Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
SISTEM PENGINDERAAN
A. SISTEM PENGLIHATAN
1.
c. Otot Mata
Gerakan mata dikontrol oleh enam otot ekstraokuler yang masuk ke sklera
dan dipersarafi oleh SO III, dan VI. Otot rektus lateralis melakukan abduksi
dan otot rektus medial melakukan adduksi mata. Kedua otot ini harus
bekerja sama untuk gerakan mata dari satu sisi ke sisi lain. Otot rektus
superior mengangkat dan melakukan adduksi dan otot rektus inferior
melakukan depresi dan adduksi. Otot oblik superior mengarahkan mata ke
lateral dan inferior, dan otot oblik inferior mengarahkan ke superior dan ke
lateral.
d. Suplai Darah
Suplai darah mata berasal dari cabang arteri karotis interna, cabang arteri
oftalmik. Arteri retina sentralis dan koriokapilaris lapisan koroid
memberikan darah ke retina; keduanya harus tetap utuh untuk
mempertahankan fungsi retina. Sirkulasi vena perlu untuk mengikuti pola
arteri. Pada inspeksi dengan menggunakan oftalmoskop, vena terlihat lebih
besar dan lebih gelap daripada bagian-bagian arteri.
Bagian-bagian dari mata yang seharusnya avaskuler (kurang darah)
ialah lensa dan kornea. Struktur-struktur ini harus bebas dari pembuluh
darah, sehingga cahaya dapat lewat tanpa terhambat dan berfokus dengan
tajam pada retina. Bila kornea mengalami cedera, dapat terjadi
pertumbuhan pembuluh darah kecil ke tempat itu, sehingga menjadi tidak
transparan. Pembuluh darah yang tumbuh ke kornea, kecuali pada tempat
yang paling tepi, selalu bersifat patologis dan dapat dilihat dengan mata
telanjang. Kornea menerima nutrisinya dari oksigen yang larut dalam
airmata, dari humor aqueus (cairan yang berada di kamera anterior), dan
bagian kecil dari pembuluh darah kecil sekitar limbus korneosklera. Lensa
juga avaskuler dengan alasan yang sama dengan kornea.
Created by : H. MUHAMMAD BASRI,S.ST. M.Kes
e. Bola Mata
Bola mata dilapisi oleh tiga lapisan primer : sklera, uvea (yang mengandung
koroid), dan retina. Tiap lapisan mempunyai struktur dan fungsinya sendiri.
Ketiga lapisan tersebut berperan dalam bentuk mata yang bulat ketika terisi
humor vitreus (subtansi seperti gelatin antara lensa dan retina).
Sklera
Lapisan paling luar dan kuat dinamakan sklera-bagian putih mata. Bila
sklera mengalami penipisan warnanya akan menjadi kebiruan. Di bagian
posterior, sklera mempunyai lubang yang dilalui saraf optikus dan pembuluh
darah retina sentralis. Di bagian anterior berlanjut menjadi kornea.
Permukaan anterior sklera diselubungi secara longgar dengan konjungtiva,
suatu membran mukosa tipis yang mengandung berbagai kelenjar yang
bertanggung jawab untuk lapisan air mata. Konjungtiva palpebra melapisi
sisi bawah kelopak mata dan merupakan kelanjutan dari konjungtiva
bulbaris yang menyelubungi sklera anterior. (Hal ini sangat menguntungkan
sehingga lensa kontak tidak mungkin terselip ke dalam mata). Konjungtiva
berakhir pada limbus korneosklera. Biasanya mengandung jaringan pembuluh
darah yang rapat.
Uvea
Lapisan tengah yang mengandung pigmen adalah traktus uvea, yang tersusun
atas koroid, iris, dan badan silier. Koroid merupakan lapisan vaskuler yang
memberikan darah ke lapisan epitel berpigmen retina dan retina sensoris
perifer. Koroid melapisi kamera posterior mata dan membentang dari badan
silier, di bagian anterior dan saraf optikus di bagian posterior.
Iris merupakan struktur muskuler berpigmen yang memberikan warna
khas mata. Iris adalah bagian anterior traktus uvea dan membagi ruangan
antara kornea dan lensa menjadi kamera anterior dan posterior. Merupakan
diafragma muskuler sirkuler tipis yang ditengahnya terdapat lubang bulat,
pupil. Pupil akan berubah ukurannya ketika iris secara spontan beradaptasi
terhadap cahaya dengan berdilatasi atau berkontraksi.
Perubahan tersebut dapat mengontrol jumlah sinar yang masuk ke
dalam mata, sehingga akan memfasilitasi penglihatan dalam berbagai
derajat intensitas cahaya. Melingkar di bagian belakang iris terdapat badan
silier.
Badan silier mengandung serbut otot yang dapat membuat kontraksi
dan relaksasi zonula lensa (struktur yang menggantung lensa). Badan silier
berperan (penting dalam menjaga tekanan intraokuler (TIO) dengan sekresi
humor aqueus, cairan transparan berkadar air tinggi yang mengisi kamera
anterior dan posterior dan kemudian disalurkan melalui kanalis Schlemm.
Produksi dan pengaliran terus menerus cairan ini sangat penting untuk
menjaga TIO tetap konstan, normalnya terukur dalam kisaran 12 mm Hg.
Created by : H. MUHAMMAD BASRI,S.ST. M.Kes
Retina
Lapisan dalam bola mata adalah retina, jaringan delapan lapis,
semitransparan, tipis yang melapisi bagian dalam bola mata. Bagian
terdalam dalam retina mengandung sel ganglionik dan fotosensitif retina
sensoris. Lapisan luar, bagian satu lapis retina adalah epitelium berpigmen.
Bila dilihat melalui oftalmoskop, retina memperlihatkan refleks merah
khas, sebenarnya pendaran jingga. Retina mengandung arteri dan vena yang
memberi asupan darah. Terentang mulai dari saraf optikus, di bagian
posterior sampai bagian batas anterior berigi (ora serrata) dekat badan
silier.
Batang dan kerucut. Retina mengandung dua jenis sel fotosensitif
dikenal sebagai batang dan kerucut. Batang bertanggung jawab untuk
penglihatan perifer, ketajaman pandangan pencahayaan rendah, dan
membedakan bentuk dan batas benda. Batang terletak terutama di aspek
perifer retina.
Kerucut bertanggung jawab terhadap pembedaan warna dan
penglihatan tajam. Terletak lebih ke sentral dengan konsentrasi tertinggi
pada makula lutea. Makula sentral mempunyai cekungan dangkal yang
dinamakan fovea sentralis, yang hanya mengandung kerucut. Mata biasanya
berusaha memfokuskan cahaya ke daerah ini. Bila dilihat melalui
oftalmoskop, makula nampak lebih gelap dibanding bagian lain retina.
Asupan darah ke makula secara ekslusif melalui koroid.
Retina melekat secara longgar pada epitel berpigmen dan disokong
oleh humor vitreus seperti jel yang mengisi bola mata. Bila humor vitreus
mengkerut atau bertraksi, seperti pada lansia, retina sensoris dapat tertarik
dari epitel berpigmen. Terbentuknya lubang kecil atau robekan pada retina
akan memutuskan pula persatuan tersebut, sehingga cairan dapat bocor ke
belakang retina dan melepaskannya.
Diskus Optikus. Terletak agak ke nasal, tetapi masih di sentral, di
retina adalah diskus optikus. Tempat inilah dimana retina sensoris
berkonvergensi membentuk saraf optikus. Karena diskus optikus tidak
memiliki sel fotosensitif, maka merupakan titik buta dalam medan
penglihatan. Arteri dan vena retina sentralis bercabang dari pusat headoptik.
Dilihat dengan oftalmoskop, diskus optikus mempunyai kesan
cekungan dangkal, atau mangkuk fisiologis, yang harus ada tidak lebih dari
sepertiga diskus dan harus mempunyai batas yang tegas. Pada keadaan
dimana terjadi peningkatan TIO, diskus menjadi lebih cekung, sehingga
mengakibatkan kerusakan saraf optikus dan kehilangan penglihatan. Batas
diskus juga tampak kabur tanpa tepi yang tegas, seperti terlihat pada edema
papil (pembengkakan diskus optikus) dan peningkatan tekanan intrakranial.
Retina distikulasi oleh cahaya yang masuk melalui kornea, lensa, dan
humor vitreus. Derajat ketajaman fokus bergantung pada bentuk bola mata
dan kejernihan refraksi (alur) cahaya, yang mempengaruhi pemfokusan
cahaya pada retina. Orang dengan miopia, atau pandangan dekat,
Created by : H. MUHAMMAD BASRI,S.ST. M.Kes
Badan silier
Badan silier, suatu cincin jaringan yang merupakan kelanjutan dari iris,
dengan perjalanan sebesar 360 derajat pada sisi bawahnya. Badan silier
merupakan sel berpigmen, dan merupakan vaskuler dan muskuler. Badan
silier mempunyai dua fungsi : membuat humor aqueus dan menyesuaikan
bentuk lensa untuk akomodasi atau pemfokusan.
Humor aqueus perlu untuk
memberi nutrisi pada kornea dan
mempertahankan tekanan intraokuler.
Badan silier mempunyai ligamentum suspensorium, dinamakan
zonula, yang menyokong lensa dan menggantungkan-nya ke badan silier di
belakang iris. Otot badan silier akan berkontraksi dan relaksasi untuk
membentuk lensa agar refraksi cahaya menjadi tepat.
Akomodasi. Untuk melihat benda dalam jarak dekat, badan silier akan
berkontraksi, membuat zonula berelaksasi, dan lensa menjadi lebih
cembung dan memungkinkan cahaya terfokus pada retina. Proses ini dikenal
sebagai akomodasi. Lensa yang tergantung di belakang iris bekerja
melakukan refraksi dan membelokkan cahaya agar terfokus ke retina.
Bentuk lensa ditentukan oleh traksi yang terjadi dari kontraksi dan relaksasi
zonula silier. Lensa pada orang muda sangat lentur dan mudah dibentuk
untuk akomodasi. Bersama bertambahnya usia, lensa menjadi kuning, kaku,
dan kurang bisa berakomodasi.
Humor aqueus
Humor aqueus yang diproduksi di kamera posterior oleh badan silier
bersirkulasi sekitar lensa dan iris ke kamera anterior. Cairan aqueus
memberikan nutrisi esensial ke jaringan avaskuler kamera anterior: kornea,
lensa, dan jaring-jaring trabekula. Ia mengangkut metabolit dari dan
menyediakan bahan kimia yang diperlukan untuk lingkungan dalam mata.
Begitu berada di kamera anterior, humor aqueus akan difiltrasi ke jaringjaring trabekula menuju kanalis dari Schlemm. Jaring-jaring trabekula
melingkari seluruh lingkaran kamera anterior dan tertanam pada sudut yang
terbentuk pada limbus korneosklera. Trabekulum dilingkari oleh kanalis
Schlemm yang berbentuk oval, yang berhubungan dengan jaring-jaring
trabekula, dimana humor aqueus digabungkan dalam saluran vena mata.
Selama humor aqueus diproduksi dan disalurkan dengan jumlah yang
seimbang, maka tekanan intraokuler (TIO) dalam kamera anterior dapat
dipertahankan.
TIO terjadi dari keseimbangan antara pembentukan humor aqueus
dan tahapan aliran keluar humor aqueus. TIO selalu konstan. TIO akan
berfluktuasi sepanjang hari dan dapat dipengaruhi oleh musim sepanjang
tahun, latihan, perubahan posisi tubuh, gerakan kelopak mata, makanan,
dan obat-obatan. Keadaan yang meningkatkan TIO dapat mengakibatkan
kerusakan struktur dan fungsi mata yang progresif.
Created by : H. MUHAMMAD BASRI,S.ST. M.Kes
10
11
Fundus okuli kutub dalam posterior mata yang dapat terlihat melalui
oftalmoskol
Humor aqueos cairan jernih dan berair yang bersirkulasi dalam kamera
anterior dan posterior mata; dihasilkan oleh badan siliar.
Iris (jm. Irides) membran kontraktil, sirkuler, dan berwarna yang terletak
antara kornea dan lensa kristalina dan ditengahnya membentuk pupil
Kamera anterior rongga dalam mata berisi humor aqueus, dibatasi dibagian
depan oleh kornea dan dibagian belakang oleh iris dan bagian anterior lensa
kristalina.
Kamera posterior ruangan yang berisi humor aqueus disebelah anterior
lensa dan sebelah posterior iris.
Kanalikuli pipa drainase air mata yang kecil pada bagian dalam kelopak
mata atas dan bawah mulai dari puncta ke kanalikuli komunis dan kemudian
ke kantung air mata.
Kanalis Schlemm saluran drainase aqueus mengelilingi bagian perifer
kamera anterior dan berhubungan dengan jaring-jaring trabekula.
Kantung lakrimalis kantung proksimal yang melebar dari sistem sistem
lakrimalis menghubungkan kedua duktus nasolakrimalis dan kanalikuli.
Kantus sudut pada kedua sisi ruang antara kelopak mata.
Kerucut dan batang dua jenis sel reseptor retina. Fungsi kerucut adalah
ketajaman penglihatan dan pembedaan warna; batang memungkinkan
penglihatan perifer pada pencahayaan rendah.
Konjungtiva membrana mukosa yang melapisi bagian dalam kelopak mata
(palpebra) dan berlanjut ke batas komeosklera permukaan anterior bola
mata (bulbar).
Kornea bagian anterior lapisan fibrus bola mata yang jernih, transparan.
Koroid lapisan tengah mata vaskuler berpigmen antara retina dan sklera.
Lensa lihat lensa kristalina.
Lensa kristalina struktur bikonveks transparan yang memisahkan aqueus
dari rongga humor vitreus. Fungsinya untuk merefraksi cahaya dan
memfokuskannya ke retina.
Limbus batas kornea yang berhubungan dengan sklera.
Makula lutea retinae cekungan di pusat retina di sekeliling fovea sebelah
lateral dan sedikit di bawah diskus optikus; bertanggung jawab terhadap
penglihatan sentral akut.
Palpebral berhubungan dengan kelopak mata.
Puncta muara pengaliran air mata di aspek medial batas masing-masing
kelopak mata memungkinkan aliran ke duktus lakrimalis.
Pupil lubang kontraktil sirkuler di tengah iris yang mengatur jumlah sinar
yang memasuki mata.
Retina lapisan terdalam dinding mata tersusun atas jaringan sarafl;
mengandung batang dan kerucut yang sensitif terhadap cahaya yang
menerima bayangan objek eksternal dan mentransimisikan impuls visual
melalui saraf optikus ke otak.
Rim korneoskleral batas sirkular kornea dan sklera; dinamakan limbus.
Created by : H. MUHAMMAD BASRI,S.ST. M.Kes
12
Saraf optikus saraf kranial kedua yang membawa impuls visual dan retina ke
otak.
Sklera bagian putih mata; lapisan opak, fibrous, liat berlanjut sebagai
kornea, yang bersama-sama membentuk lapisan perlindungan eksternal
mata.
Uvea lapisan mata bagian tengah, vaskuler, berpigmen, meliputi iris, badan
silier, dan koroid.
Vitreus masa seperti gelatin, tak berwarna, transparan yang mengisi dua
pertiga bagian belakang mata antara lensa kristalina dan retina.
Zonula serabut-serabut halus jaringan yang meluas dari prosesus siliaris ke
lensa kristalina dan mempertahankan lensa tetap dalam posisinya.
Kelainan mata :
Ablasio retina pemisahan retina sensoris dari lapisan epitel berpigmen di
bawahnya.
Apakia ketiadaan lensa kristalina dalam mata.
Astigmatisma kelainan refraktif dimana cahaya tak dapat masuk menjadi
satu titik fokus retina karena kelengkungan kornea atau lensa yang tidak
seimbang.
Atrofi optik degenerasi saraf optikus.
Bintitan lihat hordeolum eksterna.
Blefaritis peradangan tepi kelopak mata.
Dakriosistitis peradangan sakus lakrimalis.
Diplopia melihat satu objek terlihat dua (penglihatan ganda).
Eksoftalmos penonjolan bola mata tak normal.
Esotropia deviasi satu mata ke dalam (mata juling).
Ektropian lipatan ke luar (eversi) kelopak mata.
Emetropis penglihatan normal, kondisi refraktif dimana cahaya sejajar akan
difokuskan tepat pada retina tanpa bantuan akomodasi.
Endoftalmitis peradangan intraokuler dan serius terutama mengenai rongga
vitreus, namun dapat juga mengenai kamera anterior mata.
Entropion terbaliknya (inversi) kelopak mata.
Epiforia produksi airmata berlebihan.
Eksotropia deviasi bolamata ke luar (mata jereng).
Fotofobia sensitivitas amborma terhadap cahaya.
Glaukoma sekelompok penyakit mata yang ditandai dengan meningkatnya
tekanan intraokuler, yang mengakibatkan kerusakan patologis diskus optikus
dan defek progresif medan penglihatan.
Hemianopsis kebutaan setengah medan penglihatan.
Hifema darah dalam kamera anterior mata.
Hiperopia, hipermetropis penglihatan jauh.
Hipertropia deviasi ke salah satu mata.
Hipopion pus dalam kamera anterior mata.
Hipotoni tekanan intraokuler rendah yang abnormal.
Hordeolum eksternus (bintitan) infeksi kelenjar Moll atau Zeis
Created by : H. MUHAMMAD BASRI,S.ST. M.Kes
13
14
2. Pengkajian Oftalmik
Peran perawat dalam perawatan mata meliputi pengkajian maupun pendidikan
pasien dan perawatan tindak lanjut. Dalam menjalankan peran ini perawat
berkolaborasi bersama berbagai personel perawatan kesehatan dan spesialis
mata.
Pengkajian mata dan struktur pendukungnya harus diperhitungkan
sebagai komponen pemeriksaan neurologis karena mata terletak di kepala dan
secara langsung berhubungan dan secara struktural merupakan bagian dari
sistem saraf. Jadi, pengkajian oftalmik merupakan komponen nurovisual
pemeriksaan sensoris.
Metoda pengkajian oftalmik yang berguna bagi perawat disajikan di sini.
Diasumsuikan bahwa keterampilan yang lebih detil dan spesifik dari yang akan
ditampilkan di sini masih diperlukan pada bagian oftalmologi khusus.
Pengkajian oftalmik harus berisi tinjauan ringkas sebagai komponen
pemeriksaan fisis umum atau sebagai pemeriksaan teliti, selektif mata itu
sendiri. Derajat potensial keterlibatan oftalmik menentukan kapan diperlukan
evaluasi khusus atau hanya singkat saja.
Ada tiga bidang pengkajian oftalmik yang ditujukan pada bab ini:
pengambilan riwayat, pemeriksaan fisik, dan diagnostik khusus oftalmik dan
prosedur refraktif.
a. Riwayat oftalmik
Sebelum melakukan pengkajian fisik mata, perawat harus mendapatkan
riwayat oftalmik, medis, dan terapi pasien, dimana semuanya dapat saja
berperan dalam kondisi oftalmik sekarang. Informasi yang harus diperoleh
meliputi informasi mengenai penurunan tajam penglihatan dan upaya
keamanan dan tergantung pada alasan melakukan pemeriksaan oftalmik.
Riwayat keadaan oftalmik sangat penting saat mengumpulkan data
dasar. Kita harus menyelidiki setiap riwayat kelainan mata, seperti katarak,
glaukoma, pelepasan retina, atau penurunan tajam penglihatan. Pendekatan
ditujukan pada faktor risiko yang berhubungan dengan usia. Riwayat harus
meliputi pertanyaan mengenai glaukoma, diabetes, penyakit hipertensi,
trauma mata, pembedahan mata, dan kelainan dan penyakit lain yang dapat
mengganggu ketajaman penglihatan. Juga penting mengidentifikasi tanggal
awitan dan penanganan keadaan tersebut, dan apakah pasien pernah
menjalani prosedur oftalmik noninvasif, seperti terapi laser atau
fotokoagulasi.
Riwayat gejala oftalmik, seperti fotofobia, nyeri kepala (termasuk
lokasi dan frekuensi), pusing, nyeri okuler atau dahi, mata gatal, keluar air
mata, floater, dan setiap rabas mata harus diperoleh. Bila ada keluhan
nyeri, dikaji sehubungan dengan lokasi, awitan, durasi, penurunan
ketajaman penglihatan yang diakibatkannya, keadaan saat nyeri timbul,
upaya menguranginya, dan beratnya. Perubahan dalam gangguan ketajaman
Created by : H. MUHAMMAD BASRI,S.ST. M.Kes
15
16
2. Riwayat psikososial
Daerah pengkajian penting lainnya meliputi psikologis, demografis, dan
keprihatinan lingkungan rumah. Hal ini terutama penting bagi perawat
kesehatan rumah ketika mengevaluasi lingkungan sekeliling pasien yang
menderita gangguan penglihatan. Pendekatan lingkungan harus menyertakan
tentang keamanan di lingkungan hidup, iklim, kebersihan, hama dan
serangga, paparan terhadap iritan eksternal, dan faktor lain yang dapat
mempengaruhi kesehatan oftalmik. Bukti pola penyiksaan fisik dapat terlihat
dalam bentuk lebam mata.
Ketika menanyakan pertanyaan mengenai riwayat pasien, kita harus
memperhitungkan efek keadaan oftalmik terhadap aktivitas pasien pada
kehidupan sehari-hari dan terhadap pekerjaan. Banyak aspek hidup seharihari bergantung pada ketajaman penglihatan : keamanan dan keberhasilan
fungsi dapat terancam oleh penurunan ketajaman penglihatan. Mengendarai
kendaraan bermotor, mengasuh anak, dan keterampilan lain yang digunakan
orang dalam kehidupan sehari-hari dapat terpengaruhi oleh kelainan mata.
Gaya hidup pasien jenis pekerjaan, aktivitas hiburan dan olahraga harus
dievaluasi. Pasien ditanyai apakah masalah oftalmik yang dilaporkan telah
mempengaruhi fungsi yang biasa dilakukan. kemudian perawat dapat
mengkaji bagaimana pasien menghadapi masalah tersebut.
Kepuasaan psikologis yang dapat dicapai melalui penglihatan dapat
disejajarkan dengan kenikmatan mendengarkan musik. Kehilangan bentuk
masukan sensoris bentuk ini sangat mengganggu pada beberapa orang,
khususnya bila kehilangan penglihatannya terjadi mendadak. Mereka yang
mengalami kebutaan kongenital cenderung sudah beradaptasi dengan
dunianya secara baik. Mereka yang kehilangan penglihatannya mendadak
lebih sulit menyesuaikan diri setelah sekian lama menggantungkan diri pada
penglihatan untuk menjelajahi dunia dan mempergunakan masukan sensoris
tersebut untuk mengadakan hubungan manusiawi. Mereka yang
penglihatannya terganggu cenderung menggunakan indra lain seperti
pendengaran dan perabaan, yang kemudian menjadi lebih akut. Sangat
penting untuk menentukan apa yang dapat memfasilitasi komunikasi,
pemahaman, dan arti bagi mereka. Suara seseorang bisa sangat berarti bagi
seseorang yang mengalami gangguan penglihatan, sementara yang lain
mungkin menggantungkan diri lebih pada perabaan. Penting untuk
mengetahui masukan sensori mana yang berarti bagi individu tersebut
sehingga personel perawatan kesehatan dapat mengadaptasi komunikasi
yang dibutuhkan. Seperti orientasi terhadap lingkungan dan asuhan oftalmik.
17
18
Setelah usia 40 tahun, lensa mata mulai menjadi kaku dan tak mampu
mengakomodasikan bentuknya terhadap pandangan jarak dekat (presbiopia).
Dengan meminta pasien membaca surat kabar dengan jarak satu kaki adala
uji skrining umum untuk presbiopia. Pasien yang mengalami kesulitan
dengan pemeriksaan ini harus dirujuk ke spesialis untuk evaluasi lebih
lanjut.
2. Pengkajian gerakan mata
Otot ekstraokuler adalah enam otot kecil yang melekat pada tiap mata yang
menggerakkan bola mata. Diinervasi oleh tiga saraf otak (SO III, IV, dan VI).
Aksi sinergis (sesuai) otot ekstraokuler kedua mata menghasilkan gerakan
paralel. Mekanisme bagaimana cara kerjanya sangat kompleks, dan analisis
abnormalitasnya memerlukan konsultasi dengan dokter.
Kesejajaran paralel mata tersebut dapat dengan mudah dideteksi
dengan mengarahkan sinar langsung ke mata sementara pasien memandangi
sumber cahaya. Tempat pantulan cahaya pada mata harus identik. Refleks
cahaya yang berbeda antara satu mata dengan lainnya menunjukkan
gangguan penglihatan paralel.
Uji menutup. Disamping kesejajaran normal kedua mata ketika
keduanya berfungsi bersama, ada kecenderungan salah satu mata untuk
bergeser ke sisi nasal atau sisi temporal (dan perlunya untuk
mengkompensasi secara involunter dengan usaha) dapat dikaji dengan uji
menutup. Salah satu mata pasien ditutup dengan karton atau tangan
pemeriksa, dan pasien diminta memfokuskan mata yang tidak tertutup pada
satu benda diam sementara mata yang ditutup karton/tangan tetap terbuka.
Kemudian karton atau tangan tiba-tiba disingkirkan, dan akan nampak
gerakan abnormal mata. Bila mata, saat ditutup, bergeser ke sisi temporal,
akan kembali ke titik semula ketika penutup dibuka. Sebaliknya, bila
bergeser ke sisi nasal, fenomena sebaliknya akan terjadi. Kecenderungan
mata untuk bergeser, ketika ditutup, ke sisi temporal dinamakan eksoforia;
kecenderungan mata untuk bergeser ke sisi nasal disebut esoforia.
Lirikan Terkoordinasi. Integritas kontrol saraf otot mata dapat dikaji
dengan mengarahkan pasien, sementara kepala dijaga tetap diam, untuk
menggerakkan matanya keenam posisi kardinal lirikan dengan mengikuti
sebuah benda. Benda digerakkan ke lateral ke kedua sisi sepanjang sumbu
horizontal dan kemudian sepanjang sumbu oblik, masing-masing membentuk
sudut 60-derajat dengan sumbu horizontal. Tiap posisi kardinal lirikan
menggambarkan fungsi salah satu dari keenam otot ekstraokuler yang
melekat pada tiap mata. Bila terjadi diplopia atau pandangan ganda, selama
transisi dari salah satu posisi kardinal lirikan, pemeriksa dapat mengetahui
adanya salah satu atau lebih otot ekstraokuler yang gagal untuk berfungsi
dengan benar. Keadaan ini bisa juga terjadi bila salah satu mata gagal
bergerak bersama dengan yang lain.
19
20
21
Variasi dari satu sisi dengan sisi lainnya menunjukkan adanya atrofi
atau peningkatan dimensi, seperti terjadi pada tumor atau pembengkakan
dalam rongga orbita. Kedua mata harus relatif sama warnanya, meskipun
mungkin ada yang warnanya berbeda. Warna mata menjadi pucat sesuai
pertambahan usia, penyakit depigmentasi, dan berbagai penyakit autoimun.
Alis diobservasi mengenai kuantitas dan penyebaran rambutnya.
Kelopak mata diinspeksi warna, keadaan kulit, dan ada-tidaknya serta arah
tumbuhnya bulu mata. Batas kelopak diperiksa adanya lesi seperti bintitan
atau tumor. Terkadang pada patah tulang dasar tengkorak difosa anterior,
darah dapat merembes dari robekan dura ke rongga orbita; hematoma yang
terjadi menyebabkan gambaran mata hitam yang dikenal sebagai mata
raccoon. Pasien dengan patah tulang dikaji adanya kebocoran cairan
serebrospinal dari hidung yang menyertainya (rinotea). Batas orbita
dipalpasi untuk adanya defek. Iregularitas tepi tulang orbita bisa terjadi
pada patah tulang blow-out orbita atau patah tulang wajah. dapat terjadi
terjeratnya otot ekstraokuler atau traktus saraf krania. Juga dicatat adanya
jaringan parut, pembengkakan, lepuh, laserasi, cedera lain dan adanya
benda asing.
Kelopak mata
Posisi kelopak mata dikaji dalam hubungannya dengan bola mata. Posisi
kelopak dan simetri merupakan bagian sangat penting pada pemeriksaan
saraf otak (SO). Untuk mengkaji SO III, perawat meminta pasien untuk
menutup mata secara ringan untuk menentukan apakah mata bisa tertutup
secara penuh. Pembukaan mata mengkaji SO VII.
Setelah mata terbuka, posisi kelopak diobservasi untuk melihat apakah
keduanya simetris dan batas bawahnya berhenti pada bagian iris sama
tinggi. Tidak boleh terlihat sklera di atas atau di bawah kornea. Posisi
kelopak harus simetris, dan kelopak mata atas harus tepat melintasi limbus
kornea dan di atas pupil. Kelopak tidak boleh menutupi pupil, yang dapat
mengganggu penglihatan. Iris, kornea atau sklera tidak dapat terlihat secara
utuh pada keadaan istirahat saat wawancara. Terlihatnya bagian mata yang
lebih dari biasa mengindikasikan adanya protrusi, atau eksoftalmos, yang
mungkin diakibatkan oleh hipertirodisme atau masa dalam orbita.
Eksoftalmos klasik, seperti pada penyakit Grave (hipertirodisme),
diperkirakan merupakan proses autoimun yang berakibat inflamasi orbita
dan pembengkakan otot dan lemak. Protrusi unilateral dapat berhubungan
dengan masa dalam orbita, seperti tumor, sementara protrusi bilateral
menunjukkan adanya edema umum. Retraksi kelopak dapat menyerupai
keadaan seperti mata yang mengalami protrusi.
Mata dan kelopak mata orang yang kekurangan nutrisi atau dehidrasi
nampak seperti tenggelam atau cekung karena lemak dan cairan yang
tersimpan di belakang bola mata hilang. Ptosis (turunnya kelopak) dapat
Created by : H. MUHAMMAD BASRI,S.ST. M.Kes
22
23
24
25
atau lubang pada kornea, jangan sekali-kali diberikan tetes mata, karena
dapat masuk ke dalam mata dan merusak sel endotel yang tak dapat
beregenerasi. Perlu diingat, pewarna topikal dapat menodai lensa kontak;
jadi, lensa harus dilepas sebelum pemberian pewarna.
Limbus harus diperiksa adanya penyebaran pembuluh darah atau
adanya warna merah gelap, yang terlihat pada inflamasi traktus uvea. Pasien
usila terkadang mengalami arkus senilis, suatu cincin keabuan jinak di
sekeliling batas kornea. Namun, bila terdapat pada pasien muda,
menunjukkan adanya peningkatan kadar kolesterol serum.
Untuk memeriksa konjungtiva palpebra atas, misalnya untuk mengambil
benda asing atau mengkaji warna atau asupan darah sklera, perlu
melakukan eversi kelopak mata atas sebagai berikut :
1. Minta pasien memandang ke bawah. Terangkan apa tujuannya; kemudian
pegang dengan lembut bulu mata atas di antara ibu jari dan telunjuk dan
tarik ke depan.
2. Letakkan batang kecil, seperti spatel lidah atau lidi kapas, pada lipatan
tarsus. Dengan lembut lipat kelopak mata ke belakang sementaa pasien
tetap melihat ke bawah
26
27
28
29
REFRAKSI
EMETROPIA
Sinar-sinar yang sejajar dengan sumbu mata tersebut, oleh mata tersebut tanpa
akomodasi dibias pada retina sehingga ketajaman penglihatan maksimum.
Akomodasi adalah kemampuan lensa untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi
otot siliar yang terletak pada badan siliar akibatnya daya pembiasan lensa membesar
sehingga titik-titik yang letaknya lebih dekat pada mata dibias pada retina.
Pungtum remotum
Pungtum proksimum
Kesalahan refraksi
1. Miopia (pandangan dekat)
2. Hipermetropia (pandangan jauh)
3. Anisometropia (fokus yang sama pada kedua mata)
4. Astigmatisme (fokus asimetris)
5. Presbiopik (ketidakmampuan mengubah fokus)
Kekuatan dan jenis lensa untuk dapat mengoreksi kesalahan refraksi ditentukan
dengan alat retinoskop
Berdasarkan pemeriksaan lensa koreksi yang cocok dipilih kemudian dipertajam
dengan meminta pasien membaca kartu snellen melalui berbagai lensa yang
berbeda
Refraktor otomatis dengan penggunaan lensa
PRESBIOPIA
Jika pungtum proksimum letaknya jauh dari jarak baca seseorang
Timbul umumnya pada umur 40 tahun dibantu dengan adisi lensa S+
Untuk orang Indonesia dipakai tabel sbb :
30
Umur
Koreksi
40 tahun
AD S+ 1.00
45 tahun
AD S+ 1.50
50 tahun
AD S+ 2.00
55 tahun
AD S+ 2.50
60 tahun
AD S+ 3.00
Dst
AD S+ 3.00
ASTIGMATISMUS
Sinar sejajar dengan sumbu penglihatan (visual line) tidak dibiaskan pada satu titik
tetapi banyak titik
Titik pembiasan mungkin letaknya :
o Tidak teratur (astigmatismus irreguler) disebabkan permukaan kornea dapat
dilihat dengan cakram placido, dimana lingkaran-lingkarannya dicerminkan
sebagai lingkaran-lingkaran yang tidak teratur
o Teratur (astigmatismus reguler) semua titik pembiasan letaknya pada sumbu
penglihatan
Fokus sinar cahaya mengalami distorsi dan klien tidak dapat memfokuskan sinar
horisontal dan vertikal ke retina secara bersamaan.
Penyebab : kelainan permukaan kornea yang tidak rata keratometer.
Gejala : pandangan kabur, ketidaknyamanan pada mata.
MIOPIA
-
Sinar-sinar sejajar dengan sumbu mata tanpa akomodasi dibias di depan retina
mata mempunyai bentuk memanjang atau daya kreatif berlebihan dan fokus cahaya
dari benda di depan retina tidak dapat melihat jarak jauh tidak mampu
mengurangi daya reaktif yang berlebihan.
Penyebab :
31
Gejala-gejala astenovergen
Terapi :
HIPERMETROPIA
Pengertian
Sinar yang berjalan sejajar dengan sumbu mata tanpa akomodasi dibias di belakang
retina.
Gejala-gejala
-
Jika derajat hipermetropia pada satu mata lebih tinggi dari mata yang lain mata
yang pertama tidak digunakan penglihatan semakin kurang strabismus
divergen leksotropia.
Terapi
Penggunaan lensa S+ lensa konveks
32
Jenis
Kaca mata
Ketahanan
Keuntungan
Sempurna
Koreksi
Kerugian
-
penglihatan
di
udara dingin
sempurna
-
Berembun
Mudah
Secara kosmetik
kurang disukai
dirawat
Mengganggu
pekerjaan tertentu mis
olahraga
Koreksi
nyaman
sempurna
Lebih
murah
Efektif
adaptasi
untuk
Penggantian
tahun
Kemungkinan
intoleransi
astigmatisme
Ringan
tipis
Memerlukan
pasien
-
orang
penglihatan
-
Pada
dan
mengapung
ditembus
gas
dapat menghambat O2
Lensa
bergerak bersama-
perlu
sama mata
mengedipkan mata.
Jenis
selalu
yang
Perlu
sanitasi
setiap hari
-
Lebih nyaman
Penglihatan
perifer lebih baik
Resiko
iritasi,
Fleksibel
menyerap air
Tidak
efektif
untuk astigmatisme
-
Resiko intoleran
33
Pengkajian
Data subjektif
-
Sakit kepala
Penglihatan kabur
Data objektif
-
Visus menurun
Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman pusing b/d cahaya dari benda tidak terfokus
2. Resiko injury b/d penglihatan kabur
Rencana keperawatan
Dx. 1. Gangguan rasa nyaman teratasi
Intervensi :
1. Kaji tingkat penglihatan
2. Anjurkan untuk melihat benda sesuai kemampuan akomodasi mata
-
3. Kolaborasi untuk koreksi refraksi : lensa konkaf, konveks dan atau silinders dengan :
-
Kacamata
Lensa kontak
34