Está en la página 1de 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan kemajuan zaman yang semakin melesat dan arus
globalisasi yang sudah merasuk ke segala penjuru dunia bahkan sudah sampai
ke desa-desa. Hal itu ditandai dengan menjamurnya alat teknologi dan gaya
yang dibawa oleh pengaruhnya. Ada semacam peralihan sikap dan moral dalam
kehidupan masyarakat. Begitu juga dalam hal muamalah yang disebabkan oleh
kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan sumber daya yang terbatas
memunculkan masalah-masalah baru yang harus diketahui hukumnya menurut
ajaran Islam.
kajian fiqih muamalah dewasa ini sudah mengalami perkembangan.
Masalah tersebut belum dikenal pada masa mujtahid-mujtahid fiqih, sehingga
hukumnya juga belum diketahui. Untuk itu diperlukan pemahaman dan kajian
yang mendalam terhadap masalah tersebut. Salah satu masalah yang baru
tersebut adalah masalah asuransi.
Masalah asuransi ini banyak sekali menimbulkan perbedaan pendapat di
kalangan ulama. Sebagian para ulama berpendapat ada yang membolehkan,
membolehkan sebagian dan mengharamkan praktek yang lain, syubhat, bahkan
ada yang berpendapat bahwa asuransi itu haram dalam segala bentuknya. Hal
itu membuat umat dihadapkan dalam keadaan yang bimbang. Indonesia
merupakan

masyarakat

mayoritas

Islam.

Mereka

semua

membutuhkan

kepastian hukum asuransi menurut Islam.


Asuransi juga terbagi dalam dua kategori. Ada asuransi kovensional dan
ada juga asuransi syariah. Keduanya mempunyai asal usul dan sistem yang
berbeda. Mana diantara keduanya yang harus dipilih oleh umat supaya mereka
tidak

terjebak

dan

terhindar

dari

kesalahfahaman

menginginkan hidup bermuamalah susuai ajaran Islam.

pendapat.

Mereka

B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian di atas maka masalah pokok yang dikemukakan
dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengartian asuransi?
2. Apa saja macam-macam asuransi?
3. Apa prinsip-prinsip dalam asuransi?
4. Bagaimana hukum asuransi menurut islam?
5. Apa dasar hukum asuransi syariah?
6. Apa prinsip asuransi syariah?
7. Apa perbedaan antara asuransi konvensional dan asuransi syariah?

C.

Tujuan
Dengan mengambil 7 rumusan masalah diatas, kami mencoba untuk mengetahui
dan faham dengan baik apa pengertian asuransi, macam-macam asuransi,
prinsip-prinsip dalam asuransi, hukum asuransi menurut islam, dasar hukum
asuransi, prinsip asuransi syariah, dan perbedaan antara asuransi konvensional
dan asuransi syariah.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asuransi (Konvensional)
Menurut pasal 246 Welboek van Koophandel (Kitab Undang-Undang
Perniagaan) bahwa yang dimaksud dengan auransi adalah suatu persetujuan
dimana pihak yang meminjam berjanji kepada pihak yang dijamin untuk
menerima sejumlah uang premi (nasabah) sebagai pengganti kerugian, yang
mungkin akan diderita oleh yang dijamin karena akibat dari suatu peristiwa yang
belum jelas akan terjadi.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992
tentang Usaha Perasuransian, asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian
antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri
kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi yang bertujuan
memberikan:
1. Pergantian

kepada

tertanggung

karena

kerugian,

kerusakan,

atau

kehilangan keuntungan yang diharapkan.


2. Tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti.
3. Pembayaran uang yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang
yang dipertanggungkan.
Berdasarkan pengertian asuransi sebagaimana tersebut di atas, maka
perjanjian asuransi mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a. Perjanjian asuransi atau pertanggungan pada dasarnya adalah suatu
perjanjian kerugian. Penanggung mengikatkan diri untuk menggantikan
kerugian karena pihak tertanggung menderita kerugian.

b. Perjanjian asuransi atau pertanggungan adalah pertanggungan bersyarat.


Kewajiban mengganti rugi dari penanggung hanya dilaksanakan kalau
peristiwa yang tidak tertentu atas nama diadakan pertanggungan itu terjadi.
c. Perjanjian asuransi adalah perjanjian timbal balik. Kewajiban penanggung
mengganti rugi yang diharapkan dengan kewajiban tertanggung membayar
premi.
d. Kerugian yang diderita adalah sebagai akibat dari peristiwa yang tidak
tertentu atas mana diadakan pertanggungan.
1.

Macam-macam Asuransi (Konvensional)


Jenis-jenis asuransi yang berkembang di Indonesia dewasa ini jika dilihat

dari berbagai segi adalah sebagai berikut:


a) Dilihat dari segi fungsinya

Asuransi kerugian (non life insurance)


Jenis asuransi kerugian seperti yang terdapat dalam UUD Nomor 2 Tahun

1992 tentang usaha asuransi menjelaskan pada asuransi kerugian menjalankan


usaha memberikan jasa untuk menanggulangi suatu risiko atas kerugian,
kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga dari suatu
peristiwa yang tidak pasti. Usaha asuransi kerugian dapat dibagi sebagai
berikut :
Asuransi kebakaran adalah asuransi yang menutup risiko kebakaran seperti
kebakaran, petir, ledakan dan kejatuhan pesawat.
Asuransi pengangkutan adalah asuransi pengangkutan (marine insurance)
penanggung atau perusahan asuransi akan menjamin kerugian yang dialami
tertanggung akibat terjadinya kehilangan atau kerusakan pada saat
pelayaran.
Asuransi aneka yaitu jenis asuransi kerugian yang tidak dapat digolongkan
ke dalam asuransi kebakaran dan asuransi pengangkutan. Seperti asuransi

kendaraan bermotor, asuransi kecelakaan diri, pencurian uang dalam


pengangkutan dan penyimpanan, kecurangan dan sebagainya.

Asuransi jiwa (life insurance)


Asuransi jiwa adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi

dalam penaggulangan risiko yang dikaitkan dngan jiwa atau meninggalnya


seorang yang dipertanggungkan. Seperti kematian, mengalami cacat, pemutusan
hubungan kerja, dan pengannguran.
Jenis-jenis asuransi jiwa meliputi asuransi berjangka (Term insurance),
asuransi tabungan (Endoument insurance), asuransi seumur hidup (Whole life
insurance), Anuity contrak insurance (anuitas).

Reasuransi (reinsurance)
Merupakan

perusahaan

yang

memberikan

jasa

asuransi

dalam

pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi


kerugian.
Fungsi reasuransi adalah:
Meningkatkan kapasitas akseptasi.
Alat penyebaran risiko.
Meningkatkan stabilitas usaha.
Meningkatkan kepercayaan.
b) Dilihat dari segi kepemilikannya
Dalam hal ini yang dilihat adalah siapa pemilik dari perusahaan asuransi
tersebut, baik asuransi kerugian, asuransi jiwa ataupun reasuransi.

Asuransi milik pemerintah.


Yaitu asuransi yang sahamnya dimiliki sebagian besar atau bahkan 100

persen oleh pemerintah Indonesia.

Asuransi milik swasta nasional.


Asuransi ini kepemilikan sahamnya sepenuhnya dimiliki oleh swasta

nasional, sehingga siapa yang paling banyak memiliki saham, maka memiliki
suara terbanyak dalam rapat umum pemegang saham (RUPS).

Asuransi milik perusahaan asing.


Perusahaan asuransi jenis ini biasanya beroperasi di Indonesia hanyalah

merupakan cabang dari negara lain dan jelas kepemilikannyapun dimiliki oleh
100 persen oleh pihak asing.

Asuransi milik campuran


Merupakan jenis asuransi yang sahamnya dimiliki campuran antara

swasta nasional dengan pihak asing.


2. Prinsip-Prinsip Asuransi (Konvensional)
Bahwasanya setiap perjanjian dilakukan mengandung prinsip-prinsip
asuransi. Tujuannya adalah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan
dikemudian hari antara pihak perusahaan asuransi dengan pihak nasabahnya.
Prinsip-prinsip asuransi yang dimaksud adalah:
a. Insurable

Interest

merupakan

hal

berdasarkan

hukum

untuk

mempertanggungkan suatu risiko berkaitan dengan keuangan, yang diakui


sah secara hukum antara tertanggung dan suatu yang dipertanggungkan
dan dapat menimbulkan hak dan kewajiban keuangan secara hukum.
b. Utmost Good Faith atau itikad baik dalam penetapan setiap suatu kontrak
haruslah

didasarkan

kepada

itikad

baik

antara

tertanggung

dan

penanggung mengenai seluruh informasi baik materil maupun immaterial.


c. Indemnity atau ganti rugi artinya mengendalikan posisi keuangan
tertanggung setelah terjadi kerugian seperti pada posisi sebelum terjadinya
kerugian tersebut.

d. Proximate cause adalah suatu sebab aktif, efisien yang mengakibatkan


terjadinya suatu peristiwa secara berantai atau berurutan dan intervensi
kekuatan lain, diawali dan bekerja dengan aktif dari suatu sumber baru dan
independen.
e. Subrogation merupakan hak penanggung yang telah memberikan ganti rugi
kepada tertanggung untuk menuntut pihak lain yang mengakibatkan
kepentingan asuransinya mengalami suatu peristiwa kerugian.
f.

Contribution

suatu

prinsip

dimana

penanggung

berhak

mengajaknpenanggung-penanggung lain yang memiliki kepentingan yang


sama untuk ikut bersama membayar ganti rugi kepada seseorang
tertanggung, meskipun jumlah tanggungan masing-masing penanggung
belum tentu sama besarnya.
3. Hukum Asuransi menurut islam
Di kalangan ulama atau cendekiawan muslim terdapat tiga pendapat
tentang hukum asuransi, yaitu:
a. Mengharamkan asuransi dalam segala macam dan bentuknya seperti
sekarang ini, termasuk asuransi jiwa. Kelompok ini antara lain Sayyid Sabiq
yang diungkap dalam kitabnya fiqh al-Sunnah, Abdullah al-Qalqili, Yusuf alQardhawi, dan Muhammad Bakhit al-MuthI, alasannya antara lain :

Asuransi pada hakikatnya sama dengan judi;

Mengandung unsur tidak jelas dan tidak pasti;

Mengandung unsur riba;

Mengandung unsur eksploitasi karena apabila pemegang polis tidak bisa


melanjutkan pembayaran preminya, bisa hilang atau dikurangi uang premi
yang telah dibayarkan;

Premi-premi yang telah dibayarkan oleh para pemegang polis diputar


dalam praktik riba (karena uang tersebut dikreditkan dan dibungakan);

Asuransi termasuk akad sharfi artinya jual beli atau tukar-menukar mata
uang tidak dengan uang tunai;

Hidup dan matinya manusia dijadikan objek bisnis yang berarti mendahului
takdir Tuhan.

b. Membolehkan semua asuransi dalam prakteknya dewasa ini.Pendapat ini


dikemukakan oleh Abdul Wahab Khalaf, Mustafa Ahmad Zarqa, Muhammad
Yusuf Musa dan alasan-alasan yang dikemukakannya sebagai berikut:

Tidak ada nash al-Quran maupun hadis yang melarang asuransi

Kedua pihak yang berjanji dengan penuh kerelaan menerima operasi ini
dilakukan dengan memikul tanggungjawab masing-masing;

Asuransi tidak merugikan salah satu atau kedua belah pihak dan bahkan
asuransi menguntungkan kedua belah pihak;

Asuransi mengandung kepentingan umum, sebab premi-premi yang


terkumpul dapat diinvestasikan (disalurkan kembali untuk dijadikan modal)
untuk proyek-proyek yang produktif dan untuk pembangunan;

Asuransi termasuk akad mudharabah, maksudnya asuransi merupakan


akad kerja sama bagi hasil antara pemegang polis (pemilik modal) dengan
pihak perusahaan asuransi yang mengatur modal atas dasar bagi hasil;

Asuransi termasuk syirkah taawuniyah;

Dianalogikan atau diqiyaskan dengan sistem pensiun, seperti taspen;

Operasi asuransi dilakukan untuk kemaslahatan umum dan kepentingan


bersama;

Asuransi menjaga banyak manusia dari kecelakaan harta benda,


kekayaan, dan kepribadian.

c. Membolehkan asuransi yang bersifat sosial dan mengharamkan asuransi


yang bersifat komersial semata.Pendapat ini dikemukakan oleh Muhammad

Abu Zahrah. Alasan yang dapat digunakan untuk membolehkan asuransi yang
bersifat sosial sama dengan alasan pendapat kedua, sedangkan alasan
pengharaman asuransi bersifat komersial semata-mata pada garis besarnya
sama dengan alasan pendapat pertama.

Menganggap bahwa asuransi bersifat syubhat karena tidak ada dali-dalil


syari

yang

secara

jelas

menghalalkannya. Apabila

mengharamkan

ataupun

secara

jelas

hukum asuransi dikategorikan syubhat,

konsekuensinya adalah umat Islam dituntut untuk berhati-hati dalam


menghadapi asuransi . umat Islam baru dibolehkan menjadi polis atau
mendirikan perusahaan asuransi apabila dalam keadaan darurat.
Bahkan menurut Yusuf al-Qardhawi sendiri bahwa dalam bentuk
asuransi jiwa jauh sekali dari watak perdagangan dan solidaritas
berserikat, bahkan lebih lanjut menurutnya asuransi jiwa merupakan akad
perjanjian yang fasid, walaupun antara kedua belah pihak saling
mengetahui, namun kemanfaatannya itu tidak berbobot. Kerelaan dalam
asuransi ini tidak bisa dianggap sebagai alasan halalnya perbuatan
tersebut karena muamalah ini tidak menegakkan prinsip-prinsip keadilan
dengan tegas yang tidak dicampuri dengan kezaliman dan penipuan serta
perampasan oleh satu pihak terhadap pihak lain, sedang keadilan dan
tidak saling membahayakan adalah pokok.
Yusuf

al-Qardhawi

memberikan

alternatif

asuransi,

yaitu

dengan

kemungkinan terbukanya asuransi digolongkan sebagai yayasan dana


bantuan dengan syarat-syarat sebagai berikut:
1. Setiap anggota yang menyetor uangnya dengan jumlah yang telah
ditentukan, harus disertai niat membantu demi menegakkan prinsip
ukhuwah. Kemudian dari uang terkumpul diambil sejumlah uang guna
membantu orang yang sangat memerlukan.
2. Bila uang itu diputar harus dijalankan menurut aturan syara.
3. Tidak dibenarkan orang menyetorkan sejumlah kecil uang dengan
harapan mendapatkan imbalan yang berlipat apabila terkena musibah.
Akan tetapi, ia diberi uang jariyah sebagai ganti atas kerugian itu atau
sebagiannya menurut izin yang diberikan oleh jamaah.
9

4. Sumbangan sama dengan hibah, oleh karena itu haram hukumnya ditarik
kembali.
B. Asuransi Syariah
Masalah asuransi dalam pandangan islam termasuk masalah ijtihadiyah,
artinya hukumnya perlu dikaji sedalam mungkin karena tidak dijelaskan oleh AlQuran dan Sunnah secara eksplisit. Para imam mujtahid seperti Abu Hanifah,
imam Malik, imam Syafii, imam Ahmad dan para mujtahid yang semasa
dengannya tidak memberikan fatwa mengenai asuransi karena pada masanya
asuransi belum dikenal. Sistem asuransi baru dikenal di dunia timur pada abad
XIX M. Dunia barat sudah mengenal system asuransi sejak abad XIV M,
sedangkan para ulama mujtahid besar hidup pada sekitar abad II s.d. IX M.
1. Dasar Hukum Asuransi Syariah
Dikalangan Muslim terdapat kesalahpahaman, bahwa asuransi itu tidak
islami. Mereka berpendapat bahwa asuransi sama dengan mengingkari rahmat
ilahi. Hanya Allah yang bertanggung jawab untuk memberikan mata pencarian
yang layak kepada kita.
A. Al-Quran
a. Surat al-Maidah ayat 2


Artinya: tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksanya. (Q.S,
al-Maidah 5:2)
b. Surat al-Baqarah ayat 185

Artinya:

.Allah

menghendaki

kemudahan

bagimu,

dan

tidak

menghendaki kesukaran bagimu. Q.S, al-Baqarah 2:185


c. Surat al-Baqarah ayat 261



10

Artinya: perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang


yang menafkahkan hartanya dijalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh butir benih, pada tiap-tiap butir: seratus biji. Allah
melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah maha luas
(karunia-nya) lagi maha mengetahui. (Q.S, al-Baqarah 2:261)

d. Surat Yusuf ayat 46-49









Artinya: (Setelah pelayan itu berjumpa dengan yusuf dia berseru: Yusuf,
hai orang yang amat yang dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh
ekor sapi betina yang kurus-kurus dan dan tujuh butir (gandum) yang hijau dan
(tujuh) lainya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka
mengetahuinya. Yusuf berkata: Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya)
sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuaihendaklah kamu biarakan
dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian setelah itu akan datang
tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk
menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu
simpan. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi
hujan (dengan cukup) dan di masa itu mereka memeras anggur). (Q.S, Yusuf
12:46-49)
e. Surat al-Taghaabun ayat 11



Artinya: tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali
dengan izin Allah. (Q.S, al- Taghaabun 64:11)
f.

Surat luqman ayat 34





11

Artinya: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan


tentang hari kiamat dan dialah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa
yang ada dalam rahim. Dan tidak seorangpun yang mengetahui (dengan pasti)
apa yang akan diusahakannya besok; dan tidak seorangpun yang dapat
mengetahui dibumi mana ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi maha mengenal. (Q.S, Luqman 31:34)
g. Surat Hud ayat 16



Artinya: Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan
Allah-lah yang memberi rezekinya. (Q.S, Hud, 11:16)
h. Surah an-Naml ayat 64



Artinya: dan siapa (pula) yang memberikan rezeki kepadamu dari
langit dan bumi ? apakah disamping Allah ada tuhan yang lain ?... (Q.S, AnNaml. 27:64)

i.

Surah al-Hijr ayat 20



Artinya: dan kami telah menjadikan untukmu dibumi keperluan-

keperluan hidup, dan (kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu


sekali-kali bukan memberi rezeki kepadanya. (Q.S, Al-Hijr, 15:20)
Untuk memahami ayat-ayat ini dengan tepat kita harus lebih mendalami
persoalannya. Maksud dari ayat-ayat ini tidak berarti bahwa Allah menyediakan
makanan dan pakain kepada kita tanpa usaha. Sebenarnya, semua ayat itu
membicarakan tentang ekonomi dimasa depan yang penuh kedamaian, yang
selalu dibayangkan islam. Dan seperti yang dinyatakan dalam islam bahwa
manusia sebagai Khalifah Allah di Bumi, hanya dapat mempertahankan gelarnya
yang agung bila ia melaksanakan perintah-perintah yang terkandung dalam AlQuran dengan penafsiran yang tepat. Allah menghendaki tiadanya orang yang
kehilangan mata pencaharianya yang layak, dan ia harus kebal terhadap setiap

12

gangguan apapun. Oleh karena itu adalah kewajiban tertinggi dari suatu negara
untuk menjamin hal ini. Dan asuransi membantu tercapainya tujuan ini.
Mengenai hal ini, boleh dikemukakan bahwa terdapat sekelompok orang
yang tidak dapat membedakan antar asuransi dengan perjudian, mereka
menyamakan asuransi dengan spekulasi. Padahal dengan asuransi orang yang
menjadi tanggungan dari seorang yang meninggal dunia terlebih dahulu dapat
menerima keuntungan lumayan untuk sejumlah kecil uang yang telah dibayar
almarhum sebagai premi. Tampaknya hal ini seperti sejenis perjudian. Tetapi
perbedaanya antara asuransi dengan perjudian adalah fundamental, karena
dasar asuransi adalah kerja sama yang diakui dalam islam.
Pada kenyataanya ciri khas asuransi adalah pembayaran dari semua
peserta untuk membantu tiap peserta lainnya bila dibutuhkan. Prinsip saling
menguntungkan ini tidak terbatas dalam kadar paling ringan bagi perusahaan
bersama tapi berlaku juga untuk semua organisasi asuransi mana pun walau
bagaimanapun struktur hukumnya.
B. Hadits
: ) ( )(
Artinya:

( )
diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, Nabi Muhammad bersabda:

Barangsiapa yang menghilangkan kesulitan duniawinya seorang mukmin, maka


Allah SWT akan menghilangkan kesulitannya pada hari kiamat, barang siapa
yang mempermudah kesulitan seseorang, maka Allah SWT akan mempermudah
urusan dunia dan akhirat.(HR. Muslim)
2. Prinsip-prinsip Dasar Asuransi Syariah
Dalam hal ini, prinsip dasar asuransi sayria ada sembilan macam, yaitu :
tauhid, keadilan, tolong-menolong, kerja sama, amanah, kerelaan, larangan riba,
larangan judi, dan larangan gharar.
a. Tauhid (unity)
prinsip tauhid adalah dasar utama dari setiap bentuk tabungan yang ada
dalam syariah islam. Setiap bangunan dan aktivitas kehidupan manusia harus
didasarkan pada nilai-nilai ketuhanan.

13

Dalam

berasuransi

ytang

harus

diperhatikan

adalah

bagaimana

sehartusnya menciptakan suasana dan kondisi bermuamalah yang tertuntun oleh


nilai-nilai ketuhananpaling tidak dalan setiap melakukan aktivitas berasuransi ada
semacam keyakinan dalam hatio bahwa Allah SWT selalu mengawasi seluruh
gerak langkah kita dan selalu berada bersama kita.
b. Keadilan (justice)
Prinsip kedua dalam berasuranasi adalah terpenuhinya niulai-nilai
keadilan antara pihak-pihak yang terkait dengan akad asuransi. Keadilan dalam
hal ini dipahami sebagai upaya dalam menempatkan hak dan kewajiban anatara
nasabah dan perusahaan asuransi.
Di sisi lain,, keuntungan yang dihasilakan oleh perusahaan dari hasil
investasi dana nasabah harus dibagai sesuai dengan akad yangb disepakati
sejak awal. Jika nisbah yang disepakati anatara kedua belah pihak 40:60, maka
realita pembagian keuntungan juga harus mengacu pada keuntungan tersebut.
c. Tolong menolong (taawun)
Prinsip dasar yang lain dalam melaksanakan kegiatan berasuransi harus
didasari dengan adanya rasa tolong menolong antara anggota. Praktik tolong
menolong dalam asuransi adalah unsur utama pembentuk (DNA-Chromosom)
bisnis transkasi.
d. Kerja sama (cooperation)
Prinsip kerja sama merupakan prinsip universal yang selalu ada dalam
literatur ekonomi islami. Kerja sama dalam bisnis asuransi dapat berwujud dalam
bentuk akad yang dijadikan acuan antara kedua belah pihak yang terlibat, yait
antara anggota (nasa bah) dan perusahan asuransi. Dalam operasionalnya, akad
yang dipakai dalam bisnis asuransi dapat memakai konsep mudharabah atau
musyarakah. Konsep mudharabah dan musyarakah adalah dua buah konsep
dasar

dalam

kajian

ekonomika

dan

perkembangan keilmuan
e. Amanah ( trustworthy / al-amanah )

14

mempunyai

nilai

historis

dalamm

Prinsip amanah dalam organisasi perusahan dapat terwujud dalam nilainilai akuntabilitas (pertanggungjawaban) perusahaan melalui penyajian laporan
keuangan tiap periode. Dalam hal ini perusahaan asuransi hatus memberi
kesempatan yang besar bagi nasabah untuk mengakses laporan keuangan
perusahaan. Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi
haruis mencerminkan nilai-nilai kebenaran dan kedaiulan dalam bermuamalah
dan melalui auditor public. Prinsip amanah juga harus berlaku pada diri nasabah
asuransi.seseorang

yang

menjadi

nasabah

asuransi

berkewajiban

menyampaikan informasi yang benar berkaitan dengan pembayaran dana iuran


dan tidak memanipulasi kerugian yang menimpa dirirnya.

f.

Kerelaan ( al-ridha )
Dalam bisnis asuransi, kerelaan (al-ridha) dapat diterapkan pada setiap

anggota (nasabah) asuransi agar mempunyai motivasi dari awal untuk


merelakan sejumlah dana (premi) yang disetorkan ke perusahan asuransi, yang
difungsikan sebagai dana sosial (tabarru). Dana sosila (tabarru) memang betulbetul digunakan tujuan membantu anggota (nasabah) asuiransi yang lain jika
mengalami bencana kerugian.
g. Larangan riba
Secara

bahasa

adalah

tambahan.

Sedangakan

menurut

syariat

m,enambah sesuatu yang khusus. Jadi riba adanya unsur penambahan nilai.
Ada beberapa bagian dalam al-Quran yang melarang pengayaan diri dengan
cara yang btidak dibenarkan. Islam menghalalkan perniagaan dan melarang
riba. Halalnya jual beli denhan pola berfikir selama manuasia saling
membutuhkan satu sama lain, karena tidak bisa mencapai ke semua keinginan
kecuali denga jual beli merupakan permasalahan bagi mereka.
h. Larangan maisir ( judi )
Allah SWT telah memberi penegasan terhadap keharaman melakukan
aktivitas ekonomi yang memepunyai unsur maisir (judi). Maisir dari kata yusr
artinya mudah. Karena orang memeperolkeh uang tanpa susah payah, atau
bersala dari kata yasar yang berarti kaya, karena perjudian diharapkan untung

15

yang bermakna mudah. Maysir merupakan unsur obyek yang diartikan sebagai
tempat untuk memudahkan sesuatu.
Syafii antonio mengatakan bahwa unsur maisir judia artinya adanya salah asatu
pihal yang untung namun di lain pihak justru mengalami kerugian.
i.

Larangan gharar
Gharar dalam pengertian bahasa adalah al-khida yaitu suatu tindakan

yang di dalamnya diperkirakan tidak ada unsur kerelaan. Secara konvensional


kata SyafiI kontrak dalam asuransi jiwa dapat dikategorikan sebagai aqd
tabaduli atau akad pertukaran, yaitu pertukaran pembayaran premi dan dengan
uang pertanggungan. Secara syariah dalam akad pertukaran harus jelas berapa
yang harus diterima. Keadaan ini akan menjadi rancu karena kita tahu berapa
yang akan diterima (sejumlah uang pertanggungan), tetapi idak tahu berapa
yang akan dibayarkan (jumlah seluruh premi) karena hanya Allah yang tahu
kapan seseorang akan men menginggal.

C . Perbedaan Asuransi Konvensional dan Syariah


No
1.

Prinsip
Konsep

Asuransi Konvensional

Asuransi Syariah

Perjanjian antara dua pihak

Sekumpulan orang yang saling membantu,

atau lebih, di mana pihak penanggung

saling menjamin, dan bekerja sama,

mengikatkan diri kepada tertanggung,

dengan cara

dengan menerima premi asuransi,

masing-masing mengeluarkan dana

untuk memberikan

tabarru.

pergantian kepada tertanggung.


2.

Asal Usul

Dari masyarakat Babilonia

Dari Al-Aqilah, kebiasaan suku Arab jauh

4000-3000 SM yang dikenal dengan

sebelum Islam datang. Kemudian

perjanjian Hammurabi. Dan tahun

disahkan oleh

1668 M di Coffee House London

Rasulullah menjadi hukum Islam, bahkan

berdirilah Lloyd of London sebagai

telah tertuang dalam konstitusi pertama di

cikal bakal asuransi konvensional.

dunia (Konstitusi Madinah) yang dibuat


langsung oleh Rasulullah.

3.

Sumber Hukum

Bersumber dari pikiran

Bersumber dari wahyu Ilahi.

manusia dan kebudayaan.

Sumber hukum dalam syariah Islam

Berdasarkan hukum positif, hukum

adalah Al Quran, Sunnah

alami, dan contoh sebelumnya.

atau kebiasaan Rasulullah, Ijma, Fatwa


Sahabat, Qiyas, Istihsan,
Urf, tradisi, dan Mashalih Mursalah.

16

4.

Maghrib

Tidak sejalan dengan syariah Islami

Bersih dari adanya prakter

(Maysir, Gharar,

karena adanya

Maysir, Gharar, dan Riba.

dan Riba)

Maysir, Gharar, dan Riba; hal yang


diharamkan dalam muamalah.

5.

DPS (Dewan

Tidak ada, sehingga dalam banyak

Ada, yang berfungsi untuk

Pengawas

prakteknya bertentangan dengan

mengawasi pelaksanaan operasional

Syariah)

kaidah-kaidah syara/syariah.

perusahaan agar terbebas dari praktekpraktek muamalah yang bertentangan


dengan prinsip-prinsip syariah

BAB III
KESIMPULAN
1. asuransi ialah jaminan atau perdagangan yang diberikan oleh penanggung
(biasanya kantor asuransi) kepada yang tertanggung untuk resiko kerugian
sebagai yang ditetapkan dalam surat perjanjian (polis) bila terjadi kebakaran,
kerusakan dan sebagainya ataupun mengenai kehilangan jiwa (kematian)
atau kecelakaan lainnya dengan yang tertanggung membayar premi
sebanyak yang ditentukan kepada penanggung.
2. Macam-macam asuransi diantaranya :
2.1 Dilihat dari segi fungsinya
a. Asuransi kerugian.
b. Asuransi jiwa.
c. Reasuransi (reinsurance)
2.2 Dilihat dari segi kepemilikannya
17

a. Asuransi milik pemerintah.


b. Asuransi milik swasta nasional.
c. Asuransi milik perusahaan asing.
d. Asuransi milik perusahaan asing.
3. Prinsip-prinsip asuransi adalah :
a. Insurable interest
b. Utmost good faith
c. Indemnity
d. Proximate cause
e. Subrogation
f. Contribution
4. Hukum asuransi menurut islam ada 3 yaitu:
a) Jelas haram
b) Boleh semua asuransi dalam prakteknya dewasa ini
c) Boleh apabila asuransi bersifat sosial dan mengharamkan asuransi
yang bersifat komersial semata.
5. Dasar hukum asuransi syariah adalah berdasarkan Al Quran dan Hadist.
6. Prinsip-prinsip asuransi syariah yaitu:
a. Tauhid (unity)
b. Keadilan (justice)
c. Tolong-menolong (taawun)
d. Kerja sama (cooporation)
e. Amanah (trustworthy/al amanah)
f.

Kerelaan (al-ridha)

18

g. Larangan riba
h. Larangan maisir (judi)
i.

Larangan gharar (spekulasi)

7. Perbedaan asuransi konvensional dengan asuransi syariah :

No
1.

Prinsip
Konsep

Asuransi Konvensional

Asuransi Syariah

Perjanjian antara dua pihak

Sekumpulan orang yang saling

atau lebih, di mana pihak

membantu, saling menjamin, dan

penanggung mengikatkan diri

bekerja sama, dengan cara

kepada tertanggung, dengan

masing-masing mengeluarkan dana

menerima premi asuransi, untuk

tabarru.

memberikan
pergantian kepada tertanggung.
2.

3.

Asal Usul

Dari masyarakat Babilonia

Dari Al-Aqilah, kebiasaan suku Arab

4000-3000 SM yang dikenal

jauh sebelum Islam datang.

dengan perjanjian Hammurabi.

Kemudian disahkan oleh

Dan tahun

Rasulullah menjadi hukum Islam,

1668 M di Coffee House London

bahkan telah tertuang dalam

berdirilah Lloyd of London

konstitusi pertama di dunia

sebagai cikal bakal asuransi

(Konstitusi Madinah) yang dibuat

konvensional.

langsung oleh Rasulullah.

Sumber

Bersumber dari pikiran

Bersumber dari wahyu Ilahi.

Hukum

manusia dan kebudayaan.

Sumber hukum dalam syariah Islam

Berdasarkan hukum positif,

adalah Al Quran, Sunnah

hukum alami, dan contoh

atau kebiasaan Rasulullah, Ijma,

sebelumnya.

Fatwa Sahabat, Qiyas, Istihsan,


Urf, tradisi, dan Mashalih Mursalah.

4.

Maghrib

Tidak sejalan dengan syariah

Bersih dari adanya prakter

(Maysir,

Islami karena adanya

Maysir, Gharar, dan Riba.

Gharar, dan

Maysir, Gharar, dan Riba; hal

Riba)

yang diharamkan dalam


muamalah.

5.

DPS (Dewan

Tidak ada, sehingga dalam

Ada, yang berfungsi untuk

Pengawas

banyak prakteknya bertentangan

mengawasi pelaksanaan operasional

Syariah)

dengan

perusahaan agar terbebas dari

kaidah-kaidah syara/syariah.

praktek-praktek muamalah yang


bertentangan dengan prinsip-prinsip

19

syariah

DAFTAR PUSTAKA
Aibak, Kutbuddin. 2009. Kajian Fiqih Kontemporer. Yogyakarta: TERAS.
Ajat, Sudrajat. 2008. Fiqih Aktual: Kajian Atas Persoalan-persoalan Hukum
Islam Kontemporer. Ponorogo: STAIN Ponorogo Press.

20

Hasan, M Ali. 1997. Masail Fiqhiyah: Zakat, Pajak, Asuransi dan Lembaga
Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Hasan Ali, AM, (2004), Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, Prenada
Media , Jakarta.
Hendi, Suhendi. 2002. Fiqih Muamalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Program internet. www. Halal dan haram asuransi. Com.
Program internet. www. Perbedaan asuransi syariah dan asuransi
konvensional. Com.
Projodikoro, Wiryono. 1986. Hukum Asuransi di Indonesia. Jakarta: PT Munas.
Sudarsono, Heri, (2007), Bank dan lembaga keuangan Syariah, Deskripsi dan
Ilustrasi, Ekonisia, Yogyakarta.

21

También podría gustarte