Está en la página 1de 48

Toluena adalah suatu senyawa tidak berwarna, cairan berbau aromatic yang khas dimana tidak

setajam benzena. Asal kata toluena diambil dari sebuah resin alami, kata tolu, merupakan sebuah
nama dari sebuah kota kecil di Colombia, Amerika Selatan. Toluena ditemukan antara produk
degradasi dengan cara pemanasan resin tersebut. Toluena dikenal juga sebagai metilbenzena
ataupun fenilmetana yaitu cairan bening tak berwarna yang tak larut dalam air dengan aroma
seperti pengencer cat dan berbau harum seperti benzene.
Toluena adalah hidrokarbon aromatik yang digunakan secara luas dalam stok umpan industri
dan juga sebagai bahan pelarut bagi industri lainnya. Seperti pelarut-pelarut lainnya, toluena juga
digunakan sebagai obat inhalan oleh karena sifatnya yang memabukkan. Toluena juga mudah
sekali terbakar. (Wikipedia, 2011)
Sebelum perang dunia pertama, sumber utama dari toluena adalah pemanasan batu arang.
Pada waktu itu, trinitrotoluena (TNT) menghasilkan daya ledak yang tinggi dan produksi toluena
dalam jumlah besar diperlukan untuk pembuatan TNT tersebut.
Toluena secara umum diproduksi bersama dengan benzene, xylene, dan senyawa aromatik
C9 dengan pembentukan katalitik dari nafta. Hasil pembentukan kasar ini diekstraksi,
kebanyakan terjadi dengan sulfolane atau tetraetilena glikol dan zat terlarut, ke dalam sumur
campuran dari benzene, toluena, xylena dan senyawa C9-aromatik dimana dipisahkan dengan
cara fraksinasi. Toluena sangat lipofilik yang dapat mempengaruhi system pusat saraf jika kita
terpapar, oleh karena itu Badan Keselamatan dan Kesehatan Pekerja (OSHA) menetapan batas
maksimum konsentrasi toluene di udara yaitu 200 ppm..
II. TEORI DASAR
2.1 Tatanama
Golongan: Hidrokarbon Aromatik
Sinonim/nama dagang: Toluol, Tolu-Sol, Methylbenzene, Metha- cide, Phenylmetana,
Methylbenzol.
Nomor Identifikasi:
Nomor CAS : 108-88-3
Nomor EU
: 203-625-9
Nomor RTECS : XS5250000
Nomor UN
: 1294
2.2 Sifat Fisika
Rumus Molekul : C7H8
Rumus Bangun :
Warna : tidak bewarna
Bau
: ciri
Ambang Bau : 0,2 68,6 ppm
pH : tidak berlaku
Titik lebur : - 95 oC
Titik didih : 110,6 oC (1,013hPa)
Titik nyala : 4 oC

Batas ledakan : 1,2% - 8%


Tekanan uap : 29 hPa (20 oC)
Density uap : 3,18
Density relatif : 0,87 gr/cm3 (20oC)
Kelarutan dalam air : 0,52 gr/ l
(20 oC)
Viscositas : 0,6 mPa.s (20 oC)
Suhu nyala : 535 oC
Konduktifitas : <0,01 S/cm
Kelarutan : larut dalam dietil eter, etanol, benzene, asam asetat, karbon disulfide dan aceton tapi
tidak larut dalam air dingin
2.3 Sifat Kimia
Reaksi Hidrogenasi, dengan katalis nikel, platinum atau palladium dapat menjenuhkan cincin
aromatic sebagian maupun keseluruhan, menghasilkan benzene, metana dan bifenil.
Reaksi Oksidasi, dengan katalis kobalt, mangan dan bromida pada fase cair menghasilkan asam
benzoat.
Br/Co/Mn
C5H5CH3 + 3/2 O2
C6H5COOH + H2O
Reaksi Subsitusi oleh metil, pada temperatur tinggi dan reaksi radikal bebas. Klorinasi pada
100oC atau dengan ultraviolet membentuk benzil klorida, benzal klorida dan benzotriklorida.
Reaksi Subsitusi oleh logan alkali menghasilkan normal propil benzena, 3-fenil pentana dan 3etil 3-fenil pentana.
2.4
Sumber Toluene
Sumber utama toluena adalah katalis konversi minyak bumi dan aromatik dari hidrikarbon
alifatik, dan sebagai produk sampingan dari industry oven arang. Sebagian produksi dalam
bentuk campuran benzene toluene xilene yang di gunakan pada blending bensin untuk
meningkatkan nilai oktan.
2.5 Frase Resiko, Frase Keamanan Dan Tingkat Bahaya
Peringkat NFPA ( skala 0-4)
Kesehatan 2 : tingkat tinggi
Kebakaran 3

: mudah terbakar

Reaktivitas 0

: tidak reaktif

Klasifikasi EC:
R 11 : sangat mudah terbakar
R 20 : berbahaya jika terhirup
R 38 : menyebabkan iritasi pada kulit

R 63 : beresiko membahayakan janin


R 65 :dapat menyebabkan kerusakan
paru paru
R 48/20: kesrusakan yang seris akibat pemaparan jangka panjang.
S 16 : jauhkan dari sumber nyala
S 25 :hindari jangan sampai kena mata
S 29 :jangan buang ke saluran limbah
S 33 : ambil tindakan pencegahan terhadap buangan statis
S 36/37: pakai sarung tangan
S 46 : jika tertelan cari segera pertolongan medis
S 62 : jika tertelan jangan muntahkan
Klasifikasi WHMIS (Kanada)
Kelas B-2
: cairan mudah terbakar
Kelas D-2A : bahan dapat menyebab- kan efek sangat toksik
Kelas D -2B
: bahan dapat menyebab-kan efek toksik
2.6 Kegunaan Toluena
Toluena merupakan cairan tidak bewarna yang banyak di gunakan sebagai bahan baku dalam
pembuatan:
2. Kegunaan alkohol
a. Metanol
1) Sebagian besar produksi metanol diubah menjadi metanal (formaldehida) yang digunakan untuk
membuat polimer (plastik).
2) Metanol juga digunakan sebagai pelarut dan untuk membuat senyawa organik lain, seperti ester.
3) Metanol dapat dicampurkan dengan bahan bakar bensin sampai kadar 15% tanpa mengubah
konstruksi mesin kendaraan.
b. Etanol
Dalam kehidupan sehari-hari, etanol dapat kita temukan dalam spiritus, dalam alkohol rumah tangga
(alkohol 70% yang digunakan sebagai pembersih luka), dalam minuman beralkohol (bir, anggur, dan
wiski) atau dalam air tape.

Karbon tetraklorida, tetraklorometana atau dikenal dengan banyak nama lain (lihat di bawah),
adalah senyawa kimia dengan rumus CCl4. Senyawa ini banyak digunakan dalam sintesis kimia
organik. Dulunya karbon tetraklorida juga digunakan dalampemadam api dan refrigerasi, namun
sekarang sudah ditinggalkan. Pada keadaan standar (suhu kamar dan tekanan atmosfer),
CCl4 adalah cairan tak berwarna dengan bau yang "manis".

VeLa's Note
Kekayaan yang sebenarnya adalah ketika kita mampu bersyukur dengan
keadaan kita sekarang.
Search...

What time is it ?
Categories

:-) (6) CINTA (5) Did U kNow (31) Did You Know (10) Just My Story (13) Lirik
Lagu (3)Picture (1) PUISI (4) Short Story (3) Task (16)
Archive

2015 (4)

2014 (19)

September (1)

Juni (1)

April (4)

Maret (8)

Laporan kimia Organik - IDENTIFIKASI ALDEHID DAN K...

Laporan Praktikum Mikrobiologi Umum - Teknik enume...

Laporan Kimia Organik - IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI ...

Laporan Mikrobiologi - MPN (Most Probably Number)

Laporan Mikrobiologi Umum - Nutrisi Media

Laporan Mikrobiologi Umum - Metode Aseptis

Laporan Kimia Organik - Reaksi Saponifikasi pada L...


Laporan Praktikum Kimia Organik - Analisis Kualita...

Februari (5)

2013 (6)

2012 (29)

2011 (18)

2010 (1)

2009 (1)

It's Me

Follow by Email
Submit

Anda Pengunjung ke-

239,919
Pengikut
Minggu, 23 Maret 2014

Laporan Kimia Organik - IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI ALKOHOL


Diposkan oleh VeLa Humaira di 22.18.00

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

BAB I
IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI ALKOHOL
TUJUAN

Mengetahui sifat fisik alkohol dan fenol

Membedakan senyawa alkohol primer, sekunder, tersier dan fenol dengan menggunakan tes Lucas dan Ferri
Klorida

A. Pre-lab
1. Jelaskan perbedaan karakteristik antara alkohol primer, sekunder dan tersier!
Perbedaan karakteristik alkohol primer, sekunder dan tersier ada pada atom C yang terikat.
Pada alkohol primer atom C yang terikat pada gugus OH mengikat 1 atom C, Pada alkohol
sekunder atom C yang terikat pada gugus OH mengikat 2 atom C, Pada alkohol tersier atom
C yang terikat pada gugus OH mengikat 3 atom C.
Selain itu untuk membedakan suatu alkohol termasuk alkohol primer, sekunder atau tersier
dapat dilakukan menggunakan pereaksi Lucas, jika alkohol primer tidak bereaksi setelah
diberi reagen Lucas, alkohol sekunder bereaksi lambat dan alkohol tersier akan dengan cepat
bereaksi dengan reagen Lucas.
Selain itu untuk membedakannya dengan cara mereaksikannya, alkohol primer apabila
dioksidasi menghasilkan aldehid dan bila dioksidasi lagi menghasilkan asam karboksilat.
Alkohol sekunder dioksidasi akan menghasilkan keton. Alkohol tersier tidak terjadi oksidasi
karena tidak ada atom H yang terikat pada atom karbinol (Hart, 2005).
2. Jelaskan perbedaan antara senyawa alkohol dan fenol !
Perbedaan alkohol dan fenol yaitu, hidrogen pada fenol bersifat asam dari pada alkohol.
Gugus OH pada fenol terikat dengan cincin aromatik sedangkan pada alkohol terikat pada
atom karbon terbuka. Gugus OH pada aromatik sulit disubtitusi pada alkohol bisa disubtitusi.
Selain itu, dapat pula dibedakan dari gugus R nya. Pada fenol gugus R penyusunnya
merupakan gugus aril. Pada alkohol gugus R penyusunnya adalah alkil
(Bettelheim, 2005).
3. Jelaskan prinsip analisa tes Lucas dan Ferri Klorida!
Prinsip analisis uji lucas adalah membedakan senyawa alkohol primer, sekunder dan tertier
dengan reagen yang terbuat dari campuran asam klorida pekat dengan seng klorida. Dimana
alkohol primer tidak bereaksi, alkohol sekunder bereaksi sedikit dan lambat dan alkohol

tersier dapat bereaksi cepat.


Prinsip analisa tes Ferri Klorida adalah dengan senyawa aromatik, dimana FeCl 3akan beraksi
jika terdapat gugus aromatik yang akan menghasilkan warna hitam, sehingga uji Ferri
Klorida hanya ditemukan pada senyawa fenol dan tidak ada pada alkohol (Ghalib, 2010).

TINJAUAN PUSTAKA
A. Sampel dan Bahan
1. Aquades
Aquades adalah air hasil destilasi atau penyulingan, sama dengan air murni dan tidak ada
mineral-mineral lain. Air destilasi ini memiliki rumus kimia pada air umumnya yaitu H 2O,
yang berarti dalam 1 molekul terdapat 2 atom hidrogen kovalen dan atom oksigen tunggal.
Molekul pada H2O berbentuk asimetris sehingga memiliki elektronegativitas lebih tinggi dari
atom hidrogen. Aquades ini bentuknya cair dan seperti air pada umumnya dan merupakan
bahan kimia yang tidak berbahaya bagi tubuh manusia karena memiliki pH netral sehingga
tidak menimbulkan efek samping. Aquades ini biasanya berfungsi sebagai pelarut (Hart,
2005).
2. Etanol
Etanol biasa dikenal dengan sebutan etil alkohol, alkohol solut, alkohol murni atau alkohol saja. Rumus
molekul dari etanol itu sendiri adalah C2H5OH. Etanol termasuk dalam alkohol primer. Sifat-Sifat Etanol dibagi
menjadi 2 yaitu berdasarkan sifat kimanya: reaksi asam basa, halogenasi, pembuatan ester, dehidrasi, oksidasi
dan pembakaran. Berdasarkan sifat fisikanya dipengaruhi oleh: keberadaan gugus hidroksil, pendeknya rantai
karbon etanol, gugus hidroksil dapat berpartisipasi ke dalam ikatan hidrogen, sehingga membuatnya cair dan
lebih sulit menguap dari pada senyawa organik lainnya dengan massa molekul yang sama. Etanol digunakan
untuk bahan baku industri atau pelarut (Bettelheim, 2005).

3. Metanol
Metanol merupakan cairan yang jernih, tidak berwarna, dan merupakan cairan yang
mudah terbakar. Metanol dapat dibuat dengan mereaksikan hidrogen dengan karbon
monoksida ataukarbon dioksida. Metanol banyak dipakai pada industri sebagai starting
material pembuatan berbagai bahan kimia, sebagai cairan pembersih kaca mobil, pembersih
karburator, antibeku, toner mesin fotokopi, dan bahan bakar. Sifat fisika dan kimia metanol
antara lain memiliki rumus molekul CH3OH, massa molar 32,04 g/mol dan memiliki
densitas 0.7918 g/cm. Api dari metanol biasanya tidak berwarna. Oleh karena itu, kita harus
berhati-hati bila berada dekat metanol yang terbakar untuk mencegah cedera akibat api yang
tak terlihat (Ali, 2005).
4. 2-Propanol
2-propanol memiliki rumus molekul (CH3)2CHOH dan titik didihnya 82,3oC. Sering
disebut alkohol, isopropil alkohol berguna untuk mendinginkan kulit dengan penguapan.
Dengan demikian membantu untuk menurunkan demam . Zat ini dapat mengeras di kulit dan
mengurangi ukuran pori-pori dan membatasi sekresi. Zat ini digunakan sebagai pelarut untuk
kosmetik , parfum dan krim kulit (Sudarmo, 2006).
5. Fenol
Fenol berbentuk solid, berbau aromatik dan tajam, tidak berwarna. Memiliki titik didih
182C dan titik leleh 42C. Fenol berfungsi sebagai zat antiseptik, zat disinfektan, Pembuatan
pewarna, resin. Sifat kimia yang paling penting dari fenol adalah bahwa tidak seperti alkohol,

mereka bersifat asam. Fenol memiliki nilai Ka sekitar 10-10 (pKa = 10), yang membuat
mereka asam lemah, jauh lebih kuat dari air tetapi jauh lebih lemah dari asam karboksilat
(pKa sekitar 5) (Bettelheim, 2005).
B. Reagen

1. Reagen Lucas (HCl dan ZnCl2)


Reagen lucas merupakan suatu campuran asam klorida pekat dan seng klorida. Uji Lucas
dalam alkohol adalah tes untuk membedakan antara alkohol primer, sekunder dan tersier. Hal
ini didasarkan pada perbedaan reaktivitas dari tiga kelas alkohol dengan hidrogen halida.
Alkohol tersier bereaksi dengan reagen Lucas untuk menghasilkan kekeruhan walaupun tanpa
pemanasan, sementara alkohol sekunder melakukannya dengan pemanasan. Alkohol primer
tidak bereaksi dengan reagen Lucas (Ghalib, 2010).
2. Reagen Feri Klorida
Besi (III) klorida, atau feri klorida adalah suatu senyawa kimia yang merupakan komoditas skala industri,
dengan rumus kimia FeCl3. Senyawa ini umum digunakan dalam pengolahan limbah, produksi air
minum maupun sebagai katalis, baik di industri maupun di laboratorium.Warnanya kristal tergantung pada sudut
pandang, jika terkena refleksi cahaya, kristal berwarna hijau gelap, tapi dengan transimsi kristal berwarna ungumerah. Prinsip analisa tes Ferri Klorida adalah dengan senyawa aromatik, dimana FeCl 3 akan beraksi jika
terdapat gugus aromatik yang akan menghasilkan warna hitam, sehingga uji Ferri Klorida hanya ditemukan pada
senyawa fenol dan tidak ada pada alkohol (Ghalib, 2010).

C. HASIL PERCOBAAN DAN PENGAMATAN


a. Tes Lucas

Sampel
Fenol
2-Propanol
Metanol
Etanol

Perubahan Waktu
Awal
15 menit
10 menit +
panas
Bening putih
Putih
Putih
bening
bening
Bening putih
Putih
Putih keruh
bening
Bening putih
Putih
Putih
bening
bening
Bening putih
Putih
Putih
bening
bening

Hasil Uji
(+) / (-)
-

b. Tes Ferri Klorida


Sampel
Fenol
2-Propanol
Metanol
Etanol

Sampel+Reagen Lucas
Ungu
Kuning Bening
Kuning Bening
Kuning Bening

Hasil Uji (+)/(-)


+
-

PERTANYAAN

1. a. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Lucas dari beberapa sampel dalam percobaan
ini !

Prinsip analisis uji lucas adalah membedakan senyawa alkohol primer, sekunder dan
tertier dengan reagen yang terbuat dari campuran asam klorida pekat dengan seng klorida.
Dimana ZnCl2 berfungsi sebagai katalis asam lewis, HCl berfungsi untuk melarutkan alkohol
dan menyumbangkan atom Cl- pada pembuatan alkil klorida dan Cl2 berfungsi sebagai
katalisator pada reaksi Lucas dan membantu dalam proses pemekatan warna reagen Lucas itu
sendiri. Dalam reagen ini alkohol primer tidak bereaksi, alkohol sekunder bereaksi sedikit
dan lambat ditambah dengan pemanasan dan alkohol tersier dapat bereaksi cepat meskipun
tanpa pemanasan. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya kabut dan terbentuk dua
lapisan pada sampel (Ghalib, 2010).
Dalam praktikum ini, langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan.
Alat yang disiapkan antara lain tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, pipet ukur,
beaker glass, sumbat gabus dan waterbath. Bahan yang digunakan antara lain aquades,
metanol, etanol, 2-propanol, larutan fenol dan reagen Lucas. Setelah alat dan bahan
disiapkan, kemudian praktikum dimulai dengan menaruh sampel berupa metanol, etanol, 2propanol dan larutan fenol ke dalam masing-masing tabung reaksi sebanyak 0.5 ml
menggunakan pipet tetes. Selanjutnya kedalam masing masing tabung reaksi yang telah berisi
sampel dimasukkan reagen lucas sebanyak 3 ml dan langsung ditutup menggunakan sumbat
gabus. Kemudian dikocok ditunggu 15 menit dan diamati perubahannya apakah terbentuknya
kabut atau tidak. Jika larutan tidak terbentuk kabut maka dipanaskan pada suhu 60 0C selama
10 menit. Kemudian diamati lagi perubahannya dan diperoleh hasil.
Dari data hasil percobaan yang telah diperoleh, pada sampel fenol yang semula berwarna
bening setelah didiamkan 15 menit dan dipanaskan selama 10 menit tidak ada perubahan,
artinya hasil uji reagen lucas dengan fenol adalah negatif. Hal ini sesuai dengan literatur
bahwa fenol tidak bereaksi dengan reagen Lucas (Hart, 2005). Selanjutnya pada sampel 2Propanol yang semula berwarna bening, pada saat didiamkan sempat terbentuk sedikit kabut
dan sedikit keruh, namun karena terjadi sedikit kecelakaan yang menyebabkan tutup tabung
reaksi lepas, maka kabut yang sedikit tadi kemungkinan menguap, sehingga setelah
dipanaskan selama 10 menit pun tidak terjadi perubahan dan tidak juga berkabut. Kemudian
untuk memastikan, percobaan dengan sampel 2-propanol diulangi lagi dari awal, namun
hasilnya sama, tidak terbentuk kabut dan dua lapisan pada sampel, artinya uji reagen Lucas
dengan 2-propanol adalah negatif. Dalam literatur, reagen Lucas akan menghasilkan kabut
dan 2 lapisan pada sampel bila bereaksi dengan alkohol sekunder (jika perlu dilakukan
pemanasan) (Hart, 2005). 2-propanol merupakan alkohol sekunder, seharusnya 2-propanol
membentuk kabut atau dua lapisan ketika direaksikan dengan reagen Lucas. Kesalahan ini
dimungkinkan karena 2-propanol sendiri yang telah lama disimpan sehingga mengalami
oksidasi dan pada saat menutup dengan gabus penutup tidak rapat. Selanjutnya sampel
metanol, keadaan awal berwarna putih bening dan tidak mengalami perubahan saat
didiamkan 15 menit dan setelah dipanaskan selama 10 menit, artinya uji reagen Lucas dengan
metanol adalah negatif. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa alkohol primer tidak bereaksi
dengan reagen Lucas (Hart, 2005). Metanol merupakan alkohol primer. Selanjutnya sampel
etanol, pada sampel etanol keadaan awal adalah berwarna bening putih dan ketika didiamkan
selama 15 menit dan dipanaskan selama 10 menit tidak terjadi perubahan, artinya uji reagen
Lucas dengan etanol adalah negatif. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa alkohol primer
tidak bereaksi dengan reagen Lucas, etanol merupakan alkohol primer (Hart, 2005).
b. Tuliskan mekanisme reaksi yang mendasari prinsip uji Lucas pada identifikasi gugus alkohol
Pada reaksi yang terjadi pada uji lucas ini adalah reagen lucas akan melarutkan alkohol. Gugus OH
yang kurang nukleofilik akan terlepas dan bereaksi dengan H+ membentuk H2O. Sedangkan alkohol yang
kehilangan OH akan digantikan dengan Cl -pada reagen Lucas., sehingga terbentuk reagen alkil klorida. Reaksi

antara reagen Lucas dengan alkohol sekunder atau tersier merupakan reaksi subtitusi nukleosiklik SN1. Berikut
adalah reaksi yang terjadi dari beberapa sampel yang ditambahkan reagen lucas :
Etanol: CH3
CH2
OH + HCl tidak ada reaksi
Methanol:
CH3 OH + HCl tidak ada reaksi
2-propanol: 2-propanol + HCl tidak ada reaksi,
seharusnya bereaksi sedikit membentuk kabut atau dua lapisan
Fenol: C6H5
OH + HCl tidak ada reaksi

2. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Ferri Klorida dari beberapa sampel dalam
percobaan ini!
Prinsip dari uji feri klorida adalah mendeteksi keberadaan fenol pada sampel dengan
penambahan larutan feri klorida yang uji positifnya akan menghasilkan warna ungu, merah,
hijau atau biru sebagai akibat dari adanya reaksi gugus OH pada fenol bereaksi dengan
larutan feri klorida. Warna yang diperoleh bergantung pada subtituen yang terikat pada
fenol (Ghalib, 2010).
Dalam praktikum kali ini, langkah pertama adalah menyiapkan alat dan bahan. Alat yang
digunakan dalam praktikum ini antara lain adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet
tetes, pipet ukur, beaker glass dan water bath. Sedangkan bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalahaquades, metanol, etanol, 2-propanol, larutan fenol dan reagen feri
klorida 5%. Setelah alat dan bahan disipakan, praktikum dimulai dengan mengisi lima tabung
reaksi dengan aquades sebanyak 1 ml menggunakan pipet ukur. Kemudian masing-masing
tabung reaksi yang telah berisi 1 ml aquades ditetesi sampel yaitu aquades, metanol, etanol,
2-propanol, larutan fenol sebanyak lima tretes menggunakan pipet tetes. Selanjutnya masingmasing tabung reaksi yang telah terisi sampel dan aquades ditambahkan reagen feri klorida
sebanyak dua tetes, kemudian dikocok. Selanjutnya diamati perubahan yang terjadi dan
dicatat, kemudian diperoleh hasil uji.
Dari data hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pada sampel fenol
ketika ditambah reagen warnanya menjadi ungu. Artinya hasil uji feri klorida dengan fenol
adalah positif. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa fenol akan bereaksi dengan feri klorida
yang ditandai dengan terbentuknya warna ungu (Sudarmo, 2006). Selanjutnya sampel 2propanol, pada sampel ini setelah ditetesi reagen feri klorida berwarna kuning bening. Artiya
uji feri klorida dengan 2-propanol adalah negatif. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa
alkohol tidak bereaksi dengan uji feri klorida (Sudarmo, 2006). Selanjutnya sampel metanol,
pada sampel ini ketika ditambah reagen feri korida berwarna kuning bening. Artinya uji feri
klorida dengan metanol adalah negatif. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa alkohol tidak
bereaksi dengan uji feri klorida (Sudarmo, 2006). Selanjutnya sampel etanol, pada sampel ini
setelah ditetesi reagen feri klorida, warnanya kuning bening. Artinya uji feri klorida dengan
etanol adalah negatif. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa alkohol tidak bereaksi dengan uji
feri klorida(Sudarmo, 2006).
Reaksi Uji feri klorida adalah reaksi substitusi antara sampel dengan reagen feri klorida
dimana H+ dalam fenol digantikan dengan Fe3+ dengan reagen feri klorida. Sedangkan
H+ yang lepas berikatan dengan Cl-membentuk HCl. Sedangkan Fe3+ akan berikatan dengan
cincin benzen membentuk FeO yang dapat mengubah warna dari kuning transparan menjadi
ungu, yang menandakan hasil uji positif. Fenol memiliki substituen OH, sehingga perubahan
warna yang terjadi adalah ungu. FeCl3 akan beraksi jika terdapat gugus aromatik yang akan
menghasilkan warna ungu, sehingga uji Ferri Klorida hanya ditemukan pada senyawa fenol
dan tidak ada pada alkohol (Bettelheim, 2005). Berikut adalah reaksi ferri klorida dengan
beberapa sampel yang digunakan :
Sampel fenol :

OH

+ FeCl3

Fe ( O

) + 3 HCl

Etanol : CH3
CH2
OH + FeCl3tidak ada reaksi
Methanol : CH3 OH + FeCl3 tidak ada reaksi
2-propanol: 2-propanol + FeCl3 tidak ada reaksi

KESIMPULAN

Prinsip analisis uji lucas adalah membedakan senyawa alkohol primer, sekunder dan
tertier dengan reagen yang terbuat dari campuran asam klorida pekat dengan seng klorida.
Dimana alkohol primer tidak bereaksi, alkohol sekunder bereaksi sedikit dan lambat
ditambah dengan pemanasan dan alkohol tersier dapat bereaksi cepat meskipun tanpa
pemanasan. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya kabut dan terbentuk dua lapisan
pada sampel. Sedangkan prinsip dari uji feri klorida adalah mendeteksi keberadaan fenol
pada sampel dengan penambahan larutan feri klorida yang uji positifnya akan menghasilkan
warna ungu, merah, hijau atau biru sebagai akibat dari adanya reaksi gugus OH pada fenol
bereaksi dengan larutan feri klorida. Warna yang diperoleh bergantung pada subtituen yang
terikat pada fenol.
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa yang bereaksi dan hasil uji positif
terhadap uji ferri klorida adalah sampel fenol, sedangkan sampel yang lain hasil ujinya
negatif. Hal ini karena ferri klorida hanya bereaksi pada fenol, tidak pada alkohol.
Selanjutnya pada uji Lucas tidak ada yang menghasilkan hasil uji positif. Seharusnya 2propanol hasil uji positif karena ia merupakan alkohol sekunder. Namun kesalahan ini
dimungkinkan karena adanya human error, 2-propanol yang terlalu lama disimpan dan
penutup gabus pada tabung reaksi yang tidak rapat.
Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam laporan ini

TOP

Label: Did You Know, Task

Reaksi
:

1 komentar:
Samsul Alam mengatakan... Reply Comment
membantu banget post nya
mkasih
14 April 2015 18.00

Poskan Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Subscribe to: Poskan Komentar (Atom)

Just the Way You Are Maddi Jane Song Lyrics

Leave a Comment ^_~


Follow My Twitter ^^
My Facebook
VeLa Humaira

Buat Lencana Anda

Entri Populer

Laporan kimia Organik - IDENTIFIKASI ALDEHID DAN KETON


BAB II IDENTIFIKASI ALDEHID DAN KETON TUJUAN
: Membedakan senyawa aldehid dan keton dengan
menggunakan uji Tollens...
Laporan Praktikum Kimia Organik - Analisis Kualitatif Protein
BAB IV ANALISIS KUALITATIF PROTEIN TUJUAN
: Mengetahui prinsip dasar uji kualitatif protein Mengetahui
perbedaan prinsip...
Laporan Kimia Organik - Reaksi Saponifikasi pada Lemak
BAB V REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN
:
Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak
dengan menggunakan...
Makalah "Kesetimbangan Kimia Dalam Industri"

MAKALAH Kesetimbangan Kimia Dalam Indusri dan Kehidupan Sehari-hari


...
Laporan Kimia Organik - IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI ALKOHOL
BAB I IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI ALKOHOL TUJUAN
: Mengetahui sifat fisik alkohol dan fenol Membedakan
senyawa alko...

Template by:

Share It
Designed by SkinCorner Free Blogger Templates | Sponsored by Papercraft for Kids | Power Point Templates

R & A. Blog
Willicoment to mein Page ^_^

Menu
Skip to content
BERANDA

BERANDA

ABOUT

LAPORAN KIMIA ORGANIK SIFATSIFAT KELARUTAN


SENYAWA ORGANIK
DESEMBER 24, 2012 BY NURRAMADHANI.A.SIDA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I

PERCOBAAN 2
SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA ORGANIK
OLEH :
NAMA

NURRAMADHANI.A.SIDA

STAMBUK

F1F1 11 114

KELAS

FARMASI A

KELOMPOK

NAMA ASISTEN

4
MUH. DITO ERLANGGA
LABORATORIUM FARMASI
JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012
SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA ORGANIK

A.

TUJUAN

Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu :


1. Mempelajari sifat-sifat kelarutan senyawa organik.
2. Membandingkan tingkat kelarutan suatu senyawa terhadap
beberapa pelarut.

B.

LANDASAN TEORI

Senyawa organik adalah golongan besar senyawa


kimia yang molekulnyamengandung karbon, kecuali karbida, karbonat,
dan oksida karbon. Studi mengenai senyawaan organik disebut kimia

organik. Di antara beberapa golongan senyawaan organik adalah senyawa


alifatik, rantai karbon yang dapat diubah gugus fungsinya;hidrokarbon
aromatik, senyawaan yang mengandung paling tidak satu cincin
benzena; senyawa heterosiklik yang mencakup atom-atom nonkarbon
dalam struktur cincinnya; dan polimer, molekul rantai panjang gugus
berulang (Siregar, 2012).
Kelarutan adalah kadar jenuh solute dalam sejumlah solven pada suhu
tertentu yang menunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau lebih
solute atau solven telah terjadi dan membentuk dispersi molekuler yang
homogeni. Kelarutan suatu zat (solute) dalam solven tertentu
digambarkan sebagai like dissolves like senyawa atau zat yang
strukturnya menyerupai akan saling melarutkan, yang penjabarannya
didasarkan atas polaritas antara solven dan solute yang dinyatakan
dengan tetapan dielektrikum, atau momen dipole, ikatan hydrogen, ikatan
van der waals (London) atau ikatan elektrostatik yang lain (Anonim,
2012).
Kelarutan sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitu dari
momen dipolnya. Namun Hildebrand membukti bahwa pertimbangan
tentang dipol momen saja tidak cukup untuk menerangkan kelarutan zat
polar dalam air. Kemampuan zat terlarut membentuk ikatan hidrogen
lebih merupakan faktor yang jauh lebih berpengaruh dibandingkan
dengan polaritas. Air melarutkan fenol, alkohol, aldehida, keton, dll yang
mengandung oksigen dan nitrogen yang dapat membentuk ikatan
hidrogen dalam air. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi gaya tarikmenarik antara ion-ion elektrolit kuat dan lemah, karena tetapan dielektrik
pelarut yang rendah. Pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan kovalen
dan elektrolit yang berionisasi lemah karena pelarut non polar termasuk
dalam golongan pelarut aprotik dan tidak dapat membentuk jembatan
hidrogen dengan non elektrolit. Oleh karena itu zat terlarut ionik dan polar
tidak larut atau hanya dapat larut sedikit dalam pelarut nonpolar. Maka,
minyak dan lemak larut dalam benzen, tetrakloroda dan minyak mineral.
Alkaloida basa dan asam lemak larut dalam pelarut nonpolar (Martin,
1993).
Etanol merupakan zat cair, tidak berwarna, berbau spesifik, mudah
terbakar dan menguap, dapat bercampur dalam air dengan segala

perbandingan. Secara garis besar penggunaan etanol adalah sebagai


pelarut untuk zat organik maupun anorganik, bahan dasar industri asam
cuka, ester, spirtus, asetaldehid, antiseptik dan sebagai bahan baku
pembuatan eter danetil ester (Wiratmaja, 2011). Heksana adalah sebuah
senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14 . Awalanheks
merujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana dan
akhiran ana berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang
menghubungkan atom-atom karbon tersebut. Dalam keadaan standar
senyawa ini merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut dalam air
(Munawaroh, 2010).
Umumnya minyak goreng yang digunakan untuk menggoreng adalah
minyak bunga matahari, minyak kelapa sawit, minyak kelapa. Fakta
bahwa, ketika minyak seperti ini yang dipanaskan untuk perpanjangan
waktu (penyalahgunaan), mereka mengalami oksidasi (degradasi) dan
menimbulkan oksida. Banyak dari seperti hidroperoksida, epoksida dan
polimer zat telah menunjukkan merugikan kesehatan / biologi efek seperti
retardasi pertumbuhan, peningkatan ukuran hati dan ginjal serta
kerusakan sel (Sudhir, 2010).
Bahan yang bersifat polar terdiri dari bahan yang bersifat ionik atau
kovalen. Untuk yang non polar umumnya adalah bersifat kovalen.
Berdasarkan polaritas ini maka pelarut-pelarut yang ada di alam juga
dapat digolongkan. Hal ini dapat membantu pemilihan jenis pelarut yang
akan digunakan saat akan melarutkan bahan. Pada bagian berikut
disajikan tabel polaritas berbagai jenis pelarut yang sering digunakan di
laboratorium (Iqmal, 2012).
Ikatan hidrogen dapat membentuk fase baru dan menghasilkan suatu
senyawa baru dalam ikatannya dengan atom lain seperti atom C, N, O,
maupun ikatannya dengan atom hidrogen sendiri, antara lain dalam
pembentukan benzena, air(es), amoniak dan lain-lain. Pada ikatan
hidrogen tersebut terdapat karakteristik proton penyusun atomnya, yaitu
gerakan-gerakan dinamis proton dalam ikatan tersebut dapat dipelajari
dengan mengkaji persamaan gerak proton dalam ikatan sehingga dapat
diketahui perilaku proton dalam keadaan tertentu. Ikatan hidrogen dalam
molekul H2O merupakan ikatan kovalen, kajian kepadanya diperlukan

untuk mengetahui bagaimana keadaan ideal dari molekul tersebut


(Kurniawan, 2005).

C.
a)

URAIAN BAHAN
Akuades (Dirjen POM, 1979).

Nama Resmi
Nama Lain

: Aqua destilata.
: air suling

Rumus Molekul

: H2O

Berat molekul

: 18

Rumus Bangun

Pemerian

: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa.

b)

Penyimpanan

: dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan

: sebagai pelarut.

NaCl (FI.Ed.III hal. 403).


Nama Resmi

: Natrium Chloridum

Nama Lain

: Natrium klorida

Berat Molekul

: 32.04 g/mol

Rumus Molekul

: NaCl

Rumus Bangun

Pemerian
serbuk hablur
Kelarutan

: Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau


putih; rasa asin.
: Mudah larut dalam air; sedikit lebih mudah larut

dalam air mendidih; larut dalam gliserin; sukar larut dalam etano

c)

Penyimpanan

: Dalam Wadah Tertutup baik

Khasiat

: Hemodialisis

Kegunaan

: Sebagai Sampel

Etanol
Nama Resmi
Nama Lain

: Etil Alkohol / etanol


: Etil alkohol; hidroksietana; alkohol; etil hidrat;

alkohol absolut
Berat molekul
Rumus Molekul
Rumus Bangun

Pemerian

: 46,07 g/mol
: C2H5OH
:

: cairan yang mudah menguap, mudah

terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering


digunakan dalam kehidupan sehari-hari
Kegunaan
d)

: sebagai pelarut.

Kloroform
Nama

: Chloroformum

Nama lain

: kloroform

Berat molekul

: 119,38 g/mol

Rumus molekul

: CHCl3

Rumus bangun

Pemerian

: cairan, mudah menguap; tidak berwarna; bau

khas; rasa manis dan membakar.


Kelarutan

: larut dalam lebih kurang 200 bagian air;

mudah larut dalam etanol mutlak, dalam eter, dalam sebagian


besar pelarut organik, dalam minyak atsiri dan dalam minyak
lemak.

Penyimpanan

: dalam wadah tertutup baik bersumbat

kaccca, terlindung dari cahaya.

e)

Khasiat

: pengawet dan zat tambahan

Kegunaan

: pereaksi

Glukosa (FI. Ed. III hal.268)


Nama resmi

: Glucosum

Nama lain

: Glukosa

BM / RM

: 198,17 g/mol

Rumus molekul

: C6H12O6

Rumus bangun

Pemerian

: hablur tidak berwarna, serbuk halus atau

butiran putih; tidak berbau; rasa manis.


Kelarutan

: mudah larut dalam air; sangat mudah larut

dalam air mendidih; agak sukar larut dalam etanol (95%) mendidih;
sukar larut dalam etanol (95%).
Penyimpanan
Kegunaan
f)

: dalam wadah tertutup baik


: sebagai bahan uji

HCl
Nama resmi

: Acidum Hydrochloridum

Nama lain

: Asam klorida

BM / RM

: 36,46 g/mol

Rumus molekul

: HCl

Rumus bangun

Pemerian

: cairan tidak berwarna; berasap; bau

merangsang. Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asao dan bau


hilang.
Penyimpanan

: dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan
g)

: sebagai bahan uji

NaOH (Dirjen POM, 1979).


Nama resmi

: Natrii hydroxydum

Nama lain

: Natrium hidroksida

Berat molekul

: 40,00 g/mol

Rumus molekul

: NaOH

Pemerian

: Bentuk batang, butiran, massa hablur atau

keping, kering, rapuh dan mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan
korosif. Segera menyerap CO2
Kelarutan

: Sangat mudah larut dalam air dan etanol

(95%) .
Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Kandungan

: Mengandung tidak kurang dari 97,5% alkali

jumlah dihitung sebagai NaOH dan tidak lebih dari 2,5% Na2CO3

h)

Khasiat

Kegunaan

: Sebagai zat tambahan

Asam asetat (Dirjen POM, 1979).


Nama resmi

: Acidum aceticum

Nama lain

: Cuka

Berat molekul

: 60,05 g/mol

Rumus molekul

: C2H4O2

Rumus bangun

Pemerian

: cairan jernih; tidak berwarna, bau menusuk,

rasa asam, tajam


Kelarutan

: dapat campur dengan air, dengan etanol (95%),

dan dengan gliserol.

i)

Penyimpanan

: dalam wadah tertutup rapat

Khasiat

: zat tambahan.

Etil asetat

Nama resmi

: Acidum aceticum

Nama lain

: Cuka

Berat molekul

: 60,05 g/mol

Rumus molekul

: C2H4O2

Rumus bangun

Pemerian

: cairan jernih; tidak berwarna, bau menusuk, rasa

asam, tajam
Kelarutan

: dapat campur dengan air, dengan etanol (95%), dan

dengan gliserol.
Penyimpanan

: dalam wadah tertutup rapat

Khasiat

: zat tambahan.

j)

Metanol (Dirjen POM, 1979).


Nama Resmi
Nama Lain

: Metil Alkohol
: Metanol, Hidroksimetana, Metil alkohol, Metil

hidrat, Alkohol kayu, Karbinol.


Berat Molekul

: 32.04 g/mol

Rumus Molekul

: CH3OH

Rumus Bangun

Pemerian

: Pada keadaan atmosfer ia berbentuk cairan

yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar,


dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan daripada
etanol).
Kegunaan

: sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut,

bahan bakar dan sebagai bahan additif bagi etanol industri.


k)

Butanol (Mewal, 2011).


Nama Resmi

: Butanol

Nama Lain

: butil alkohol

Berat molekul

: 46,07 g/mol

Rumus Molekul

: C4H9OH.

Rumus Bangun

Pemerian

Kegunaan

: sebagai pelarut, sebagai perantara dalam

sintesis kimia, dan sebagai bahan bakar.


l)

m)

n-Heksan (Dirjen POM, 1979).


Nama

: n-heksana

Berat molekul

: 86.18 g/mol

Rumus molekul

: C6H14

Rumus bangun

Pemerian

: cairan tak berwarna, dapat dibakar

Kegunaan

: pelarut organik

Asam sulfat (Dirjen POM, 1979).


Nama resmi

: Acidum sulfuricum

Nama lain

: asam sulfat

Berat molekul

: 98,07 g/mol

Rumus molekul

: H2SO4

Rumus Bangun

Pemerian

: cairan kental seperti minyak, korosif, tidak

berwarna; jika ditambahkan ke dalam air menimbulkan panas.

n)

Penyimpanan

: dalam wadah tertutup rapat

Khasiat

: zat tambahan

Parafin (Dirjen POM, 1979).

Nama resmi

: Paraffinum liquidum

Nama lain

: Parafin cair

Pemerian

: Cairan kental, transparan, tidak berfluorensensi,

tidak berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak mempunyai


warna.
Kelarutan

: Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol

(95%), larut dalam kloroform dan dalam eter.

D.

METODE KERJA

1. 1.
a)

Alat dan Bahan

Alat.

Alat yang digunakan, yaitu :

Tabung reaksi

Pipet tetes

b)

Bahan.

Bahan yang digunakan, yaitu :

Kloroform

Etanol

H2SO4 encer

n-Heksana

HCl

Butanol

Metanol

Glukosa

Minyak Goreng

Parafin

Etil asetat

Asam asetat

NaOH

Akuades

1. 2.

Prosedur Kerja
Minyak goreng

Dipipet

Dimasukan kedalam tabung reaksi

Ditambahkan n-heksan

Diamati kelarutannya

Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4

Larut dalam n-Heksana dan NaOH

Metanol

Dipipet

Dimasukan kedalam tabung reaksi

Ditambahkan n-heksan

Diamati kelarutannya

Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4

Tidak larut dalam n-Heksana

Etanol

Dipipet

Dimasukan kedalam tabung reaksi

Ditambahkan n-heksan

Diamati kelarutannya

Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4

Tidak larut dalam n-Heksana


Glukosa

Dipipet

Dimasukan kedalam tabung reaksi

Ditambahkan n-heksan

Diamati kelarutannya

Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4

Tidak larut
Butanol

Dipipet

Dimasukan kedalam tabung reaksi

Ditambahkan n-heksan

Diamati kelarutannya

Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4

Larut

Parafin

Dipipet

Dimasukan kedalam tabung reaksi

Ditambahkan n-heksan

Diamati kelarutannya

Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4

Metanol
Larut dalam n-Heksana

Etil asetat

Dipipet

Dimasukan kedalam tabung reaksi

Ditambahkan n-heksan

Diamati kelarutannya

Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4

Larut dalam n-Heksana

Dipipet

Dimasukan kedalam tabung reaksi

Ditambahkan n-heksan

Diamati kelarutannya

Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4

Tidak larut dalam n-Heksana


Kloroform

Dipipet

Dimasukan kedalam tabung reaksi

Ditambahkan n-heksan

Diamati kelarutannya

Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4

Tidak larut dalam n-heksana


Asam asetat

Dipipet

Dimasukan kedalam tabung reaksi

Ditambahkan n-heksan

Diamati kelarutannya

Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4

Tidak larut dalam n-Heksana


Asam sulfat

Dipipet

Dimasukan kedalam tabung reaksi

Ditambahkan n-heksan

Diamati kelarutannya

Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4

Tidak larut dalam n-Heksana


Aquades

Dipipet

Dimasukan kedalam tabung reaksi

Ditambahkan n-heksan

Diamati kelarutannya

Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4

Tidak larut dalam n-Heksana


Natrium Hidroksida

Dipipet

Dimasukan kedalam tabung reaksi

Ditambahkan n-heksan

Diamati kelarutannya

Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4

Tidak larut dalam n-Heksana


Asam Klorida

E.

HASIL PENGAMATAN

N
o

Senyawa

Kelarutan Dalam
nHeksana

H2O

NaO
H

HCl

H2SO
4

1.

Minyak Goreng

2.

Metanol

3.

Etanol

4.

Butanol

5.

Glukosa

6.

Parafin

7.

Etilasetat

8.

Kloroform

9.

Asam asetat

10
.

Air

11
.

Asam sulfat

12
.

Natrium
hidroksida

13
.

Asam klorida

F.

PEMBAHASAN

Senyawa organik merupakan senyawa yang memiliki atom karbon sebagai


salah satu unsur yang menyusun senyawanya kecuali karbida, karbonat,
dan oksida karbon. Penggunaan senyawa organik itu sendiri telah banyak
digunakan dalam laboratorium, dan kehidupan sehari-hari pun kerap
dipakai untuk keperluan manusia, sebagai contoh penggunaan cuka atau
asam asetat dalam bahan tambahan makanan, karbohidrat yang berupa
sukrosa sebagai gula pemanis makanan dan minuman. Namun
kebanyakan senyawa organik ditemui dalam bentuk padatan, dan juga

beberapa diantaranya berupa cairan. Senyawa organik banyak digunakan


dalam bentuk larutan, yaitu campuran pelarut dan terlarut. Namun, tidak
semua senyawa organik dapat larut dalam 1 jenis pelarut yang sama, ada
beberapa sifat kelarutan yang berbeda pada setiap senyawa organik.
Pada percobaan ini, dilakukan pengujian kelarutan beberapa contoh
senyawa organik dalam beberapa jenis pelarut. Pelarut yang digunakan
yaitu air, HCl, H2SO4dan NaOH sebagai pelarut anorganik dan n-heksan
sebagai pelarut organik. Berdasarkan kepolarannya, air, HCl, H2SO4 dan
NaOH merupakan pelarut polar dan n-heksan sebagai pelarut non polar.
Berpatokan pada prinsip kelarutan Like Dissolves Like, maka senyawa
yang bersifat polar akan larut dalam pelarut yang polar, begitupun untuk
senyawa yang bersifat non polar akan larut dalam pelarut non polar.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada praktikum ini, hanya glukosa yang
menunjukan kelarutan pada segala jenis pelarut. Kelarutan suatu solut
dalam sejumlah solven selain dipengaruhi oleh kepolaran, juga
dipengaruhi oleh kemampuan untuk membentuk ikatan hidrogen dengan
molekul pelarut. Pada glukosa misalnya, glukosa merupakan senyawa non
polar, dimana glukosa dibentuk oleh ikatan kovalen dan muatan
dieletriknya adalah O karena kecilnya perbedaan elektronegativitasnya.
Bila berpatokan pada prinsip Like dissolves like maka glukosa seharusnya
hanya dapat larut dalam pelarut non polar yaitu n-heksan. Namun karena
kemampuannya untuk membentuk ikatan hidrogen melalui atom O pada
gugus glukosa yang melakukan ikatan dengan atom H pada air sehingga
glukosa dapat larut dalam pelarut air. Namun bukan saja dengan air
senyawa glukosa dapat membentuk ikatan hidrogen, pada pelarut polar
lainnya juga.
Untuk bahan kloroform, asam asetat, air, asam sulfat, natrium hidroksida,
dan asam klorida menunjukkan kepolaritasannya dalam kelarutan pada
pelarut, dimana bahan-bahan uji ini hanya larut dalam pelarut polarnya
dan tidak pada pelarut n-heksan. Seperti yang dijelaskan pada literatur,
kecenderungan suatu zat untuk larut sempurna dalam pelarutnya
diperngaruhi oleh kesamaan polaritas, kesamaan zat tersebut untuk
berubah menjadi kutup-kutup yang berupa kation dan anion dan
membentuk suatu zat baru dengan melakukan ikatan antar kutup. Pada
kloroform, asam asetat, asam klorida, natrium hidroksida dan lain
sebagainya, ikatan antar atom nya dibentuk dari ikatan ionik atau kovalen

polar. Dimana ikatan ionik apabila diputuskan, maka atom yang memiliki
tingkat elektronegatif lebih tinggi akan bermuatan negatif dan atom
lainnya akan bermuatan positif. Ketika 2 zat ini dicampurkan maka bagian
parsial positif akan menarik bagian parsial negatif untuk membentuk
ikatan baru sehingga dihasilkan zat baru.
Turunan alkohol yaitu metanol, etanol dan butanol berdasarkan hasil
percobaan ini diperoleh data yang menunjukkan hanya butanol yang tidak
larut pada beberapa pelarut yang disediakan. Dalam prinsip like dissolves
like dijelaskan bahwa kelarutan dapat dipengaruhi oleh kesamaan struktur
yang membentuk molekulnya. Molekul air, dibentuk oleh atom H dan O
dan alkohol juga dibentuk oleh atom H dan O oleh sebuah ikatan sigma.
Adanya gugus OH ini membuat alkohol memiki polaritas yang hampir
sama dengan polaritas air. Namun kepolaritasan yang dimiliki oleh
senyawa-senyawa turunan alkohol tidak akan sebanding dengan polaritas
air, hal ini dipengaruhi oleh kehadiran gugus alkil pada molekulnya.
seperti yang diketahui gugus alkil merupakan gugus non polar, semakin
panjang alkil yang dimiliki oleh suatu senyawa maka semakin besar sifat
non polarnya. Pada metanol dan etanol, dimana gugus alkil yang kedua
senyawa ini miliki tidak begitu panjang dan tidak merubah tingkat
kelektronegatif sehinnga etanol dan metanol dapat larut dalam pelarut
polar. Sedangkan pada butanol, gugus alkilnya lebih mendominasi molekul
sehingga tidak dapat larut dalam senyawa polar. Namun, pada hasil yang
diperoleh butanol juga tidak larut dalam pelarut n-heksan sebagai pelarut
nonpolar. Hal ini dapat diperngaruhi oleh kesalahan dalam mencampur
bahan.
Lalu untuk kelarutan parafin, minyak goreng dan etil asetat sebagai
senyawa nonpolar sudah dapat dipastikan hanya akan larut dalam pelarut
non polar, dan hal ini dibenarkan pada hasil pencampuran ketiga bahan
ini dengan pelarut n-heksan. Dimana, ketiga bahan ini hanya larut total
dalam n-heksana dan membentuk 2 lapis cairan apabila dilarutkan dalam
pelarut polar. Terbentuknya 2 lapis cairan oleh senyawa polar dan
senyawa nonpolar ini dipengaruhi oleh ikatan yang dibentuk. Pada
literatur dijelaskan non polar hnya dapat berikatan antar alkil ], sehingg
ketika dicampurkan, senyawa polar yang umumnya tidak memiliki rantai
alkil tidak dapat diikat oleh senyawa nonpolar. Begitupun senyawa polar
yang dapat berikatan apabila ada ion bermuatan yang dihasilkan atau

adanya atom yng lebih elekronegatif menarik atom H dan membentuk


jembatan hidrogen.

Dalam bidang farmasi, pengetahuan mengenai kelarutan sangat


diperlukan. Pengetahuan mengenai sifat-sifat kelarutan senyawa organik
digunakan oleh apoteker dalam membuat dan meracik obat sehingga
obat menyenangkan untuk dikonsumsi, selain itu pula digunakan apoteker
untuk memperkirakan efek terapi dari obat tersebut, apakah onset yang
dihasilkan cepat atau lambat berdasarkan daya larutny dalam lemak
tubuh.

G.

KESIMPULAN

Berdasrkan hasil percoban maka dapat ditarik kesimpulan :


1. Senyawa organik dapat larut dalam pelarut polar dan non polar.
Kelarutan senyawa organik tergantung pada kemampuan senyawa
organik untuk membentuk ikatan hidrogen dengan atom-atom
elektronegatif sehingga dapat larut dalam senyawa polar.
2. Tingkat kelarutan senyawa organik yaitu glukosa > (metanol, etanol,
klorofm, asam asetat) > (n-heksan, parafin, minyak goreng) >
butanol.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Penuntun Praktikum Farmasi Fisik I. Universitas Haluoleo.
Kendari.
Dirjen POM.1972. Farmakope Indonesia.. Edisi Ke-I. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI.

Iqmal. 2012. Kaidah Kelarutan Bahan. http://iqmal.staff.ugm.ac.id/?


p=2425. Diakses 25 November 2012.

Kurniawan. Y., Muhammad. N. 2005. Studi Pemodelan Dinamika Proton


Dalam Ikatan Hidrogen H2O Padatan Satu Dimensi. Jurnal Fisika. Vol.8,
No.3.

Lestari. A.P. 2009. Pengembangan Pertanian Berkelanjutan Melalui


Subtitusi Pupuk Anorganik dengan Pupuk Organik. Jurnal
Agronomi. Vol.13, No.1.

Martin, Alfred.1993. Farmasi Fisik Dasar-Dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu


Farmasetik. Edisi Ketiga 1. UI Press. Jakarta.
Munawaroh. S., Prima.AH. 2010. Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus
hystrixD.C.) Dengan Pelarut Etanol dan N-Heksana. Jurnal Kompetensi
Teknik. Vol. 2. No.1. Hal : 73-78.
Siregar. 2012. Senyawa Organik dan
Anorganik.http://chemicalregar.blogspot.com/2012/04/senyawa-organikdan-anorganik.html. Diakses 17 November 2012.

Wiratmaja. I.G., I Gusti. BWK., I Nyoman. SW. 2011, Pembuatan Etanol


Generasi Kedua Dengan Memanfaatkan Limbah Rumput Laut Eucheuma
Cottonii Sebagai Bahan Baku, Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, Vol. 5 No.1.

Sudhir, CV., NY. Sharma., p. Mohanan. 2007. Potentil of Waste Cooking Oils
as Biodiesel Feed Stock. Journal for Engineering Research. 12 (3). Hal:6975.

Pertanyaan :
1. Simpulkan perbedaan senyawa organik dan senyawa anorganik !
2. Tuliskan persamaan reaksi untuk percobaan 1a1; 1a2; 1a3 dan 1b !
3. Tuliskan persamaan reaksi untuk percobaan 2a !
4. Simpulkan hasil pengamatan percobaan 2b!
5. Simpulkan hasil ppengamatan percobaan 2c !
Jawab :
1. Perbedaan senyawa organik dan senyawa anorganik :

Senyawa organik memiliki atom karbon pada senyawanya,

sedangkan senyawa anorganik tidak memiliki atom karbon pada


senyawanya

Ikatan yang menyusun molekul senyawa organik yaitu ikatan

kovalen, sedangkan ikatan yang menyusun molekul senyawa anorganik


yaitu ikatan ionik dan kovalen polar

Senyawa organik memiliki titik didih yang rendah sehingga cepat

mengalami penguapan, sedangkan senyawa anorganik memiliki titik didih


yang tinggi

Senyawa organik bukan senyawa elektrolit, tidak mampu

terionisasi sehingga tidak dapat menghasilkan gelembung gas, sedangkan


senyawa anorganik merupakan senyawa elektrolit, mampu terionisasi
sehingga menghasilkan gelembung gas ketika diberikan kawat panas.

Apabila dibakar, senyawa organik akan mengalami perubahan

warna menjadi hitam yang disebabkan oleh adanya karbon dalam


senyawanya, sedangkan senyawa anorganik tidak akan mengalami
perubahan warna menjadi hitam.

1.
2.
3.
4. Percobaan 2c :
Senyawa organik yaitu kloroform bukanlah senyawa yang dapat
membentuk ion atau mengalami ionisasi sehingga ketika ditambahkan
AgNO3 maka tidak terjadi ionisasi, sedangkan senyawa anorganik yang
terikat secara ionik ketika ditambahkan AgNO3, ikatan ioniknya akan
merenggang dan putus menyebabkan terbentuknya ion-ion bermuatan
sehingga senyawa anorganik dapat terionisasi dan tidak pada senyawa
organik.

Share
this:
About
these

ads

Twitter

Facebook1

Terkait

R&A : PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN SENYAWA ANORGANIK


FARMAKOLOGI FARMASI UNHALU 2012 KEDUDUKAN
Amilase >>> faktor-faktor yang mempengaruhi kerjanya
MENINGGALKAN KOMENTAR

Navigasi pos
Pos Sebelumnya
R&A : PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN SENYAWA ANORGANIK

Berikan Balasan

SEARCH
Cari
Lanjut

1.SAYA BERSUMPAH / BERJANJI AKAN MEMBAKTIKAN HIDUP SAYA GUNA KEPENTINGAN


PERIKEMANUASIAAN TERUTAMA DALAM BIDANG KESEHATAN.
2.SAYA AKAN MERAHASIAKAN SEGALA SESUATU YANG SAYA KETAHUI KARENA
PEKERJAAN SAYA DAN KEILMUAN SAYA SEBAGAI APOTEKER.
3.SEKALIPUN DIANCAM, SAYA TIDAK AKAN MEMPERGUNAKAN PENGETAHUAN
KEFARMASIAN SAYA UNTUK SESUATU YANG BERTENTANGAN DENGAN HUKUM
PERIKEMANUSIAAN.
4.SAYA AKAN MENJALANKAN TUGAS SAYA DENGAN SEBAIK - BAIKNYA SESUAI
DENGAN MARTABAT DAN TRADISI LUHUR JABATAN KEFARMASIAN.
5.DALAM MENUNAIKAN KEWAJIBAN SAYA, SAYA AKAN BERIKHTIAR DENGAN SUNGGUH
- SUNGGUH SUPAYA TIDAK TERPENGARUH OLEH PERTIMBANGAN KEAGAMAAN,
KEBANGSAAN, KESUKUAN, KEPARTAIAN, ATAU KEDUDUKAN SOSIAL.
6.SAYA IKRAR SUMPAH / JANJI INI DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH DENGAN PENUH
KEINSYAFAN

SONG
FACEBOOK

Iin Armadasida's Klein Fraulent

Buat Lencana Anda

MY CALENDER
S S R K J S M
Nov
1 2
3 4 5 6 7 8 9
1 1 1 1 1 1 1
0 1 2 3 4 5 6
1 1 1 2 2 2 2
7 8 9 0 1 2 3
2 2 2 2 2 2 3
4 5 6 7 8 9 0
3
1
Desember 2012

TWITTER TERBARU

Kecewa penonton seminar kkn kaga jdi diadain8 months ago

RT @yongsarang: K-FOOD SONG LYRICS .. written and composed by YONG


HWA JUNGhttp://t.co/EtQbQquPN91 year ago

RT @CNBMinhyuk_ID: 130905 MinHyuk @ Incheon airport go to GuangZhou


(12) cr: kpopstarztwitpic.com/dc3ndxtwitpic.com/dc3ngqhttp 1 year ago

@NuruLawaliah ciee io tawwa mulai mi


dewasa#mulaidewasamulaidewasamulaidewasa 1 year ago

nilainya belum kluar,gimana mw menawar !! TT___TT1 year ago


BLOG DI WORDPRESS.COM. | THE SOMETHING FISHY THEME.

Ikuti

Follow R & A. Blog


Get every new post delivered to your Inbox.
Sign me up

Buat situs dengan WordPress.com

asam format

Posted on 1 July 2011by lestarieka

Asam format
2.1 Pengertian Asam Formiat Kata formiat berasal dari nama sejenis semut merah
formica rufa yang dapat mengeluarkan asam dan terbentuk sebagai asam
bebas. Asam ini banyak dijumpai pada beberapa jenis tumbuhan, pada
bulu-bulu jelatang dan hasil dari fermentasi bakteri pada
karbohidrat. Beberapa ilmuwan melakukan penelitian yang berhubungan dengan
Asam formiat dari semut tersebut. Brunfles pada permulaan abad ke-16 menyelidiki
uap dari semut gunung penyebab warna merah dari tumbuh-tumbuhan. Et-Muller
pada tahun 1684 telah mendistilasi sejumlah semut gunung yang menghasilkan
suatu acid spirit yang dapat merusak besi. Fisher mendistilasi sejumlah semut
dengan air dan ditemukan pada larutan distilatnya suatu asam menyerupai spirit of
vinegar. Pada umumnya, Asam formiat yang dijual dipasaran mempunyai kadar
85% dan 90% sedangkan dalam bentuk anhidrat tersedia dalam jumlah bebas. Asam
formiat banyak digunakan untuk koagulan karet, conditioner pada pencelupan
tekstil, industri kulit serta sintesa bahan-bahan farmasi dan bahan kimia lain.
2.2 Sifat Fisika dan Kimia Asam Formiat 2.2.1 Sifat Fisika Asam Formiat Asam
semut atau asam formiat atau asam metanoat, yang memiliki rumus molekul
HCOOH, merupakan turunan pertama Asam karboksilat yang paling kuat dengan
gugus molekul yang paling pendek dibandingkan dengan asam karboksilat yang lain.
Asam formiat termasuk dalam katagori asam organik lemah, tapi
bersifat sangat korosif, tidak berwarna, mempunyai bau yang menyengat, dapat
menyebabkan iritasi pada mata, hidung, tenggorokan dan dapat melepuhkan kulit.
Asam formiat dapat melarut sempurna dengan air, aseton,eter, etil asetat, metanol,
etanol, dan gliserin. Asam ini dapat membentuk azeotrop dengan air pada

kandungan asam formiat 67% berat (0,1 bar), 78% berat (1 bar), dan 84% berat (3
bar). Campuran asam formiat dan air memiliki titik eutektik yang membeku pada
suhu 48,5oC dibawah nol dengan komposisi 70% berat asam formiat. Tekanan Asam
formiat sebagai berikut : Tabel 8 : Tekanan Uap Asam Formiat pada Berbagai
Temperatur Temperatur (oC) Tekanan Uap (mmHg) 0,00 11,16 20,00 33,55 29,96
54,36 39,89 85,18 49,93 130,1 59,98 192,7 79,93 395,6 100,68 762,5 (Kemira Oy
Engineering,1980)
Tabel 9. : Sifat sifat Fisik Asam formiat Sifat Nilai Berat molekul 46,03 gr/mol
Titik didih (760 mmHg) 100,8 oC Titik leleh 8,4 oC Spesifik gravity (20oC) 1,22647
Konstanta ionisasi (20 oC) 1,765 10-4 Tegangan permukaan (22 oC) 37,67 dyne/cm
Viskositas (25 oC) 1,57 cp Kapasitas panas cairan (0 oC) 82,8 joulel/mol K Panas
pembentukan laten 3031 kal/mol Panas penguapan laten 104 kal/mol Panas
pembakaran cairan (25 oC) 60,9 kkal/mol Panas pembentukan cairan (25 oC)
101,52 kkal/mol
HC T : 578K HCOOCH = CH2 As formiat Asetilen Vinil formiat 2. Bereaksi dengan
Olefin (dengan bantuan hidrogen peroksida) membentuk Glikol formiat.2.2.2 Sifat
Kimia Asam Formiat Asam formiat dapat bercampur sempurna dengan air dan
sedikit larut dalam benzene, karbon tetra klorida, toluene dan tidak larut dalam
hidrokarbon alifatik seperti heptana dan oktana. Asam formiat dapat melarutkan
nilon, poliamida tetapi tidak melarutkan Poli Vinil Chlorida (PVC). Campuran Asam
formiat dan air membentuk campuran azeotrop (yaitu campuran larutan yang
mempunyai titik didih mendekati titik beku) dengan kandungan maksimum Asam
formiat 77,5 % pada tekanan atmosfer. Asam formiat akan terdekomposisi menjadi
Karbon dioksida dan air pada temperatur 100 oC atau dalam temperatur kamar bila
ditambahkan katalis Palladium. Asam formiat terhidrasi oleh Asam sulfat pekat dan
menghasilkan Karbon monoksida dan air. Reaksi reaksi lain yang terjadi pada
Asam formiat adalah : 1. Bereaksi dengan Asetilen membentuk Vinil formiat.
Reaksinya : HCOOH + HC
3. Dekomposisi Pada temperatur 200oC, asam formiat terdekomposisi menjadi
karbon monoksida dan air dengan katalis Alumina. Reaksinya : HCOOH Al2O3,T :
200C CO + H2O
4. Bereaksi dengan Keton dan Amina menjadi Amina primer.
2.2.3. Kegunaan Asam Formiat Asam formiat memiliki banyak kegunaan dan
digunakan pada berbagai macam industri dan reaksi- reaksi. Salah satu industri yang
sering menggunakan asam formiat adalah industri karet. Dalam industri karet, asam
formiat digunakan sebagai bahan koagulan untuk meng-koagulasi karet dari lateks.

Kualitas karet yang dihasilkan dengan asam formiat lebih baik dibandingkan dengan
jenis koagulan lainnya. Industri lain yang menggunakan asam formiat adalah
industri tekstil dan kulit. Pada indi=ustri tekstil, asam formiat digunakan untuk
mengatur pH pada proses pemutihan, pencelupan/ pewarnaan. Asam formiat
merupakan asam yang lebih kuat dari asam asetat sehingga menghasilkan produk
yang lebih baik. Pada industri kulit, asam formiat digunakan dalam proses
penyamakan kulit yaitu sebagai bahan pembersih zat kapur dan pengatur pH saat
pencelupan. Asam formiat digunakan untuk menetralkan kapur (deliming) agar kulit
menjadi lebih besar dan padat. Asam formiat merupakan bahan yang mudah
menguap sehingga tidak akan tertinggal pada serat kulit. Asam formiat juga sering
digunakan pada peternakan. Pada peternakan, asam formiat untuk mengawetkan
membunuh bakteri yang terdapat pada makanan ternak. Apabila disemprotkan pada
jerami, asam formiat dapat menahan proses pembusukan dan membuat makanan
ternak dapat mempertahankan nutrisinya lebih lama. Kegunaan-kegunaan lain dari
asam formiat adalah sebagai berikut: a. Reagen pada reaksi kimia organik, sebagai
sumber gugus formil dan ion hidrogen. b. Cleaning / disinfection, sebagai bahan
produk pembersih komersial dan disinfektan tong kayu untuk membuat anggur atau
bir. c. Membersihkan logam asam (industri electroplating) d. Desulfurisasi flue gas,
digunakan dalam proses desulfurisasi SHU (Saarberg-Hoelter-Umwelttlechnik) e.
Sebagai bahan baku dalam industri farmasi f. Sebagai bahan aditif pada pengeboran
minyak Asam format (nama sistematis: asam metanoat) adalah asam
karboksilat yang paling sederhana. Asam format secara alami terdapat pada antara
lain sengat lebah dan semut. Asam format juga merupakan
senyawa intermediat (senyawa antara) yang penting dalam banyak sintesis kimia.
Rumus kimia asam format dapat dituliskan sebagai HCOOH atau CH O .
2

Di alam, asam format ditemukan pada sengatan dan gigitan


banyak serangga dari ordo Hymenoptera, misalnya lebah dan semut. Asam format
juga merupakan hasil pembakaran yang signifikan dari bahan bakar alternatif, yaitu
pembakaran metanol (dan etanol yang tercampur air), jika dicampurkan
dengan bensin. Nama asam format berasal dari kata Latin formica yang berarti
semut. Pada awalnya, senyawa ini diisolasi melalui distilasi semut. Senyawa kimia
turunan asam format, misalnya kelompok garam dan ester,
dinamakan format ataumetanoat. Ion format memiliki rumus kimia HCOO .

Asam formiat atau asam metanoat yang juga dikenal sebagai asam semut adalah
senyawa organik yang mengandung gugus karboksil (-CO2H) dan merupakan bagian
dari senyawa asam karboksilat. Asam formiat ini pertama kali diperoleh oleh ahli

kimia pada abad pertengahan melalui proses penyulingan semut merah dengan
rumus molekul HCOOH.
Sifat dari asam formiat ini adalah mudah terbakar, tidak berwarna, berbau
tajam/menusuk dan mempunyai sifat korosif yang cukup tinggi. Asam formiat ini
mudah larut dalam air dan beberapa pelarut organik, tetapi sedikit larut dalam
benzene, karbon tetraklorida dan toluene, serta tidak larut dalam dalam karbon
alifatik.
Asam formiat mempunyai bobot molekul 46,03 g/mol dan merupakan asam paling
kuat dari deretan gugus asam karboksilat serta berfungsi sebagai reduktor. Asam
formiat dalam keadaan murninya mempunyai titik leleh 8oC, titik didih 101oC, dan
rapatan sebesar 1,2 g/ml pada suhu 20oC, secara ideal struktur karbonil senyawa
asam formiat mencerminkan ikatan hydrogen yang kuat antara molekul-molekul
asam karboksilat (kira-kira 10 kkal/mol untuk 2 ikatan hydrogen), maka asam
karboksilat ini sering dijumpai dalam bentuk dimer asam karboksilat / bahkan
dalam fasa uap (Fesenden & Fesenden, 1995).
Pemakaian asam formiat didalam negeri terutama untuk :
1. Koagulasi Karet Alam
Sebagai koagulan aid yang akan menghasilkan kualitas karet yang lebih baik.
2. Conditioner Pada Proses Pencelupan Tekstil
Digunakan sebagai bahan kimia pembantu dalam proses pencelupan atau
pewarnaan anti kusut dan anti ciut.
3. Conditioner Pada Proses Penyamakan Kulit
Digunakan dalam proses pembersihan, penghilangan zat kapur dan pewarnaan kulit.
4. Silase
Untuk pencampuran pada makanan ternak
Sebagai penemuan baru Asam Formiat digunakan pula didaerah-daerah pengeboran
minyak dalam tanah yang diduga mengandung minyak, yang seringkali ditemui
terjadinya kebuntuan pada aliran saluran minyak karena adanya partikel-partikel
yang ikut terbawa dalam minyak, dengan pemberian Asam Formiat dilokasi
penyebab kebuntuan maka agrerat-agrerat tersebut akan terhancurkan sehingga
aliaran saluran keluarnya minyak yang dibor akan hancur kembali.
Pembuatan Asam Formiat
1. Hidrolisis Metil Formiat
Pembuatan asam formiat pada proses ini diperoleh melalui dua tahap reaksi, yaitu
reaksi karbonisasi methanol dan reaksi hidrolisis metil formiat. Reaksi ini

berlangsung secara endotermis dan asam formiat yang terbentuk bersifat otokatalis
(Ziakowski & Bayne, 1980).
2. Sintesis Langsung Karbon Monoksida dengan Air
Asam formiat pada proses ini diperoleh dengan cara menghidrolisis gas karbon
monoksida secara lansung dengan menggunakan tembaga klorida sebagai katalis.
3. Proses Formamid
Proses ini diperkenalkan pertama kali oleh Meyer dkk, dengan cara mereaksikan
karbon monoksida dan amonia pada 200oC dengan tekanan 150-200 atm, kemudian
formamid yang terbentuk direaksikan dengan asam sulfat menghasilkan asam
formiat dan ammonium sulfat.
4. Oksidasi Alkana
Pada proses ini asam formiat yang diperoleh sebagai hasil samping pada reaksi
oksidasi butane dalam proses pembuatan asam asetat. Asam formiat yang diperoleh
sebesar 5 % [w/w], dan proses ini kurang efektif untuk pembuatan asam formiat
secara besar-besaran.
5. Reaksi Alkali dengan Karbon Monoksida
Proses ini diawali dengan mereaksikan karbon monoksida dengan natrium
hidroksida membentuk natrium asetat, kemudian natrium asetat yang terbentuk
direaksikan dengan asam sulfat membentuk asam formiat dan garam natrium sulfat.
Asam formiat yang terbentuk mempunyai kapasitas kecil dan garam natrium sulfat
yang terbentuk sebagai produk samping dapat mengakibatkan kerugian pada proses
ini (Ziakowski & Bayne, 1980).

También podría gustarte