Está en la página 1de 10

FGD 10

Abortus Provokatus Kriminalis dan Infanticide


1. Abortus dari Segi Medis dan Hukum
Dari segi kesehatan, abortus dibedakan dari umur kehamilan dan
bagaimana abortus terjadi, spontan atau disengaja (provokatus). Sementara hukum
hanya melihat dari dilakukan atau tidaknya pengguguran kandungan.
Menurut ilmu kesehatan kelahiran bayi dibedakan menjadi:
1. Abortus, lahir di bawah umur 20 minggu, masih berbentuk embrio, berat
kurang dari 500 gram.
2. Partus immaturus, lahir sebelum 28 minggu dengan berat badan di bawah
1500 gram berbentuk janin (fetus), harapan untuk hidup kecil sekali.
3. Partus prematurus, lahir sebelum bayi cukup umur dengan berat di bawah
2500 gram, harapan hidup lebih baik walaupun tanpa perawatan khusus.
4. Partus matures (aterm), cukup umur, 36-40 minggu, berat 2500-3500 gram
atau lebih, panjang 45-50 cm.
5. Partus serotinus, umur lebih dari 40 minggu. Bila lebih dari 42 minggu,
kesehatan plasenta kembali menurun dan bayi harus dikeluarkan, bila tidak,
bisa mengancam kehidupannya.
Menurut hukum, pengguguran kandungan adalah tindakan penghentian
kehamilan atau mematikan janin sebelum waktunya kelahiran, tanpa melihat usia
kandungan. Ini terlihat dari ketentuan undang-undang sebagai berikut:
KUHP pasal 299
1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh
supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan bahwa
karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana
penjara paling lama 4 tahun, atau pidana denda paling banyak empat puluh
lima ribu rupiah.
KUHP pasal 346
1) Perempuan yang dengan sengaja menyebabkan gugurnya atau mati
kandungannya atau menyuruh orang lain menyebabkan itu, dihukum
dengan hukuman penjara selama empat tahun.
KUHP pasal 347
1) Barang siapa dengan sengaja menyebabkan gugur

atau mati kandungan

seseorang perempuan tidak dengan izin perempuan itu, dihukum dengan


hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun.

2) Jika perbuatan berakibat perempuan itu mati, ia dihukum dengan hukuman


penjara selama-lamanya lima belas tahun.
KUHP pasal 348
1) Barang siapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungan
seseorang perempuan dengan izin perempuan itu, dihukum dengan hukuman
penjara selama-lamanya lima tahun enam bulan.
Untuk memahami pengertian abortus secara hukum dan medis, maka harus
dilihat pengertian pembunuhan anak dan pembunuhan biasa pada anak secara
hukum, sebab hukum memberi ganjaran hukuman yang berbeda untuk
pengguguran kandungan, pembunuhan anak sendiri dan pembunuhan biasa
(termasuk pada bayi). Untuk melihat perbedaan,

di bawah ini dikemukakan

ketentuan hukum yang berkaitan dengan pembunuhan anak sendiri seperti


terdapat pada KUHP pasal 341.
KUHP pasal 341
1) Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat
anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas
nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri dengan pidana
penjara paling lama 7 tahun.
Bila bayi dilahirkan sebelum umur 28 minggu kehamilan maka dapat
digolongkan ke dalam abortus. Bila bayi dilahirkan di atas 28 minggu dan
dibunuh oleh ibunya, maka digolongkan ke dalam pembunuhan anak sendiri.
Harus dipahami bahwa batas umur ini tidak mutlak, sebab bisa saja anak belum
berumur 28 minggu, dapat bernafas dan menangis saat dilahirkan, dan bila ibu
tetap melaksanakan niatnya untuk mematikan anak tersebut, maka termasuk ke
dalam penggolongan pembunuhan anak sendiri. Dengan demikian, untuk
menerapkan ketentuan hukum pidana, diperlukan penentuan umur janin dan ada
tidaknya tanda-tanda sudah pernah bernafas. Dengan demikian dalam skema dapat
dilihat sebagai berikut:
Abortus

Pembunuhan anak sendiri

Pembunuhan biasa pada

anak
Sejak konsepsi sampai 28
minggu
(viable) Anak
sudah
dirawat
dengan 28 minggu sampai dengan aterm (36- setelah kelahiran.
(viable).
40 minggu) atau tidak
2

lama kemudian.
2. Jenis abortus
Abortus dapat dibagi atas 2 kelompok, yakni:
a. Abortus alami (natural spontaneus)
b. Abortus buatan (provocation)
Legal : pelaku abortus dapat melakukan tindakan abortus tanpa ada sanksi

hukum.
Kriminal
Indikasi pengguguran kandungan:

a. Terapeutik, jika kehamilan dilanjutkan akan membahayakan jiwa ibu.


b. Eugenik, atas pertimbangan resiko terhadap anak yang dilahirkan berupa cacat
fisik atau mental.
c. Humanitarian (kesejahteraan sosial), misalnya pada kehamilan akibat korban
perkosaan.
d. Sosial, berhubungan dengan kegagalan alat kontrasepsi, anak terlalu banyak,
belum siap menerima kehadiran anak.
3. Abortus provokatus kriminalis
Abortus kriminalis adalah tindakan pengguguran yang sengaja dilakukan
untuk kepentingan si pelaku, orang hamil dan yang membantu. Cara pengguguran
bisa ditempuh melalui satu atau lebih cara, seperti:

Kekerasan umum (general violence)


Biasanya jalan ini ditempuh pada awal kehamilan dengan asumsi hasil

konsepsi akan lepas dengan melakukan kegiatan fisik yang berlebihan atau
tekanan di daerah perut.
a.
b.
c.
d.

Melompat-lompat, skipping, lari, naik kuda, senggama berlebihan.


Menekan, memicit, menekan dengan lutut, pukulan pada daerah perut.
Berendam di air panas dan dingin secara bergantian.
Angkat perut, pemijatan kandungan (biasa oleh dukun).
Obat-obatan atau ramuan
Dalam masyarakat, penggunaan obat tradisional, seperti nanas muda, jamu

peluntur sudah lama dikenal. Secara kedokteran dapat dibedakan obat-obat yang
digunakan untuk menggugurkan kandungan sebagai berikut:

a. Ecbolica, membuat kontraksi uterus, seperti derivat ergot, kinina, ekstrak


pituitari, estrogen. Untuk tujuan abortivum harus digunakan dalam dosis
tinggi sehingga dapat menimbulkan bahaya.
b. Emenagoga, merangsang atau memperlancar haid, seperti apiol, minyak pala,
oleum rutae.
c. Obat-obat yang meningkatkan sirkulasi darah di daerah panggul sehingga
mempengaruhi uterus, seperti ekstrak cantharidium.
d. Obat yang bekerja melalui tractus digestivus, seperti pencahar yang bekerja
cepat, castor oil, kalomel, kroton oil, menyebabkan peredaran darah di daerah
pelvis meningkat sehingga mempengaruhi hasil konsepsi.
e. Obat-obat iritan, seperti arsenik, fosforus, merkuri.
Kekerasan lokal (Local Violence)
Bila usaha kekerasan umum atau dengan obat-obatan gagal, pilihan
kekerasan lain adalah melakukan kekerasan lokal. Kekerasan lokal sering
menyebabkan kematian ibu, sebab berbagai komplikasi dapat terjadi, seperti:
a. Perdarahan, terjadi akibat perforasi jalan lahir dan uterus.
b. Infeksi, biasa terjadi karena pemakaian alat-alat yang tidak steril atau
memasukkan benda asing ke dalam rongga rahim, seperti pemakaian lidi,
kawat, jari.
c. Syok, terjadi akibat reflek vaso-vagal atau syok neurogenik.
d. Emboli udara, terjadi karena menyemprotkan cairan atau pasta ke dalam
uterus, yang terkadang disertai masuknya udara ke dalam uterus yang sedang
dalam keadaan luka. Diperkirakan masuknya udara sebanyak 70-100 cc dapat
menimbulkan kematian.
4. Pemeriksaan Korban Hidup
Pemeriksaan pada ibu yang diduga melakukan aborsi adalah:

Mendapatkan tanda-tanda sisa kehamilan.


Menentukan cara pengguguran yang dilakukan.
Menentukan berapa lama sudah pengguguran dilakukan.
Pemeriksaan tes kehamilan, yang masih bisa dilakukan beberapa hari sesudah

bayi dikeluarkan dari kandungan, seperti:


Adanya colostrum pada peremasan payudara.
Nyeri tekan di daerah perut.
Pembengkakan pada labia mayor, minor dan servik.
Mungkin masih didapati sisa plasenta, bahan-bahan yang tak lazim dalam

jalan lahir, sisa bahan abortivum.


5. Pemeriksaan Postmortem

Pemeriksaan dilakukan menyeluruh melalui pemeriksaan luar dan dalam


(autopsi). Pemeriksaan ditujukan pada:

Menentukan perempuan tersebut dalam keadaan hamil atau tidak. Untuk itu
diperiksa:
a. Payudara (makroskopik dan mikroskopik).
b. Ovarium, mencari adanya corpus luteum persisten secara mikroskopik.
c. Uterus, lihat besarnya uterus, kemungkinan sisa janin dan secara

mikroskopik adanya sel-sel trofoblas dan sel-sel desidua.


Mencari tanda-tanda cara abortus provokatus dilakukan:
a. Mencari tanda-tanda kekerasan lokal, seperti memar, luka, perdarahan
pada jalan lahir.
b. Mencari tanda-tanda infeksi akibat pemakaian alat yang tidak steril.
c. Menganalisa cairan yang ditemukan dalam vagina atau kavum uteri.
Menentukan sebab kematian, apakah karena perdarahan, infeksi, syok, emboli

udara, emboli cairan atau emboli lemak.


6. Infanticide, Pembunuhan Anak Sendiri dan Pembunuhan Biasa pada
Anak
Infanticide artinya membunuh infant, anak yang berumur di bawah 12
bulan. Bila niat untuk membunuh anak itu datang dan dilakukan sesudah merawat
anak tersebut, batas tidak berapa lama kemudian sudah dilewati, artinya
pembunuhan ini digolongkan pembunuhan biasa pada anak. Dalam tabel yang
dibuat mengenai abortus digambarkan bahwa lanjutan perbuatan abortus yang
dilakukan di atas umur 7 bulan (viable), masuk ke dalam daerah pembunuhan
anak sendiri sampai saat anak dilahirkan dan tidak berapa lama kemudian,
sesudah itu termasuk dalam pembunuhan biasa pada anak.
Ketentuan Hukum
Dalam KUHP pembunuhan anak sendiri termasuk dalam Bab kejahatan
terhadap nyawa orang.
KUHP pasal 341
1) Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat
anak dilahirkan atau tidak berapa lama kemudian, dengan sengaja
merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri
dengan pidana paling lama tujuh tahun.
KUHP pasal 342

1) Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut
akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan
atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena
melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun.
Jadi dalam ketentuan hukum ini dijelaskan bahwa pembunuhan anak
sendiri dilakukan oleh ibu sendiri, tidak mempersoalkan telah kawin atau belum.
Selanjutnya mengenai waktu adalah ketika anak dilahirkan dan tidak berapa lama
kemudian.
Bila dokter menghadapi kasus yang diduga pembunuhan anak sendiri,
maka ada beberapa pemeriksaan atau kejelasan tertulis (VeR) yang diperlukan
penegak hukum adalah mengenai:
Umur bayi
Lahir hidup atau lahir mati
Bila lahir hidup, berapa umur bayi
Apakah bayi telah dirawat
Apa sebab kematian bayi
Umur bayi
Umur bayi harus ditentukan untuk memastikan kasus yang dihadapi
apakah digolongkan abortus, pembunuhan anak sendiri atau pembunuhan biasa
pada anak. Umur bayi yang diperiksa harus dipastikan dengan berbagai
pendekatan seperti panjang bayi, berat badan, lingkar kepala dan pusat
penulangan.
a. Panjang badan bayi
Ada korelasi yag didapatkan de Haas antara umur dan panjang bayi dalam
kandungan yang diturunkannya dalam rumus empiris sebagai berikut:
<5 bulan

: umur (bulan) = akar kuadrat dari panjang badan

>5 bulan

: umur (bulan) = panjang badan : 5

Bila didapati panjang badan bayi dari verteks sampai ke tumit, misalnya
38 cm, maka umur adalah 38:5 yaitu antara 7-8 bulan, tetapi sebaiknya dinyatakan
dalam 30-32 minggu.
b. Berat badan

Terdapat tabel tentang hubungan umur dengan berat badan, misalnya anak
cukup umur 9-10 bulan dengan panjang badan 45-50 cm mempunyai berat badan
2500-3500 gram; umur 28 minggu kira-kira 1500 gram; umur 20 minggu kira-kira
500 gram.
c. Lingkar kepala
Bayi dengan umur di atas 28 minggu tanpa cacat, mempunyai lingkar
kepala (circumferentia fronto-occipitalis) lebih dari 32 cm.
d. Pusat penulangan
Pusat penulangan juga sangat berguna untuk memastikan umur korban, di
antaranya dapat dilihat pada Tabel Hubungan Umur dengan Pusat Penulangan di
bawah ini:
Pusat Penulangan

Umur (bulan)

Kalkaneus
Talus
Distal Femur
Proksimal Tibia
Kuboid

5-6
7
9
9
9

Pemeriksaan pusat penulangan dapat dilakukan secara radiologis atau


diperiksa langsung di meja utopsi. Untuk melihat pusat penulangan di proksimal
tibia atau distal femur dapat dilakukan dengan menekuk sendi lutut dan menyayat
melintang, mengeluarkan tulang patella. Pada tibia dilakukan sayatan melintang
seperti mengiris bawang, selapis demi selapis sampai dijumpai pusat penulangan
pada epifisis, berbentuk merah dan bulat. Begitu juga dengan pemeriksaan pusat
penulangan di distal femur. Untuk tulang metatarsal dilakukan dorsofleksi dan
pemotongan antara jari 3 dan 4 ke belakang ke arah tengah tumit. Di bagian depan
pemotongan melalui tulang kuboid, di bagian belakang melalui tulang talus dan
kalkaneus. Untuk mendapatkan pusat penulangan di ketiga tulang ini dilakukan
penyayatan ke samping lapis demi lapis. Dengan demikian umur bayi sudah
viable bila didapati panjang di atas 35 cm, berat badan di atas 1000 gram, pusat
penulangan di os talus apalagi bila didapati pada os kuboid, proksimal tibia dan
distal femur merupakan petunjuk bayi sudah aterm.
Bayi lahir hidup atau lahir mati

Ada dua keadaan bayi lahir mati, yaitu lahir mati karena dalam kandungan
sudah mati (dead born fetus) dan bayi dalam kandungan masih hidup namun
sewaktu dilahirkan mati (still born), kemungkinan mati dalam perjalanan
kelahiran. Membedakan keduanya dalam autopsi tidaklah mudah, sebab pada
dead born yang masih baru mati dalam kandungan belum tampak tanda-tanda
pembusukan intrauterine (maceration, aseptic decomposition). Tanda maserasi
jelas terlihat bila sudah mati beberapa hari, dengan tanda-tanda berbau susu asam,
epidermis berwarna keputihan dan keriput, tubuh mengalami perlunakan sehingga
terlihat dada mendatar. Bila telah lama meninggal bayi mengeras seperti batu
(litopedion).
Pada bayi lahir mati (still born) tampak dada datar, puncak diafragma
biasanya masih tinggi pada iga 3-4. Bila mayat telah membusuk, penilaian tidak
tepat lagi karena perikard dan jantung yang utama terlihat ketika rongga dada
dibuka, sedangkan aru-paru terlihat di belakang, bentuknya kecil (sedikit mengisi
rongga dada), dengan warna coklat uniform, konsistensi padat, tidak ada krepitasi,
pinggir paru tajam, uji apung paru negatif. Pada bayi lahir hidup:

Bentuk dada membulat, warna kemerahan.


Diafragma telah turun setinggi iga 5 dan 6.

Paru-paru adalah bagian utama yang terlihat saat rongga dada dibuka: warna
kemerahan, tidak uniform (bergaris seperti mozaik atau marmer), spongi, ada

krepitasi, pinggir paru tumpul.


Dalam rongga perut tampak lambung dan usus telah terisi udara yang terjadi
secara bertahap sehingga bisa dipakai untuk menentukan sudah berapa lama
bayi hidup (bukti lahir hidup dapat juga dinilai dari isi lambung yang mungkin
berisi susu).

Uji apung paru


Organ faring, laring, esofagus, trakea dan paru-paru dimasukkan ke dalam
air dan dilihat mengapung atau tenggelam. Bila tenggelam berarti belum bernafas,
sebaliknya bila terapung berarti sudah bernafas. Ini diteruskan dengan memotong
dan mengeluarkan jantung dan timus, kemudian paru kiri dan kanan dipisahkan

sambil menilai apakah keduanya tetap mengapung. Bila salah satu paru
tenggelam, mungkin saja ada proses penyakit di salah satu paru. Selanjutnya
memotong setiap lobus dan akhirnya dalam potongan lebih kecil. Semua ini
dilakukan untuk memastikan bila ada kelainan paru. Bila perlu diteruskan dengan
pemeriksaan histopatologi.
Pada bayi yang paru-parunya belum berkembang dan mengalami proses
pembusukan, uji apung paru bisa juga positif. Hal ini dapat dibedakan dengan
meletakkan potongan kecil paru-paru di antara kertas atau karton dan ditekan
secukupnya. Bila masih terapung menunjukkan paru-paru telah bekerja karena
udara dalam alveoli tidak terdesak keluar. Sebaliknya, bila tenggelam
menunjukkan adanya proses pembusukan karena udara hasil pembusukan terdesak
ke luar. Bila telah terjadi pembusukan lanjut, uji apung ini tidak dapat dipercaya.
Berapa umur bayi sesudah lahir
Berapa umur bayi sesudah dilahirkan, dapat dinilai melalui pemeriksaan:
o Tali pusat
a. Jam pertama kelahiran: terdapat bekuan darah di ujung tali pusat
b. 36 jam kelahiran: lingkaran merah pada pangkal tali pusat
c. 6-8 hari: tali pusat mengering
d. 2 minggu: luka sembuh
o Mekonium
a. Normalnya keluar 24-48 jam setelah kelahiran.
b. Pada persalinan sulit, mekonium keluar lebih cepat.
o Tractus digestivus : proses pengisian udara traktus digestivus yang dimulai
dari lambung pada menit-menit pertama kehidupan, sampai ke usus halus
berlangsung 1-2 jam, sampai ke usus besar dalam 5-6 jam dan sampai ke
rektum dalam 12 jam.
o Kaput suksedanium: hilang dalam 24 jam setelah kelahiran, sefal hematom 710 hari setelah kelahiran.
o Eritrosit berinti yang didapat pada awal kehidupan akan menghilang dalam 24
jam sesudah kelahiran.
Tanda perawatan
Tanda-tanda bayi sudah dirawat dapat terlihat dari:
o Tali pusat yang sudah dipotong dan dirawat dengan antiseptik.
o Verniks kaseosa dan bekas-bekas darah telah dibersihkan.

o Terdapat susu dalam lambung.


Sebab kematian
Umumnya pembunuhan anak dilakukan dengan cara-cara yang tidak
meninggalkan jejak pembunuhan atau terjadi seakan-akan kecelakaan, seperti:
o Pembengkapan
o Mencederai otak dengan menusuk ubun-ubun atau langit-langit yang masih
o
o
o
o

lembek
Menenggelamkan bayi
Mencederai kepala
Mengubur bayi hidup-hidup
Menelantarkan bayi di sembarang tempat

10

También podría gustarte