Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Oleh
Yusuf Budi Hermawan
G99141084
Pembimbing
dr. Sri Marwanta, SpPD, M.Kes
1. SIROSIS HEPATIS
Definisi:
Tahap akhir proses difus fibrosis hati progresif yang ditandai oleh distorsi arsitektur
hati dan pembentukan nodul regeneratif. Secara klinis SH dibagi menjadi SH kompensata dan
SH dekompensata disertai dengan tanda kegagalan hepatoseluler dan hipertensi portal.
Kriteria diagnosis
Baku emas diagnosis SH adalah biopsi hati melalui perkutan, transjugular, laparoskopi atau
biopsi jarum halus. Biopsi tidak diperlukan bila secara klinis, pemeriksaan laboratoris, dan
radiologi menunjukkan kecenderungan SH.
a. Tanda klinis sirosis hepatis
Tanda klinis
Spider nevi/spider angioma
Palmar eritema
Perubahan kuku
Muehrches lines
Terrys nail
Clubbing
Osteoartopati hipertrofi
Kontraktur dupuytren
Penyebab
Estradiol meningkat
Gangguan metabolisme estrogen
Hipoalbuminemia
Hipoalbuminemia
Hipertensin portopulmonal
Chronic proliferative periostitis
Proliferasi fibroblastik dan gangguan deposit
Ginekomastia
Hipogonadisme
kolagen
Estradiol meningkat
Perlukaan gonad primer atau supresi fungsi
Hasil
Normal atau sedikit meningkat
Sedikit meningkat
Pada alkoholisme sangat meningkat
Menigkat pada SH lanjut
Meningkat terutama IgG
Menurun pada SH lanjut
Meningkat/penurunan produksi faktor V/VII
dari hati
Meningkat akibat peningkatan ADH dan
Natrium darah
aldosteron
Menurun (hipersplenisme)
Menurun (hipersplenisme)
Makrosisitik, normositik dan mikrositik
Trombosit
Lekosit dan netrofil
Anemia
Serologi virus hepatitis
HBV: HbsAg, Anti HBc,HbeAg, HBV-DNA
HCV: Anti HCV, HCV RNA
c. Pemeriksaaan radiologi
USG
menurun
Tampak splenomegali, pembersaran lobus caudatus,
abdomen
Menilai ukuran lien, asites, dankolateral vascular
Penatalaksanaan
Penanganan SH kompensata ditujukan pada penyebab hepatitis kronis yang bertujuan
mengurangi progresifitas penyakit dan menurunkan kejadian karsinoma hepatoseluler. Di
Asia tenggara SH disebabakan karena HBV dan HCV. Untuk HBV kronis diberikan preparat
interferon secara injeksi atau oral dengan preparat analog nukleosida jangka panjang. Pada
SH dekompensata akibat HBV kronis diberikan nukleosida analog,untuk SH akibat HCV
kronis diberikan preparat interferon.
2. HEMATEMESIS MELENA
Definisi
Hematemesis atau perdarahan saluran cerna bagian atas adalah perdarahan saluran
makanan (SCBA) proksimal dari ligamentum treitz. Penyebab perdarahan SCBA yang sering
dilaporkan adalah pecahnya varises esofagus, gastritis erosif, tukak peptik, gastropati
kongestif, sindroma mallory weiss, dan keganasan. Melena adalah tinja yang berwarna hitam
dengan bau khas, melena timbul bila hemoglobin dikonversi menjadi hematin oleh bakteri
setelah 14 jam.
Kriteria diagnosis
Seorang pasien yang datang dengan keluhan hematemesis, muntahan seperti kopi
karena berubahnya darah akibat asam lambung berasal dari perdarahan SCBA. Selain itu,
timbul melena, berak hitam lengket dengan bau busuk. Pada pemasangan pipa nasogastrik
keluar cairan seperti kopi atau darah segar apabila perdarahan masih aktif. Selain itu
perbandingan BUN dan kreatinin serum lebih dari 35. Pemeriksaan untuk menentukan asal
perdarahan adalah endoskopi. Selain untuk diagnostik endoskopi juga digunakan sebagai
terapeutik.
Penatalaksanaan
Non endoskopi
Pada perdarahan SCBA karena varises esofagus diberikan vasopressin, somatostatin
-
dan ocreotide.
Vasopressin 50 unit dalam 100 cc D 5%, diberikan 0.5-1 mg/menit iv selama 20-60
menit ditambah nitrogliserin 40mcg/menit dengan target tekanan darah sistolik >
90mmHg.
Somatostatin dan analognya (ocreotide)
Somatostatin diberikan bolus 250mcg/iv dilanjutkan per infus 250 mcg/jam selama
Endoskopi
Terapi endoskopi diberikan pada tukak yang masih aktif atau tukak dengan pembuluh
darah yang tampak yaitu 1. Contact therma (monopolar atau bipolar elektrokoagulasi, heater
probe), 2. Noncontact thermal (laser), 3. Nonthermal (suntikan adrenalin, polidokanol,
alkohol, cyanoacrylate, atau pemakaian clip)
Pada pasien varises esofagus dilakukan ligasi varises. Ligasi dimulai dari disaal
mendekati cardia bergerak spiral setiap 1-2 cm. Jika perdarahan terlalu masif dilakukan
skleroterapi endoskopik menggunakan polidokanol 3%, NaCl 0,9%, dan alkohol absolut.
Terapi radiologi
Terapi angiografi dilakukan jika terapi endoskopi terlalu beresiko. Dilakukan dengan
penyuntikan vasopresin atau embolisasi arterial.
Pembedahan
Pembedahan dilakukan jika terapi endoskopi dan radiologi dinilai gagal. Terapi
dilakukan oleh spesialis bedah.
Pemeriksaan radiologi
CT scan: Tampak nodul hipodens pada hepar
AFP meningkat
Penatalaksanaan
Kemoterapi sistemik
Sel-sel kanker memberikan respon yang bervariasi terhadap kemoterapi sistemik,
sebagian tumor yang tidak respon terapi dilakukan terapi pembedahan.
Transarterial Chemoembolization (TACE)
TACE dilakukan menggunakan kateter khusus untuk memberikan obat kemoterapi
langsung melalui arteri hepar. Metode ini bertujuan untuk mengurangi efek samping dari
kemoterapi sistemik dan dapat dilakukan sebagai prosedur rawat jalan.
Radiofrequency Ablation (RFA)
Tumor hepar metastase yang berukuran kecil dapat ditatalaksana dengan
RFA.
Metode ini menggunakan laparoskopi dan tuntunan menggunakan CT scan. Pada metode ini
probe dimasukkan ke dalam hepar kemudian menggunakan radiofrekuensi untuk
menghancurkan sel-sel tumor.
Pembedahan
Reseksi bedah dilakukan dengan memotong sebagian hepar yang sudah mengalami
metastase sekunder. Reseksi bisa dilakukan sampai 70% volume hepar.