Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam suatu sediaan farmasi emulsifikasi merupakan sistim dua fase
yang salah satu cairannya terdispersi kedalam cairan lain dalam bentuk
tetesan kecil. Sediaan emulsi terdiri terbagi atas 4 tipe yaitu O/W, W/O,
O/W/O, W/O/W. Suatu sediaan emulsi dapat stabil jika di tambahkan
emulgator yang fungsinya untuk menstabilkan emulsi.
Secara normal emulsi dibentuk oleh pencampuran dua cairan yang
tidak saling bercampur. Tipe yang paling umum dari emulsi farmasi dan
emulsi kosmetik terdiri dari air sebagai salah satu fase dan minyak sebagai
atau lemak sebagai fase yang lainnya. Jika tetesan minyak didispersikan
didalam suatu fase air kontinu, emulsi tersebut merupakan tipe minyak dalam
air, dan jika minyak merupakan fase kontinu, emulsi tersebut merupakan tipe
air dalam minyak. Perubahan tipe minyak ini disebut inversi.
Ahli fisika kini menentukan emulsi sebagai suatu campuran yang
tidak stabil secara termodinamis, dari dua cairan pada dasarnya tidak
bercampur. Sifat ketidakstabilan emulsi wajib diketahui dan dipahami oleh
seorang ahli farmasi, seorang ahli farmasi dapat menggunakan pengetahuan
mereka mengenai ketidakstabilan suatu emulsi sebagai referensi dalam
merancang, memformulasi, meracik, hingga membuat sediaan emulsi yang
stabil dan layak digunakan oleh masyarakat. Sediaan emulsi dikatakan stabil
dan layak digunakan apabila dalam penyimpanan dua fase tidak berubah
menjadi dua cairan yang tidak saling bercampur, selain itu sediaan emulsi
tersebut mengandung formula yang rasional (Dirjen pom, 1979).
ketidakstabilan suatu sediaan emulsi sangatlah penting untuk
diketahui, khususnya bagi seorang ahli farmasi, agar seorang ahli farmasi
dapat membuat dan meracik sediaan emulsi yang stabil. Pada percobaan ini
kita akan mempelajari cara pembuatan emulsi dengan menggunakan
emulgator dari golongan surfaktan yaitu Tween 80 dan Span 80. Dalam
pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor yang
penting untuk diperlihatkan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak
dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan, misalnya perubahan volume,
perubahan warna dan pemisahan fase terdispersi, perlu diketahui maka
dilakukanlah percobaan ini.
1.2 Masud percobaan
Mengetahui dan memahami cara pembuatan emulsi dan hal-hal yang
mempengaruhi kestabilan emulsi
1.3 Tujuan percobaan
1. Menghitung jumlah emulgator yang digunakan dalam pembuatan
emulsi minyak.
2. Membuat emulsi menggunakan emulgator Na CMC dan Gom arab
3. Menentukan tipe emulsi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang
aktif
permukaan
atau
lebih
dikenal
dengan
Kegunaan
Anti foaming agent
4-6
7-9
8-10
13-15
15-18
Nilai Keterangan
HLB
16,7 Cairan
Cairan minyak
14,9
10,5
minyak
15,0
11,0
8,6
4,7
minyak
4,3
Cairan minyak
Arlacel 83 (sorbitan)
3,7
Gom
8,0
Cairan minyak
TEA (trietanolamin)
12,0
Cairan minyak
Rumus 1:
A% b =
(X HLBb)
(HLBa HLBb) x 100%
B% a
= (100% - A%)
Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ketiga cara
dibawah ini:
1. Terjadinya ionisasi molekul pada permukaan partikel.
2. Terjadinya absorbs ion oleh partikel dari cairan disekitarnya.
3. Terjadinya gesekan pertikel dengan cairan disekitarnya.
Mekanisme kerja emulgator surfaktan, yaitu: (Parrot, 1970).
1. Membentuk lapisan monomolekuler ; surfaktan yang dapat menstabilkan
emulsi bekerja dengan membentuk sebuah lapisan tunggal yang
diabsorbsi molekul atau ion pada permukaan antara minyak/air. Menurut
hukum Gibbs kehadiran kelebihan pertemuan penting mengurangi
tegangan permukaan. Ini menghasilkan emulsi yang lebih stabil karena
pengurangan sejumlah energi bebas permukaan secara nyata adalah fakta
bahwa tetesan dikelilingi oleh sebuah lapisan tunggal koheren yang
mencegah penggabungan tetesan yang mendekat.
2. Membentuk lapisan multimolekuler ; koloid liofilik membentuk lapisan
multimolekuler disekitar tetesan dari dispersi minyak. Sementara
koloidhidrofilik diabsorbsi pada pertemuan, mereka tidak menyebabkan
penurunan tegangan permukaan. Keefektivitasnya
tergantung pada
2.
3.
Tipe sistem
A/M emulgator
Zat pembasah (wetting agent)
M/A emulgator
Zat pembersih (deterjent)
Zat penambahan pelarutan
Makin rendah nilai HLB suatu surfaktan maka akan makin lipofil
surfaktan tersebut, sedang makin tinggi nilai HLB surfaktan akan makin
hidrofil. (Anief, 2000).
Cara menentukan HLB ideal dan tipe kimi surfaktan dilakukan
dengan eksperimen yang prosedurnya sederhana, ini dilakukan jika
kebutuhan HLB bagi zat yang diemulsi tidak diketahui. Ada 3 fase: (Anief,
2007).
a.Fase I
Dibuat 5 macam atau lebih emulsi suatu zat cair dengan sembarang
campuran surfaktam, dengan klas kimi yang sama, misalnya campuran Span
20 dan Tween 20. Dari hasil emulsi dibedakan salah satu yang terbaik
diperoleh HLB kira-kira.Bila semua emulsi baik atau jelek maka percobaan
diulang dengan mengurangi atau menambah emulgator.
b. Fase II
Membuat 5 macam emulsi lagi dengan nilai HLB di sekitar HLB
yang diperoleh dari fase I. dari kelima emulsi tersebut dipilih emulsi yang
terbaik maka diperoleh nilai HLB yang ideal.
c.Fase III
Membuat 5 macam emulsi lagi dengan nilai HLB yang ideal dengan
menggunakan bermacam-macam surfaktan atau campuran surfaktan.dari
emulsi yang paling baik, dapat diperoleh campuran surfaktan mana yang
paling baik (ideal).
Ketidakstabilan dalam emulsi farmasi dapat digolongkan sebagai
berikut: (Anief, 2007)
1. Flokulasi dan creaming
Creaming merupakan pemisahan dari emulsi menjadi beberapa lapis
cairan, dimana masing-masing lapis mengandung fase dispers yang berbeda.
Nama cream berasal dari peristiwa pemisahan sari susu daru susu (milk).
Sari susu tersebut dapat dibuat Casein, keju dan sebagainya.
2. Koalesen dan pecahnya emulsi (cracking atau breaking)
10
lemak
etanol mutlak.
Khasiat
Khasiat
11
Penyimpanan
Penyimpanan
12
Kegunaan
Penyimpanan
III.1
Perhitungan Bahan
0,5
x 30=0,15 gr
100
Fase Air
Na CMC
10
x 30=3 gr
100
Gom arab
5
x 30=1,5 gr
100
Metil Paraben =
Air ad 30 ml
0,3
x 30=0,09 gr
100
= 30 (6+0,15+3+1,5+0,09)
= 30 10,74 = 19,26 ml
Batang pengaduk
Gelas ukur 100 ml (Pyrex)
Gelas kimia 50 ml (Pyrex)
Hot plate
Neraca analitik (Citizen)
Ultraturax
13
Aluminium foil
Aquadest
Gom arab
Metil paraben
Na CMC
Parrafin cair
Propil paraben
Cara Kerja
1. Disiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dihitung bahan yang akan digunakan
3. Ditimbang Na CMC 1 gr dan 3 gr, parafin cair 6 gram, gom arab 1,5
gram, metil paraben 0,09, propil paraben 0,15.
4. Dibuat larutan stok Na CMC sebanyak 10 ml dengan melarutkan Na
CMC 1 gram dengan menggunakan air 9 ml
5. Dilarutkan gom arab dengan air panas secukupnya kemudian
didiamkan selama 10 menit
6. Dibasahi Na CMC dengan air secukupnya kemudian ditambahkan gom
arab sedikit demi sedikit
7. Dicampurkan metil paraben dengan Na CMC dan Gom Arab.
Campuran ini sebagai fase air
8. Ditambahkan larutan stok Na CMC 10 ml ke dalam fase air
9. Dilarutkan propil paraben dengan menggunakan parafin cair.
Campuran ini sebagai fase minyak.
10. Dimasukkan fase minyak ke dalam fase air
11. Dicampurkan kedua fase tersebut dengan menggunakan ultra turax
12. Dimasukkan dalam wadah dan diberi etiket yang disertai dengan
aturan pakai.
BAB IV
PEMBAHASAN
14
15
terdispersi menjadi butir-butir yang kecil dalam cairan yang lain. Dispersi ini
tidak stabil (koalesen) dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah.
Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar
memperoleh emulsi yang stabil
Semua emulgator bekerja dengan membentuk film (lapisan) disekeliling
butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah
terjadinya koalesen dan terpisahnya cairan dispersi sebagai fase terpisah.
Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu minyak dalam air dan air dalam minyak
Jika dibandingkan dengan teori pada percobaan ini tidak menghasilkan
emulsi yang stabil karena masih terjadi pemisahan pada 30 menit. Beberapa
kemungkinan kesalahan yang terjadi yaitu pada pencampuran terlalu cepat dan
kurangnya emulgator yang ditambahkan.
BAB V
PENUTUP
16
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Emulgator yang digunakan dalam pembuatan yaitu Na CMC dan Gom
arab. Kedua emulgator ini berada pada fase air
2. Tipe emulsi yang didapat yaitu emulsi minyak dalam air. Didapat emulsi
tipe minyak dalam air karena dilihat dari kondisi fisik dan perhitungan
bahan yang memiliki jumlah fase air yang lebih banyak dari fase minyak
V.2 Saran
Untuk praktikan harus diperhatikan dalam menimbang dan mengukur
bahan, lebih teliti dalam melakukan perhitungan serta berhati-hati dalam
menggunakan alat-alat yang ada di laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, 2007. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM
Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ke III. Jakarta : Depkes RI
Dirjen POM, 1995. Farmakope Indonesia Edisi Ke IV. Jakarta : Depkes RI
17