Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
setajam benzena. Asal kata toluena diambil dari sebuah resin alami, kata tolu, merupakan sebuah
nama dari sebuah kota kecil di Colombia, Amerika Selatan. Toluena ditemukan antara produk
degradasi dengan cara pemanasan resin tersebut. Toluena dikenal juga sebagai metilbenzena
ataupun fenilmetana yaitu cairan bening tak berwarna yang tak larut dalam air dengan aroma
seperti pengencer cat dan berbau harum seperti benzene.
Toluena adalah hidrokarbon aromatik yang digunakan secara luas dalam stok umpan industri
dan juga sebagai bahan pelarut bagi industri lainnya. Seperti pelarut-pelarut lainnya, toluena juga
digunakan sebagai obat inhalan oleh karena sifatnya yang memabukkan. Toluena juga mudah
sekali terbakar. (Wikipedia, 2011)
Sebelum perang dunia pertama, sumber utama dari toluena adalah pemanasan batu arang.
Pada waktu itu, trinitrotoluena (TNT) menghasilkan daya ledak yang tinggi dan produksi toluena
dalam jumlah besar diperlukan untuk pembuatan TNT tersebut.
Toluena secara umum diproduksi bersama dengan benzene, xylene, dan senyawa aromatik
C9 dengan pembentukan katalitik dari nafta. Hasil pembentukan kasar ini diekstraksi,
kebanyakan terjadi dengan sulfolane atau tetraetilena glikol dan zat terlarut, ke dalam sumur
campuran dari benzene, toluena, xylena dan senyawa C9-aromatik dimana dipisahkan dengan
cara fraksinasi. Toluena sangat lipofilik yang dapat mempengaruhi system pusat saraf jika kita
terpapar, oleh karena itu Badan Keselamatan dan Kesehatan Pekerja (OSHA) menetapan batas
maksimum konsentrasi toluene di udara yaitu 200 ppm..
II. TEORI DASAR
2.1 Tatanama
Golongan: Hidrokarbon Aromatik
Sinonim/nama dagang: Toluol, Tolu-Sol, Methylbenzene, Metha- cide, Phenylmetana,
Methylbenzol.
Nomor Identifikasi:
Nomor CAS : 108-88-3
Nomor EU
: 203-625-9
Nomor RTECS : XS5250000
Nomor UN
: 1294
2.2 Sifat Fisika
Rumus Molekul : C7H8
Rumus Bangun :
Warna : tidak bewarna
Bau
: ciri
Ambang Bau : 0,2 68,6 ppm
pH : tidak berlaku
Titik lebur : - 95 oC
Titik didih : 110,6 oC (1,013hPa)
Titik nyala : 4 oC
: mudah terbakar
Reaktivitas 0
: tidak reaktif
Klasifikasi EC:
R 11 : sangat mudah terbakar
R 20 : berbahaya jika terhirup
R 38 : menyebabkan iritasi pada kulit
Karbon tetraklorida, tetraklorometana atau dikenal dengan banyak nama lain (lihat di bawah),
adalah senyawa kimia dengan rumus CCl4. Senyawa ini banyak digunakan dalam sintesis kimia
organik. Dulunya karbon tetraklorida juga digunakan dalampemadam api dan refrigerasi, namun
sekarang sudah ditinggalkan. Pada keadaan standar (suhu kamar dan tekanan atmosfer),
CCl4 adalah cairan tak berwarna dengan bau yang "manis".
VeLa's Note
Kekayaan yang sebenarnya adalah ketika kita mampu bersyukur dengan
keadaan kita sekarang.
Search...
What time is it ?
Categories
:-) (6) CINTA (5) Did U kNow (31) Did You Know (10) Just My Story (13) Lirik
Lagu (3)Picture (1) PUISI (4) Short Story (3) Task (16)
Archive
2015 (4)
2014 (19)
September (1)
Juni (1)
April (4)
Maret (8)
Februari (5)
2013 (6)
2012 (29)
2011 (18)
2010 (1)
2009 (1)
It's Me
Follow by Email
Submit
239,919
Pengikut
Minggu, 23 Maret 2014
BAB I
IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI ALKOHOL
TUJUAN
Membedakan senyawa alkohol primer, sekunder, tersier dan fenol dengan menggunakan tes Lucas dan Ferri
Klorida
A. Pre-lab
1. Jelaskan perbedaan karakteristik antara alkohol primer, sekunder dan tersier!
Perbedaan karakteristik alkohol primer, sekunder dan tersier ada pada atom C yang terikat.
Pada alkohol primer atom C yang terikat pada gugus OH mengikat 1 atom C, Pada alkohol
sekunder atom C yang terikat pada gugus OH mengikat 2 atom C, Pada alkohol tersier atom
C yang terikat pada gugus OH mengikat 3 atom C.
Selain itu untuk membedakan suatu alkohol termasuk alkohol primer, sekunder atau tersier
dapat dilakukan menggunakan pereaksi Lucas, jika alkohol primer tidak bereaksi setelah
diberi reagen Lucas, alkohol sekunder bereaksi lambat dan alkohol tersier akan dengan cepat
bereaksi dengan reagen Lucas.
Selain itu untuk membedakannya dengan cara mereaksikannya, alkohol primer apabila
dioksidasi menghasilkan aldehid dan bila dioksidasi lagi menghasilkan asam karboksilat.
Alkohol sekunder dioksidasi akan menghasilkan keton. Alkohol tersier tidak terjadi oksidasi
karena tidak ada atom H yang terikat pada atom karbinol (Hart, 2005).
2. Jelaskan perbedaan antara senyawa alkohol dan fenol !
Perbedaan alkohol dan fenol yaitu, hidrogen pada fenol bersifat asam dari pada alkohol.
Gugus OH pada fenol terikat dengan cincin aromatik sedangkan pada alkohol terikat pada
atom karbon terbuka. Gugus OH pada aromatik sulit disubtitusi pada alkohol bisa disubtitusi.
Selain itu, dapat pula dibedakan dari gugus R nya. Pada fenol gugus R penyusunnya
merupakan gugus aril. Pada alkohol gugus R penyusunnya adalah alkil
(Bettelheim, 2005).
3. Jelaskan prinsip analisa tes Lucas dan Ferri Klorida!
Prinsip analisis uji lucas adalah membedakan senyawa alkohol primer, sekunder dan tertier
dengan reagen yang terbuat dari campuran asam klorida pekat dengan seng klorida. Dimana
alkohol primer tidak bereaksi, alkohol sekunder bereaksi sedikit dan lambat dan alkohol
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sampel dan Bahan
1. Aquades
Aquades adalah air hasil destilasi atau penyulingan, sama dengan air murni dan tidak ada
mineral-mineral lain. Air destilasi ini memiliki rumus kimia pada air umumnya yaitu H 2O,
yang berarti dalam 1 molekul terdapat 2 atom hidrogen kovalen dan atom oksigen tunggal.
Molekul pada H2O berbentuk asimetris sehingga memiliki elektronegativitas lebih tinggi dari
atom hidrogen. Aquades ini bentuknya cair dan seperti air pada umumnya dan merupakan
bahan kimia yang tidak berbahaya bagi tubuh manusia karena memiliki pH netral sehingga
tidak menimbulkan efek samping. Aquades ini biasanya berfungsi sebagai pelarut (Hart,
2005).
2. Etanol
Etanol biasa dikenal dengan sebutan etil alkohol, alkohol solut, alkohol murni atau alkohol saja. Rumus
molekul dari etanol itu sendiri adalah C2H5OH. Etanol termasuk dalam alkohol primer. Sifat-Sifat Etanol dibagi
menjadi 2 yaitu berdasarkan sifat kimanya: reaksi asam basa, halogenasi, pembuatan ester, dehidrasi, oksidasi
dan pembakaran. Berdasarkan sifat fisikanya dipengaruhi oleh: keberadaan gugus hidroksil, pendeknya rantai
karbon etanol, gugus hidroksil dapat berpartisipasi ke dalam ikatan hidrogen, sehingga membuatnya cair dan
lebih sulit menguap dari pada senyawa organik lainnya dengan massa molekul yang sama. Etanol digunakan
untuk bahan baku industri atau pelarut (Bettelheim, 2005).
3. Metanol
Metanol merupakan cairan yang jernih, tidak berwarna, dan merupakan cairan yang
mudah terbakar. Metanol dapat dibuat dengan mereaksikan hidrogen dengan karbon
monoksida ataukarbon dioksida. Metanol banyak dipakai pada industri sebagai starting
material pembuatan berbagai bahan kimia, sebagai cairan pembersih kaca mobil, pembersih
karburator, antibeku, toner mesin fotokopi, dan bahan bakar. Sifat fisika dan kimia metanol
antara lain memiliki rumus molekul CH3OH, massa molar 32,04 g/mol dan memiliki
densitas 0.7918 g/cm. Api dari metanol biasanya tidak berwarna. Oleh karena itu, kita harus
berhati-hati bila berada dekat metanol yang terbakar untuk mencegah cedera akibat api yang
tak terlihat (Ali, 2005).
4. 2-Propanol
2-propanol memiliki rumus molekul (CH3)2CHOH dan titik didihnya 82,3oC. Sering
disebut alkohol, isopropil alkohol berguna untuk mendinginkan kulit dengan penguapan.
Dengan demikian membantu untuk menurunkan demam . Zat ini dapat mengeras di kulit dan
mengurangi ukuran pori-pori dan membatasi sekresi. Zat ini digunakan sebagai pelarut untuk
kosmetik , parfum dan krim kulit (Sudarmo, 2006).
5. Fenol
Fenol berbentuk solid, berbau aromatik dan tajam, tidak berwarna. Memiliki titik didih
182C dan titik leleh 42C. Fenol berfungsi sebagai zat antiseptik, zat disinfektan, Pembuatan
pewarna, resin. Sifat kimia yang paling penting dari fenol adalah bahwa tidak seperti alkohol,
mereka bersifat asam. Fenol memiliki nilai Ka sekitar 10-10 (pKa = 10), yang membuat
mereka asam lemah, jauh lebih kuat dari air tetapi jauh lebih lemah dari asam karboksilat
(pKa sekitar 5) (Bettelheim, 2005).
B. Reagen
Sampel
Fenol
2-Propanol
Metanol
Etanol
Perubahan Waktu
Awal
15 menit
10 menit +
panas
Bening putih
Putih
Putih
bening
bening
Bening putih
Putih
Putih keruh
bening
Bening putih
Putih
Putih
bening
bening
Bening putih
Putih
Putih
bening
bening
Hasil Uji
(+) / (-)
-
Sampel+Reagen Lucas
Ungu
Kuning Bening
Kuning Bening
Kuning Bening
PERTANYAAN
1. a. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Lucas dari beberapa sampel dalam percobaan
ini !
Prinsip analisis uji lucas adalah membedakan senyawa alkohol primer, sekunder dan
tertier dengan reagen yang terbuat dari campuran asam klorida pekat dengan seng klorida.
Dimana ZnCl2 berfungsi sebagai katalis asam lewis, HCl berfungsi untuk melarutkan alkohol
dan menyumbangkan atom Cl- pada pembuatan alkil klorida dan Cl2 berfungsi sebagai
katalisator pada reaksi Lucas dan membantu dalam proses pemekatan warna reagen Lucas itu
sendiri. Dalam reagen ini alkohol primer tidak bereaksi, alkohol sekunder bereaksi sedikit
dan lambat ditambah dengan pemanasan dan alkohol tersier dapat bereaksi cepat meskipun
tanpa pemanasan. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya kabut dan terbentuk dua
lapisan pada sampel (Ghalib, 2010).
Dalam praktikum ini, langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan.
Alat yang disiapkan antara lain tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, pipet ukur,
beaker glass, sumbat gabus dan waterbath. Bahan yang digunakan antara lain aquades,
metanol, etanol, 2-propanol, larutan fenol dan reagen Lucas. Setelah alat dan bahan
disiapkan, kemudian praktikum dimulai dengan menaruh sampel berupa metanol, etanol, 2propanol dan larutan fenol ke dalam masing-masing tabung reaksi sebanyak 0.5 ml
menggunakan pipet tetes. Selanjutnya kedalam masing masing tabung reaksi yang telah berisi
sampel dimasukkan reagen lucas sebanyak 3 ml dan langsung ditutup menggunakan sumbat
gabus. Kemudian dikocok ditunggu 15 menit dan diamati perubahannya apakah terbentuknya
kabut atau tidak. Jika larutan tidak terbentuk kabut maka dipanaskan pada suhu 60 0C selama
10 menit. Kemudian diamati lagi perubahannya dan diperoleh hasil.
Dari data hasil percobaan yang telah diperoleh, pada sampel fenol yang semula berwarna
bening setelah didiamkan 15 menit dan dipanaskan selama 10 menit tidak ada perubahan,
artinya hasil uji reagen lucas dengan fenol adalah negatif. Hal ini sesuai dengan literatur
bahwa fenol tidak bereaksi dengan reagen Lucas (Hart, 2005). Selanjutnya pada sampel 2Propanol yang semula berwarna bening, pada saat didiamkan sempat terbentuk sedikit kabut
dan sedikit keruh, namun karena terjadi sedikit kecelakaan yang menyebabkan tutup tabung
reaksi lepas, maka kabut yang sedikit tadi kemungkinan menguap, sehingga setelah
dipanaskan selama 10 menit pun tidak terjadi perubahan dan tidak juga berkabut. Kemudian
untuk memastikan, percobaan dengan sampel 2-propanol diulangi lagi dari awal, namun
hasilnya sama, tidak terbentuk kabut dan dua lapisan pada sampel, artinya uji reagen Lucas
dengan 2-propanol adalah negatif. Dalam literatur, reagen Lucas akan menghasilkan kabut
dan 2 lapisan pada sampel bila bereaksi dengan alkohol sekunder (jika perlu dilakukan
pemanasan) (Hart, 2005). 2-propanol merupakan alkohol sekunder, seharusnya 2-propanol
membentuk kabut atau dua lapisan ketika direaksikan dengan reagen Lucas. Kesalahan ini
dimungkinkan karena 2-propanol sendiri yang telah lama disimpan sehingga mengalami
oksidasi dan pada saat menutup dengan gabus penutup tidak rapat. Selanjutnya sampel
metanol, keadaan awal berwarna putih bening dan tidak mengalami perubahan saat
didiamkan 15 menit dan setelah dipanaskan selama 10 menit, artinya uji reagen Lucas dengan
metanol adalah negatif. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa alkohol primer tidak bereaksi
dengan reagen Lucas (Hart, 2005). Metanol merupakan alkohol primer. Selanjutnya sampel
etanol, pada sampel etanol keadaan awal adalah berwarna bening putih dan ketika didiamkan
selama 15 menit dan dipanaskan selama 10 menit tidak terjadi perubahan, artinya uji reagen
Lucas dengan etanol adalah negatif. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa alkohol primer
tidak bereaksi dengan reagen Lucas, etanol merupakan alkohol primer (Hart, 2005).
b. Tuliskan mekanisme reaksi yang mendasari prinsip uji Lucas pada identifikasi gugus alkohol
Pada reaksi yang terjadi pada uji lucas ini adalah reagen lucas akan melarutkan alkohol. Gugus OH
yang kurang nukleofilik akan terlepas dan bereaksi dengan H+ membentuk H2O. Sedangkan alkohol yang
kehilangan OH akan digantikan dengan Cl -pada reagen Lucas., sehingga terbentuk reagen alkil klorida. Reaksi
antara reagen Lucas dengan alkohol sekunder atau tersier merupakan reaksi subtitusi nukleosiklik SN1. Berikut
adalah reaksi yang terjadi dari beberapa sampel yang ditambahkan reagen lucas :
Etanol: CH3
CH2
OH + HCl tidak ada reaksi
Methanol:
CH3 OH + HCl tidak ada reaksi
2-propanol: 2-propanol + HCl tidak ada reaksi,
seharusnya bereaksi sedikit membentuk kabut atau dua lapisan
Fenol: C6H5
OH + HCl tidak ada reaksi
2. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Ferri Klorida dari beberapa sampel dalam
percobaan ini!
Prinsip dari uji feri klorida adalah mendeteksi keberadaan fenol pada sampel dengan
penambahan larutan feri klorida yang uji positifnya akan menghasilkan warna ungu, merah,
hijau atau biru sebagai akibat dari adanya reaksi gugus OH pada fenol bereaksi dengan
larutan feri klorida. Warna yang diperoleh bergantung pada subtituen yang terikat pada
fenol (Ghalib, 2010).
Dalam praktikum kali ini, langkah pertama adalah menyiapkan alat dan bahan. Alat yang
digunakan dalam praktikum ini antara lain adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet
tetes, pipet ukur, beaker glass dan water bath. Sedangkan bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalahaquades, metanol, etanol, 2-propanol, larutan fenol dan reagen feri
klorida 5%. Setelah alat dan bahan disipakan, praktikum dimulai dengan mengisi lima tabung
reaksi dengan aquades sebanyak 1 ml menggunakan pipet ukur. Kemudian masing-masing
tabung reaksi yang telah berisi 1 ml aquades ditetesi sampel yaitu aquades, metanol, etanol,
2-propanol, larutan fenol sebanyak lima tretes menggunakan pipet tetes. Selanjutnya masingmasing tabung reaksi yang telah terisi sampel dan aquades ditambahkan reagen feri klorida
sebanyak dua tetes, kemudian dikocok. Selanjutnya diamati perubahan yang terjadi dan
dicatat, kemudian diperoleh hasil uji.
Dari data hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pada sampel fenol
ketika ditambah reagen warnanya menjadi ungu. Artinya hasil uji feri klorida dengan fenol
adalah positif. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa fenol akan bereaksi dengan feri klorida
yang ditandai dengan terbentuknya warna ungu (Sudarmo, 2006). Selanjutnya sampel 2propanol, pada sampel ini setelah ditetesi reagen feri klorida berwarna kuning bening. Artiya
uji feri klorida dengan 2-propanol adalah negatif. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa
alkohol tidak bereaksi dengan uji feri klorida (Sudarmo, 2006). Selanjutnya sampel metanol,
pada sampel ini ketika ditambah reagen feri korida berwarna kuning bening. Artinya uji feri
klorida dengan metanol adalah negatif. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa alkohol tidak
bereaksi dengan uji feri klorida (Sudarmo, 2006). Selanjutnya sampel etanol, pada sampel ini
setelah ditetesi reagen feri klorida, warnanya kuning bening. Artinya uji feri klorida dengan
etanol adalah negatif. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa alkohol tidak bereaksi dengan uji
feri klorida(Sudarmo, 2006).
Reaksi Uji feri klorida adalah reaksi substitusi antara sampel dengan reagen feri klorida
dimana H+ dalam fenol digantikan dengan Fe3+ dengan reagen feri klorida. Sedangkan
H+ yang lepas berikatan dengan Cl-membentuk HCl. Sedangkan Fe3+ akan berikatan dengan
cincin benzen membentuk FeO yang dapat mengubah warna dari kuning transparan menjadi
ungu, yang menandakan hasil uji positif. Fenol memiliki substituen OH, sehingga perubahan
warna yang terjadi adalah ungu. FeCl3 akan beraksi jika terdapat gugus aromatik yang akan
menghasilkan warna ungu, sehingga uji Ferri Klorida hanya ditemukan pada senyawa fenol
dan tidak ada pada alkohol (Bettelheim, 2005). Berikut adalah reaksi ferri klorida dengan
beberapa sampel yang digunakan :
Sampel fenol :
OH
+ FeCl3
Fe ( O
) + 3 HCl
Etanol : CH3
CH2
OH + FeCl3tidak ada reaksi
Methanol : CH3 OH + FeCl3 tidak ada reaksi
2-propanol: 2-propanol + FeCl3 tidak ada reaksi
KESIMPULAN
Prinsip analisis uji lucas adalah membedakan senyawa alkohol primer, sekunder dan
tertier dengan reagen yang terbuat dari campuran asam klorida pekat dengan seng klorida.
Dimana alkohol primer tidak bereaksi, alkohol sekunder bereaksi sedikit dan lambat
ditambah dengan pemanasan dan alkohol tersier dapat bereaksi cepat meskipun tanpa
pemanasan. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya kabut dan terbentuk dua lapisan
pada sampel. Sedangkan prinsip dari uji feri klorida adalah mendeteksi keberadaan fenol
pada sampel dengan penambahan larutan feri klorida yang uji positifnya akan menghasilkan
warna ungu, merah, hijau atau biru sebagai akibat dari adanya reaksi gugus OH pada fenol
bereaksi dengan larutan feri klorida. Warna yang diperoleh bergantung pada subtituen yang
terikat pada fenol.
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa yang bereaksi dan hasil uji positif
terhadap uji ferri klorida adalah sampel fenol, sedangkan sampel yang lain hasil ujinya
negatif. Hal ini karena ferri klorida hanya bereaksi pada fenol, tidak pada alkohol.
Selanjutnya pada uji Lucas tidak ada yang menghasilkan hasil uji positif. Seharusnya 2propanol hasil uji positif karena ia merupakan alkohol sekunder. Namun kesalahan ini
dimungkinkan karena adanya human error, 2-propanol yang terlalu lama disimpan dan
penutup gabus pada tabung reaksi yang tidak rapat.
Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam laporan ini
TOP
Reaksi
:
1 komentar:
Samsul Alam mengatakan... Reply Comment
membantu banget post nya
mkasih
14 April 2015 18.00
Poskan Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Subscribe to: Poskan Komentar (Atom)
Entri Populer
Template by:
Share It
Designed by SkinCorner Free Blogger Templates | Sponsored by Papercraft for Kids | Power Point Templates
R & A. Blog
Willicoment to mein Page ^_^
Menu
Skip to content
BERANDA
BERANDA
ABOUT
PERCOBAAN 2
SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA ORGANIK
OLEH :
NAMA
NURRAMADHANI.A.SIDA
STAMBUK
F1F1 11 114
KELAS
FARMASI A
KELOMPOK
NAMA ASISTEN
4
MUH. DITO ERLANGGA
LABORATORIUM FARMASI
JURUSAN FARMASI
A.
TUJUAN
B.
LANDASAN TEORI
C.
a)
URAIAN BAHAN
Akuades (Dirjen POM, 1979).
Nama Resmi
Nama Lain
: Aqua destilata.
: air suling
Rumus Molekul
: H2O
Berat molekul
: 18
Rumus Bangun
Pemerian
b)
Penyimpanan
Kegunaan
: sebagai pelarut.
: Natrium Chloridum
Nama Lain
: Natrium klorida
Berat Molekul
: 32.04 g/mol
Rumus Molekul
: NaCl
Rumus Bangun
Pemerian
serbuk hablur
Kelarutan
dalam air mendidih; larut dalam gliserin; sukar larut dalam etano
c)
Penyimpanan
Khasiat
: Hemodialisis
Kegunaan
: Sebagai Sampel
Etanol
Nama Resmi
Nama Lain
alkohol absolut
Berat molekul
Rumus Molekul
Rumus Bangun
Pemerian
: 46,07 g/mol
: C2H5OH
:
: sebagai pelarut.
Kloroform
Nama
: Chloroformum
Nama lain
: kloroform
Berat molekul
: 119,38 g/mol
Rumus molekul
: CHCl3
Rumus bangun
Pemerian
Penyimpanan
e)
Khasiat
Kegunaan
: pereaksi
: Glucosum
Nama lain
: Glukosa
BM / RM
: 198,17 g/mol
Rumus molekul
: C6H12O6
Rumus bangun
Pemerian
dalam air mendidih; agak sukar larut dalam etanol (95%) mendidih;
sukar larut dalam etanol (95%).
Penyimpanan
Kegunaan
f)
HCl
Nama resmi
: Acidum Hydrochloridum
Nama lain
: Asam klorida
BM / RM
: 36,46 g/mol
Rumus molekul
: HCl
Rumus bangun
Pemerian
Kegunaan
g)
: Natrii hydroxydum
Nama lain
: Natrium hidroksida
Berat molekul
: 40,00 g/mol
Rumus molekul
: NaOH
Pemerian
keping, kering, rapuh dan mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan
korosif. Segera menyerap CO2
Kelarutan
(95%) .
Penyimpanan
Kandungan
jumlah dihitung sebagai NaOH dan tidak lebih dari 2,5% Na2CO3
h)
Khasiat
Kegunaan
: Acidum aceticum
Nama lain
: Cuka
Berat molekul
: 60,05 g/mol
Rumus molekul
: C2H4O2
Rumus bangun
Pemerian
i)
Penyimpanan
Khasiat
: zat tambahan.
Etil asetat
Nama resmi
: Acidum aceticum
Nama lain
: Cuka
Berat molekul
: 60,05 g/mol
Rumus molekul
: C2H4O2
Rumus bangun
Pemerian
asam, tajam
Kelarutan
dengan gliserol.
Penyimpanan
Khasiat
: zat tambahan.
j)
: Metil Alkohol
: Metanol, Hidroksimetana, Metil alkohol, Metil
: 32.04 g/mol
Rumus Molekul
: CH3OH
Rumus Bangun
Pemerian
: Butanol
Nama Lain
: butil alkohol
Berat molekul
: 46,07 g/mol
Rumus Molekul
: C4H9OH.
Rumus Bangun
Pemerian
Kegunaan
m)
: n-heksana
Berat molekul
: 86.18 g/mol
Rumus molekul
: C6H14
Rumus bangun
Pemerian
Kegunaan
: pelarut organik
: Acidum sulfuricum
Nama lain
: asam sulfat
Berat molekul
: 98,07 g/mol
Rumus molekul
: H2SO4
Rumus Bangun
Pemerian
n)
Penyimpanan
Khasiat
: zat tambahan
Nama resmi
: Paraffinum liquidum
Nama lain
: Parafin cair
Pemerian
D.
METODE KERJA
1. 1.
a)
Alat.
Tabung reaksi
Pipet tetes
b)
Bahan.
Kloroform
Etanol
H2SO4 encer
n-Heksana
HCl
Butanol
Metanol
Glukosa
Minyak Goreng
Parafin
Etil asetat
Asam asetat
NaOH
Akuades
1. 2.
Prosedur Kerja
Minyak goreng
Dipipet
Ditambahkan n-heksan
Diamati kelarutannya
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
Metanol
Dipipet
Ditambahkan n-heksan
Diamati kelarutannya
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
Etanol
Dipipet
Ditambahkan n-heksan
Diamati kelarutannya
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
Dipipet
Ditambahkan n-heksan
Diamati kelarutannya
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
Tidak larut
Butanol
Dipipet
Ditambahkan n-heksan
Diamati kelarutannya
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
Larut
Parafin
Dipipet
Ditambahkan n-heksan
Diamati kelarutannya
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
Metanol
Larut dalam n-Heksana
Etil asetat
Dipipet
Ditambahkan n-heksan
Diamati kelarutannya
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
Dipipet
Ditambahkan n-heksan
Diamati kelarutannya
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
Dipipet
Ditambahkan n-heksan
Diamati kelarutannya
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
Dipipet
Ditambahkan n-heksan
Diamati kelarutannya
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
Dipipet
Ditambahkan n-heksan
Diamati kelarutannya
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
Dipipet
Ditambahkan n-heksan
Diamati kelarutannya
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
Dipipet
Ditambahkan n-heksan
Diamati kelarutannya
Tahap diatas diulangi untuk pelarut H2O, NaOH, HCl, dan H2SO4
E.
HASIL PENGAMATAN
N
o
Senyawa
Kelarutan Dalam
nHeksana
H2O
NaO
H
HCl
H2SO
4
1.
Minyak Goreng
2.
Metanol
3.
Etanol
4.
Butanol
5.
Glukosa
6.
Parafin
7.
Etilasetat
8.
Kloroform
9.
Asam asetat
10
.
Air
11
.
Asam sulfat
12
.
Natrium
hidroksida
13
.
Asam klorida
F.
PEMBAHASAN
polar. Dimana ikatan ionik apabila diputuskan, maka atom yang memiliki
tingkat elektronegatif lebih tinggi akan bermuatan negatif dan atom
lainnya akan bermuatan positif. Ketika 2 zat ini dicampurkan maka bagian
parsial positif akan menarik bagian parsial negatif untuk membentuk
ikatan baru sehingga dihasilkan zat baru.
Turunan alkohol yaitu metanol, etanol dan butanol berdasarkan hasil
percobaan ini diperoleh data yang menunjukkan hanya butanol yang tidak
larut pada beberapa pelarut yang disediakan. Dalam prinsip like dissolves
like dijelaskan bahwa kelarutan dapat dipengaruhi oleh kesamaan struktur
yang membentuk molekulnya. Molekul air, dibentuk oleh atom H dan O
dan alkohol juga dibentuk oleh atom H dan O oleh sebuah ikatan sigma.
Adanya gugus OH ini membuat alkohol memiki polaritas yang hampir
sama dengan polaritas air. Namun kepolaritasan yang dimiliki oleh
senyawa-senyawa turunan alkohol tidak akan sebanding dengan polaritas
air, hal ini dipengaruhi oleh kehadiran gugus alkil pada molekulnya.
seperti yang diketahui gugus alkil merupakan gugus non polar, semakin
panjang alkil yang dimiliki oleh suatu senyawa maka semakin besar sifat
non polarnya. Pada metanol dan etanol, dimana gugus alkil yang kedua
senyawa ini miliki tidak begitu panjang dan tidak merubah tingkat
kelektronegatif sehinnga etanol dan metanol dapat larut dalam pelarut
polar. Sedangkan pada butanol, gugus alkilnya lebih mendominasi molekul
sehingga tidak dapat larut dalam senyawa polar. Namun, pada hasil yang
diperoleh butanol juga tidak larut dalam pelarut n-heksan sebagai pelarut
nonpolar. Hal ini dapat diperngaruhi oleh kesalahan dalam mencampur
bahan.
Lalu untuk kelarutan parafin, minyak goreng dan etil asetat sebagai
senyawa nonpolar sudah dapat dipastikan hanya akan larut dalam pelarut
non polar, dan hal ini dibenarkan pada hasil pencampuran ketiga bahan
ini dengan pelarut n-heksan. Dimana, ketiga bahan ini hanya larut total
dalam n-heksana dan membentuk 2 lapis cairan apabila dilarutkan dalam
pelarut polar. Terbentuknya 2 lapis cairan oleh senyawa polar dan
senyawa nonpolar ini dipengaruhi oleh ikatan yang dibentuk. Pada
literatur dijelaskan non polar hnya dapat berikatan antar alkil ], sehingg
ketika dicampurkan, senyawa polar yang umumnya tidak memiliki rantai
alkil tidak dapat diikat oleh senyawa nonpolar. Begitupun senyawa polar
yang dapat berikatan apabila ada ion bermuatan yang dihasilkan atau
G.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Penuntun Praktikum Farmasi Fisik I. Universitas Haluoleo.
Kendari.
Dirjen POM.1972. Farmakope Indonesia.. Edisi Ke-I. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI.
Sudhir, CV., NY. Sharma., p. Mohanan. 2007. Potentil of Waste Cooking Oils
as Biodiesel Feed Stock. Journal for Engineering Research. 12 (3). Hal:6975.
Pertanyaan :
1. Simpulkan perbedaan senyawa organik dan senyawa anorganik !
2. Tuliskan persamaan reaksi untuk percobaan 1a1; 1a2; 1a3 dan 1b !
3. Tuliskan persamaan reaksi untuk percobaan 2a !
4. Simpulkan hasil pengamatan percobaan 2b!
5. Simpulkan hasil ppengamatan percobaan 2c !
Jawab :
1. Perbedaan senyawa organik dan senyawa anorganik :
1.
2.
3.
4. Percobaan 2c :
Senyawa organik yaitu kloroform bukanlah senyawa yang dapat
membentuk ion atau mengalami ionisasi sehingga ketika ditambahkan
AgNO3 maka tidak terjadi ionisasi, sedangkan senyawa anorganik yang
terikat secara ionik ketika ditambahkan AgNO3, ikatan ioniknya akan
merenggang dan putus menyebabkan terbentuknya ion-ion bermuatan
sehingga senyawa anorganik dapat terionisasi dan tidak pada senyawa
organik.
Share
this:
About
these
ads
Facebook1
Terkait
Navigasi pos
Pos Sebelumnya
R&A : PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN SENYAWA ANORGANIK
Berikan Balasan
SEARCH
Cari
Lanjut
SONG
FACEBOOK
MY CALENDER
S S R K J S M
Nov
1 2
3 4 5 6 7 8 9
1 1 1 1 1 1 1
0 1 2 3 4 5 6
1 1 1 2 2 2 2
7 8 9 0 1 2 3
2 2 2 2 2 2 3
4 5 6 7 8 9 0
3
1
Desember 2012
TWITTER TERBARU
Ikuti
asam format
Asam format
2.1 Pengertian Asam Formiat Kata formiat berasal dari nama sejenis semut merah
formica rufa yang dapat mengeluarkan asam dan terbentuk sebagai asam
bebas. Asam ini banyak dijumpai pada beberapa jenis tumbuhan, pada
bulu-bulu jelatang dan hasil dari fermentasi bakteri pada
karbohidrat. Beberapa ilmuwan melakukan penelitian yang berhubungan dengan
Asam formiat dari semut tersebut. Brunfles pada permulaan abad ke-16 menyelidiki
uap dari semut gunung penyebab warna merah dari tumbuh-tumbuhan. Et-Muller
pada tahun 1684 telah mendistilasi sejumlah semut gunung yang menghasilkan
suatu acid spirit yang dapat merusak besi. Fisher mendistilasi sejumlah semut
dengan air dan ditemukan pada larutan distilatnya suatu asam menyerupai spirit of
vinegar. Pada umumnya, Asam formiat yang dijual dipasaran mempunyai kadar
85% dan 90% sedangkan dalam bentuk anhidrat tersedia dalam jumlah bebas. Asam
formiat banyak digunakan untuk koagulan karet, conditioner pada pencelupan
tekstil, industri kulit serta sintesa bahan-bahan farmasi dan bahan kimia lain.
2.2 Sifat Fisika dan Kimia Asam Formiat 2.2.1 Sifat Fisika Asam Formiat Asam
semut atau asam formiat atau asam metanoat, yang memiliki rumus molekul
HCOOH, merupakan turunan pertama Asam karboksilat yang paling kuat dengan
gugus molekul yang paling pendek dibandingkan dengan asam karboksilat yang lain.
Asam formiat termasuk dalam katagori asam organik lemah, tapi
bersifat sangat korosif, tidak berwarna, mempunyai bau yang menyengat, dapat
menyebabkan iritasi pada mata, hidung, tenggorokan dan dapat melepuhkan kulit.
Asam formiat dapat melarut sempurna dengan air, aseton,eter, etil asetat, metanol,
etanol, dan gliserin. Asam ini dapat membentuk azeotrop dengan air pada
kandungan asam formiat 67% berat (0,1 bar), 78% berat (1 bar), dan 84% berat (3
bar). Campuran asam formiat dan air memiliki titik eutektik yang membeku pada
suhu 48,5oC dibawah nol dengan komposisi 70% berat asam formiat. Tekanan Asam
formiat sebagai berikut : Tabel 8 : Tekanan Uap Asam Formiat pada Berbagai
Temperatur Temperatur (oC) Tekanan Uap (mmHg) 0,00 11,16 20,00 33,55 29,96
54,36 39,89 85,18 49,93 130,1 59,98 192,7 79,93 395,6 100,68 762,5 (Kemira Oy
Engineering,1980)
Tabel 9. : Sifat sifat Fisik Asam formiat Sifat Nilai Berat molekul 46,03 gr/mol
Titik didih (760 mmHg) 100,8 oC Titik leleh 8,4 oC Spesifik gravity (20oC) 1,22647
Konstanta ionisasi (20 oC) 1,765 10-4 Tegangan permukaan (22 oC) 37,67 dyne/cm
Viskositas (25 oC) 1,57 cp Kapasitas panas cairan (0 oC) 82,8 joulel/mol K Panas
pembentukan laten 3031 kal/mol Panas penguapan laten 104 kal/mol Panas
pembakaran cairan (25 oC) 60,9 kkal/mol Panas pembentukan cairan (25 oC)
101,52 kkal/mol
HC T : 578K HCOOCH = CH2 As formiat Asetilen Vinil formiat 2. Bereaksi dengan
Olefin (dengan bantuan hidrogen peroksida) membentuk Glikol formiat.2.2.2 Sifat
Kimia Asam Formiat Asam formiat dapat bercampur sempurna dengan air dan
sedikit larut dalam benzene, karbon tetra klorida, toluene dan tidak larut dalam
hidrokarbon alifatik seperti heptana dan oktana. Asam formiat dapat melarutkan
nilon, poliamida tetapi tidak melarutkan Poli Vinil Chlorida (PVC). Campuran Asam
formiat dan air membentuk campuran azeotrop (yaitu campuran larutan yang
mempunyai titik didih mendekati titik beku) dengan kandungan maksimum Asam
formiat 77,5 % pada tekanan atmosfer. Asam formiat akan terdekomposisi menjadi
Karbon dioksida dan air pada temperatur 100 oC atau dalam temperatur kamar bila
ditambahkan katalis Palladium. Asam formiat terhidrasi oleh Asam sulfat pekat dan
menghasilkan Karbon monoksida dan air. Reaksi reaksi lain yang terjadi pada
Asam formiat adalah : 1. Bereaksi dengan Asetilen membentuk Vinil formiat.
Reaksinya : HCOOH + HC
3. Dekomposisi Pada temperatur 200oC, asam formiat terdekomposisi menjadi
karbon monoksida dan air dengan katalis Alumina. Reaksinya : HCOOH Al2O3,T :
200C CO + H2O
4. Bereaksi dengan Keton dan Amina menjadi Amina primer.
2.2.3. Kegunaan Asam Formiat Asam formiat memiliki banyak kegunaan dan
digunakan pada berbagai macam industri dan reaksi- reaksi. Salah satu industri yang
sering menggunakan asam formiat adalah industri karet. Dalam industri karet, asam
formiat digunakan sebagai bahan koagulan untuk meng-koagulasi karet dari lateks.
Kualitas karet yang dihasilkan dengan asam formiat lebih baik dibandingkan dengan
jenis koagulan lainnya. Industri lain yang menggunakan asam formiat adalah
industri tekstil dan kulit. Pada indi=ustri tekstil, asam formiat digunakan untuk
mengatur pH pada proses pemutihan, pencelupan/ pewarnaan. Asam formiat
merupakan asam yang lebih kuat dari asam asetat sehingga menghasilkan produk
yang lebih baik. Pada industri kulit, asam formiat digunakan dalam proses
penyamakan kulit yaitu sebagai bahan pembersih zat kapur dan pengatur pH saat
pencelupan. Asam formiat digunakan untuk menetralkan kapur (deliming) agar kulit
menjadi lebih besar dan padat. Asam formiat merupakan bahan yang mudah
menguap sehingga tidak akan tertinggal pada serat kulit. Asam formiat juga sering
digunakan pada peternakan. Pada peternakan, asam formiat untuk mengawetkan
membunuh bakteri yang terdapat pada makanan ternak. Apabila disemprotkan pada
jerami, asam formiat dapat menahan proses pembusukan dan membuat makanan
ternak dapat mempertahankan nutrisinya lebih lama. Kegunaan-kegunaan lain dari
asam formiat adalah sebagai berikut: a. Reagen pada reaksi kimia organik, sebagai
sumber gugus formil dan ion hidrogen. b. Cleaning / disinfection, sebagai bahan
produk pembersih komersial dan disinfektan tong kayu untuk membuat anggur atau
bir. c. Membersihkan logam asam (industri electroplating) d. Desulfurisasi flue gas,
digunakan dalam proses desulfurisasi SHU (Saarberg-Hoelter-Umwelttlechnik) e.
Sebagai bahan baku dalam industri farmasi f. Sebagai bahan aditif pada pengeboran
minyak Asam format (nama sistematis: asam metanoat) adalah asam
karboksilat yang paling sederhana. Asam format secara alami terdapat pada antara
lain sengat lebah dan semut. Asam format juga merupakan
senyawa intermediat (senyawa antara) yang penting dalam banyak sintesis kimia.
Rumus kimia asam format dapat dituliskan sebagai HCOOH atau CH O .
2
Asam formiat atau asam metanoat yang juga dikenal sebagai asam semut adalah
senyawa organik yang mengandung gugus karboksil (-CO2H) dan merupakan bagian
dari senyawa asam karboksilat. Asam formiat ini pertama kali diperoleh oleh ahli
kimia pada abad pertengahan melalui proses penyulingan semut merah dengan
rumus molekul HCOOH.
Sifat dari asam formiat ini adalah mudah terbakar, tidak berwarna, berbau
tajam/menusuk dan mempunyai sifat korosif yang cukup tinggi. Asam formiat ini
mudah larut dalam air dan beberapa pelarut organik, tetapi sedikit larut dalam
benzene, karbon tetraklorida dan toluene, serta tidak larut dalam dalam karbon
alifatik.
Asam formiat mempunyai bobot molekul 46,03 g/mol dan merupakan asam paling
kuat dari deretan gugus asam karboksilat serta berfungsi sebagai reduktor. Asam
formiat dalam keadaan murninya mempunyai titik leleh 8oC, titik didih 101oC, dan
rapatan sebesar 1,2 g/ml pada suhu 20oC, secara ideal struktur karbonil senyawa
asam formiat mencerminkan ikatan hydrogen yang kuat antara molekul-molekul
asam karboksilat (kira-kira 10 kkal/mol untuk 2 ikatan hydrogen), maka asam
karboksilat ini sering dijumpai dalam bentuk dimer asam karboksilat / bahkan
dalam fasa uap (Fesenden & Fesenden, 1995).
Pemakaian asam formiat didalam negeri terutama untuk :
1. Koagulasi Karet Alam
Sebagai koagulan aid yang akan menghasilkan kualitas karet yang lebih baik.
2. Conditioner Pada Proses Pencelupan Tekstil
Digunakan sebagai bahan kimia pembantu dalam proses pencelupan atau
pewarnaan anti kusut dan anti ciut.
3. Conditioner Pada Proses Penyamakan Kulit
Digunakan dalam proses pembersihan, penghilangan zat kapur dan pewarnaan kulit.
4. Silase
Untuk pencampuran pada makanan ternak
Sebagai penemuan baru Asam Formiat digunakan pula didaerah-daerah pengeboran
minyak dalam tanah yang diduga mengandung minyak, yang seringkali ditemui
terjadinya kebuntuan pada aliran saluran minyak karena adanya partikel-partikel
yang ikut terbawa dalam minyak, dengan pemberian Asam Formiat dilokasi
penyebab kebuntuan maka agrerat-agrerat tersebut akan terhancurkan sehingga
aliaran saluran keluarnya minyak yang dibor akan hancur kembali.
Pembuatan Asam Formiat
1. Hidrolisis Metil Formiat
Pembuatan asam formiat pada proses ini diperoleh melalui dua tahap reaksi, yaitu
reaksi karbonisasi methanol dan reaksi hidrolisis metil formiat. Reaksi ini
berlangsung secara endotermis dan asam formiat yang terbentuk bersifat otokatalis
(Ziakowski & Bayne, 1980).
2. Sintesis Langsung Karbon Monoksida dengan Air
Asam formiat pada proses ini diperoleh dengan cara menghidrolisis gas karbon
monoksida secara lansung dengan menggunakan tembaga klorida sebagai katalis.
3. Proses Formamid
Proses ini diperkenalkan pertama kali oleh Meyer dkk, dengan cara mereaksikan
karbon monoksida dan amonia pada 200oC dengan tekanan 150-200 atm, kemudian
formamid yang terbentuk direaksikan dengan asam sulfat menghasilkan asam
formiat dan ammonium sulfat.
4. Oksidasi Alkana
Pada proses ini asam formiat yang diperoleh sebagai hasil samping pada reaksi
oksidasi butane dalam proses pembuatan asam asetat. Asam formiat yang diperoleh
sebesar 5 % [w/w], dan proses ini kurang efektif untuk pembuatan asam formiat
secara besar-besaran.
5. Reaksi Alkali dengan Karbon Monoksida
Proses ini diawali dengan mereaksikan karbon monoksida dengan natrium
hidroksida membentuk natrium asetat, kemudian natrium asetat yang terbentuk
direaksikan dengan asam sulfat membentuk asam formiat dan garam natrium sulfat.
Asam formiat yang terbentuk mempunyai kapasitas kecil dan garam natrium sulfat
yang terbentuk sebagai produk samping dapat mengakibatkan kerugian pada proses
ini (Ziakowski & Bayne, 1980).