terbaik dari semua band. Band
ini bisa membedakan jalan, tanah kosong,
dan air. Band ini juga mendukung kontras
yang baik dalam membedakan tipe vegetasi
dan paling baik dalam menembus kabut
dan atmosfir
6
10,40 - 12,50
60
Band ini merespon radiasi termal yang
(inframerah termal)
diemisikan oleh target. Radiasi termal
erat hubungannya dengan kelembaban
tanah dan temperatur vegetasi baik untuk
mengukur stress tanaman akibat panas
dan pemetaan termal
7
2,090 - 2,35
30
Band ini baik dalam membedakan tipe
(inframerah menengah)
batuan dan mineral serta untuk interpretasi
tutupan vegetasi dan kelembaban tanah
8
0,520 - 0,900
15
Band ini diperuntukan untuk mempertinggi
(pankromatik)
resolusi dan meningkatkan kemampuan
deteksi
Sumber: www.geocomm.com, diakses 13 Oktober 2011

2.1.2. Citra Quickbird


Quickbird

adalah

satelit

resolusi

tinggi

dan

dioperasikan

oleh

DigitalGlobe. Menggunakan sensor BGIS 2000, Quickbird mengumpulkan data


citra dengan detail tingkat resolusi piksel sebesar 0,61 m. Satelit ini merupakan
sumber data lingkungan yang berguna untuk analisis perubahan penggunaan
lahan, pertanian, dan iklim hutan.

Gambar 2. Satelit Quickbird

Kemampuan pencitraan Quickbird juga dapat diterapkan pada sejumlah


industri, termasuk

eksplorasi dan produksi minyak dan gas, rekayasa dan

konstruksi, serta studi lingkungan (www.satimaging.com, diakses 13 Oktober


2011). Karakteristik citra dan spesifikasi satelit Quickbird disajikan pada Tabel 3
dan 4.

Tabel 3. Karakteristik Citra Quickbird


Resolusi

Band Citra

Pankromatik: 61 cm (nadir) sampai 72 cm (25 off-nadir)


Multispektral: 2,44 m (nadir) sampai 2,88 m (25 off-nadir)
Pankromatik: 450 - 900 nm
Biru: 450 - 520 nm
Hijau: 520 - 600 nm
Merah: 630 - 690 nm
Inframerah Dekat: 760-900 nm

Tabel 4. Spesifikasi satelit Quickbird


Resolusi

Band Citra

Pankromatik: 61 cm (nadir) sampai 72 cm (25 off-nadir)


Multispektral: 2,44 m (nadir) sampai 2,88 m (25 off-nadir)
Pankromatik: 450 - 900 nm
Biru: 450 - 520 nm
Hijau: 520 - 600 nm
Merah: 630 - 690 nm
Inframerah Dekat: 760-900 nm

2.2. Fusi Citra


Fusi citra adalah proses dimana dua atau lebih gambar digabungkan
menjadi satu gambar dengan mempertahankan fitur penting dari masing-masing
gambar asli (Hill et al, 2002). Sedangkan menurut Liu dan Mason (2009), fusi
citra adalah perpaduan citra komposit warna yang memiliki resolusi spasial lebih
rendah dengan citra pankromatik yang memiliki resolusi lebih tinggi sehingga
menghasilkan citra komposit warna beresolusi tinggi. Tujuan utama untuk fusi
citra adalah untuk mengingkatkan kualitas informasi yang terkandung pada
gambar output dalam proses yang dikenal sebagai sinergi. Sebuah studi dilakukan
oleh Michell (2010) tentang teknik fusi citra dan aplikasi yang ada menunjukkan
bahwa fusi citra dapat memberikan kita dengan gambar output dengan
peningkatan kualitas. Dalam hal ini, manfaat dari fusi citra meliputi:
1. Memperluas jangkauan operasi
2. Memperpanjang cakupan spasial dan temporal
3. Mengurangi ketidakpastian
4. Meningkatkan kehandalan
5. Menguatkan kinerja sistem
6. Kompak dalam penyajian informasi
Ada tiga macam teknik yang digunakan untuk fusi citra yaitu: penggantian
intensitas (melalui transformasi RGB-HIS), transformasi Brovey, dan SFIM.

2.3. Penggunaan/penutupan lahan


Penggunaan lahan dan penutupan lahan memiliki defenisi yang berbeda.
Menurut Lillesand dan Kiefer (1999), istilah penutupan lahan berkaitan dengan
jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi. Sedangkan istilah penggunaan
lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Konecny
(2003) menyatakan bahwa penutupan lahan menggambarkan penampilan fisik
dari permukaan bumi. Sementara itu, penggunaan lahan diartikan sebagai kategori
lahan yang berhubungan dengan hak penggunaan tanah tersebut secara ekonomi.

2.4. Aplikasi Citra Landsat untuk Pemetaan Penggunaan/Penutupan Lahan


Parwati et al, (2004) menggunakan citra Landsat 7 ETM dengan resolusi
spasial 30 x 30 m untuk memetakan penutupan lahan. Klasifikasi penutupan lahan
dilakukan secara digital. Teknik klasifikasi yang digunakan adalah metode
supervised. Langkah awal adalah membentuk training sample tersebut secara
statistik. Dengan bantuan training sample tersebut dilakukan proses klasifikasi
secara digital, dimana objek dengan nilai statistik terdekat dikelompokkan
menjadi kelas sesuai dengan kelas training sample yang diambil.
Dalam penelitian Lisnawati dan Wibowo (2007), jenis penutupan lahan
yang diidentifikasi dari citra Landsat dijadikan dasar untuk menginterpretasi jenis
penggunaan lahan pada masing-masing penutupan lahan tersebut. Hasil penetapan
jenis penggunaan lahan tersebut selanjutnya akan digunakan untuk mendeteksi
perubahan penggunaan lahan. Proses interpretasi jenis penutupan lahan didasarkan
pada kondisi lapangan yang diperoleh dari pengecekan lapang.

2.5. Aplikasi Citra Quickbird untuk Pemetaan Penggunaan/Penutupan


Lahan
Venus (2008) mengklasifikasikan penutupan lahan di Kecamatan Rumpin,
Kabupaten Bogor, dengan menggunakan citra Quickbird. Kecamatan Rumpin
memiliki 19 kelas tipe penutupan lahan yang dapat diidentifikasi berdasarkan
klasifikasi secara kualitatif (interpretasi visual) yaitu awan, bayangan awan,
danau/empang, kebun campuran, perkebunan kelapa, padang rumput, pemukiman,
industri/kantor/sekolah, rawa, sawah, semak belukar, sungai, tanah kosong,
tegakan akasia, perkebunan karet, tegakan pulai, hutan, jalan, dan tanah rusak.
Tetapi berdasarkan analisis secara kuantitatif (digital), Kecamatan Rumpin
memiliki 10 tipe kelas penutupan lahan yaitu badan air, sawah, pemukiman,
vegetasi lebat, kebun campuran, perkebunan, lahan terbuka, padang rumput, awan,
dan bayangan awan.
Martono (2009) mengidentifikasi sebaran dan luas tata guna lahan dan
jaringan jalan setiap Rukun Wilayah (RW) di Desa Cibatok, Bogor, menggunakan
data penginderaan jauh Quickbird dan mengkaji keanekaragamannya berdasarkan
perhitungan nilai Entropy. Perhitungan nilai Entropy dilakukan untuk dua jenis

fenomena yaitu penggunaan lahan dan jaringan jalan setiap RW. Semakin banyak
jumlah peluang penggunaan lahan dan jaringan jalan dan semakin rata sebaran
luas atau jenis pemanfaatannya, nilai Entropy semakin besar.

2.6. Akurasi Hasil Interpretasi Citra


Kebutuhan untuk menilai akurasi dari peta yang dihasilkan dari data
penginderaan jauh, telah menjadi universal dan diakui sebagai komponen proyek
yang tidak terpisahkan (Congalton, 2000). Dalam beberapa tahun terakhir,
sebagian besar proyek membutuhkan tingkat akurasi tertentu yang dicapai untuk
proyek dan peta yang dianggap akan sukses. Dengan mempekerjakan data
penginderaan jauh sebagai lapisan aplikasi luas dari sistem informasi geografis
(SIG), kebutuhan untuk penilaian semacam itu telah menjadi penting bahkan lebih
kritis. Ada sejumlah alasan mengapa penilaian ini sangat penting, termasuk:
Kebutuhan untuk melakukan evaluasi diri dan belajar dari kesalahan Anda
Kemampuan untuk membandingkan metode / algoritma / analis kuantitatif
Keinginan untuk menggunakan peta yang dihasilkan / informasi spasial
dalam beberapa proses pengambilan keputusan
Martono (2008) berkesimpulan bahwa penggunaan metode analisis digital
citra satelit Hybrid (Supervised) Classification untuk mendeteksi penyebaran
lahan sawah dan penggunaan/penutupan lahan telah menghasilkan tingkat
ketelitian (accuracy) analisis yang tertinggi karena dalam analisis dan klasifikasi
citra tersebut telah mempertimbangkan masukan keterpisahan nilai spektral dan
data informasi lapangan (hybrid classification). Informasi baku tentang tingkat
ketelitian/kebenaran hasil analisis data digital ini sangat penting dan berguna bagi
pemanfaatan data dan aplikasi bagi pengguna.
Menurut Wibowo (2010), ketelitian klasifikasi adalah ketepatan dan
keakuratan peta dalam pendeteksian dan pengidentifikasian suatu objek.
Perhitungan ketelitian klasifikasi peta tutupan lahan dilakukan dengan
menghitung nilai kappa dari matriks konfusi dengan menggunakan data inspeksi
lapangan (ground truth) sebagai referensi validasi. Adapun perancangan matriks
konfusi adalah dengan cara membuat tabulasi silang (crosstab) antara data hasil

10

interpretasi (data peta tutupan lahan) dengan data sebenarnya (data inspeksi
lapangan. Nilai kappa adalah tingkat ketelitian dari suatu klasifikasi.

2.7. Regresi Linier Sederhana


Analisis regresi merupakan salah satu uji statistika yang memiliki dua
jenis pilihan model yaitu linear dan non linear. Model linear memiliki dua sifat
yaitu regresi sederhana dan regresi berganda dengan kurva yang dihasilkan
membentuk garis lurus, sedangkan untuk model non linear dalam parameternya
bersifat kuadratik dan kubik dengan kurva yang dihasilkan membentuk garis
lengkung (Yusnandar,2004).
Analisis regresi merupakan sebuah alat statistik yang memberikan
penjelasan tentang pola hubungan (model) antara dua variabel atau lebih (Draper
& Smith, 1992). Dalam analisis regresi, dikenal dua jenis variabel yaitu:
Variabel respon disebut juga variabel dependent yaitu variabel yang
keberadaannya dipengaruhi oleh variabel lainnya dan dinotasikan dengan
Y
Variabel prediktor disebut juga variabel independent yaitu variabel yang
bebas (tidak dipengaruhi oleh variabel lainnya) dan dinotasikan dengan X

11

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian terletak di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung,
Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian berlangsung dari bulan Maret
2010 sampai dengan Bulan Mei 2011. Pengolahan data dan citra dilakukan di
Laboratorium Bagian Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial, Departemen Ilmu
Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Peta
lokasi penelitian disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian

3.2. Bahan dan Alat


Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini masing-masing
disajikan pada Tabel 5 dan 6.

12

Tabel 5. Bahan yang Digunakan Dalam Penelitian


No.
1
2
3
4
5

Data
Citra Landsat tahun 2006
Citra Quickbird tahun 2006
Peta Rupa Bumi (RBI) skala
1:25.000 lembar Ciawi (1209-141)
dan lembar Cisarua (1209-142)
Peta batas daerah penelitian
Peta penggunaan/penutupan lahan

Sumber
http://glovis.usgs.gov/

Fungsi
Data primer
Data primer

BAKOSURTANAL

Data sekunder

Janudianto, 2004
Janudianto, 2004

Data sekunder
Data sekunder

Tabel 6. Alat dan Perangkat Lunak yang Digunakan dalam Penelitian


No.
1

Alat dan perangkat lunak


ArcView 3.3 dan ArcGIS 9.3

2
3

ENVI 4.4, ErMapper 6.4, dan


ERDAS IMAGINE 9.1
Frame and Fill IDL 7.0

4
5
6

Microsoft Excel
Global PositioningSystem (GPS)
Meteran/pita ukur

Fungsi
Analisis data spasial berbasis
Sistem Informasi Geografis (SIG)
Analisis citra (Fusi dan Mosaik)
Menghilangkan stripping pada citra
Landsat ETM+
Editing data atribut dan analisis statistik
Menentukan titik plot objek survei lapang
Mengukur panjang dan lebar objek

3.3. Metode Penelitian


Metode penelitian terbagi dalam tiga tahap yaitu persiapan, pengumpulan
data, dan analisis data. Tahap persiapan meliputi pengunduhan citra Landsat dan
penyediaan citra Quickbird yang telah terkoreksi dengan peta RBI. Matching
dilakukan untuk menyamakan batas wilayah antara kedua citra.
Pengumpulan data terbagi menjadi pengumpulan data primer dan
pengumpulan data sekunder. Tahap pengumpulan data primer meliputi
pengecekan lapang dan pengukuran objek. Pengecekan lapang bertujuan untuk
mengecek kebenaran hasil interpretasi dan menambah informasi yang tidak dapat
diperoleh dari citra. Pengukuran objek dilakukan pada objek yang nampak jelas
pada citra. Adapun objek-objek di lapangan tersebut adalah panjang jalan, lebar
jalan, panjang jembatan, dan lebar jembatan. Sedangkan, pengumpulan data
sekunder meliputi peta RBI daerah penelitian (lembar Cisarua dan Ciawi) serta
peta batas wilayah penelitian dari penelitian sebelumnya (Janudianto, 2004).
Metode penelitian digambarkan pada Gambar 4.

13

Citra Landsat
terkoreksi

Citra Quickbird
terkoreksi

Matching
Fusi
Brovey
Interpretasi
penggunaan/
penutupan
lahan
Peta penggunaan/
penutupan lahan
sementara (Landsat)

Peta penggunaan/
penutupan lahan
sementara (Quickbird)
Pengukuran
objek

Pengecekan
lapang

Peta
penggunaan/
penutupan
lahan akhir
(Landsat)

Peta
penggunaan/
penutupan
lahan akhir
(Quickbird)

Overlay

Analisis penggunaan/
penutupan lahan pada
citra Landsat dan citra
Quickbird

Perhitungan overall
accuracy dan nilai
Kappa

Analisis regresi pengukuran


objek pada citra Quickbird
dengan pengukuran objek
di lapang

Gambar 4. Diagram Alir Penelitian

3.3.1. Identifikasi Kenampakan Objek pada Fusi Citra Quickbird


Fusi citra Quickbird antara pankromatik dan multispektral dilakukan
dengan teknik Brovey. Fusi citra ini bertujuan untuk menghasilkan citra gabungan
yang memiliki kombinasi Red Green Blue (RGB) beresolusi spasial tinggi. Dalam
penelitian ini, fusi citra hanya dilakukan pada citra Quickbird karena ketersediaan
data yang ada. Adapun rumus Brovey yang digunakan adalah:

Sumber: http://www.geol.hu/data/online_help/UsingCNSpectralSharpening.html,
November 2011

diakses

25

14

3.3.2. Interpretasi Visual Penggunaan/Penutupan Lahan dari Citra Landsat


dan Citra Quickbird
Interpretasi visual penggunaan/penutupan lahan dari citra Landsat dan citra
Quickbird dilakukan dengan pendekatan unsur-unsur interpretasi (Lillesand &
Kiefer, 1999), yaitu:
1. Bentuk; adalah konfigurasi atau kerangka suatu objek. Bentuk beberapa
objek demikian mencirikan sehingga citranya dapat diidentifikasi langsung
hanya berdasarkan kriteria ini.
2. Ukuran; objek pada foto udara harus dipertimbangkan sehubungan dengan
skala foto.
3. Pola; adalah hubungan susunan spasial objek. Pengulangan bentuk umum
tertentu atau hubungan merupakan karakteristik bagi banyak objek
alamiah maupun bangunan, dan akan memberikan suatu pola yang
membantu penafsir untuk mengenali objek tersebut.
4. Bayangan; penting bagi penafsir dalam dua hal bertentangan, yaitu: (a)
bentuk atau kerangka bayangan dapat memberikan gambaran profil suatu
objek (dapat membantu interpretasi), dan (b) objek dibawah bayangan
hanya dapat memantulkan sedikit cahaya dan sukar diamati pada foto
(menghalangi interpretasi).
5. Rona; adalah warna atau kecerahan relatif objek pada foto. Tanpa
perbedaan rona, bentuk, pola, dan tekstur, suatu objek tidak dapat diamati.
6. Tekstur; adalah frekuensi perubahan rona pada citra fotografi. Tekstur
merupakan hasil gabungan dari bentuk, ukuran, pola, bayangan, dan rona.
7. Situs; atau lokasi objek dalam hubungannya dengan objek yang lain, dapat
berguna untuk membantu pengenalan suatu objek.
Hasil dari interpretasi tersebut menghasilkan peta penggunaan/penutupan
lahan citra Landsat dan peta penggunaan/penutupan lahan citra Quickbird yang
berbeda tingkat kedetilannya. Hasil dari interpretasi ini didukung dengan data
pengecekan lapang.

15

3.3.3. Uji Ketelitian Interpretasi


Uji ketelitian hasil interpretasi dilakukan dengan membandingkan hasil
interpretasi dari citra Quickbird dengan kondisi di lapang. Pengecekan lapang
diperlukan untuk menghitung nilai overall accuracy dan nilai kappa dari
interpretasi citra Quickbird. Tujuan dari menghitung nilai overall accuracy dan
nilai kappa adalah untuk menguji kualitas klasifikasi. Rumus dari overall
accuracy adalah:

keterangan:
O = nilai overall accuracy
A = total ketepatan klasifikasi
B = jumlah klasifikasi
Adapun rumus untuk menghitung nilai kappa menurut persamaan Jensen
(1986) adalah:

keterangan:
N

= jumlah data pengamatan


= total kolom ke ii
= total perkalian jumlah baris dengan jumlah kolom

16

3.3.4. Perbandingan Jumlah Poligon


Penggunaan/Penutupan Lahan

dan

Luas

Masing-Masing

Berdasarkan hasil interpretasi visual yang didukung dengan pengecekan


lapang diperoleh perbedaan jumlah poligon dan luas dari masing-masing
penggunaan/penutupan lahan yang bersumber dari citra Landsat dan citra
Quickbird. Jumlah poligon dapat menggambarkan kedetailan hasil interpretasi
pada citra Landsat dan citra Quickbird, sedangkan luas dapat memberikan
dominansi informasi tipe penggunaan/penutupan lahan dari citra Landsat dan citra
Quickbird.

3.3.5. Konsistensi Tipe Penggunaan/Penutupan Lahan


Konsistensi

ini

bertujuan

untuk

mengetahui

kekonsistenan

tipe

penggunaan/penutupan lahan dari citra Landsat dan citra Quickbird pada suatu
lokasi. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara sistematik pada setiap tipe
penggunaan/penutupan lahan yang mengacu pada persebaran poligon dengan
ukuran yang berbeda. Dalam hal ini ukuran poligon ditentukan berdasarkan pada
luas maksimal (L), luas rata-rata (M), dan luas terkecil (S). Sebagai contoh,
sistematik pengambilan sampel salah satu penggunaan/penutupan lahan (kebun
campuran) disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Sistematik Pengambilan Sampel pada Penggunaan/Penutupan Lahan


Kebun Campuran

17

Tingkat konsistensi tipe penggunaan/penutupan lahan dapat diketahui dari


persentase luas penggunaan/penutupan lahan yang dominan pada masing-masing
klasifikasi di setiap ukuran poligon. Lebih lengkapnya disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Tingkat konsistensi tipe penggunaan/penutupan lahan


No
1
2
3
4

Kelas
Rentang Persentase (%)
Tidak Konsisten (TK)
0 - 25%
Agak Konsisten (AK)
25 - 50%
Konsisten (K)
50 - 75%
Sangat Konsisten (SK)
75 - 100%

3.3.6. Tingkat Kedetailan Penggunaan/Penutupan Lahan


Tingkat kedetailan penggunaan/penutupan lahan mengacu pada sistem
klasifikasi United States Geological Survey (USGS). Penyusunan sistem
multitingkat dilakukan karena tingkat kerincian data dapat diperoleh dari hasil
penginderaan jauh yang berbeda bergantung pada sistem sensor dan resolusi
citranya (Lillesand & Kiefer, 1999). Sistem ini membagi tingkatan klasifikasi
penggunaan/penutupan lahan menjadi 4 tingkatan (tingkat I, II, III, dan tingkat
IV). Tingkat I dan II ditetapkan oleh USGS. Sedangkan untuk tingkat III dan IV
ditetapkan oleh pengguna lokal berdasarkan sistem USGS, mengingat bahwa
kategori pada tiap tingkat harus dapat dikelompokkan ke dalam kategori pada
tingkat yang lebih tinggi (Anderson et al, 1976). Pembagian level klasifikasi
penggunaan/penutupan lahan disajikan pada Tabel 8.

18

Tabel 8. Sistem Klasifikasi Penggunaan/Penutupan Lahan untuk digunakan


dengan Data Penginderaan Jauh
No.
1

Tingkat 1
Perkotaan atau Lahan
Bangunan

Tingkat 2
1.1. Pemukiman
1.2. Perdagangan dan Jasa
1.3. Industri
1.4. Transportasi, Komunikasi, dan Umum
1.5. Kompleks Industri dan Perdagangan
1.6. Perkotaan Campuran atau Lahan Bangunan
1.7. Perkotaan atau Lahan Bangunan Lainnya

Lahan Pertanian

2.1. Tanaman Semusim dan Padang Rumput


2.2. Daerah Buah-buahan, Jeruk, Anggur, Labu Bibit, dan Tanaman
Hias
2.3. Tempat Pengembalaan Terkurung
2.4. Lahan Pertanian Lainnya
2.5. Lahan Tanaman Obat

Lahan peternakan

3.1. Lahan Peternakan Semak dan Belukar


3.2. Lahan Peternakan Campuran

Lahan hutan

4.1. Lahan Hutan Gugur Daun Musiman


4.2. Lahan Hutan Selalu Hijau
4.3. Lahan Hutan Campuran

Air

5.1. Sungai dan Kanal


5.2. Danau
5.3. Waduk
5.4. Teluk dan Muara

Lahan Basah

Lahan Gundul

6.1. Lahan Hutan Basah


6.2. Lahan Basah Bukan Hutan
7.1. Dataran Garam Kering
7.2. Gisik
7.3. Daerah Berpasir Selain Gisik
7.4. Batuan Singkapan Gundul
7.5. Tambang Terbuka, Pertambangan, dan Tambang Kerikil
7.6. Daerah Peralihan
7.7. Lahan Gundul Campuran

Padang Lumut

8.1. Padang Lumut Semak Belukar


8.2. Padang Lumut Tumbuhan Obat
8.3. Padang Lumut Lahan Gundul
8.4. Padang Lumut Basah
8.5. Padang Lumut Campuran

Es atau Salju Abadi

9.1. Lapangan Salju Abadi


9.2. Glasier

Sumber: Lillesand & Kiefer, 1999

19

3.3.7. Analisis Regresi Pengukuran Objek pada Citra Quickbird dengan


Pengukuran Objek di Lapang
Pada pengecekan lapang dilakukan juga pengambilan data pengukuran
objek dengan menggunakan meteran/pita ukur. Objek yang diukur berupa lebar
jalan, lebar jembatan dan panjang jembatan. Hasil pengukuran objek tersebut
dihubungkan dengan pengukuran objek yang sama pada citra untuk dihitung nilai
regresi linier sederhananya. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Y = a + bX
keterangan:
Y = peubah tak bebas (pengukuran objek di lapang)
X = peubah bebas (pengukuran objek di citra)
a = konstanta
b = kemiringan

20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Fusi pada Citra Quickbird


Analisis visual kenampakan objek pada citra pankromatik, citra
multispektral, dan citra fusi disajikan pada Gambar 6 dan Tabel 9.

Objek

Pemukiman

Sawah

Hutan

Tegalan

Kebun campuran

Tanah kosong

Badan air

Pankromatik

Multispektral

Fusi

21

Objek

Pankromatik

Multispektral

Fusi

Kebun teh 2

Jalan raya

Rumput

Kebun teh 1

Sungai

Gambar 6. Kenampakan Objek Citra Quickbird pada Citra Pankromatik, Citra


Multispektral, dan Citra Fusi
Tabel 9. Tabel kenampakan objek pada citra pankromatik, citra multispektral, dan
citra fusi
Objek
Pankromatik Multispektral Fusi
Pemukiman
VV
VV
VVV
Sawah
VV
VV
VVV
Hutan
VV
VV
VVV
Tegalan
VV
V
VVV
Kebun campuran VV
V
VVV
Tanah kosong
V
VV
VVV
Badan air
VV
VV
VVV
Kebun teh 2
V
VV
VVV
Jalan raya
VV
V
VVV
Rumput
V
VV
VVV
Kebun teh
V
VV
VVV
Sungai
VV
V
VVV
keterangan: V = cukup jelas, VV = jelas, VVV = Sangat jelas

22

Pada Gambar 6 dan Tabel 9 menunjukkan bahwa kenampakan objek pada


citra fusi sangat jelas untuk semua objek yang diidentifikasi. Hal ini terjadi karena
kombinasi citra pankromatik dan multispektral menghasilkan citra fusi yang
memberikan kenampakan objek yang berwarna dengan resolusi spasial yang lebih
tinggi. Secara teori, mata manusia dapat membedakan tingkat warna lebih banyak
daripada membedakannya dalam bentuk tingkat keabuan. Interpretasi pada citra
pankromatik jelas tampak pada gambar, namun hanya memiliki tingkat keabuan
saja. Sehingga identifikasi objek mengalami kendala dalam menentukan jenis
objek yang terdapat pada citra dari segi rona. Sedangkan interpretasi pada citra
multispektral cukup jelas tampak pada citra. Meskipun citra multispektral
memiliki keunggulan pada tingkat warna, namun memiliki kelemahan dari segi
ukuran. Lebih jelasnya, citra multispektral memiliki resolusi spektral yang lebih
rendah dibandingkan dengan citra pankromatik.
Persentase kenampakan sangat jelas (VVV) pada citra fusi mencapai
100%. Hal ini menunjukkan bahwa interpretasi objek lebih mudah dilakukan pada
citra fusi. Sedangkan pada citra pankromatik dan citra multispektral, kemudahan
interpretasi termasuk ke dalam kategori jelas (VV) dan cukup jelas (V) masingmasing sebesar 67% dan 33% (Tabel 10). Persentase kenampakan pada citra
pankromatik, citra multispektral, dan citra fusi disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Persentase kenampakan pada citra pankromatik, citra multispektral, dan
citra fusi
Kenampakan objek Pankromatik Multispektral Fusi
V
33%
33%
0%
VV
67%
67%
0%
VVV
0%
0%
100%
4.2. Interpretasi Penggunaan/Penutupan Lahan pada Citra Landsat dan
Citra Quickbird
Tipe penggunaan/penutupan lahan yang diinterpretasi dari citra Landsat
dan citra Quickbird berjumlah masing-masing 8 dan 12 klasifikasi. Adapun
karakteristik masing-masing tipe penggunaan/penutupan lahan citra dan di lapang
diuraikan sebagai berikut.

23

Pemukiman pada citra Landsat memiliki bentuk yang menyerupai bidang


datar dengan pola mengelompok dan memanjang di pinggir jalan dan sungai.
Umumnya bertekstur halus dan berwarna merah keungu-unguan. Pemukiman
pada citra Quickbird tergambar jelas, baik letak, jarak, susunan, dan kondisinya.
Kepadatan pemukiman juga terlihat jelas terutama di wilayah yang datar. Tekstur
pemukiman pada citra tergolong agak kasar serta warnanya yang tergantung dari
jenis atap yang digunakan. Di lapangan, pemukiman meliputi tempat tinggal,
pertokoan, perkantoran, rumah ibadah, serta pabrik.
Sawah pada citra Landsat bertekstur halus serta berwarna hijau muda,
magenta dan biru. Polanya mengelompok terutama di daerah yang memiliki
pasokan air irigasi yang cukup. Sedangkan sawah pada citra Quickbird lebih
mudah dikenali karena petakan, saluran irigasi, dan teras sawah terlihat jelas.
Tekstur dan warna kenampakannya beragam tergantung dari kondisi sawah dan
fase perkembangan tanaman padi. Di lapangan, sawah meliputi sawah irigasi dan
sawah tadah hujan.
Tegalan pada citra Landsat didominasi oleh warna magenta dengan
campuran hijau, putih dan kuning. Bertekstur agak kasar serta berpola
mengelompok berdampingan dengan penggunaan/penutupan lahan yang lain
seperti sawah, pemukiman, dan kebun campuran. Pada citra Quickbird, tegalan
memiliki tekstur dan pola yang sama dengan citra Landsat. Warna tegalan pun
tergantung pada kondisi tanaman yang dibudidayakan. Di lapangan, tegalan
dominan ditanami oleh tanaman palawija dan tanaman hortikultura.
Kebun campuran berwarna hijau bercampur magenta pada citra Landsat.
Bertekstur

kasar

serta

berpola

menyebar

dan

bercampur

dengan

penutupan/penggunaan lahan lainnya. Pada citra Quickbird, kebun campuran


berwarna hijau dan polanya menyebar lebih merata dibandingkan pada citra
Landsat. Teksturnya kasar serta ukuran tajuk pohon terlihat jelas pada citra. Di
lapangan, kebun campuran umumnya berbentuk wanatani (agroforestri).
Hutan pada citra Landsat berwarna hijau gelap serta bertekstur kasar.
Polanya mengelompok dan terletak di daerah dataran tinggi dan pegunungan. Igirigir yang terdapat di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat dilihat dengan
jelas. Sedangkan hutan pada citra Quickbird bertekstur kasar karena ukuran dan

24

jarak tajuk yang terlihat jelas. Kenampakan pola dan warna hutan pada citra
Quickbird sama dengan yang ada pada citra Landsat. Di lapangan, hutan terdapat
di sekitar kaki gunung dan daerah reservoir.
Kebun teh pada citra Landsat bertekstur halus, berpola mengelompok,
serta berwarna hijau muda dan magenta. Terletak di dataran tinggi dan
bersebelahan dengan penutupan/penggunaan lahan yang lainnya seperti hutan,
kebun campuran dan pemukiman. Pada citra Quickbird, kebun teh bertekstur agak
kasar, berwarna hijau muda dan berpola mengelompok. Kondisi perkembangan
tanaman teh dapat terlihat jelas. Di lapangan, kebun teh terletak di dataran tinggi
dan sekitar lereng pegunungan.
Tanah kosong terlihat berwarna merah dan ungu pada citra Landsat.
Teskturnya

halus

dan

memiliki

pola

mengelompok.

Terletak

diantara

penutupan/penggunaan yang lain seperti hutan dan kebun teh. Pada citra
Quickbird, lahan terbuka terlihat berwarna kuning kecoklatan dan bertekstur
halus. Berpola menyebar dan hampir merata di sepanjang daerah penelitian. Di
lapangan, tanah lapang dikategorikan ke tanah kosong.
Badan air pada citra Landsat berwarna biru dan bertekstur halus serta
mempunyai pola menyebar terutama di daerah cekungan. Sedangkan pada citra
Quickbird, badan air bertekstur halus, berwarna hitam, dan memiliki pola yang
sama dengan citra Landsat. Badan air di lapangan berupa situ dan kolam.
Selain penutupan/penggunaan lahan yang telah dijelaskan diatas, ada
beberapa penutupan/penggunaan lahan yang tidak teridentifikasi pada citra
Landsat, tetapi dapat diinterpretasi pada citra Quickbird. Penutupan/penggunaan
lahan tersebut antara lain rumput, sungai, jalan raya, serta kebun teh 2.
Rumput pada citra Quickbird berwarna hijau, bertekstur halus, serta
berpola menyebar. Sebagian rumput ada yang ditanam, sebagian lagi merupakan
rumput alami (tanpa campur tangan manusia). Di lapangan, rumput meliputi
rumput budidaya (ditanami) dan rumput alami.
Sungai memiliki tekstur yang halus, berwarna hitam, serta berpola
memanjang dan berkelok-kelok (meander) pada citra Quickbird. Sungai di
lapangan terdiri dari sungai induk dan anak sungai.

25

Jalan raya pada citra Quickbird bertekstur agak halus dan berwarna abuabu. Polanya pun umumnya memanjang, akan tetapi sebagian ada yang lurus dan
ada yang berkelok-kelok tergantung pada kondisi geomorfologi medan. Di
lapangan, jalan raya dibagi menjadi jalan tol, jalan lokal, dan jalan kecamatan.
Kebun teh 2 yang terdapat pada citra Quickbird merupakan istilah yang
digunakan untuk kenampakan kebun teh yang sedang mengalami masa
pemangkasan. Memiliki tekstur yang agak kasar serta warna yang hijau agak
kecokelatan. Polanya pun mengelompok dan berada tidak jauh dari kebun teh. Di
lapangan, kebun teh 2 mengalami pergantian pemotongan secara berkala.
Contoh kenampakan objek pada citra Landsat, Quickbird dan lapang
disajikan pada Gambar 7.

Interpretasi
Badan Air

Hutan

Kebun campuran

Kebun teh 1

Pemukiman

Landsat

Quickbird

Lapang

26

Interpretasi
Sawah

Landsat

Quickbird

Lapang

Tanah kosong

Tegalan

Jalan raya

Sungai

Rumput

Kebun teh 2

Gambar 7. Contoh Kenampakan Objek Pada Citra Landsat, Quickbird, dan


Lapang

27

4.3. Akurasi Hasil Interpretasi Penggunaan/Penutupan Lahan dari Citra


Quickbird
Tabel nilai overall accuracy dan kappa dari citra Quickbird, masingmasing disajikan pada Tabel 11 dan Tabel 12

Tabel 11. Nilai overall accuracy dari citra Quickbird


KS
KK
Kc

Sw

Tg

Pm

Ht

Kt 1

Rm

Tk

Sg

Jr

Kt 2

To

Ba

UA

Kc

14

15

93%

Sw

89%

Tg

60%

Pm

40

41

98%

Ht

100%

Kt 1

100%

Rm

100%

Tk

12

67%

Sg

100%

Jr

100%

Kt 2

100%

Ba

100%

To

16

40

100

PA

88%

100%

50%

100%

100%

100%

75%

89%

100%

100%

100%

50%

Keterangan:
KK
KS
Kc
Sw
Tg
Pm
Ht
Kt 1
Rm

= Kategori Klasifikasi
= Klasifikasi Sebenarnya
= Kebun campuran
= Sawah
= Tegalan
= Pemukiman
= Hutan
= Kebun teh 1
= Rumput

Tk
Sg
Jr
Kt 2
Ba
To
PA
UA

= Tanah kosong
= Sungai
= Jalan raya
= Kebun teh 2
= Badan air
= Total
= Producers Accuracy
= Users Accuracy

28

Tabel 12. Nilai kappa dari citra Quickbird


KS
KK
Kc

Sw

Tg

Pm

Ht

Kt 1

Rm

Tk

Sg

Jr

Kt 2

To

Ba

UA

Kc

14

15

93%

Sw

89%

Tg

60%

Pm

40

41

98%

Ht

100%

Kt 1

100%

Rm

100%

Tk

12

67%

Sg

100%

Jr

100%

Kt 2

100%

Ba

100%

To

16

40

100

PA

88%

100%

50%

100%

100%

100%

75%

89%

100%

100%

100%

50%

Keterangan:
KK
KS
Kc
Sw
Tg
Pm
Ht
Kt 1
Rm

= Kategori Klasifikasi
= Klasifikasi Sebenarnya
= Kebun campuran
= Sawah
= Tegalan
= Pemukiman
= Hutan
= Kebun teh 1
= Rumput

Tk
Sg
Jr
Kt 2
Ba
To
PA
UA

= Tanah kosong
= Sungai
= Jalan raya
= Kebun teh 2
= Badan air
= Total
= Producers Accuracy
= Users Accuracy

Pada Tabel 11 menunjukkan nilai overall accuracy pada interpretasi citra


Quickbird sebesar 91%, berarti secara keseluruhan persentase kebenaran nilai
piksel yang diklasifikan dianggap tepat. Dan pada Tabel 12 menunjukkan nilai

29

kappa pada interpretasi citra Quickbird sebesar 0,89, berarti interpretasi


penggunaan/penutupan lahan pada citra Quickbird dianggap teliti.
Perbedaan nilai overall accuracy dengan nilai kappa disebabkan oleh
persamaan matematika yang digunakan dalam masing-masing rumus. Dapat
dilihat pada Tabel 11, perhitungan nilai overall accuracy hanya melibatkan total
klasifikasi (kuning) dan jumlah kolom ketepatan klasifikasi (biru). Hal ini
menyebabkan angka faktor pembilang lebih besar pada perhitungan nilai overall
accuracy. Sedangkan pada Tabel 12 menunjukkan perhitungan nilai kappa tidak
hanya melibatkan total klasifikasi dan jumlah ketepatan klasifikasi. Namun, total
klasifikasi pada kategori klasifikasi dan klasifikasi sebenarnya juga diikut sertakan
dalam proses perhitungan. Sehingga angka faktor pembilang pada nilai kappa
lebih kecil dibandingkan dengan angka faktor pembilang nilai overall accuracy.

4.4. Perbandingan Keluaran (Output) dari Interpretasi melalui Citra Landsat


dan Citra Quickbird
Dari hasil interpretasi visual dari citra Landsat dan citra Quickbird,
diperoleh peta penggunaan/penutupan lahan citra Landsat (Gambar 8) dan peta
penggunaan/penutupan lahan citra Quickbird (Gambar 9). Masing-masing peta
penggunaan/penutupan lahan dilengkapi data luas, persentase, dan jumlah poligon
yang akan dibandingkan keluarannya (output) dari citra Landsat dan citra
Quickbird.

30

Gambar 8. Peta Penggunaan/Penutupan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS)


Ciliwung Hulu (Landsat)

31

Gambar 9. Peta Penggunaan/Penutupan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS)


Ciliwung Hulu (Quickbird)

32

4.4.1. Luas
dan
Jumlah
Poligon
dari
Masing-Masing
Penggunaan/Penutupan Lahan dari Citra Landsat dan Citra
Quickbird
Jumlah kelas penggunaan/penutupan lahan dari citra Landsat dan citra
Quickbird masing-masing 8 kelas dan 11 kelas. Juga dengan luas dari masingmasing kelas berbeda seperti yang disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Perbandingan


jumlah
kelas
penggunaan/penutupan lahan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Citra Landsat
Luas
Tipe LU/LC
(Ha)
(%)

dan

luas

masing-masing

Citra Quickbird
Luas
Tipe LU/LC
(Ha)
(%)

Pemukiman

1601.30

23.75

Pemukiman

1010.73

14.99

Sawah

1525.65

22.63

Sawah

1260.08

18.69

Tegalan
Kebun
Campuran
Hutan

1296.13

19.22

1232.97

18.29

1145.40

16.99

1789.79

26.55

863.31

12.80

Tegalan
Kebun
Campuran
Hutan

773.43

11.47

Kebun Teh

295.18

4.38

Kebun Teh

265.82

3.94

12.94

0.19

Tanah Kosong

109.15

1.62

2.43

0.04

Badan Air

Tanah Kosong
Badan Air

Total

6742.34

100.00

2.79

0.04

Rumput

209.54

3.11

Sungai

49.91

0.74

Jalan Raya

38.17

0.57

Total

6742.39

100.00

Pada Tabel 13 menunjukkan perbedaan jumlah klasifikasi antara citra


Landsat dan citra Quickbird terjadi karena informasi penggunaan/penutupan lahan
pada citra Quickbird lebih detail jika dibandingkan dengan citra Landsat. Salah
satu faktor yang menyebabkan perbedaan ini adalah nilai resolusi spasial yang
berlainan.
Perbedaan luas yang terjadi pada beberapa poligon yang sama disebabkan
karena detail lekukan dalam digitasi. Dapat kita lihat pada Tabel 13, luas poligon
yang dominan pada citra Landsat adalah pemukiman (1601,30 ha). Sedangkan
pada citra Quickbird, luas poligon yang dominan adalah kebun campuran
(1789,79 ha).

33

Perbedaan jumlah poligon citra Landsat dengan citra Quickbird terjadi


karena pengaruh resolusi spasial, skala, dan unsur interpretasi. Sebagai contoh,
pemukiman pada citra Landsat terlihat menyatu sehingga batas antara pemukiman
yang satu dengan yang lain tidak terlihat. Sedangkan pada citra Quickbird,
pemukiman dapat diinterpretasi baik struktur dan bentuknya karena batas
pemukiman terlihat jelas. Hal ini lah yang mengakibatkan jumlah poligon pada
citra Quickbird lebih banyak jika dibandingkan dengan citra Landsat.
Tingkat kedetailan informasi penggunaan/penutupan lahan dapat diperoleh
dari jumlah poligon disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Jumlah dan persentase poligon pada citra Landsat dan citra Quickbird
Citra Landsat
No.

Tipe LU/LC

1 Badan Air
2 Hutan
Kebun
3
Campuran
4 Kebun Teh
5 Pemukiman
6 Sawah
7 Tanah Kosong
8 Tegalan
9
10
11
12
Total

Citra Quickbird

%
Tipe LU/LC
%
Poligon
Poligon
2
3.39 Badan Air
22
0.23
6 10.17 Hutan
21
0.22
Kebun
11 18.64
2114 21.75
Campuran
3
5.08 Kebun Teh 1
7
0.07
15 25.42 Pemukiman
4114 42.32
15 25.42 Sawah
562
5.78
1
1.69 Tanah Kosong
699
7.19
6 10.17 Tegalan
1127 11.59
Rumput
1045 10.75
Sungai
6
0.06
Jalan Raya
3
0.03
Kebun Teh 2
1
0.01
59 100.00 Total
9721 100.00

4.4.2. Konsistensi Tipe Penggunaan/Penutupan Lahan yang Bersumber dari


Citra Landsat dan Citra Quickbird
Pada Tabel 15 menunjukkan bahwa tiga poligon hutan di citra Landsat
terdiri dari tujuh kelas penggunaan/penutupan lahan dari citra Quickbird yaitu
hutan, kebun teh 1, tegalan, sawah, kebun campuran, pemukiman, dan tanah
kosong. Penggunaan/penutupan lahan hutan pada citra Landsat di ketiga ukuran
poligon (L, M, S) didominasi oleh penggunaan/penutupan lahan hutan pada citra
Quickbird masing-masing sebesar 92,63%, 84,13%, dan 98,35%. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat konsistensi penggunaan/penutupan lahan hutan

34

antara citra Landsat dan Quickbird termasuk dalam kategori sangat konsisten.
Faktor yang mempengaruhi tingkat konsistensi ini adalah tingginya tingkat
homogenitas tipe penggunaan/penutupan lahan. Yang dimaksud dengan tingkat
homogenitas

disini

adalah

mengelompoknya

salah

satu

tipe

penggunaan/penutupan lahan dalam suatu cakupan wilayah.

Tabel 15. Konsistensi hutan yang bersumber dari citra Landsat dan citra
Quickbird
Besar (L)
Luas
(ha)
(%)
Hutan
393.42 92.63
Kebun Teh 1
20.66 4.86
Tegalan
5.53 1.30
Sawah
3.37 0.79
Kebun Campuran
1.68 0.40
Pemukiman
0.09 0.02
Tanah Kosong

No. Landsat Quickbird


1

Hutan

Sedang (M)
Luas
(ha) (%)
27.92 84.13
1.90 5.72
2.38 7.19
0.74 2.22
0.21 0.63
0.02 0.07
0.01 0.03

Kecil (S)
Luas
(ha) (%)
9.51 98.35
0.01
0.15

0.06
1.59

Pada Tabel 16 menunjukkan bahwa tiga poligon kebun campuran di citra


Landsat terdiri dari sembilan kelas penggunaan/penutupan lahan dari citra
Quickbird yaitu kebun campuran, tegalan, pemukiman, sawah, rumput, tanah
kosong, sungai, jalan raya, dan hutan. Penggunaan/penutupan lahan kebun
campuran pada citra Landsat di ketiga ukuran poligon (L, M, S) didominasi oleh
penggunaan/penutupan lahan kebun campuran pada citra Quickbird masingmasing sebesar 50,77%, 35,44%, dan 37,78%. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat konsistensi penggunaan/penutupan lahan kebun campuran antara citra
Landsat dan Quickbird termasuk dalam kategori konsisten (L) dan agak konsisten
(M dan S). Faktor yang mempengaruhi tingkat konsistensi ini adalah rendahnya
tingkat homogenitas tipe penggunaan/penutupan lahan.
Pada poligon kebun campuran ukuran L (Landsat) didominasi oleh kebun
campuran, tegalan, dan pemukiman (Quickbird). Selanjutnya pada ukuran M
didominasi oleh kebun campuran, tegalan, dan sawah. Pada ukuran S didominasi
oleh kebun campuran, sawah, dan tegalan. Hal ini sangat mungkin terjadi karena
keempat tipe penggunaan/penutupan lahan tersebut saling membaur satu sama lain

35

sehingga sulit dibedakan di citra Landsat tetapi mudah dibedakan pada citra
Quickbird.

Tabel 16. Konsistensi kebun campuran yang bersumber dari citra Landsat dan
citra Quickbird
Besar (L)
No. Landsat
Quickbird
Luas
(ha)
(%)
2
Kebun Campuran Kebun Campuran 173.97 50.77
Tegalan
82.03 23.94
Pemukiman
45.21 13.19
Sawah
15.47 4.52
Rumput
12.97 3.78
Tanah Kosong
7.94 2.32
Sungai
2.98 0.87
Jalan Raya
2.09 0.61
Hutan

Sedang (M)
Luas
(ha) (%)
36.64 35.44
21.22 20.52
8.27 8.00
15.38 14.87
6.81 6.58
1.19 1.15
1.04 1.00

Kecil (S)
Luas
(ha) (%)
17.51 37.78
9.02 19.46
1.46 3.14
10.46 22.56
0.35 0.76
0.24 0.51

12.86 12.43

7.32 15.80

Pada Tabel 17 menunjukkan bahwa tiga poligon kebun teh di citra Landsat
terdiri dari sembilan kelas penggunaan/penutupan lahan dari citra Quickbird yaitu
kebun teh 1, hutan, tegalan, kebun campuran, pemukiman, sawah, kebun teh 2,
tanah kosong, dan rumput. Penggunaan/penutupan lahan kebun teh pada citra
Landsat

di

ketiga

ukuran

poligon

(L,

M,

S)

didominasi

oleh

penggunaan/penutupan lahan kebun teh pada citra Quickbird, masing-masing


sebesar 66,19%, 71,16%, dan 92,24%. Penggunaan/penutupan lahan kebun teh
pada citra Landsat di ketiga ukuran poligon (L, M, S) didominasi oleh
penggunaan/penutupan lahan kebun teh 1 pada citra Quickbird, masing-masing
sebesar 66,19%, 71,16%, dan 92,94%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
konsistensi penggunaan/penutupan lahan kebun teh antara citra Landsat dan
Quickbird termasuk dalam kategori konsisten (L dan M) dan sangat konsisten (S).
Sama seperti penggunaan/penutupan lahan hutan, faktor yang mempengaruhi
tingkat konsistensi ini adalah tingkat homogenitas tipe penggunaan/penutupan
lahan yang cukup tinggi.

36

Tabel 17. Konsistensi kebun teh yang bersumber dari citra Landsat dan citra
Quickbird
Besar (L)
Luas
(ha)
(%)
Kebun Teh Kebun Teh 1
128.71 66.19
Hutan
26.77 13.77
Tegalan
19.51 10.04
Kebun Campuran 14.67 7.54
Pemukiman
2.67 1.37
Sawah
1.74 0.90
Kebun Teh 2
0.20 0.10
Tanah Kosong
0.18 0.09
Rumput

No. Landsat
3

Quickbird

Sedang (M)
Luas
(ha)
(%)
43.94 71.16
13.55 21.95
1.62 2.62
1.73 2.80
0.16 0.26
0.71 1.15

0.04

Kecil (S)
Luas
(ha) (%)
36.23 92.94
1.84 4.71

0.36

0.92

0.56

1.43

0.07

Pada Tabel 18 menunjukkan bahwa tiga poligon tegalan di citra Landsat


terdiri dari sebelas kelas penggunaan/penutupan lahan dari citra Quickbird yaitu
tegalan, kebun campuran, sawah, pemukiman, tanah kosong, rumput, jalan raya,
badan air, sungai, kebun teh 1, dan hutan. Penggunaan/penutupan tegalan pada
citra Landsat di ketiga ukuran poligon (L, M, S) didominasi oleh
penggunaan/penutupan lahan tegalan pada citra Quickbird, masing-masing
sebesar 51,06%, 45,33%, dan 30,20%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
konsistensi penggunaan/penutupan lahan tegalan antara citra Landsat dan citra
Quickbird termasuk dalam kategori konsisten (L) dan agak konsisten (M dan S).
Faktor yang mempengaruhi tingkat konsistensi ini adalah rendahnya tingkat
homogenitas tipe penggunaan/penutupan lahan.
Pada poligon tegalan ukuran L (Landsat) didominasi oleh tegalan, kebun
campuran, dan sawah (Quickbird). Selanjutnya pada ukuran M didominasi oleh
tegalan, kebun campuran, pemukiman, dan sawah. Pada ukuran S didominasi oleh
tegalan dan kebun campuran. Hal ini mungkin terjadi karena keempat tipe
penggunaan/penutupan lahan tersebut saling membaur satu dengan yang lain
sehingga sulit dibedakan di citra Landsat tetapi mudah dibedakan pada citra
Quickbird.

37

Tabel 18. Konsistensi tegalan yang bersumber dari citra Landsat dan citra
Quickbird
Besar (L)
Luas
(ha)
(%)
Tegalan
220.84 51.06
Kebun Campuran 118.30 27.35
Sawah
55.51 12.83
Pemukiman
26.16 6.05
Tanah Kosong
8.73 2.02
Rumput
2.59 0.60
Jalan Raya
0.19 0.04
Badan Air
0.18 0.04
Sungai
0.05 0.01
Kebun Teh 1
Hutan

No. Landsat Quickbird


4

Tegalan

Sedang (M)
Luas
(ha) (%)
92.99 45.33
51.85 25.28
22.98 11.20
25.08 12.22
4.30 2.09
7.95 3.88

Kecil (S)
Luas
(ha)
(%)
15.72 30.20
13.51 25.96
3.90 7.50
3.98 7.65
0.34 0.65

12.10 23.25
2.49 4.79

Pada Tabel 19 menunjukkan bahwa tiga poligon sawah di citra Landsat


terdiri dari sembilan kelas penggunaan/penutupan lahan dari citra Quickbird yaitu
sawah, kebun campuran, pemukiman, tegalan, sungai, rumput, tanah kosong, jalan
raya, dan badan air. Penggunaan/penutupan sawah pada citra Landsat di ketiga
ukuran poligon (L, M, S) didominasi oleh penggunaan/penutupan lahan sawah
dan kebun campuran, masing-masing sebesar 43,28%, 55,85%, dan 30,37%. Hal
ini menunjukkan bahwa tingkat konsistensi penggunaan/penutupan lahan sawah
antara citra Landsat dan citra Quickbird termasuk kedalam kategori agak
konsisten (L dan S) dan konsisten (M). Sama seperti penggunaan/penutupan lahan
kebun campuran dan tegalan, faktor yang mempengaruhi tingkat konsistensi ini
adalah rendahnya tingkat homogenitas tipe penggunaan/penutupan lahan.
Pada poligon sawah ukuran L (Landsat) didominasi oleh sawah, kebun
campuran, dan pemukiman (Quickbird). Selanjutnya pada ukuran M didominasi
oleh sawah, kebun campuran, pemukiman, dan tegalan. Pada ukuran S didominasi
oleh kebun campuran, sawah, pemukiman, dan sungai. Hal ini mungkin terjadi
karena kelima tipe penggunaan/penutupan lahan tersebut saling membaur satu
dengan yang lain sehingga sulit dibedakan di citra Landsat tetapi mudah
dibedakan pada citra Quickbird.

38

Tabel 19. Konsistensi sawah yang bersumber dari citra Landsat dan citra
Quickbird
Besar (L)
Luas
(ha)
(%)
Sawah
227.15 43.28
Kebun Campuran 147.49 28.10
Pemukiman
54.80 10.44
Tegalan
43.46 8.28
Sungai
24.30 4.63
Rumput
14.67 2.79
Tanah Kosong
9.10 1.73
Jalan Raya
3.61 0.69
Badan Air
0.31 0.06

No. Landsat Quickbird


5

Sawah

Sedang (M)
Luas
(ha) (%)
48.25 55.85
21.24 24.58
9.02 10.44
9.02 10.44
0.26
0.23

Kecil (S)
Luas
(ha) (%)
5.68 27.03
6.38 30.37
4.85 23.11

2.63 12.51
0.30 0.91 4.33
0.26 0.23 1.09
0.33

1.56

Pada Tabel 20 menunjukkan bahwa pemukiman di citra Landsat terdiri


dari sebelas kelas penggunaan/penutupan lahan dari citra Quickbird yaitu
pemukiman, kebun campuran, tegalan, sawah, rumput, tanah kosong, jalan raya,
hutan, sungai, badan air, dan kebun teh 1. Penggunaan/penutupan lahan
pemukiman pada citra Landsat di ketiga ukuran poligon (L, M, S) didominasi oleh
penggunaan/penutupan lahan pemukiman, tegalan, dan kebun campuran pada citra
Quickbird, masing-masing sebesar 35,96%, 29,84%, dan 36,28%. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat konsistensi penggunaan/penutupan lahan pemukiman
antara citra Landsat dan Quickbird termasuk dalam kategori agak konsisten (L dan
S) dan tidak konsisten (M). Sama seperti penggunaan/penutupan lahan sawah,
kebun campuran dan tegalan, faktor yang mempengaruhi tingkat konsistensi ini
adalah rendahnya tingkat homogenitas tipe penggunaan/penutupan lahan.
Pada poligon pemukiman ukuran

L (Landsat) didominasi

oleh

pemukiman, kebun campuran, dan tegalan (Quickbird). Selanjutnya pada ukuran


M didominasi oleh tegalan, pemukiman, dan kebun campuran. Pada ukuran S
didominasi oleh kebun campuran, sawah, pemukiman, dan tegalan. Hal ini
mungkin terjadi karena keempat tipe penggunaan/penutupan lahan tersebut saling
membaur satu dengan yang lain sehingga sulit dibedakan di citra Landsat tetapi
mudah dibedakan pada citra Quickbird.

39

Tabel 20. Konsistensi pemukiman yang bersumber dari citra Landsat dan citra
Quickbird
Besar (L)
Luas
(ha)
(%)
Pemukiman Pemukiman
250.23 35.96
Kebun Campuran 188.00 27.01
Tegalan
98.15 14.10
Sawah
61.82 8.88
Rumput
48.73 7.00
Tanah Kosong
29.18 4.19
Jalan Raya
9.14 1.31
Hutan
5.34 0.77
Sungai
4.88 0.70
Badan Air
0.49 0.07
Kebun Teh 1

No. Landsat
6

Quickbird

Sedang (M)
Luas
(ha) (%)
8.61 20.12
7.90 18.46
12.77 29.84
2.22 5.19

Kecil (S)
Luas
(ha) (%)
3.61 25.29
5.17 36.28
1.61 11.31
3.82 26.80

1.30

3.03 0.05

1.30

3.03

0.32

9.55 22.32

Pada Tabel 21 menunjukkan bahwa dua poligon badan air di citra Landsat
terdiri dari empat kelas penggunaan/penutupan lahan dari citra Quickbird yaitu
tegalan, badan air, pemukiman, dan kebun campuran. Penggunaan/penutupan
lahan badan air pada citra Landsat di kedua ukuran poligon (L dan S) didominasi
oleh penggunan/penutupan lahan tegalan dan pemukiman pada citra Quickbird,
masing-masing sebesar 79,30% dan 62,37%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
konsistensi penggunaan/penutupan lahan badan air antara citra Landsat dan
Quickbird termasuk dalam kategori tidak konsisten (L) dan agak konsisten (S).
Faktor yang mempengaruhi tingkat konsistensi ini adalah rendahnya tingkat
homogenitas tipe penggunaan/penutupan lahan.
Pada poligon badan air ukuran L (Landsat) didominasi oleh tegalan dan
badan air (Quickbird). Pada ukuran S didominasi oleh pemukiman dan badan air.
Hal ini mungkin terjadi karena ketiga tipe penggunaan/penutupan lahan tersebut
saling membaur satu dengan yang lain sehingga sulit dibedakan di citra Landsat
tetapi mudah dibedakan pada citra Quickbird.

40

Tabel 21. Konsistensi badan air yang bersumber dari citra Landsat dan citra
Quickbird
No. Landsat
7

Quickbird

Badan Air Badan Air


Tegalan
Pemukiman
Kebun Campuran

Besar (L)
Sedang (M)
Luas
Luas
(ha) (%)
(ha) (%)
0.36 20.70
1.39 79.30

Kecil (S)
Luas
(ha) (%)
0.24 34.81
0.42 62.37
0.02 2.81

Pada Tabel 22 menunjukkan bahwa tanah kosong di citra Landsat terdiri


dari empat kelas penggunaan/penutupan lahan dari citra Quickbird yaitu kebun teh
2, kebun teh 1, hutan, dan kebun campuran. Penggunaan/penutupan lahan tanah
kosong pada citra Landsat di satu ukuran poligon (L) di dominasi oleh
penggunaan/penutupan lahan kebun teh 2 pada citra Quickbird sebesar 52,73%.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat konsistensi penggunaan/penutupan lahan
tanah kosong antara citra Landsat dan Quickbird termasuk dalam kategori tidak
konsisten (L). Faktor yang mempengaruhi tingkat konsistensi ini adalah
rendahnya tingkat homogenitas tipe penggunaan/penutupan lahan.
Pada poligon tanah kosong ukuran L (Landsat) didominasi oleh kebun teh
2 dan kebun teh 1 (Quickbird). Hal ini mungkin terjadi karena kedua tipe
penggunaan/penutupan lahan tersebut hanya terdeteksi di citra Quicbird sehingga
pada citra Landsat terinterpretasi sebagai penggunaan/penutupan lahan tanah
kosong.

Tabel 22. Konsistensi tanah kosong yang bersumber dari citra Landsat dan citra
Quickbird
Besar (L)
Sedang (M) Kecil (S)
No. Landsat
Quickbird
Luas
Luas
Luas
(ha) (%)
(ha) (%) (ha) (%)
7
Tanah Kosong Kebun Teh 2
6.82 52.73
Kebun Teh 1
5.04 38.93
Hutan
0.91 7.00
Kebun Campuran 0.17 1.33

Secara keseluruhan, konsistensi tipe penggunaan/penutupan lahan yang


bersumber dari citra Landsat dan citra Quickbird ditunjukkan pada Tabel 23. Tipe

41

penggunaan/penutupan lahan yang memiliki kekonsistenan yang tinggi adalah


hutan dan kebun teh. Sedangkan tipe penggunaan/penutupan lahan yang memiliki
kekonsistenan yang rendah adalah pemukiman dan badan air.

Tabel 23. Konsistensi tipe penggunaan/penutupan lahan yang bersumber dari citra
Landsat dan citra Quickbird
No.

Landsat

Quickbird

Besar (L)

Sedang (M)

Kecil (S)

Persen

Persen

Persen

(%)

Ket

(%)

Ket

(%)

Ket

Hutan

Hutan

92.63

SK

84.13

SK

98.35

SK

Kebun Campuran

Kebun Campuran

50.77

35.44

AK

37.78

AK

Kebun Teh

Kebun Teh

66.19

71.16

92.94

SK

Pemukiman

Pemukiman

35.96

AK

20.12

TK

25.29

TK

Sawah

Sawah

43.28

AK

55.85

27.03

AK

Tegalan

Tegalan

51.06

45.33

AK

30.2

AK

Badan Air

Badan Air

34.81

AK

Keterangan :
0 25%
25 50%
50 75%
75 100%
Faktor

20.7

TK

= Tidak konsisten (TK)


= Agak Konsisten (AK)
= Konsisten (K)
= Sangat Konsisten (SK)
yang

mempengaruhi

tingkat

kekonsistenan

tipe

penggunaan/penutupan lahan antara citra Landsat dan citra Quickbird adalah:


1. Ukuran poligon pada setiap tipe penggunaan/penutupan lahan
2. Homogenitas. Semakin tinggi konsistensi penggunaan/penutupan lahan
pada citra Quickbird, maka semakin homogen penyebaran tipe
penggunaan/penutupan lahannya. Sebaliknya, semakin rendah konsistensi
penggunaan/penutupan lahan pada citra Quickbird, semakin heterogen
penyebaran tipe penggunaan/penutupan lahannya.

4.4.3. Tingkat Kedetailan Klasifikasi Penggunaan/Penutupan Lahan dari


Citra Landsat dan Citra Quickbird
Pada ketelitian klasifikasi penggunaan/penutupan lahan, untuk citra
Landsat hanya memiliki satu level klasifikasi saja. Sedangkan untuk citra
Quickbird, memiliki empat level klasifikasi seperti yang ditampilkan pada Tabel

42

24 dan Gambar 10, 11, 12, 13, dan 14. Hal ini disebabkan karena kemampuan
citra Landsat dalam menyajikan informasi penggunaan/penutupan lahan lebih
sedikit dibandingkan dengan citra Quickbird. Sebaliknya, citra Quickbird mampu
menyajikan informasi penggunaan/penutupan lahan lebih detail dengan didukung
oleh resolusi citra yang tinggi sehingga objek yang tampak di permukaan bumi
lebih jelas dan dapat dikelompokkan ke level yang lebih tinggi. Faktor inilah yang
tidak dimiliki oleh citra Landsat.

Tabel 24. Pembagian Level Klasifikasi Penggunaan/Penutupan Lahan


Level Klasifikasi
I
1. Perkotaan atau Lahan
Terbangun

II
1.1. Pemukiman

III
1.1.1.Pemukiman Satu
Bangunan

1.1.2. Pemukiman
Beberapa Bangunan

1.1.3. Pemukiman
Kelompok

IV
1.1.1.1. Pemukiman Satu Bangunan
Pekarangan
1.1.1.2. Pemukiman Satu Bangunan
Non Pekarangan
1.1.2.1.Pemukiman Beberapa
Bangunan Padat
1.1.2.2.Pemukiman Beberapa
Bangunan Renggang
1.1.3.1. Pemukiman Mewah
1.1.3.2. Pemukiman Menengah

1.2. Perdagangan
dan Jasa

1.1.4. Tempat Tinggal


Sementara
1.2.1. Perdagangan
1.2.2. Jasa

1.1.3.3.Pemukiman Swadaya Padat


Penduduk
1.1.4.1. Pondok
1.2.1.1. Pertokoan
1.2.2.1. Perkantoran
1.2.2.2. Rumah Ibadah

1.3. Perindustrian

1.3.1. Pabrik Pengolahan

1.3.1.1. Pabrik Pengolahan Kimia

1.4. Prasarana
Transportasi

1.4.1. Jalan Raya

1.4.1.1. Jalan Tol


1.4.1.2. Jalan Lokal
1.4.1.3. Jalan Kecamatan

2. Lahan Pertanian

2.1. Tanaman
Semusim

2.1.1. Sawah

2.1.1.1. Sawah Vegetatif


2.1.1.2. Sawah Digenangi
2.1.1.3. Sawah Bera

2.1.2. Tegalan

2.1.2.1. Tegalan Masa Awal Tanam


2.1.2.2. Tegalan Masa Vegetatif

3. Lahan Bervegetasi
Alamiah
4. Perairan

5. Lahan Gundul

2.2. Wanatani

2.2.1. Kebun Campuran

3.1. Tanaman
Rumputan
4.1. Perairan Darat

3.1.1. Rumput

2.2.1.1.Kebun Campuran
Berkerapatan Tinggi
2.2.1.2.Kebun Campuran
Berkerapatan Rendah
3.1.1.1. Rerumputan

4.1.1. Sungai

4.1.1.1. Sungai Permanen

4.1.2. Kolam

4.1.2.1. Kolam Ikan

5.1.1. Lahan Kosong

5.1.1.1. Tanah Kosong

5.1. Lahan Tidur

5.1.1.2. Tanah Lapang

43

Gambar 10. Peta Penggunaan/Penutupan Lahan Level 1 (Landsat)

44

Gambar 11. Peta Penggunaan/Penutupan Lahan Level 1 (Quickbird)

45

Gambar 12. Peta Penggunaan/Penutupan Lahan Level 2 (Quickbird)

46

Gambar 13. Peta Penggunaan/Penutupan Lahan Level 3 (Quickbird)

47

Gambar 14. Peta Penggunaan/Penutupan Lahan Level 4 (Quickbird)

48

4.5. Hubungan antara Pengukuran Objek pada Citra Quickbird dengan


Pengukuran Lapang
Hasil pengukuran objek pada citra Quickbird dan pengukuran lapang
disajikan pada Tabel 25. Pada Gambar 15 menunjukkan nilai regresi (R) antara
pengukuran objek pada citra Quickbird dengan pengukuran di lapang sebesar
0,983. Berarti pengukuran objek pada citra Quickbird layak mewakili pengukuran
objek di lapang. Sehingga data pengukuran objek pada citra Quickbird dapat
dipakai untuk mengetahui panjang dan lebar suatu objek di suatu wilayah serta
pengumpulan data pengukuran objek menjadi lebih efisien.

Tabel 25. Hasil pengukuran objek pada citra Quickbird dan pengukuran lapang
PLOT

X_COORD

Y_COORD

KETERANGAN

PNGKRN_LPN

PNGKRN_CTR

702407

9266070

Jln Kcmtn (Lbr)

6,20 m

6.81 m

702366

9266462

Jln Kmplk (Lbr)

4,70 m

4.75 m

702796

9266532

Jln Ds (Lbr)

3,20 m

4.54 m

702799

9266535

Jmbtn Ttn Ktlmp (Pnjng)

19,70 m

21.86 m

702804

9266540

Jmbtn Ttn Ktlmp (Lbr)

1.54 m

1.43 m

702382

9266637

Jln Kmplk (Lbr)

5,10 m

4.83 m

706060

9264425

Jln Ds (Lbr)

3,00 m

4.90 m

710296

9264941

Jln Ds (Lbr)

2,46 m

4.21 m

711809

9264225

Jln Ds (Lbr)

3,50 m

3.09 m

10

713122

9262227

Jln Ds (Lbr)

3,60 m

4.63 m

11

707537

9264007

Jmbtn Gdg (Pnjng)

27,75 m

28.81 m

12

707539

9264021

Jmbtn Gdg (Lbr)

4,42 m

4.63 m

13

706678

9263235

Jln Kcmtn (Lbr)

3,99 m

4.21 m

14

705893

9263066

Jln Kcmtn (Lbr)

5,90 m

5.52 m

15

705262

9262501

Jln Kcmtn (Lbr)

5,88 m

4.56 m

16

707390

9265936

Jln Kcmtn (Lbr)

4.62 m

5.05 m

17

712407

9260849

Jln Kcmtn (Lbr)

5.59 m

5.90 m

18

712412

9265206

Jln Kcmtn (Lbr)

2.90 m

3.76 m

19

703169

9266752

Jln Ds (Lbr)

3.12 m

3.05 m

20

713132

9260377

Jln Ds (Lbr)

3.88 m

3.15 m

49

Gambar 15.Grafik analisis regresi linier sederhana antara pengukuran objek pada
citra dengan pengukuran objek di lapang
keterangan:
X = Variabel pengukuran lapang
Y = Variabel pengukuran citra

50

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Interpretasi dan identifikasi objek pada citra fusi sangat jelas jika
dibandingkan dengan citra pankromatik dan citra multispektral
2. Detail lekukan digitasi serta faktor resolusi spasial, skala dan unsur
interpretasi, mempengaruhi jumlah kelas, luas, dan jumlah poligon pada
citra Landsat dan citra Quickbird
3. Tinggi rendahnya konsistensi tipe penggunaan/penutupan lahan yang
bersumber dari citra Landsat dan citra Quickbird, ditentukan oleh pola
penyebaran klasifikasi penggunaan/penutupan lahan itu sendiri (homogen
atau heterogen)
4. Dengan nilai overall accuracy sebesar 91% dan nilai kappa sebesar 0,89,
citra Quickbird memiliki ketelitian dan ketepatan interpretasi klasifikasi
yang cukup tinggi
5. Klasifikasi multiskala citra Quickbird memiliki level klasifikasi yang lebih
detail (4 level) dibandingkan dengan citra Landsat yang memiliki level
klasifikasi yang lebih umum (1 level)
6. Pengukuran objek pada citra Quickbird dinilai layak mewakili pengukuran
objek di lapang karena memiliki nilai R sebesar 0,983.

5.2. Saran
Perlunya

penelitian

lanjutan

tentang

perbandingan

klasifikasi

penggunaan/penutupan lahan multiskala antara citra satelit yang perbedaan


resolusi spasialnya tidak terlalu signifikan.

51

DAFTAR PUSTAKA
Anderson JR, Hardy EE, Roach JT, Witmer RE. 1976. A Land Use And Land
Cover Classification System For Use With Remote Sensor Data.
Geological Survey Professional Paper 964. United States Government
Printing Office, Washington.
Congalton RG. 2000. Putting the map back in map accuracy assessment. Di
dalam: Lunetta RS, Lyon JG, editor. Remote Sensing and GIS Accuracy
Assessment. Florida: CRC Press. hlm 1-11.
Drapper NR, Smith H. 1992. Analisis Regresi Terapan. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Hill P, Canagarajah N, Bull D. 2002. Image fusion using complex wavelets.
BMVC 487-496.
Ho PP, editor. 2009. Geoscience and Remote Sensing. Vucovar: In-Tech
Http:// www.geocomm.com. A Primer on Landsat7. Diakses 13 Oktober 2011.
Http:// www.geol.hu/data/online_help/UsingCNSpectralSharpening.html. Diakses
25 November 2011.
Http:// www.satimaging.com. LANDSAT Satellite Imagery and Satellite System
Specifications. Diakses 13 Oktober 2011.
Http://

www.satimaging.com. Quickbird Satellite


Specifications. Diakses 13 Oktober 2011.

Imagery

and

System

Janudianto. 2004. Analisis perubahan penggunaan/penutupan lahan dan


pengaruhnya terhadap debit maksimum-minimum di sub DAS Ciliwung
Hulu [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Jensen JR. 1986. Introductory Digital Image Processing. New Jersey: PrenticeHall, Englewood Cliffs.
Konecny G. 2003. Geoinformation: Remote Sensing, Photogrammetry, and
Geographic Information Systems. London and New York: Taylor &
Francis.
Lillesand TM, Kiefer RW. 1999. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Ed
ke-4. Dulbahri, Suharsono P, Hartono, Suharyadi, penerjemah; Sutanto,
penyunting. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari:
Remote Sensing and Image Interpretatiton.

52

Lisnawati Y, Wibowo A. 2007. Penggunaan citra Landsat ETM+ untuk


monitoring perubahan penggunaan lahan di kawasan Puncak. Jurnal
Penelitian Hutan Tanaman 4(2): 69-118.
Liu JG, Mason PJ. 2009. Essential Image Processing and GIS for Remote
Sensing. Chichester: John Wiley & Sons Ltd.
Martono DN. 2009. Aplikasi data penginderaan jauh dan sistem informasi
geografis untuk identifikasi tingkat keragaman penggunaan lahan. Di
dalam: Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI
2009); Yogyakarta, 20 Juni 2009. hlm D-27 D-32.
Martono DN. 2008. Aplikasi teknologi penginderaan jauh dan uji validasinya
untuk deteksi penyebaran lahan sawah dan penggunaan/penutupan lahan.
Di dalam: Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2008 (SNATI
2008); Yogyakarta , 21 Juni 2008. hlm G-47 - G-56.
Mitchell HB. 2010. Image Fusion: Theories, Techniques, and Applications. Berlin
Heidelberg: Springer-Verlag.
Nisak NSC. 2010. Analisa peningkatan resolusi spasial citra multispectral
menggunakan proses penggabungan dengan citra pankromatik. Studi
kasus: Kecamatan Gresik Kabupaten Gresik [tugas akhir]. Surabaya:
Program Studi Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Institut Teknologi Sepuluh November.
Parwati E, Carolita I, Effendy I. 2004. Aplikasi data Landsat dan SIG untuk
potensi lahan tambak di Kabupaten Banyuwangi. Jurnal Penginderaan
Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital 1(1):76-86.
Venus S. 2008. Klasifikasi penutupan lahan menggunakan citra satelit Quickbird
di Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Vrabel J. 1996. Multispectral imagery band sharpening study. Photogrammetric
Engineering & Remote Sensing. 62(9):1075-1083.
Wibowo PE. 2010. Identifikasi perubahan tutupan lahan Pulau Panggang, Pulau
Pramuka, dan Pulau Karya antara tahun 2004 dan tahun 2008 [tugas
akhir]. Bandung: Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut
Teknologi Bandung.
Yusnandar ME. 2004. Aplikasi analisis regresi non linear model kuadratik
terhadap produksi susu kambing peranakan etawah (PE) selama 90 hari
pertama laktasi. Informatika Pertanian 13:735-743.

53

LAMPIRAN

54

Lampiran 1. Tabel Uji Lapang


Titik

Koordinat X

Koordinat Y

Interpretasi Citra

Interpretasi Lapang

Keterangan

712944

9265020

Pemukiman

Pemukiman

Resort (Mega Training)

712903

9264984

Pemukiman

Pemukiman

Pemukiman Pekarangan

712898

9265029

Pemukiman

Pemukiman

Pemukiman Pekarangan

712212

9265352

Hutan

Hutan

Hutan Konservasi

712413

9265199

Pemukiman

Pemukiman

Pemukiman Pekarangan

712925

9264876

Hutan

Hutan

Hutan Konservasi

710835

9264446

Pemukiman

Pemukiman

Pemukiman Pekarangan

710922

9264387

Rumput

Rumput

Rumput Gajah

710774

9264369

Pemukiman

Pemukiman

Pemukiman Padat Penduduk

10

712369

9260885

Tegalan

Kebun Campuran

Kebun Pisang

11

712390

9260927

Tegalan

Tanah Kosong

Lapangan Bola

12

712425

9260787

Pemukiman

Pemukiman

Pemukiman Padat Penduduk

13

705188

9263142

Pemukiman

Pemukiman

Pemukiman Padat Penduduk

14

705179

9263079

Pemukiman

Pemukiman

Pemukiman Padat Penduduk

15

705233

9263091

Pemukiman

Pemukiman

Pemukiman Padat Penduduk

16

702426

9266085

Pemukiman

Pemukiman

Pabrik (Unitex)

17

702330

9266101

Pemukiman

Pemukiman

Pemukiman Padat Penduduk

18

702402

9266071

Kebun Campuran

Kebun Campuran

Kebun Pisang dan Rambutan

19

702340

9266188

Kebun Campuran

Kebun Campuran

Kebun Pisang

20

702292

9266188

Tanah Kosong

Tanah Kosong

Lapangan Bola

21

702266

9266261

Tanah Kosong

Rumput

Rumput Gajah

22

702331

9266413

Pemukiman

Pemukiman

Komplek Perumahan

23

702375

9266445

Tanah Kosong

Tegalan

Ladang Talas dan Singkong

24

702516

9266332

Tanah Kosong

Tanah Kosong

Lapangan Bola

25

702391

9266585

Pemukiman

Pemukiman

Perumahan Griya Katulampa

26

702567

9266585

Sawah

Tegalan

Ladang Jagung dan Cabe

27

702497

9266578

Sawah

Sawah

Sawah Irigasi

28

702800

9266528

Pemukiman

Kebun Campuran

Kebun Pisang

29

702842

9266481

Pemukiman

Pemukiman

Pemukiman Padat Penduduk

30

702775

9266588

Tegalan

Tegalan

Ladang Singkong

31

703175

9266728

Sawah

Sawah

Sawah Irigasi

32

703164

9266687

Tegalan

Tegalan

Ladang Talas dan Singkong

33

703101

9266644

Kebun Campuran

Kebun Campuran

Kebun Pisang

34

705210

9263087

Pemukiman

Pemukiman

Pemukiman Padat Penduduk

35

705155

9263024

Kebun Campuran

Kebun Campuran

Kebun Pisang

36

705204

9263083

Jalan Raya

Jalan Raya

Jalan Kecamatan

37

705984

9262980

Pemukiman

Pemukiman

Kantor Pertanian Ciawi

38

705940

9263024

Tanah Kosong

Rumput

Lapangan Voli

39

705791

9263053

Tanah Kosong

Tanah Kosong

Lapangan Bola

40

705256

9263381

Pemukiman

Pemukiman

Pemukiman Padat Penduduk

55

Titik

Koordinat X

Koordinat Y

Interpretasi Citra

Interpretasi Lapang

Keterangan

41

705305

9263363

Tanah Kosong

Tanah Kosong

Lapangan Bola

42

705288

9263346

Kebun Campuran

Kebun Campuran

Kebun Pisang

43

705536

9264010

Pemukiman

Pemukiman

Pemukiman Padat Penduduk

44

705298

9263998

Jalan Raya

Jalan Raya

Jalan Tol

45

705504

9263892

Jalan Raya

Jalan Raya

Jalan Kabupaten

46

705683

9263986

Jalan Raya

Jalan Raya

Jalan Propinsi

47

705752

9263910

Kebun Campuran

Kebun Campuran

Kebun Pisang

48

705676

9263912

Pemukiman

Pemukiman

Pemukiman Padat Penduduk

49

706084

9264462

Sawah

Sawah

Sawah Irigasi

50

706041

9264401

Sawah

Sawah

Sawah Tadah Hujan

51

706040

9264458

Pemukiman

Pemukiman

Pemukiman Pekarangan

52

706641

9263247

Pemukiman

Pemukiman

Villa

53

706679

9263268

Rumput

Rumput

Rumput Gajah

54

706729

9263178

Pemukiman

Pemukiman

Pemukiman Padat Penduduk

55

707529

9264008

Kebun Campuran

Kebun Campuran

Kebun Pisang

56

707569

9263979

Pemukiman

Pemukiman

Pemukiman Padat Penduduk

57

707461

9264026

Sawah

Sawah

Sawah Tadah Hujan

58

708120

9264339

Rumput

Rumput

Rumput Gajah

59

708060

9264325

Kebun Campuran

Kebun Campuran

Kebun Pisang

60

707994

9264191

Tanah Kosong

Tanah Kosong

Lapangan Bola

61

709978

9264590

Pemukiman

Pemukiman

Outlet

62

710087

9264641

Rumput

Rumput

Rumput Gajah

63

709801

9264348

Pemukiman

Pemukiman

Pemukiman Padat Penduduk

64

710415

9264812

Pemukiman

Pemukiman

Pemukiman Padat Penduduk

65

710373

9264779

Sungai

Sungai

Kali Ciesek

66

710401

9264756

Kebun Campuran

Kebun Campuran

Kebun Pisang

67

710136

9265047

Pemukiman

Pemukiman

Pemukiman Pekarangan

68

710187

9265082

Tanah Kosong

Tanah Kosong

Lapangan Bola

69

710096

9265213

Pemukiman

Pemukiman

Pemukiman Padat Penduduk

70

710757

9264378

Pemukiman

Pemukiman

Pemukiman Padat Penduduk

71

710722

9264347

Rumput

Rumput

Rumput Gajah

72

710826

9264270

Tanah Kosong

Tanah Kosong

Lapangan Bola

73

711154

9264280

Pemukiman

Pemukiman

Pemukiman Padat Penduduk

74

711229

9264310

Kebun Campuran

Kebun Campuran

Kebun Pisang

75

711330

9264371

Sawah

Sawah

Sawah Irigasi

76

711663

9264255

Pemukiman

Pemukiman

Villa

77

711737

9264227

Kebun Campuran

Tegalan

Ladang Singkong

78

711675

9264200

Kebun Campuran

Kebun Campuran

Kebun Pisang

79

711166

9264023

Kebun Campuran

Kebun Campuran

Kebun Pisang

80

711191

9263906

Pemukiman

Pemukiman

Pemukiman Padat Penduduk

81

711241

9264046

Sawah

Sawah

Sawah Tadah Hujan

56

Titik

Koordinat X

Koordinat Y

Interpretasi Citra

Interpretasi Lapang

Keterangan

82

712673

9262612

Kebun Campuran

Kebun Campuran

Kebun Pisang

83

712743

9262712

Pemukiman

Pemukiman

Villa

84

712895

9262524

Pemukiman

Pemukiman

Pemukiman Padat Penduduk

85

713414

9262266

Kebun Campuran

Kebun Campuran

Kebun Pisang

86

713395

9262337

Pemukiman

Pemukiman

Pemukiman Padat Penduduk

87

713316

9262332

Sawah

Sawah

Sawah Tadah Hujan

88

713042

9262224

Pemukiman

Pemukiman

Pemukiman Padat Penduduk

89

713244

9261852

Pemukiman

Pemukiman

Wisma TNI AU

90

713242

9261767

Rumput

Rumput

Rumput Gajah

91

702377

9266552

Tanah Kosong

Badan Air

Kolam Ikan

92

703102

9266390

Sungai

Sungai

Kali Ciliwung

93

713231

9256879

Hutan

Hutan

Hutan Lindung

94

713274

9257034

Kebun Teh 1

Kebun Teh 1

Perkebunan Teh

95

713299

9258323

Kebun Teh 2

Kebun Teh 1

Perkebunan Teh

96

713173

9260019

Tanah Kosong

Tanah Kosong

Lapangan Bola

97

713357

9260200

Pemukiman

Pemukiman

Pemukiman Padat Penduduk

98

713203

9260150

Tegalan

Tegalan

Ladang Singkong

99

712668

9262396

Badan Air

Badan Air

Kolam Buatan

100

712258

9262960

Pemukiman

Pemukiman

Hotel Panorama, Puncak

Lampiran 2. Data Statistik Pengukuran Objek Pada Citra dan Lapang


SUMMARY
OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R
0.991467626
R Square
0.983008053
Adjusted R Square 0.982064056
Standard Error
0.889762637
Observations
20
ANOVA
df
Regression
Residual
Total

Intercept
X Variable 1

1
18
19
Coefficients
0.162235601
1.044570739

SS
824.3938991
14.2501959
838.644095

Standard Error
0.279228654
0.032370144

MS
F
824.3938991 1041.325347
0.79167755

t Stat
0.581013441
32.26957308

P-value
0.568435826
2.20704E-17

Significance
F
2.20704E-17

Lower 95%
-0.424402031
0.97656359

Upper 95%
0.748873232
1.112577889

Lower 95.0%
-0.424402031
0.97656359

Upper 95.0%
0.748873232
1.112577889

57

58

RESIDUAL
OUTPUT
Observation
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Predicted Y
6.638574184
5.071718075
3.504861966
20.74027916
1.770874539
5.489546371
3.295947819
2.731879619
3.818233188
3.922690262
29.14907361
4.779238268
4.33007285
6.325202962
6.304311547
4.988152416
6.001386033
3.191490745
3.421296307
4.215170069

Residuals
0.171425816
-0.321718075
1.035138034
1.119720836
-0.340874539
-0.659546371
1.604052181
1.478120381
-0.728233188
0.707309738
-0.339073614
-0.149238268
-0.12007285
-0.805202962
-1.744311547
0.061847584
-0.101386033
0.568509255
-0.371296307
-1.065170069

Standard Residuals
0.197944121
-0.371485481
1.195266229
1.292933365
-0.393605308
-0.761573315
1.852187186
1.706774668
-0.840885474
0.816725321
-0.391525794
-0.172324324
-0.138647232
-0.929761903
-2.014143638
0.071414948
-0.117069702
0.656453431
-0.428733099
-1.229943998

También podría gustarte