Está en la página 1de 52

cover

c
over d
depan
e pa n

MEKAR
M
ME
EKA
KAR | ED
KAR
EDISI
DISII 01
01 | T
TA
TAHUN
AHU
HUN X
XX
XXV
XV | A
AP
APRIL
PRIL - JJU
JUNI
UNI 22015
015
01

0
01
1

iklan cover depan dalam

02

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

DAPUR

REDAKSI
Pelindung:
Uskup Bogor,
Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM
Dewan Penasihat:
Staff Kuria Keuskupan Bogor
Redaktur Ahli:
RD. Ch. Tri Harsono RD. Yohanes Driyanto
RD. Alfons Sutarno
Sidang Redaksi:
RD. Alfonsus Sutarno RD. Yustinus Joned S
RD. Lucius Joko K RD. David Lerebulan
RD.Agustinus Suyatno St. K. Kristyono
Darius Lekalawo Ambrosius S. Mally
Ign. Happy Delima
Pemimpin Umum/ Pemimpin Redaksi:
RD. Yustinus Joned S
Redaktur Bahasa:
RD. Alfonsus Sutarno
Redaktur Pelaksana:
Stanislaus Kostka Kristyono
Redaktur Artistik:
Darius Lekalawo
Ilustrator:
RD. Nikasius Jatmiko
Pemimpin Perusahaan:
Ambrosius S. Mally
Administrasi:
Ign. Happy Delima
Sirkulasi dan Distribusi:
RD. Yustinus Joned S Komsos Keuskupan
Bogor Sekretariat Paroki Keuskupan Bogor
Iklan & Promosi:
RD. Alfons Sutarno (0812 111 0457) Anastasia
Sanny K. (0812 10273 949) Ambrosius Satu
Mally (021 7076 4215) Ign. Happy Delima (0812
10 818 009)
Alamat Redaksi:
Gedung Pusat Pastoral Keuskupan Bogor
Jl. Kapten Muslihat No. 22 BOGOR 16122
Tel.: (0251) 831 3997 Fax.: (0251) 835 9102
E-mail: mekar@keuskupanbogor.org

Mekar
Dengan Wajah Baru

ada tahun 2015 ini, Majalah MEKAR genap memasuki


usia ke-25. Dalam usia keseperempat abad ini,
MEKAR yang dimotori oleh Komsos Keuskupan, telah
mengalami berbagai peristiwa jatuh-bangun mempertahankan
eksistensinya sebagai Majalah Keuskupan Bogor. Memang
tidak mudah menghadirkan hidangan cetak yang bisa dinikmati
oleh seluruh umat paroki di Keuskupan Bogor.
Bekerja sama dengan Komisi Keluarga Keuskupan Bogor,
kini MEKAR ingin berusaha hadir kembali dengan wajah yang
berbeda dari penerbitan sebelumnya. Tentu saja perwajahannya
yang lebih menarik dan berisi. Semoga kehadirannya mampu
menghilangkan dahaga umat akan informasi dan wawasan
iman dan ajaran gereja serta dinamika kehidupan menggereja
di Keuskupan Bogor.
Penerbitan majalah MEKAR kali ini menjadi penting untuk
kemajuan Gereja kita. Dengan ulasan yang ringan, mudah
dipahami, dan informatif; umat bisa menikmatinya lewat
penerbitan MEKAR ini.
Pada penerbitan perdana di tahun 2015 ini, MEKAR
memuat liputan acara Orang Muda Katolik (OMK), yakni acara
Bogor Youth Day (BYD), memaparkan tema tahun keluarga
2015, Keluarga yang berdoa dan berbakti sebagai salah
satu fokus kebijakan pastoral Mgr. Paskalis Bruno Syukur,
OFM., bagaimana mencintai dan mempertahankan cinta, dan
aneka informasi segar dan aktual seputar kegiatan parokial di
Keuskupan Bogor.
Semoga kehadiran MEKAR dengan wajah baru ini,
menumbuhkan minat dan partisipasi kita dalam kehidupan
menggereja di keuskupan kita tercinta ini.nRedaksi

MEKARIA

Rek. BCA KCP Depok Asri No. Acc: 7650612285


a/n: Ignatius Happy Delima
Penerbit dan Percetakan:
PT. Grafika Mardi Yuana
Jl. Siliwangi No. 50 BOGOR 16131
(Isi diluar tanggungjawab percetakan)
MAJALAH MEKAR menerima tulisan,
artikel, reportase, foto dan karikatur dari
umat. Syarat: tidak mengandung SARA
dan bermanfaat bagi umat (menambah
pengetahuan, keterampilan, memecahkan
masalah, menggugah emosi, menghibur,
menyentuh kepekaan etis dan estestis, dll).
Redaksi tunggu kiriman Anda via e-mail:
mekar@keuskupanbogor.org

UNTUK KALANGAN SENDIRI

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

03

DAFTAR ISI

Dapur Redaksi
Sajian Utama
Orang Muda Katolik Sumber Inspirasi ..................06

Sajian Khusus
Tekad Berkarya Disertai Doa ....................................09

Umat Berbicara

Semua Berawal dari Keluarga .................................12


Tantangan Real Hidup Berkeluarga........................14

Konsultasi
Gereja Katolik Melarang Bayi Tabung ...................16

Tokoh Kita

Mgr. Antonio Guido Filipazzi:


Promise Is Promise .....................................................32

Kiprah Komisi dan Seksi

Pentingnya Relasi Suami-Istri ..................................34

Suara Gembala

Keluarga Beribadah dan Berbakti Dengan


Suka-Cita........................................................................ 19

Kabar Dekanat

Seksualitas

Menguak Misteri Cinta ...............................................38

Jejak

Bangga Terhadap Pilihan Hidup ..............................41

Ulang Tahun Paroki Santo Herkulanus Depok ...21

Renungan

Doa Bersama, Ekaristi dan Keluarga Katolik.......26

Bina Iman

Kewajiban Orangtua Membaptis Bayi ...................29


Sungguhkah Gereja Katolik Berpuasa?.................30

Kemah Allah

Khidmat Dalam Kesederhanaan ..............................42

Isu Nusantara & Mancanegara

Dosen Menjadi Terang dan Garam Kampus ...... 47


Paus Umumkan 20 Kardinal Baru ........................ 49
Siap Menghadapi Perubahan Cakrawala ........... 50
04

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

SURAT

PEMBACA

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

05

SAJIAN

UTAMA

Orang Muda Katolik Sumber


Inspirasi

nda adalah OMK, agen-agen


pembaruan, sumbangkan
talenta-talenta dan
semangat kemudaanmu untuk
membarui wajah Gereja kita...
Penuhilah jalan-jalan kehidupan
di lembah-lembah, perbukitan,
perkotaan, persawahan tataran
Sunda dengan tekadmu

06

untuk membantu Gereja dan


masyarakat kita, seru Mgr.
Paskalis dalam sambutannya
di akhir Perayaan Ekaris
pembukaan Bogor Youth
Day (BYD) di Gua Kanada
Rangkasbitung, pertengahan
Februari lalu.
Selanjutnya Uskup

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

mengajak Orang Muda Katolik


(OMK) Keuskupan Bogor untuk
dak berdiam diri saja. Hai OMK
Bogor, bukkanlah bahwa dari
Anda mengalirlah ide-ide segar
dan akvitas-akvitas nyata yang
berguna untuk membangun
keuskupan kita. Dengan
demikian sebutan OMK sumber

SAJIAN

UTAMA
inspirasi benar adanya, tambah
Uskup.
Sekitar 1000 orang muda
tekun mendengarkan seruan
Uskup Keuskupan Bogor ini.
Mereka berasal dari sebagian
besar paroki di Keuskupan
Bogor. Kaos merah yang mereka
kenakan bisa diarkan sebagai
tekad membara mereka untuk
selalu menginginkan pembaruan
dalam kehidupan. Ecclesia
semper reformanda est, Gereja
selalu memperbaharui dirinya,
jelas Mgr. Paskalis.
BYD 2015 sebagai
realisasi program kerja Komisi
Kepemudaan Keuskupan
Bogor ini mengusung tema:
OMK Sumber Inspirasi (bdk.
Lukas 2.51-52). Melalui BYD
seluruh OMK se-Keuskupan
Bogor dapat berkumpul, saling
bertukar pengalaman iman,
serta mengalami pertumbuhan
spiritualitas bersama sebagai
sumber suka-cita dan inspirasi
bagi keluarga dan sesama.
Kegiatan BYD ini
diselenggarakan pada tanggal
13-15 Februari 2015 di Paroki
Rangkasbitung dan Serang,
Dekanat Barat Keuskupan Bogor.
Selama ga hari dua malam itu
para peserta melakukan live in di
rumah-rumah umat setempat,
mengiku workshop, pentas
seni, dan doa bersama.

Pengalaman Samuel
Gerimis di pagi hari
pertama, Jumat 13 Februari 2015
dak mengurangi semangat
pania melakukan persiapan
akhir. Kompleks ziarah Gua Maria
Kanada Rangkasbitung disulap
menjadi tempat pertemuan
akbar itu.
Kegiatan diawali dengan
penyambutan Duta Besar Vakan

untuk Indonesia, Mgr. Antonio


Guido Filipazzi di pastoran
Rangkasbitung. Di pastoran ini
Nunus memberka patung
Yesus dan Bunda Maria dan
berisrahat sejenak.
Pukul 13.30, seluruh
rombongan menuju ke lokasi
Gua Maria Kanada tempat acara
pembukaan BYD dilangsungkan.
Di sini rombongan disambut
sorak suka-cita dari seluruh
OMK yang berdiri sepanjang
jalan menuju gua. Drum band
anak-anak SD Mardi Yuana
Rangkasbitung pun mengiringi
kedatangan seluruh rombongan.
Sekitar pukul 14.20
Perayaan Ekaris dimulai. Dalam
homilinya, Mgr. Guido Filipazzi
menyampaikan pengalaman
Samuel dalam bacaan sebagai
pengalaman luar biasa yang
bisa dijadikan inspirasi bagi
anak-anak muda. Saat-saat ini
seharusnya menjadi kesempatan
untuk memeriksa bagaimana
hubungan kita dengan Tuhan,
agar hidup krisani kita seha
dan mendalam, kata Nunus. Ia
mengharapkan apa yang didapat
dari kegiatan ini dak menjadi
sia-sia. OMK kembali ke keluarga
dan paroki masing-masing
sebagai orang beriman.
Pada akhir Ekaris, RD.
Habel Jadera mengharapkan
OMK bisa memberi pengaruh
yang posif dalam mewartakan
suka-cita Kristus, serta menjadi
inspirasi bagi terciptanya sukacita di dalam keluarga, Gereja,
dan masyarakat.
Selanjutnya Mgr. Paskalis
Bruno Syukur, OFM memberikan
apresiasi besar bagi kegiatan
ini. Uskup juga menyampaikan
ucapan terimakasih kepada para
pastor yang merupakan rekan
Uskup dalam menggerakkan

OMK di masing-masing paroki.


Selesai Ekaris, acara
dilanjutkan dengan ramahtamah bersama para tamu
undangan dari Pemerintah
Daerah, perwakilan tokoh agama
dan masyarakat setempat.
Dalam acara ini dilaksanakan
pelepasan burung merpa
serta penanaman pohon
di areal Akademi Perawat,
Rangkasbitung. Kemudian
seluruh OMK menuju lokasi live
in, di mana mereka akan nggal
bersama keluarga-keluarga
di wilayah Paroki Serang dan
Rangkasbitung.

Tiga Materi
Pada pagi hari kedua,
seluruh peserta dibagi dalam
ga kelompok. Mereka
berpencar mengiku workshop
yang dibagi dalam ga materi.
Materi pertama berbicara soal
Wirausaha, Bagaimana Memulai
dan Mempertahankan?.
Materi ini dibicarakan di aula
Gua Maria Kanada. Ibu Johana
Fransiska Suliestyowa (anggota
Komisi PSE Keuskupan Bogor)
memberikan movasi kepada
para peserta menghadapi
ketakutan-ketakutan
yang menghambat dalam
berwiraswasta.
Materi kedua terkait
dengan Movasi Dalam
Pelayanan Gereja. Acara ini
digelar di aula Gereja Kristus
Raja, Serang. Bapak Mahendra
K. Datu mengajak OMK untuk
senanasa mempersembahkan
karya terbaik bagi pembangunan
Gereja masa kini dan masa
depan.
Materi kega membahas
Narkoba dan Seluk-Beluknya.
Romo La Edi Teodorus, MSC
menyampaikan materi ini di

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

07

SAJIAN

UTAMA

gedung serbaguna ex-Mardi


Yuana, Cilegon.
Makan siang dilaksanakan
di stadion indoor Kopasus,
Serang. Selesai makan siang,
seluruh peserta menikma
pentas seni. Semua peserta
mempertontonkan kebolehan
masing-masing.
Pada pertengahan acara,
diadakan talkshow bersama Mgr.
Paskalis Bruno Syukur OFM, RD.
Ch. Tri Harsono (Vikaris Jenderal
Keuskupan Bogor), dan RD.
Yohanes Driyanto (Vikaris Judisial
Keuskupan Bogor). Mereka
mengungkapkan dukungan
dan arahan kepada OMK serta
menjawab berbagai pertanyaan
peserta.
Ibadat malam (doa taize)
dilaksanakan setelah makan
malam. Para frater Seminari
Tinggi Santo Petrus dan Paulus
Keuskupan Bogor memimpin
ibadat sebagai penutup
keseluruhan acara hari kedua.

Kurang Panjang
Pada hari Minggu, 15
Februari 2015, kegiatan BYD
memasuki hari terakhir. Wajah-

08

wajah muda yang berkumpul


di GOR Kopasus, SerangBanten terlihat lelah. Akan
tetapi, berbagai komentar
peserta menyiratkan satu
suara: dak ingin acara ini
cepat selesai. Mereka merasa
waktu pelaksanaan masih
kurang panjang. Mereka dak
ingin kebersamaan ini harus
diselesaikan hari itu.
Mgr. Paskalis Bruno Syukur,
OFM memimpin Perayaan
Ekaris penutupan BYD. Bliau
didampingi RD. St. M Sumardiyo
AP (Pastor Paroki Serang), RD.
Andreas Bramantyo (Pastor
Paroki Rangkasbitung), RD.
Habel Jadera (Ketua Komisi
Kepemudaan Keuskupan
Bogor), RD. Haryanto (Sekretaris
Eksekuf Komkep KWI), serta
sembilan imam yang hadir.
Dalam kata pembukaan
RD. Sumardiyo membakar
semangat peserta dengan yelyel Bersuka-citalah...! OMK,
sumber inspirasi. Sementara RD.
Haryanto dalam sambutannya
menyampaikan: Saya percaya
bahwa OMK Keuskupan Bogor
ini akan menjadi bonus ismewa

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

bagi Keuskupan Bogor. Ia


berharap agar OMK selalu bisa
menjadikan Gereja Katolik
sebagai Gereja yang selalu muda,
yang berani, inspiraf, dan
dak takut mewartakan kabar
gembira bagi semua orang. Ia
juga menyampaikan beberapa
kegiatan mendatang seper:
Indonesian Youth Day di Manado
dan World Youth Day di Polandia
tahun 2016, dan Asean Youth
Day di Yogyakarta pada Agustus
2017.
RD. Habel menyampaikan
bahwa BYD akan menjadi
kegiatan run dua tahunan di
Kuskupan Bogor. Untuk tahun
2017, BYD disepaka akan
diadakan di Dekanat Tengah.
Kemudian, Mgr Paskalis menutup
acara sambutan dengan pesan:
Setelah acara ini, pulanglah
ke rumahmu dan ceritakanlah
apa yang sudah kalian dapatkan
dalam acara ini. Bawalah
suka-citamu saat berkumpul
dengan keluargamu di sini dan
jadilah sumber inspirasi bagi
orangtuamu. Setelah Perayaan
Ekaris, kegiatan BYD ditutup
dengan makan siang bersama.
nRD. Yustinus Joned Saputra

SAJIAN

KHUSUS
(Pengantar: pada
tahun 2015 ini,
Majalah MEKAR
berulang tahun ke25. Untuk mengingat
kembali awal terbitnya,
redaksi menghubungi
Bpk. RAJ. Susilo
yang bersama RD.
Agustinus Suyatno
alias Romo Yatno
membidani lahirnya
majalah MEKAR dan
mengelolanya selama
10 tahun. Pengalaman
itu diungkapkan dalam
tulisan berikut.
Redaksi).

wal 1990, Mgr. Ignaus


Harsono (alm) menunjuk
RD. Agusnus Suyatno untukk
mengelola Komisi Komunikasi
Sosial (Komsos) Keuskupan
Bogor. Salah satu kegiatannya
adalah menerbitkan Bulen
MEKAR. Penulis dak tahu,
apakah sebelum 1990 Keuskupann
Bogor sudah punya media
semacam bulen, majalah, atau
media lain?
Yang pas, pada awal
1990, Romo Yatno mengajak
penulis dan kawan-kawan
untuk membuat sebuah media,
yang bisa digunakan sebagai
media komunikasi antar
paroki se-Keuskupan Bogor.
Media tersebut harus murah,
pengerjaannya cepat, serta
dapat menjangkau umat.

Tekad Berkarya
Disertai Doa
Rm. Yatno menyebut media
sebagai bule n dengan ukuran
setengah folio. Tetapi beberapa
waktu kemudian, ukurannya
berubah menjadi A4.
Selanjutnya, bule n ini
berubah menjadi majalah.
Ukurannya pun berubahubah, namun namanya tetap
MEKAR (Media Komunikasi
Antar PaRoki). Nama MEKAR ini
dicetuskan oleh Rm. Yatno.
MEKAR ini terbit dengan
dak teratur. Awalnya MEKAR
terbit sebulan sekali pada
pertengahan bulan.
Kemudian terbit ga
bulan sekali. Sampai
usia ke-25 tahun bisa
dikatakan MEKAR
selalu terbit.
Untuk
penerbitan
pertama dan
penerbitan
selanjutnya,
Romo Yatno
membekali
pengasuh MEKAR
hanya dengan ide,
saran, dan sebuah
Tekad Berkarya
Disertai Doa. Bekal
lain (alat, prasarana,
tempat kerja redaksi,
biaya) yang
diperlukan,

pengasuh harus mencarinya


sendiri. Tekad Berkarya Disertai
Doa ini menjadi pedoman
pengasuh untuk nekad
mengasuh MEKAR sampai kirakira 10 tahun.

Alamat Mekar
Pada saat awal, MEKAR
terbit secara sederhana.
Penanggungjawabnya ialah
Romo Yatno (ke ka itu ia masih
bertugas di Paroki St. Paulus

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

09

SAJIAN

KHUSUS
Depok), pengasuh lainnya ialah:
Herman Rumpoko, Ign. Kristopo,
RAJ. Susilo, Darsat, Darsum,
dan Kasino. Mereka semuanya
adalah anggota Dewan Pastoral
Paroki Santo Paulus, Depok.
Dalam penyusunan lay-out,
khususnya sampul majalah,
redaksi dibantu oleh Florent,
karyawan majalah HIDUP.
Mengingat semua pengasuh
MEKAR berdomisili di Depok,
maka semua tugas penerbitan
MEKAR lebih banyak diselesaikan
oleh umat paroki St. Paulus, Jl.
Mela 4 Depok. Padahal alamat
resmi MEKAR adalah Jl. Kapten
Muslihat No. 22 Bogor.
Agar semua tugas dapat
dilaksanakan dengan baik,
maka redaksi MEKAR sepakat
mencantumkan kedua alamat
tersebut.
Sebagai media komunikasi
antar paroki se-Keuskupan
Bogor, isi MEKAR pun
menyangkut semua hal terkait
paroki-paroki di Keuskupan
Bogor. Isi tersebut melipu
perkenalan paroki baru/
lama, stasi baru/
lama, nama lengkap
pengurus Dewan
Pastoral Paroki,
kehidupan
Santo-Santa,
pengumuman
penng dari
keuskupan,
surat gembala
Uskup,

10
1
0

surat edaran KWI, refleksi Kitab


Suci, dan liputan berbagai
kegiatan.
Banyak suka-duka selama
bergelut mengasuh MEKAR.
Pencarian berita/tulisan ke
paroki cukup sulit. Banyak
kegiatan paroki yang dak
terekam secara sistemas dan
akurat. Bahkan ada juga paroki
yang memandang MEKAR dak
berguna.
Pada sisi lain, MEKAR
ternyata dak hanya dibaca
oleh umat Keuskupan Bogor,
melainkan juga oleh orang
luar, salah satunya adalah
petugas Sospol dari Kantor
Walikota Depok. Mereka pernah
menanyakan tulisan tentang
pemindahan 21 pusara para
imam Fransiskan (OFM) dari
berbagai tempat di pulau Jawa
menuju Depok (Kalimulya).
Mereka menanyakan hal itu
itu karena mereka membaca
MEKAR.
Makin hari tulisan di MEKAR
makin banyak dan bervariasi.
Inilah salah satu faktor yang
menyebabkan MEKAR bisa terbit
tepat waktu. Umat pun bisa
mendapatkan MEKAR melalui
pastoran, sekolah Katolik, dan
lain-lain. Bahkan MEKAR juga
disebarkan ke Seminari
Stella Maris, susteran,
bruderan, pan
asuhan, KWI

MEKAR
MEKA
ME
KA
K
A
AR
R | EDIS
ED
EDISI
DIS
SI 011 | T
TA
TAHUN
AHUN
UN XXV
XX
XV | AP
A
APRI
APRIL
PRI
RILL - JU
JJUNI
UNI
NI 22015
015
01
15

dan lain-lain. Penyebarannya


dengan kiriman langsung
(diantar) atau melalui pos.

Kemudahan
Selama 10 tahun mengasuh
MEKAR, ternyata banyak
kemudahan yang diperoleh.
Meski semua serba sederhana
dan seadanya, Tuhan selalu
membimbing dan memberka
pengasuh sehingga MEKAR
dapat selalu terbit tepat waktu.
Pengelola yakin bahwa MEKAR
adalah alat pelayanan bagi umat
di paroki-paroki di Keuskupan
Bogor.
Setelah 10 tahun, Romo
Yatno mendapat tugas baru.
Pengelola Komsos diserahkan
ke romo yang lain, termasuk
tugas mengelola MEKAR. Penulis
pun harus bertugas di tempat
yang lain. Oleh karena itu,
tugas mengasuh MEKAR pun
diserahkan ke pengasuh yang
baru.
Pengalaman mengelola
MEKAR meyakinkan penulis
bahwa Tuhan selalu memperkaya
iman kita dan senanasa
membimbingnya. Berkat
Tuhan itu menjadi nyata,
asalkan kita menunaikan
tugas dengan ikhlas dan
suka-cita.nRAJ. Susilo. Foto:
dari berbagai sumber.

UMAT

BERBICARA

Selalu Menjadi
Dirinya Sendiri

elama sembilan tahun


menikah, Pongki dan
Sophie (bukan nama
sebenarnya-Red,) memaknai
cinta secara berbeda-beda.
Cinta keka pertama kali
bertemu, pas nafsunya
lebih besar, cintanya lebih
sedikit. Lama kelamaan,
nafsu berkurang, kasih lah
yang harus diperbesar. cerita
Pongki.
Karena itu, sangat
penng bagi Pongki untuk
membangun kasih antara
suami istri. Pongki dan
Sophie: punya cinta yang
fleksibel. Fleksibel karena
saat dua orang bersatu, di
situlah muncul perbedaanperbedaan di antara mereka.
Mereka harus fleksibel
menyikapi perbedaan itu.
Kita bangun ap hari.
Tiap hari kita menjalin
hubungan dengan memahami
bahwa pasangan kita ini
berbeda dengan kita. Jangan

Foto: hipwee.com

Dewan
Paroki Lebih
Penting?

paksakan harus sesuai dengan


kita. Inilah yang saya maksud
dengan fleksibel. Seap
hari saya mempelajari siapa
Sophie sebenarnya, kata
Pongki.
Yang terpenng, jelas
Pongki, adalah menjadi orang
apa adanya. Kalau saya
marah, ya saya akan marah
sesuai porsinya. Jangan
ditahan-tahan. Jika dak
punya uang, katakan dengan
terus terang pada pasangan,
tambah Pongki.
Ingatlah selalu bahwa
pasangan hidup kita akan
selalu bersama kita sampai
maut memisahkan. Bagi
Pongki dengan menjadi diri
sendiri adalah ndakan yang
tepat. Ini bisa kita pelajari
seap hari.
Sebenarnya mempelajari
perilaku pasangan kita
seap hari juga sekaligus
memperkenalkan diri kita
yang sesungguhnya.nPongki dan
Sophie

alam beberapa tahun terakhir


ini, saya sebagai salah satu
anak Tuhan selalu akf di seap
pelayanan gereja. Dengan talenta
yang Tuhan berikan kepada saya,
banyak yang telah saya lakukan untuk
perkembangan gereja Katolik. Akvitas
saya ini membawa saya berada dalam
kepengurusan Dewan Pastoral Paroki
(DPP).
Namun beberapa bulan terakhir
ini, miris rasanya melihat teman
sepelayanan yang beranggapan bahwa
pelayanan sebagai pengurus Dewan
Pastoral Paroki lebih penng dari yang
lain. Misalnya lebih penng dibanding
menjadi pemimpin koor (dirigen), koster,
pemazmur, petugas tata terb, petugas
parkir, dan lain sebagainya.
Gaya pelayanannya pun persis
seper yang dilakukan seorang majikan
dengan pembantunya. Pastor paroki dan
Dewan Paroki merupakan kedudukan
yang dianggap sangat penng. Mereka
lah penentu kebijakan, pengambil
keputusan, orang-orang pilihan. Untuk
mencapai kedudukan tersebut,
mereka harus memiliki keterampilan dan
menjalani persiapan-persiapan khusus
sebelumnya.
Berbeda dengan pelayanan
ala koster, tukang parkir, petugas
kebersihan, petugas tata terb. Tugastugas ini bisa dilakukan oleh siapa saja
tanpa harus memiliki ketrampilan atau
menjalani persiapan khusus. Dalam
melaksanakan pelayanan, kedudukan
mereka lebih rendah dari pada pengurus
DPP. Akibat perbedaan ini muncul
gambaran, paling dak dalam benak
saya, ... maaf ternyata ada sekte-sekte
dalam gereja. Benarkah demikian?
Semoga dak. Salam Kasih.
nDerry Siga Nuga, S.Fil - Kota Depok

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

11

UMAT

BERBICARA

Semua Berawal dari Keluarga


Melihat situasi Negara
kita beberapa dekade
ini, korupsi menjadi
salah satu ciri khas
bangsa dan berita yang
tak pernah berhenti
dikupas. Dia melanda
semua kalangan.
Semakin lama, bentuk,
macam, dan jumlah
korupsi semakin
banyak, bahkan seakanakan sudah menjadi
fenomena alamiah dan
manusiawi.

eap hari banyak orang


mencemooh para koruptor
dan membicarakan mereka
di media masa atau di seap
kesempatan. Tidak jarang
kelompok masyarakat tertentu
melakukan unjuk rasa menuntut
pemerintah melakukan ndakan
terhadap orang-

12

orang tertentu yang menurut


mereka telah melakukan korupsi.
Namun kenyataan
menunjukkan banyak orang
tetap melakukan korupsi dengan
bentuk dan jumlah yang berbeda
dan berkembang. Korupsi
uang, waktu, kesempatan,
dan bahkan korupsi milik
orang lain yang lemah tanpa
memandang agama, ras, suku,
ngkat ekonomi, dan profesi.
Pertanyaannya: Siapa yang masih
bisa dikatakan jujur dan adil
sekarang ini?

Benih Kecurangan
Tanpa disadari, sebenanya
sering kali kita sendiri menabur
benih kecurangan sejak anakanak kita berada di bawah
pengasuhan kita. Langsung atau
dak langsung, dalam kehidupan
rumah tangga kita telah
memperkenalkan dan bahkan
mempraktekkan korupsi dengan
banyak cara.
Kita sering membuat

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

manipulasi di rumah, melalui


kata-kata yang dak jujur,
bersikap dak adil pada anggota
keluarga, atau menggunakan
fasilitas rumah tangga dengan
sembarangan. Anak-anak
bisa menyaksikan bagaimana
orangtuanya dak masuk
kerja dan membuat surat
dokter palsu. Bahkan ada yang
terbiasa berbohong dengan
menyampaikan pesan palsu
Mama atau papa dak ada di
rumah....
Hal itu menunjukkan bahwa
benih-benih korupsi, kolusi,
atau neposme (KKN) sudah
ditaburkan di lingkungan rumah.
Pelajaran pertama berlangsung
sangat halus dan mungkin dak
sejelas pencurian. Akan tetapi,
anggota keluarga terbiasa
menggunakan cara-cara dak
jujur untuk menyelesaikan
persoalan dalam hidup
mereka. Tindakan korupsi bisa
dimulai dari keputusan untuk

UMAT

BERBICARA
membolos, memakai uang
sekolah untuk bermain games,
saling bekerjasama untuk
memanipulasi harga barang yang
dibeli dengan menyebutkan
nominal yang
dak benar,
menggunakan uang kembalian
untuk keperluan yang
dak
semes
nya dan lain sebagainya.
Padahal sebagai orang
Katolik seringkali kita harus
mengambil risiko menjadi lain
di antara banyak orang yang
merasa biasa dengan
ndakan
korupsi dan pembohongan. Kita
harus mempunyai idealisme
dan cita-cita yang
nggi untuk
menjunjung kebenaran dan

dak merugikan banyak orang


yang lemah. Inilah iman katolik.
Melalui la
han yang prak
s
dalam hidup keluarga sehari-hari,
kita bisa membiasakan anggota
keluarga untuk bersikap jujur
dan
dak mencari keuntungan
sendiri.

Surat pertama St. Petrus


menyebutkan: Gembalakanlah
kawanan domba Allah yang
ada padamu, jangan dengan
paksa, tetapi dengan sukarela
sesuai dengan kehendak
Allah, dan jangan karena mau
mencari keuntungan, tetapi
dengan pengabdian diri. (I Ptr
5:2). Pengabdian dan kerelaan
membantu sesama adalah
keutamaan yang dijunjung
nggi
oleh pengikut Kristus. Kita pun
perlu terus memperjuangkan
nilai ini sebagai bentuk kesaksian
yang asli.
Sungguh indah
menyaksikan seorang anak
mengembalikan barang yang
ditemukannya di kelas. Juga
sangat menyenangkan melihat
se
ap anak sekolah berusaha
keras untuk berlaku jujur
dalam menyelesaikan soal-soal
ujiannya,
dak suka membolos
dan sederet perbuatan jujur

lainnya. Pencatatan yang teli

dan terbuka untuk se


ap
transaksi keuangan, bahkan
untuk keperluan kecil di rumah,
bisa menjadi cara efek
f untuk
membiasakan budaya an

korupsi dan an
ke
dakadilan.
Sebagai keluarga Katolik,
marilah kita sempurnakan
hidup kita, bukan hanya dengan
mengevaluasi orang lain yang
melakukan korupsi, kolusi,
dan nepo
sme, melainkan
dengan memulai membiasakan
budaya an
korupsi dan an

ke
dakadilan dari dunia kecil
keluarga kita. Kita budayakan
suatu cara hidup yang lebih
adil, tangguh, mencintai proses,
dan tentu saja mengimani
bahwa Allah melihat segala
sesuatu yang kita lakukan se
ap
saat. Dia pas
membantu kita
mewujudkan dunia kita yang
lebih baik. nAlexander Erwin MSF/

Kristyono. Ilustrasi: danubagusprabowo

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

13

UMAT

BERBICARA

Tantangan
Real Hidup Berkeluarga

eap tantangan hidup


harus dihadapi bersama,
baik itu senang maupun
susah. Hal ini sesuai dengan
janji yang diucapkan saat
saling menerimakan Sakramen
Perkawinan: Saya, ........,
menyatakan dengan tulus ikhlas
bahwa ............. yang hadir di
sini, mulai sekarang menjadi
istri saya. Saya berjanji sea
kepadanya dalam untung dan
malang dan saya mau mencintai
dan menghorma dia seumur
hidup.
Mungkin ada yang
berpikir bahwa mengucapkan
janji pernikahan adalah hal
yang mudah, toh ada buku
panduannya. Namun saat
kerikil mulai menghalangi
perjalanan kita, mampukah
kita mempertahankan janji
yang diucapkan di depan altar?
Dalam hal ini, pengalaman hidup
menunjukkan bahwa bukan
hanya cinta yang dibutuhkan
tetapi juga komitmen bersama
sebagai pegangan.
Contoh konkret, dekdek
persalinan merupakan saat di
mana kita dibawa Tuhan menuju
persimpangan jalan. Semua hal

14

Foto: pandu.katolik.or.id

Menjalani hidup
berkeluarga ibarat
berjalan sambil
membakar jembatan
pulang. Tidak ada lagi
jalan untuk kembali atau
pun berpaling.

yang dapat mengubah kehidupan


kita secara dras s sangat
mungkin terjadi pada saat itu.
Saat itu, kita pergi ke rumah
sakit berdua dengan istri atau
mungkin juga ditemani beberapa
anggota keluarga yang lain.
Namun saat pulang, kita dak
pernah tahu apakah kita pulang
dengan status baru sebagai ayah
atau bukan. Tidak sedikit pria
yang pulang dari rumah sakit
dengan status duda.
Situasi seper itu saya
rasakan saat kelahiran anak
pertama saya. Saat itu istri
saya bertaruh nyawa untuk
melahirkan anak saya.

Saat itu saya teringat akan


janji perkawinan yang pernah
saya ikrarkan. Ingatan itu
membuat semua permasalahan
dan cobaan hidup yang pernah
terjadi menjadi dak berar lagi.
Hanya satu permohonan saya
kepada Tuhan agar bersedia
menyelamatkan istri dan anak
saya.
Keluarga adalah harta dan
anugerah yang paling berharga.
Berbahagialah suami-istri yang
dapat memegang teguh janji
se anya saat menikah di depan
altar hingga Tuhan memanggil
menuju pada perkawinan Anak
Domba.nSeseorang di Parung

Keluarga adalah harta dan


anugerah yang paling berharga

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

UMAT

Foto: Laely Widjajati

BERBICARA

Menjaga Perkataan

ata-kata meluncur melalui mulut kita menuju dua


Kdiproduksi
arah: membangun atau menghancurkan. Kata-kata
dari ha dan pikiran. Ha kita menyimpan

dengan baik semua endapan dari pengalaman


keseharian, perjumpaan dengan orang, tontonan
kebaikan, dan perilaku orang yang memproduksi dan
menawarkan kebaikan dalam hidup kita. Semua itu kita
simpan di sudut ha kita yang terbaik.
Ha yang sakit dan terluka seringkali terjadi
karena kita dak bebas dari endapan pengalaman
menyakitkan dalam hidup. Penyebabnya bisa perkataan
dan perbuatan kasar yang menyaki ha kita. Apabila
itu terjadi maka ha kita rapuh dan sangat peka atas
seap perkataan buruk dari sesama kita.
Tugas kita adalah membersihkannya, memulihkannya dan menyegarkannya, agar ha kita selalu
menyimpan, mengolah, dan memproduksi kebaikan
yang bisa dirasakan manfaatnya bagi sesama kita.
Pikiran kita adalah memori yang berisi segala macam
kebaikan dan keburukan. Pikiran mengirim semua
pesan yang belum terolah dalam ha.
Terkadang kita bisa merasakan perkataan kita
sendiri atau sesama kita. Ada yang sempat tersaring
dengan baik oleh ha, akan tetapi dak sedikit yang
dilepaskan tanpa diendapkan terlebih dahulu.
Oleh karena itu, mari kita selalu berupaya agar
ha kita sungguh difungsikan untuk menyimpan
kebaikan, dan mengolah kedakbaikan menjadi
kebaikan. Tak lupa kita perlu selalu memohon agar
Tuhan yang nggal di dalam ha kita; memurnikan dan
mengenyahkan seap keinginan untuk melukai hidup
sesama.
Mari kita menjaga pikiran kita agar memiliki memori
yang baik untuk menyimpan segala pengalaman yang
baik. Memori yang dak membesarkan pengalaman
dan perkataan buruk yang kita peroleh dari perjumpaan
kita dengan sesama. Jagalah pikiran dan ha kita agar
mampu membanggakan Tuhan dan menyenangkan
hidup seap orang yang kita jumpai.nR.A. Suryanto OFM
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

15

RUANG

KONSULTASI
Oleh:

RD. Alfonsus Sutarno, Lic. Th., Pr

Gereja Katolik Melarang


Bayi Tabung

ini metode bayi tabung


dipandang sebagai solusi
atas keadaan anak dalam
keluarga. Benarkah Gereja
Katolik melarang hal ini. Jika
ya, apakah pandangan Gereja
Katolik soal bayi tabung ini?
(Ulasan atas pertanyaan di atas
dan pertanyaan lain ini pernah
di muat dalam Majalah Keluarga
Kana, Malang. Mengingat
penngnya hal ini, kami muat
kembali di Mekar).

Bagaimana
pemahaman Gereja
tentang bayi tabung?

Bayi tabung dipahami


sebagai teknik pembuahan
ekstra korporal. Sebuah metode
yang mempertemukan sel telur
dan sel sperma di luar tubuh
seorang wanita. Pembuahan
ini dilakukan dalam sebuah
piring petri atau tabung di
laboratorium dengan cara
menaburkan (inseminasi) sel
benih pria (spermatozoa) pada
sel telur (oosit) wanita. Hasil
pembuahan ini akan dibiarkan
3-4 hari.
Kemudian hasil pembuahan
yang sudah terbentuk akan
ditanamkan kembali ke dalam
rahim (uterus) wanita. Proses
penanaman embrio ini disebut
tandur-alih embrio (TAE) atau
embryo transfer (ET). Usai
melakukan tandur alih embrio ke
dalam rahim wanita, diharapkan
bisa terjadi kehamilan pada
wanita yang bersangkutan dan

16

Ilustrasi: ibudanbalita.com

akhirnya ia melahirkan anak.


Pemakaian islah bayi
tabung (test-tube baby)
sebenarnya kurang tepat.
Dikatakan kurang tepat karena
proses perkembangan embrio
dak selamanya berlangsung
di dalam tabung (piring petri).
Proses ini pun hanya berlangsung
antara 3-4 hari saja. Selebihnya,
perkembangan embrio terjadi
dalam rahim wanita.
Islah yang lebih tepat
adalah ferlisasi ekstra korporal
atau pembuahan di luar tubuh
(extracorporal ferlizaon).
Akan tetapi, karena ferlisasi
dilakukan di dalam tabung, maka
disebut juga pembuahan dalam
tabung atau ferlisasi in vitro (in
vitro ferlizaon).

Gereja mendukung
atau menolak
program bayi tabung?

Kemunculan bayi bukan


tanpa polemik. Kehadirannya
telah memunculkan pro
dan kontra. Para pendukung
datang dari pasangan suamiistri inferl yang berharap
memiliki momongan, para

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

lesbian, pasangan sejenis,


dan para janda. Gereja Katolik
dak menerima begitu saja
keberadaan bayi tabung. Sikap
kris Gereja akan bayi tabung
itu dilatarbelakangi alasan
kemanusiaan, penghargaan atas
nilai dan martabat manusia.
Bayi tabung telah
menuntun Gereja untuk bersikap
kontra karena beberapa soal
substansial yang muncul dan
dak terjawab. Persoalan
substansial yang muncul itu
misalnya, apakah sebenarnya
yang menjadi hakikat hidup
manusia? Kapankah awal
kehidupan manusia dimulai?
Bagaimana hakikat keluarga
bisa dimenger? Bagaimana
teknologi bayi tabung bisa
menjelaskan soal kriteria
pasien bayi tabung, asalmuasal sel telur dan sel sperma,
nasib embrio cacat dan embrio
sisa yang dibekukan, keberadaan
ibu penggan (surrogate mother)
dan hakikat lembaga keluarga?

Salah satu tahapan


metode bayi tabung
ialah pemilihan kualitas

RUANG

KONSULTASI
embrio. Bagaimanakah
argumentasi Gereja
soal embrio (sisa)
dan penggunaan
teknologi medis dalam
pembuahan?

Gereja memandang embrio


sebagai makhluk insani. Harkat
dan martabatnya atas hidup
harus dihargai. Akan tetapi,
dalam bayi tabung, siapakah
yang bertanggung jawab
terhadap embrio sisa?
Secara medis, normalnya,
embrio sisa harus disimpan
(dibekukan), dak boleh
dimusnahkan, dan hanya
boleh dimanfaatkan oleh
pasangan yang bersangkutan.
Pertanyaannya adalah,
bagaimana dengan nasib embrio
sisa apabila dalam periode
tertentu pemilik embrio sisa
itu meninggal dunia? Bolehkah
embrio sisa itu dimusnahkan
atau diberikan kepada
pasangan suami-istri lain yang
membutuhkan?
Selain itu, bagaimana
dengan sejumlah embrio yang
dihancurkan atau dibuang
karena kelihatan abnormal atau
dimanfaatkan demi kepenngan
riset? Bagaimana dengan
banyak orang yang menentang
pemusnahan embrio sisa karena
hal itu mirip dengan masalah
aborsi dan dianggap sebagai
pembunuhan bakal calon
manusia? Demi pe individu
tertentu, apakah dibenarkan
pengrusakan janin-janin
muda tersebut? Bagaimana
pula dengan janin-janin yang
dibekukan dan dak ditanamkan
kembali, yang dak punya
peluang untuk kehidupan masa
depan?

Pertanyaan-pertanyaan
mendasar yang dak terjawab
itulah yang makin mengukuhkan
pandangan Gereja untuk berkata
dak pada bayi tabung.

Bagaimana penilaian
moral Katolik
terhadap inseminasi
artifisial?

Kemajuan tekniologi
memungkinkan prokreasi tanpa
hubungan seksual. Namun,
apa yang dapat terjadi secara
teknis seper inseminasi buatan,
dak dengan sendirinya dapat
dibenarkan secara moral.
Penalaran akal-budi dan refleksi
mendalam mengenai nilainilai mendasar kehidupan dan
prokreasi adalah syarat mutlak.
Dewasa ini inseminasi
arfisial menuntut pembuahan
dan penghancuran embrio
insani. Budi daya embrio
menuntut hiperovulasi pada
perempuan: sejumlah sel telur
diambil dan dibuahi. Akan tetapi,
dak semua akan ditanam dalam
rahim wanita. Ada embrio yang
dikurbankan karena alasan
eugenis (mengambil embrio
terbaik saja), ekonomis, dan
psikologis. Penghancuran dengan
sengaja makhluk manusia
semacam itu atau pemakaiannya
untuk berbagai tujuan, dengan
merugikan keutuhannya
dan kehidupannya sangat
bertentangan dengan ajaran
krisani.

Dokumen Gereja
apa saja yang
berbicara tentang moral
bayi tabung? Apakah
isi ringkas dokumen
tersebut, kapan dan

siapa pencetusnya?

Dokumen gereja terkait


moral bayi tabung adalah:
Donum Vitae (1987), Instruksi
Kongregasi untuk Ajaran Iman,
tentang hormat terhadap
hidup manusia tahap dini
dan perlindungan martabat
prokreasi. Jawaban atas
beberapa soal aktual dewasa
ini.
Evangelium Vitae, Injil
Kehidupan (25 Maret 1995).
Ensiklik Paus Yohanes Paulus
II tentang nilai-nilai hidup
manusia yang dak bisa
diganggu gugat.
Veritas Splendor, Cahaya
Kebenaran. Ensiklik Paus
Yohanes Paulus II tentang
pertanyaan-pertanyaan
fundamental ajaran moral
Gereja.
Piagam Bagi Pelayan Kesehatan
(1995). Piagam pania
kepausan untuk reksa pastoral
kesehatan, tentang masalahmasalah bioeka, eka
kesehatan, dan pendampingan
orang sakit.
Martabat Prokreasi Insani dan
Teknologi Produkf. Aspekaspek antropologis dan es,
dari Akademi Kepausan untuk
hidup (2004).

Argumentasi Gereja
soal moral bayi
tabung tentu tidak
lepas dari peran para
tokoh/teolog Gereja.
Siapakah tokoh/teolog
Gereja terkenal yang
argumentasinya menjadi
dasar pertimbangan
moral Gereja menyikapi

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 17

RUANG

KONSULTASI
fenomena bayi tabung?

Dengan melihat beberapa


dokumen Gereja di atas, Paus
Yohanes Paulus II adalah Paus
yang sangat gigih membela
kehidupan. Berikutnya Kardinal
Joseph Ratzinger (kini Paus
Benedictus XVI) yang menjadi
orang kedua setelah Paus
Yohanes Paulus II. Selanjutnya
adalah para Uskup dan teolog
yang tergabung dalam kongregasi
profaganda iman (Congregao
pro Doctrina Fidei) atau akademi
kepausan untuk hidup (Ponfical
Academy for Life).

Apakah dampak
program bayi
tabung bagi kehidupan
keluarga, terutama
dampak psikologis bagi
ibu dan bayi?

Bayi tabung bersifat terbuka


untuk umum, teknologinya
membuka peluang bagi para
janda, para wanita yang dak
pernah menikah, kelompok
lesbian atau pasangan sejenis
untuk memiliki anak.
Apabila para wanita tanpa
suami bisa mengandung dan
memiliki anak, bagaimana
dengan nasib anak-anak tanpa
bapak ini? Siapakah yang
menjadi bapak dari anak-anak
ini? Apabila di kemudian hari
para wanita tak bersuami ini
melakukan FIV untuk kedua atau
kega kalinya, bagaimana relasi
kekeluargaan di antara anak-anak
hasil bayi tabung ini? Bagaimana
pula nasib lembaga keluarga?
Semuanya menjadi kacau,
berantakan.
Dalam kaitannya dengan
ibu, dalam bayi tabung dikenal
ibu penggan (surrogate

18

mother), yakni wanita yang


merelakan rahimnya ditanami
embrio hasil pembuahan
dari sperma seorang pria
yang bukan suaminya dengan
sel telur yang dak berasal
darinya. Ia akan mengandung
dan melahirkan bayi. Namun
setelah melahirkan ia dak akan
memiliki dan memeliharanya,
sebaliknya akan menyerahkan
bayi yang dilahirkannya dan
hak-hak keorangtuaannya
kepada pasangan suami-istri
yang memintanya sebagai ibu
penggan .
Adanya ibu penggan
ini berdampak nega f pada
ibu penggan itu sendiri,
pada suami-istri dan anak
yang dilahirkan, dan pada
masyarakat. Ada yang
menilai bahwa ibu penggan
seharusnya merasa rugi. Ada
ke daklayakan meminta seorang
ibu penggan untuk menjalani
risiko fisik kehamilan untuk
menguntungkan orang lain.
Secara psikologis ibu penggan
juga telah dirugikan dengan
menyerahkan anak gene knya,
bahkan ada beberapa ibu
penggan yang mengalami masa
kedukaan setelah memberikan
anaknya.
Apabila ibu penggan
merupakan sahabat atau
kerabat dekat, keterlibatan yang
berkelanjutan dari ibu penggan
bisa menciptakan ketegangan
perkawinan. Keterlibatan ibu
penggan bisa melemahkan
ikatan perkawinan dan merusak
integritas keluarga. Apabila
ibu penggan ternyata dibayar
untuk pelayanan mereka, maka
reproduksi manusia menjadi
bersifat komersil, dan mungkin
anak-anak akan dilihat sebagai
barang konsumen.

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

Metode bayi tabung


seolah-olah menjadi
pemecah soal infertilitas
yang dialami keluarga,
termasuk keluargakeluarga kristiani.
Apa pertimbangan
moral yang ingin
Pater sampaikan pada
keluarga-keluarga
kristiani agar mereka
dapat menyikapinya
secara tepat?

Keluarga kris ani


hendaknya menyadari bahwa
keberadaan anak-anak itu
mulia dan bermartabat. Namun
demikian, anak-anak bukanlah
segala-galanya dalam keluarga.
Ke adaan anak-anak dalam
rumah tangga bukanlah prahara
bagi keluarga dan dak berar
bahwa cinta suami-istri dak
berbuah. Oleh karena itu,
apabila Tuhan belum atau dak
meni pkan anak-anak kepada
keluarga kris ani, sebaiknya
suami istri dak mengambil caracara yang dak bernilai kris ani
sebagaimana nampak dalam
teknik bayi tabung.
Dalam ke adaan
momongan, pupuklah keutuhan,
kese aan, dan cinta sebagai
suami-istri. Selain itu, karena
perkawinan merupakan
kehendak Tuhan, terbukalah
juga pada rencana Tuhan dalam
keluarga. Jangan-jangan dengan
dak terlahirnya anak-anak dari
rahim sendiri, Tuhan memanggil
Anda supaya makin mengasihi
anak-anak Allah yang terlantar,
yang membutuhkan cinta
seorang bapak dan ibu. Semoga

SUARA

GEMBALA

aus Fransiskus berseru


dalam Evangelii gaudium:
Bahaya besar dalam dunia
sekarang ini, yang dilipu
oleh
konsumerisme, adalah kesedihan
dan kecemasan yang lahir dari
ha
yang puas diri namun tamak,
pengejaran akan kesenangan
sembrono dan ha
nurani
yang tumpul (EG 2). Bahaya
ini menggerogo
segala lini
kehidupan manusia masa kini.
Hidup bersama dalam suatu
keluarga pun seringkali digoda
oleh suasana kesedihan dan
kecemasan. Dampak nega
f
lain pun muncul: kehidupan
ba
n kita terbelenggu dalam
kepen
ngan dan kepeduliannya
sendiri, tak ada lagi ruang
bagi sesama. Suara Allah

dak lagi didengar, suka-cita


kasih-Nya
dak lagi dirasakan,
dan keinginan untuk berbuat
baik pun menghilang. Realita
perceraian, hidup bersama
seatap yang tak harmonis
berkepanjangan tanpa berusaha
mencari jalan keluar yang rendah
ha
, menghidupi perkawinan
dengan pola feodalis
s
merupakan serangkaian fakta
yang mes
nya menuntut kita
untuk berbenah diri.
Ditengah suasana muram
dan mempriha
nkan ini, kita
harus berani menyatakan bahwa
ada keluarga-keluarga yang
sangat baik dan benar-benar
berusaha hidup sesuai dengan
iman Gereja. Keluarga-keluarga
ini mempersonifikasikan
seruan posi
f Paus Fransiskus:
Suka-cita Injil memenuhi ha

Uskup Bogor: Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM

dan hidup semua orang yang


menjumpai Yesus. Mereka
yang menerima tawaran
penyelamatan-Nya dibebaskan
dari dosa, penderitaan,
kehampaan ba
n dan kesepian.
Keluarga-keluarga ini
memberikan kesaksian tentang
keindahan dan kegembiraan
iman yang diamalkan dalam
lingkungan keluarga. Mereka
mendasarkan diri pada nilai-nilai
luhur perkawinan: kesucian,
kese
aan, kesatuan, kecintaan
dan pengorbanan. Suamiistri selalu berupaya saling
menyempurnakan diri (Familiaris
Consoro 19).
Konteks sosial
kemasyarakatan-keagamaan
seper
digambarkan di atas
merupakan tantangan pastoral
bagi Gereja Katolik. Gereja
Universal telah mengadakan
sinode luar biasa para Uskup
yang membicarakan tentang
hidup berkeluarga dengan
tema:Tantangan Pastoral
Keluarga dan Evangelisasi
(5-19 Oktober 2014). Paus
Fransiskus juga meneruskan
agenda yang perlu dituntaskan
pembicaraannya dalam sinode
biasa tentang Keluarga, yang

Foto: Istimewa

Keluarga Beribadah dan


Berbakti dengan Sukacita

akan diadakan pada bulan


Oktober 2015 ini.
Gereja Katolik Indonesia
turut mengambil langkah
is
mewa untuk menghargai,
mendampingi para saudarasaudari seiman yang telah
memilih panggilan hidup sebagai
suami-istri Katolik. Konferensi
Waligereja Indonesia telah
menetapkan bahwa Sidang
Agung Gereja Katolik Indonesia
akan diadakan dari tanggal 2
November hingga 6 November
2015. Tema utama ialah
merefleksikan panggilan hidup
berkeluarga.
Pertemuan-pertemuan
pastoral ini mengajak kita untuk
menguatkan ins
tusi yang suci
ini. Gereja Katolik berkeyakinan
bahwa perkawinan Katolik
diadakan oleh Allah. Allah
sendirilah pencipta perkawinan
(Gaudium et Spes 48 par 1; FC
13 par 6). Keluarga yang adalah
Gereja domes
k ini perlu
diperkuat dan didampingi.

Keluarga Beribadah
dan Berbakti
Dengan Suka-Cita
Inilah fokus pastoral
Keuskupan Bogor 2015.

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

19

SUARA

GEMBALA
Saya mengajak seluruh umat
Keuskupan Bogor untuk mengisi
tahun pastoral 2015 ini dengan
memusatkan energi rohani dan
jasmani kita mengembangkan
Keluarga beribadah dan
berbak dengan suka-cita.
Ibadah dilakukan kepada
Allah. Ibadah kepada Allah
mengungkapkan pengakuan
akan Allah yang menjadi pemilik
dan penguasa keluarga. Dalam
ibadah manusia menyampaikan
kurban dan persembahan
kepada Allah, menyampaikan
pengakuan akan kekuasaan
Allah, menegaskan kesediaan
untuk hidup sebagai umat dan
hamba-Nya, serta memohon
berkat-Nya.
Mengiku Yosua dalam
kitab Yos 24:15, seap keluarga
di Keuskupan Bogor mes
menegaskan:Aku dan seisi
rumahku, kami akan beribadah
kepada Tuhan. Menanggapi
kasih sea dan penyertaan Tuhan
dalam sejarah hidup orang Israel,
Yosua berkata: Takutlah akan
Tuhan dan beribadahlah kepadaNya, dengan tulus ikhlas dan
sea.
Penegasan Yosua ini
mengingatkan kita akan bahaya
lain yang dapat terjadi: orang
beribadah kepada berhalaberhala lain masa kini. Berhalaberhala itu siap membelokkan
sebuah keluarga dari jalan Tuhan
dan akhirnya mendatangkan
kehancuran atasnya.
Misalnya berhala materi.
Terobsesi oleh materi, baik
suami maupun istri bisa jadi
terpacu untuk mengumpulkan
harta sebanyak-banyaknya.
Masing-masing bekerja siangmalam dan dengan segala
cara mengumpulkan mamon.
Menurut mereka ketersediaan

20

mamon menjamin kebahagiaan


keluarga.
Berhala bisa juga berupa
kesenangan-kesenangan pribadi.
Banyak pasangan muda merasa
terkejut keka mendapa
bahwa pernikahan ternyata
sedikit banyak memaksa mereka
mengorbankan kesenangankesenangan pribadi, seper
pergi keluyuran bersama
rekan-rekan sehobi ataupun
begadang sampai dini hari.
Rasa terkekang sering berujung
pada pemberontakan yang
tentunya membuat pasangannya
merasa di nggalkan. Jadi egoego pribadi juga merupakan
bentuk berhala lainnya. Idealnya
pernikahan menyatukan dua jiwa
menjadi satu. Dalam kenyataan,
penyatuan itu dak selalu
berjalan dengan mulus.
Keluarga Yosua bertekad
untuk beribadah hanya kepada
Tuhan. Tekad ini pas terasa
begitu luar biasa. Bisa dikatakan
tekad ini dimaknai sebagai
ucapan syukur karena Tuhanlah
yang mempersatukan mereka.
Dia Ingin menanggapi kebaikan
itu dengan menjanjikan iman dan
ketaatan kepada Tuhan.
Secara mendasar ibadah
berhubungan dengan Allah.
Allah mendeka mereka dalam
suasana cinta kasih dengan
janji mengikat manusia dalam
persekutuan dengan Dia.
Manusia pun mendeka Allah
dengan sikap hormat, bak dan
percaya akan kasih Allah. Dalam
perjumpaan dengan Allah itulah,
se ap keluarga akan menemukan
suka-cita seja .

Warna Pastoral
Keuskupan Bogor
Fokus pastoral Keuskupan
Bogor sebagaimana uraian

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

di atas mendorong Komisi


Keluarga melakukan berbagai
ak vitas yang meneguhkan
keluarga-keluarga. Berbagai
jalan baru dalam berpastoral
perlu ditumbuhkan. Saya
berharap para pastor di se ap
paroki bekerja sama dengan
Komisi Keluarga merancang dan
mewujudkan jalan-jalan baru
untuk mendampingi keluargakeluarga. Keluarga-keluarga yang
sedang mengalami kesulitan
perlu mendapat perha an.
Kerjasama dalam berpastoral
keluarga dengan komisi lain,
seper Komisi Kateke k,
Komisi Liturgi, Komisi Kerasulan
Kitab Suci; merupakan sebuah
keniscayaan.
Kelompok-kelompok
kategorial yang mempunyai
kepriha nan terhadap kehidupan
keluarga diberdayakan dan
disinergikan dalam ak vitasnya.
Mereka adalah kelompok
Marriage Encounter, PRISKAT
(Pria Seja Katolik), Wanita
Bijak/Wanita Terberka , PCC
dan sebagainya. Selain itu
kegiatan retret keluarga perlu
dipersiapkan oleh Komisi
Keluarga.
Semua kegiatan ini mes
membuat keluarga-keluarga
Katolik semakin mengenal dan
mencintai Yesus dan teladan
serta ajaran-Nya. Dalam
ar itulah, Kegiatan Kursus
Evangelisasi Pribadi (KEP) dan
Kursus Pendalaman Kitab Suci
(KPKS) perlu didukung secara
luas.
Dengan demikian keluargakeluarga akan mengalami sukacita Injil. Mereka menjumpai
Yesus, yang mereka sembah dan
hormat bak (bdk. Evangelii
gaudium 1).n

KHABAR

DEKENAT

Ulang Tahun Paroki


Santo Herkulanus Depok

inggu, 1 Februari 2015,


Paroki St. Herculanus
Depok merayakan
ulang tahun ke-13. Pania
menetapkan Satu Paroki Kita
Satu Persaudaraan menjadi
tema ulang tahun kali ini.
Ibarat manusia, usia ini masih
tergolong remaja. Masih banyak
impian, cita-cita dan keinginan
dalam masa pertumbuhannya.
Sejak awal pembentukan,
paroki yang dulu merupakan
stasi dari Paroki St. Paulus,
Depok ini banyak melakukan
pembenahan. Pastor paroki
bersama Dewan Pastoral Paroki/
Dewan Keuangan Paroki dan
umat bekerja keras. Semua pihak
ikut berusaha, sehingga wajah

stasi sedikit demi sedikit berubah


menjadi sebuah paroki yang
utuh.
Meskipun demikian umat
merasakan masih banyak
kekurangannya, khususnya
terkait fisik gereja. Sarana dan
prasarana penunjang gereja
secara fisik belum memadai. Hal
ini cukup mengganggu kegiatan
umat yang membutuhkan
ruangan atau aula.
Beberapa tahun terakhir,
kegiatan Paroki St. Herkulanus
memiliki warna tersendiri dalam
mengubah wajah gereja. RD
Yusnus Dwi Karyanto selaku
pastor paroki selalu mengajak
umat untuk ikut berparsipasi
dalam pembangunan aula,

sarana dan prasarana gereja.


Hal ini dikemukakannya pada
beberapa kesempatan keka
turun langsung bersama m
PPPG dalam penggalangan dana
di beberapa gereja di wilayah
Keuskupan Bogor dan Keuskupan
Agung Jakarta.
Uskup Keuskupan Bogor,
Mgr. Paskalis Bruno Syukur,
OFM pun menyampaikan hal
yang sama. Dalam homilinya ia
meminta semua umat untuk
ikut berparsipasi dalam
memajukan paroki. Jangan
bertanya apa urusan saya dalam
pembangunan gereja secara
fisik, katanya.
Selanjutnya Uskup
mengatakan Kalau Paroki

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

21

KHABAR

DEKENAT

Herkulanus ini berslogan paroki


yang mandiri dan berdaya pikat,
umat harus terlibat langsung.
Kegiatan apa pun yang berkaitan
dengan iman umat tentu
membutuhkan sarana gereja
yang memadai. Terkait hal
tersebut Uskup berkeinginan
segera mengundang Pastor
paroki dan m PPPG untuk
membicarakan hal hal yang
berkaitan dengan pembangunan
aula, sarana dan prasarana
gereja.
Dengan pertemuan ini
diharapkan segala persoalan
yang dihadapi dapat menemukan
jalan keluar yang sebaik-baiknya.
Dengan demikian pembangunan
aula dan sarana prasarana gereja
dapat diselesaikan segera.

Berbagai Lomba
Ada beberapa kegiatan

22

yang diselenggarakan pania


ulang tahun paroki Herkulanus.
Berbagai lomba diadakan, baik
yang bersifat liturgis maupun
non liturgis. Lomba bersifat
liturgis terdiri dari lomba
lektor, lomba bermazmur bagi
pemula, penilaian atas performa
terhadap mereka yang sudah
tergabung dalam kelompok
Lektor dan Pemazmur. Tujuan
lomba ini adalah menggali bakat
yang ada agar semakin banyak
umat terlibat dalam kehidupan
menggereja.
Sedangkan lomba yang
bersifat non liturgis adalah:
gerak jalan santai, senam,
gapleh dan catur. Lomba ini
merupakan lomba per kelompok
antar lingkungan dan kelompok
kategorial yang ada.
Puncak acara adalah
ramah-tamah yang juga

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

dihadiri Bapak Uskup. Acara


yang diselenggarakan setelah
Misa Suci Minggu, 1 Februari,
dimeriahkan dengan tarian
dan nyanyian. Mereka terdiri
dari kelompok TK, SD, SMP
St. Theresia, kelompok umat
mewakili wilayah parokial,
kelompok kategorial dan lainlain.
Ada persembahan khusus
berupa tarian yang berasal
dari daerah asal Bapak Uskup
yaitu tarian Jai. Uskup didaulat
untuk ikut menari bersama.
Ramah-tamah juga dimeriahkan
dengan pemberian hadiah dan
piala untuk pertandingan dan
perlombaan yang diadakan.
Walaupun hujan mengguyur
cukup deras sejak pagi, umat
tetap terpaku di kursinya masingmasing hingga acara selesai.
nNicolaus Neo. Foto: Edo

KHABAR

Foto: Edo

DEKENAT

Mgr Paskalis Bruno Syukur, OFM (kiri) dan RD. Y. Dwi Karyanto (Kanan) dalam Misa Ulang Tahun Paroki
St. Herkulanus-Depok, Minggu, (1/2/2015)

Paroki Semakin Mandiri


Apa yang Romo
harapkan dari umat
paroki? tanya Mgr.
Paskalis Bruno Syukur,
OFM.
Seluruh umat diharapkan
ikut ambil bagian dalam
membangun Gereja paroki
ini, bisa dengan doa, dengan
ikut berkegiatan, atau ikut
menyumbangkan sebagian dari
miliknya bagi pembangunan
fisik gereja, jawab RD. Y. Dwi
Karyanto selaku Pastor Paroki St.
Herkulanus.
Selanjutnya Bapak Uskup
menjelaskan apabila umat
sudah memahami harapan romo
paroki ini, maka umat dak akan
berteriak Apa urusanmu dengan
kami, hai romo paroki?. Sudah
jelas, romo paroki datang untuk
membangun Gereja bersama
umat, baik Gereja secara rohani
maupun secara jasmani.
Itulah sekelumit percakapan
yang terjadi dalam misa
memperinga ulang tahun
ke-13 paroki St.Herkulanus
Depok, Minggu, 1 Februari 2015.

Tampak kebersamaan Uskup


Keuskupan Bogor, pastor paroki
dan umat.
Usia 13 tahun bagi manusia
adalah usia remaja/muda,
yang penuh dengan cita-cita,
impian dan keinginan. Umat
memiliki idealisme yang nggi
untuk membangun Gereja yang
communio, mandiri, berdaya
tahan dan berdaya pikat.
Communio arnya
membentuk persekutuan
umat yang dilandasi semangat
kerukunan, persaudaraan seja
yang saling menghargai, serta
memelihara hubungan kesatuan
dengan Allah melalui Yesus
Kristus dalam Roh Kudus.
Mandiri arnya mampu
memenuhi tenaga dan biaya
dalam melayani umat dan
masyarakat sekitar, memiliki
sarana dan prasarana yang
memadai, mengelola proses
kaderisasi yang bersinambungan.
Berdaya tahan arnya
mempunyai iman yang
mendalam dan dewasa, iman
yang merasuk dalam ha dan
budi, mendarah daging dalam
diri pribadi serta nampak dalam

sikap, perilaku sehari-hari.


Berdaya pikat arnya mampu
memberi kesaksian akan kasih
Kristus, baik di dalam maupun di
luar Gereja.
Kini langkah paroki terlihat
semakin mandiri. Kemampuan
ekonomi umat dak seberapa,
namun ada cita-cita membangun
sarana fisik pastoran dan
aula. Umat pun menggalang
dana namun tetap membuka
diri untuk menyumbang pula
apabila ada paroki lain yang
membutuhkan. Solidaritas antar
paroki inilah yang mendukung
semangat kemandirian.
Acara kebersamaan
yang dirajut pania dengan
topik Satu Paroki Kita,
Satu Persaudaraan, juga
menunjukkan langkah
kemandirian. Segenap lapisan
umat turut memeriahkan acara
tersebut.
Seribu piring disediakan
pania untuk dinikma
bersama. Hujan deras yang
menyiram Depok sejak pagi
justru menambah semarak
kebersamaan. Selamat ulang
tahun Paroki Herkulanus.nThomas
Suhardjono

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

23

KHABAR

DEKENAT

Intoleransi Terjadi Karena


Kurangnya Dialog
beragama, ujarnya

Tahun 2015 adalah


tahun terakhir saya memimpin
Kota Depok. Saya bersyukur
dan berterima kasih kepada
FKUB bersama mitranya yang
selama ini bekerja keras dalam
menjujung nggi nilai toleransi
antar umat beragama di Kota
Depok. Demikian ucap Wali
kota Depok, Dr. Ir. H. Nur
Mahmudi Ismail, M.Sc dalam
pertemuannya dengan Forum
Kerukunan Umat Beragama
(FKUB) di Simpang Raya, Jl.
Margonda Raya-Depok, Minggu
(21/12/2014) silam. Hadir dalam
acara ini Habib Muhsin Ahmad
Al- Athas, Lc, Ketua Kesbangpol
Kota Depok, Syafrizal, SH, jajaran
Kepolisian dan TNI, pengurus
Forum Kerukunan Umat
Beragama (FKUB) dan tokohtokoh agama Islam, Katolik,
Protestan, Hindu, Budha dan
Kong Hu Cu.
Mantan Menteri Kehutanan
itu berpesan, sebagai kota
niaga, jasa dan religius; kota
Depok berada dalam 10 besar
Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah terbaik. Selain itu
Kota Depok bisa dijadikan
contoh bagi daerah lain dalam
menciptakan hidup toleransi
antar umat beragama, walau
diakui intoleransi yang terjadi di
Jawa Barat adalah ternggi se-

24

Foto: Darius Lekalawo

Indonesia.
Tugas kita adalah
menciptakan harmoni dan
kerukunan antar umat beragama
yang ada dan terus berprestasi di
masa-masa yang akan datang,
harapnya.
Syafrizal, SH, Kepala
Kesbangpol, Kota Depok
menuturkan kerukunan hidup
beragama di Depok semakin
hari semakin baik. Kita harus
bersyukur untuk itu. Ke depan
kita bisa melakukan revitalisasi
kehidupan beragama untuk
meningkatkan suasana kondusif
agar bisa dijadikan contoh bagi
daerah-daerah lain di Indonesia,
ujarnya.
Namun di sisi lain
Mangaranap Sinaga, S.E, M.H
menyesalkan ndakan kekerasan
yang mengatasnamakan
agama selama ini. Dan
sasarannya selalu gereja. Sinaga
berpendapat gereja terkesan
menjadi pemicu atau biang
munculnya permasalahan. Hal
ini disebabkan faktor kurangnya
komunikasi dan kedaktahuan
masyarakat.
Di masa mendatang
diharapkan FKUB membuat
program yang jelas untuk terus
memperhakan gereja dan
terus memberikan pemahaman
tentang kerukunan umat

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

Pentingnya Dialog
Habib Muhsin bin Ahmad
Al-Aas, Lc mengatakan
kerukunan antar umat beragama
sebenarnya menjadi salah
satu pilar atau dasar dari
sebuah negara. Oleh sebab itu,
perlu terus dilakukan dialog
dan komunikasi antar umat
beragama, komunikasi antar
tokoh-tokoh agama. Langkah
ini perlu diambil dan dipelihara
agar tercipta masyarakat kota
Depok yang aman dan kondusif,
terutama dalam kaitan dengan
kerukunan hidup beragama.
Komunikasi itu penng.
Kalau dak pernah ada
komunikasi maka yang muncul
adalah sikap saling curiga. FKUB
adalah lembaga yang dibentuk
seluruh umat beragama untuk
menjadi penengah, menjadi
sarana terjalinnya komunikasi.
Mudah-mudahan ke depan
proses komunkasi semakin
meningkat, ujar pria kelahiran
Grabag, Magelang, 1963 yang
juga Ketua FKUB Kota Depok.
Harapan yang sama juga
diungkapkan RP. Anton Sahat
Manurung, OFM. Romo Anton
mengaku Walau baru sembilan
bulan bergabung dalam FKUB,
saya sangat merasakan dan
mendapat pengalaman indah
karena sering bertemu dan
duduk bersama dengan ulama
lain. Mari kita terus bergandeng
tangan, ujarnya.nDarius Lekawo
(Humas BASOLIA Kota-Depok)

KHABAR

DEKENAT

Teladan Keluarga Dalam


Hidup Menggereja

da periswa akbar di gereja


Santo Paulus Depok awal
Februari lalu. Kelompok
lansia Dekanat Utara Keuskupan
Bogor memperinga pesta nama
Simeon-Hana di Gereja St. Paulus
Depok. Mereka menggelar Misa
Syukur dengan selebran utama
Mgr. Paskalis B. Syukur, OFM.
Para lansia hadir sejak
pagi hari, meski misa baru akan
dimulai pukul sembilan pagi.
Bapak Uskup sendiri hadir lebih
awal dari para lansia. Inilah
semangat menggereja yang perlu
dicontoh, sehingga kita dapat
mempersiapkan jiwa dan pikiran
untuk menghadap Tuhan dalam
misa.
Semua romo paroki
se-Dekanat Utara hadir
mendampingi Uskup. Hadir pula
Romo Petrus Canisius Aman,
OFM yang akrab dipanggil Romo
Peter Aman. Dia secara khusus
diundang pania untuk ikut
bersama-sama merayakan misa
pada hari itu. Ternyata, hari itu
juga merupakan hari ulang tahun
tahbisan imamat Bapak Uskup
dan Romo Peter Aman, tepatnya

24 tahun yang lalu.


Dalam khotbahnya Bapa
Uskup mengingatkan kita semua
bahwa Bapa Simeon dan Ibu
Hana adalah sosok yang dengan
tulus ha mempersembahkan
dirinya kepada Allah. Kita
bisa mengikunya dengan
mempersembahkan diri kita
masing-masing kepada Allah.
Dicontohkan oleh Bapak
Uskup, penerimaan Sakramen
Baps dan Sakramen Krisma
merupakan wujud nyata
persembahan diri.
Persembahan diri pribadi
kita yang paling ismewa
kepada Allah merupakan
hal paling penng dalam
hidup kita dihadapan Allah.
Sebagai lansia kita masih
bisa mempersembahkan diri
kita kepada Allah, masih bisa
menjalankan tugas perutusan
dari Allah, baik dengan cara
berdoa dan menjadi saksi Allah
akan kepercayaan kita kepada
Allah seper Hana, kata Uskup.
Dengan demikian tema perayaan
Keluarga Dalam Terang Iman
dengan sub tema Lansia

Menjadi Teladan Keluarga Dalam


Hidup Menggereja dak hanya
menjadi slogan saja.
Lebih lanjut Bapak Uskup
mengingatkan, Santo Petrus
menyebut kemaan sebagai
saudarinya. Kita juga bisa
mengikut St .Petrus dengan
menempatkan kemaan sebagai
saudari kita. Kita dak perlu
takut lagi menghadapi kemaan.
Yang penng kita siap, banyak
berdoa dan berani menjadi saksi
Kristus.
Ingat di rumah Bapa-Ku,
Aku telah menyediakan banyak
tempat bagimu, kata Yesus. Jadi
percayalah bahwa di kehidupan
setelah ma, kita mempunyai
tempat khusus yang telah
disediakan oleh Tuhan Yesus
sendiri, ujar Uskup.
Meski sudah lansia mereka
tetap semangat mendengarkan
khotbah segar Bapak Uskup.
Mereka khusuk mengiku
misa tersebut sampai selesai.
Semoga sikap mereka betul-betul
menjadi teladan keluarga dalam
hidup menggereja.nGaniek Ambros

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

25

RENUNGAN

Doa Bersama, Ekaristi dan


Keluarga Katolik
Oleh:

idak bisa disangkal bahwa


ada kaitan yang sangat
erat antara doa bersama,
sakramen-sakramen dan
Ekaris
. Hubungan yang sangat erat
itu dapat membantu para anggota
keluarga-keluarga Katolik untuk
membuat hidup mereka sesuatu
yang utuh dan integral. Mereka
terus-menerus mengalami bahwa
Tuhan Yesus bersama mereka,
menghubungkan mereka satu
sama lain dan terutama mencintai
mereka dalam doa bersama, dalam
sakramen-sakramen dan khususnya
dalam Ekaris
.

Ibadat Gereja
Ibadat Gereja sebenarnya
terdiri atas dua unsur besar. Di
satu pihak ada sakramen-sakramen
dan Ekaris
, di lain pihak ada doa
atau sembahyang resmi Gereja dan
upacara-upacara lainnya.
Bagian terbesar dari doa
atau sembahyang resmi Gereja
biasa disebut Ibadat Harian.
Ibadat Harian adalah doa atau
sembahyang yang dilakukan
mereka yang ditugaskan
kewibawaan Gereja atas nama
seluruh Tubuh Mis
k Kristus.
Mereka adalah para rohaniwan
dan kelompok-kelompok religius,
seper
para rahib dan rubiah (lih.
SC 95). Mereka yang menerima
tugas itu berdoa
dak hanya di
dalam Gereja saja, melainkan juga
atas nama seluruh Gereja yang
diwakilinya. Mereka itu adalah
semacam utusan persekutuan
gerejawi.

26

P. Alex Lanur, OFM

Namun orang-orang
Katolik bisa juga berdoa atau
bersembahyang bersama atas
nama dirinya masing-masing,
di dalam keluarga serta atas
nama keluarganya dan atau
kelompoknya. Berdoa atau
bersembahyang bersama seper
itu dapat dan nyatanya diadakan
mereka di mana saja dan kapan
saja.
Katekismus Gereja Katolik
mengatakan bahwa sakramensakramen adalah tanda-tanda
(kata-kata dan ndakan)
yang dapat ditangkap dengan
pancaindera, yang terjangkau
untuk kodrat manusia. Berkat
karya Kristus dan kuasa Roh Kudus
sakramen-sakramen tersebut
menghasilkan rahmat yang
ditandakannya (KGK 774).
Jadi bisa dikatakan Kristuslah
yang menetapkan sakramensakramen Perjanjian Baru.
Sakramen-sakramen itu ada
tujuh: Pembap san, Penguatan,
Ekaris , Pengakuan, Urapan orang
sakit, Tahbisan dan Perkawinan.
Ketujuh sakramen itu mencakup
semua tahap dan saat yang
pen ng dalam kehidupan seorang
Kristen. Sakramen-sakramen
itu memberikan kelahiran dan
pertumbuhan, penyembuhan
dan perutusan kepada iman
orang Kristen. Jadi ada semacam
keserupaan antara tahap
kehidupan kodra dan kehidupan
adikodra (KGK, 1210 ).
Namun demikian Ekaris
adalah sumber dan puncak

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

seluruh hidup kris ani. Sakramensakramen lainnya, begitu pula


semua pelayanan gerejawi serta
karya kerasulan, berhubungan
erat dengan Ekaris dan terarah
kepadanya. Dalam Ekaris suci
tercakuplah seluruh kekayaan
rohani Gereja, yakni Kristus sendiri,
Paskah kita (KGK 1324).

Kehadiran Yesus
Dengan pelbagai cara Yesus
Kristus hadir di dalam Gereja-Nya,
di dalam sabda-Nya, di dalam doa
Gereja-Nya, di mana dua atau ga
orang berkumpul dalam namaKu (Mat 18: 20), dalam orang
miskin, orang sakit, orang tahanan,
dalam sakramen-sakramen yang
Ia ciptakan, dalam kurban misa
dan dalam pribadi orang yang
melaksanakan pelayanan insani.
Tetapi Ia hadir terutama dalam
kedua rupa Ekaris (KGK 1373).
Ar nya, dalam sakramen Ekaris
yang mahakudus tercakuplah
secara real dan substansial tubuh
dan darah bersama dengan jiwa
dan keallahan Tuhan kita Yesus
Kristus. Dengan demikian seluruh
Kristus (KGK 1374).
Dalam sakramen ini Kristus
hadir oleh perubahan ro dan
anggur menjadi tubuh dan darahNya. Kehadiran tersebut dimulai
saat konsekrasi dan berlangsung
selama rupa Ekaris ada. Di
dalam se ap rupa dan di dalam
se ap bagiannya tercakup seluruh
Kristus, sehingga pemecahan
ro dak membagi Kristus (KGK
1375. 1377). Singkatnya, dalam

RENUNGAN
Ekaris, pribadi Kristus sendiri
hadir untuk menguduskan manusia
dan memuliakan Allah dengan
mengurbankan diri-Nya.
Namun, Dia dak hanya
hadir saja dalam sakramen Ekaris
itu. Dia bahkan menyampaikan
undangan yang sangat mendesak
supaya kita menyambut-Nya dalam
sakramen tersebut. Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya jikalau
kamu dak makan daging Anak
Manusia dan minum darah-Nya,
kamu dak mempunyai hidup di
dalam dirimu (Yoh 6: 53) (KGK
1384). Dengan menerima Komuni,
orang dipersatukan seerat-eratnya
dengan diri-Nya. Persatuan orang
yang menerima-Nya dengan Dia
juga diperdalam dan orang yang
bersangkutan dipisahkan dari dosa
(KGK 1391- 1395).
Kristus juga hadir dalam
sakramen-sakramen yang
lain. Sakramen-sakramen itu
adalah kekuatan-kekuatan
yang datang dari Tubuh Kristus.
Tubuh Kristus tetap hidup dan
menghidupkan. Sakramensakramen yang dirayakan dengan
pantas dalam iman memberikan
rahmat. Sakramen-sakramen
itu berdaya guna, karena Kristus
sendiri bekerja di dalamnya. Dia
sendiri yang berndak dalam
sakramen-sakramen-Nya, untuk
membagi-bagikan rahmat (bdk.
KGK 1116. 1127). Dengan demikian
bisa dikatakan bahwa yang hadir
dalam sakramen-sakramen
adalah daya, tenaga, kekuatan
ilahi yang menyelamatkan. Inilah
yang memuliakan Allah dan
menyelamatkan manusia.
Dalam doa atau sembahyang
resmi Yesus Kristus juga hadir,
tetapi dengan cara yang lain.
Dia hadir secara rohani dengan
perantaraan Roh Kudus. Dalam doa
atau sembahyang resmi itu tenaga,

daya, kekuatan insani Kristus


dihadirkan oleh Roh Kudus untuk
memuliakan Allah. Kehadiran
Kristus seper itu kiranya juga
terjadi dan terwujud dalam doa
atau sembahyang bersama yang
dilakukan di mana saja dan kapan
saja, dalam keluarga besar mau
pun dalam keluarga kecil.

Doa Bersama,
Sakramen dan
Ekaristi
Masing-masing orang Katolik
yang berdoa atau bersembahyang
bersama itu dituntun untuk
menerima sakramen-sakramen.
Arnya, mereka yang menerima
sakramen-sakramen itu disatukan
dengan daya, tenaga, kekuatan
ilahi Yesus Kristus. Selanjutnya
mereka diantar masuk ke dalam
persatuan yang seerat-eratnya dan
sangat mendalam dalam Komuni
suci. Persatuan seper itu kiranya
akan membuahkan perubahan
yang dak kecil dalam seluruh
hidup orang Katolik. Seluruh diri
dan hidup mereka sama sekali
berubah, karena diubah oleh Dia
yang Tubuh dan Darah-Nya terusmenerus mereka terima dalam
Komuni suci (bdk. Mat 17: 2).
Keluarga-Keluarga
Katolik
Tuhan Yesus sendiri telah
menegaskan bahwa para pengikutNya harus selalu berdoa dengan
dak jemu-jemu (Luk 18: 1). St.
Paulus juga menekankan hal yang
sama (bdk. Kol 4: 2; 1 Tes 5: 17-18).
Dinyatakan juga bahwa mereka
semua (kesebelas rasul, beberapa
perempuan dan Maria, Ibu Yesus
dan saudara-saudara Yesus)
bertekun dengan seha dalam doa
bersama-sama (Kis 1: 14; Kis 2: 42).
Itulah sebabnya mengapa seap
keluarga Katolik sangat diharapkan

menjadi sebuah komunitas para


pendoa.
Bila demikian, maka
seluruh keluarga menampakkan
kenyataan: Di mana dua atau ga
orang berkumpul dalam namaKu, di situ Aku ada di tengahtengah mereka (Mat 18: 20).
Rumah keluarga Katolik menjadi
rumah tempat para anggota
keluarga seha berkumpul untuk
berdoa. Rumah tersebut juga
menjadi tempat Tuhan Yesus
ada di tengah-tengah mereka
untuk melaksanakan karya
penyelamatan-Nya sekaligus
memuliakan Bapa-Nya, sekaligus
menjadi tempat kediaman Tuhan
itu sendiri.
Kesadaran serta keyakinan
akan Tuhan Yesus yang hadir
seper itu membawa mereka
kepada pengalaman akan Tuhan
Yesus yang hadir dalam daya,
tenaga, kekuatan ilahi-Nya yang
menyelamatkan. Paling dak,
kesadaran akan kedosaannya
membawa mereka kepada
sakramen yang memulihkan
kembali hubungan mereka dengan
Tuhannya. Dari pertemuan dengan
Tuhan Yesus dalam Ekaris,
mereka juga diantar masuk ke
dalam sakramen-sakramen yang
lain, khususnya dalam sakramen
pengakuan, sakramen pertobatan,
sakramen pendamaian.
Jadi hidup mereka merupakan
suatu dinamika yang terusmenerus menggelinding menuju
persatuan dengan-Nya dalam
doa atau sembahyang bersama.
Dinamika itu membuat hidup
mereka menjadi sesuatu yang utuh
dan integral.
Kenyataan ini membuat
mereka menjadi orang-orang dan
atau keluarga-keluarga yang jujur
dan tulus, tenang dan hidup apa
adanya.n

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

27

BINA

IMAN

Aku Bersyukur Jadi Katolik

eorang diantaranya bernama


Roni, Usianya 11 tahun. Yang
menarik, Roni sangat jarang
berkumpul dan bergurau dengan
teman-temannya. Setelah
mendatangi mobil, menyanyikan
sebuah lagu dan menerima uang,
dia langsung menepi ke tempat
yang terpisah dengan anakanak lainnya. Teman-temannya
pun jarang mengajak Roni
bermain atau sekedar ngobrol.
Roni seolah terasing diantara
kelompok anak jalanan itu.
Sebenarnya dia termasuk
enak untuk diajak ngomong.
Meskipun sedikit pendiam, dia
bisa mengimbangi obrolan.
Beberapa kali saya dan dia
terlibat gurauan hingga tertawa
terbahak-bahak. Karena
penasaran, saya berusaha
mencari jawaban mengapa
anak-anak yang lain terkesan
mengasingkan Roni.
Jawaban saya peroleh dari
salah satu anak yang kerap
disapa Sinchan. Dia masih
duduk di bangku kelas 3 sebuah
madrasah. Dia itu orang kristen

28

mas. Guru bilang kami dak


boleh dekat-dekat sama orang
kristen, katanya.
Saya tertegun mendengar
jawaban polos Sinchan. Hanya
gara-gara Roni berlabel kristen,
dia menjadi terasing. Nasib
Roni itu bisa saja terjadi pada
diri saya, jika anak-anak jalanan
itu juga mengetahui identas
saya sebagai seorang pengikut
Yesus. Saya hanya sedikit lebih
beruntung dari Roni. Anak-anak
itu belum tahu siapa saya. Tapi,
bagaimana kalau mereka tahu
bahwa ternyata saya juga orang
kristen?
Di tengah kegalauan saya,
terselip rasa heran sekaligus
jengkel pada guru yang telah
merusak pemikiran anak-anak
itu. Tidak bisakah seorang
guru justru memberikan pesan
menyejukkan bagi anak-anak.
Hakikatnya semua manusia itu
sama, sama-sama ciptaan dan
citra Allah. Tidak mampukah
guru itu membentuk
kepribadian muridnya agar
mencintai perbedaan dan
menganggap perbedaan adalah
sebuah keniscayaan? Tidak
Foto ilustrasi: katolisitas.org

Kebetulan, saya dan


seorang teman sering
bergaul dengan anak
- anak jalanan yang
biasa mangkal di sebuah
simpang empat. Di daerah itu ada sekitar delapan anak yang mencari
nafkah dengan mengamen. Usia mereka antara
6 - 12 tahun.

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

bisakah guru itu memupus


benih-benih kebencian dan
permusuhan antar manusia
yang seringkali tumbuh akibat
kepicikan berpikir dan fanasme
sempit?
Saya teringat sabda Yesus di
atas salib, Ya Bapa,ampunilah
mereka, karena mereka dak
tahu apa yang mereka perbuat.
Sabda itu mampu meredam
kejengkelan dan kemarahan
saya. Bahkan kemudian saya bisa
bersyukur, karena guru saya dak
mengajarkan hal itu. Dia justru
mengajarkan cinta kasih, dak
hanya kepada kawan, tetapi juga
pada lawan.
Dengan setengah berbisik,
saya pun bertanya pada Sinchan:
Apa Roni pernah nakal sama
kamu ? Dia menggeleng. Jadi
Roni itu juga teman kamu. Kamu
boleh bergaul dengan dia,
lanjut saya. Sinchan tersenyum,
saya pun tersenyum dalam
waktu bersamaan. Sebuah
senyum syukur, karena saya
diberi karunia menjadi Katolik,
menjadi orang yang terbuka
pada perbedaan dan menghargai
kemanusiaan di atas apa pun.
nVreee/ekaristi.org

BINA

IMAN

Kewajiban Orangtua
Membaptis Bayi

ertanyaan mengenai baps


bayi atau anak kerap
kali muncul. Pertanyaanpertanyaan itu, misalnya:
haruskah Gereja membaps
bayi? Apakah alasan atau
landasannya? Apakah baps
bayi dak mengurangi hak anak?
Bagaimana dengan tanggungjawab orangtua?
Pertama-tama kita bisa
mengatakan bahwa pembapsan
bayi/ anak itu terkait dengan
gagasan mengenai dosa asal.
Gereja Katolik membaps bayi
karena anak-anak dilahirkan
dengan kodrat manusia yang
jatuh dan dinodai dosa asal (bdk
KGK 1250).
Mereka membutuhkan
kelahiran kembali dalam
pembapsan. Tujuannya
supaya mereka dibebaskan
dari kekuasaan kegelapan dan
dimasukkan ke dalam kerajaan
kebebasan anak-anak Allah
(bdk. Kol 1:12-14), di mana
semua manusia dipanggil. Dalam
pembapsan anak-anak, Allah
menganugerahkan rahmat
keselamatan kepada mereka.
Sejak abad kedua Gereja
memiliki tradisi membaps
anak-anak. Barangkali sudah
pada awal kegiatan khotbah para
Rasul, keka seluruh anggota
rumah menerima pembapsan
(bdk. Kis 16:15.33; 18:8; 1Kor
1:16). Dengan tradisi baps
bayi/ anak ini Gereja bermaksud
menyelamatkan mereka.
Kedua, soal tanggung jawab
orangtua. Gereja menghendaki
agar orangtua menger bahwa

Foto ilustrasi: hipwee

kebiasaan membas bayi/ anak


itu selaras dengan tugasnya,
yakni memajukan kehidupan
yang Tuhan percayakan kepada
mereka (KGK 1251; bdk. LG 11;
41; GES 48; KHK kanon 868).
Pembapsan bayi/anak
adalah wujud khusus dan
konkret dari tanggung jawab
orangtua sebagai pendidik
anak-anak dalam iman krisani.
Melalui pembapsan bayi/anak,
orang tua melakukan dua hal,
yakni: menyerahkan anak-anak
kepada Allah, Sang Pencipta agar
lahir kembali dalam kesucian
dan diangkat sebagai anakanak Allah; dan mengenakan
pada anak-anak pakaian iman
sehingga anak-anak bisa
terlindung dari kekuasaan jahat
dan bisa bertumbuh-kembang
dalam iman krisani.
Mengingat martabat
tersebut, Gereja melalui KHK
kanon 867 - 1, 2 mewajibkan
para orang tua agar:
mengusahakan supaya bayi-bayi
dibaps dalam minggu-minggu
pertama sesudah kelahiran
anaknya, bahkan juga sebelum
itu; menghadap pastor paroki
untuk memintakan sakramen
bagi anaknya; mempersiapkan

dengan semesnya segala


hal-hal yang berkaitan dengan
Sakramen Pembapsan; dan
bahkan apabila bayi berada
dalam bahaya maut, hendaknya
dibaps tanpa menunda-nunda.
Apakah syaratnya agar
bayi/ anak-anak bisa dibaps?
KHK kanon 868 - 1 dan 2
menjelaskan syarat-syarat
agar bayi dibaps secara
licit, haruslah: orangtuanya,
sekurang-kurangnya satu dari
mereka atau yang secara legim
menggankan orang tuanya,
menyetujuinya; ada harapan
cukup beralasan bahwa anak
itu akan dididik dalam agama
Katolik. Apabila harapan itu
dak ada, baps hendaknya
ditunda menurut ketentuan
hukum parkular, dengan
memperingatkan orang tuanya
mengenai alasan itu.
Dari sisi umur, siapakah
yang dikategorikan anak-anak
atau bisa dibaps bayi/anak?
Kanon 97 2 (bdk. KHK kanon
852 1 dan 2) menjelaskan
bahwa yang disebut anak-anak
adalah: mereka yang belum
genap tujuh tahun, belum
dapat bertanggung jawab atas
ndakannya sendiri.nRD. A. Sutarno

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

29

BINA

IMAN

Sungguhkah Gereja Katolik


Berpuasa?

30

Foto: Darius Lekalawo

asa puasa memang sudah


berlalu. Namun tahukah
kita akan ar berpuasa?
Banyak orang, termasuk orang
Katolik yang beranggapan
puasa Gereja Katolik itu ringan,
mudah dilakukan. Bahkan ada
yang beranggapan puasa Gereja
Katolik, dak berkualitas (kalau
dibandingkan dengan puasa
orang Islam dan Yahudi), dak
jelas. Juga dak dilakukan oleh
umat Katolik atau pengikut
Kristus sendiri (bdk. Mat 9:14;
Mrk 2:18; Luk 5:33).
Dalam Kitab Suci Yesus
sendiri mengajarkan apa ar
puasa. Coba kita lihat/baca satu
per satu. Pertama puasa sama
bobotnya dengan salah satu
ibadat suci (Mat 6:1-6; Luk 11:24; Kis 13:2-3). Berikutnya puasa
merupakan la han priha n dan
menderita. Puasa fisik adalah
ngkat awal dari puasa yang
sesungguhnya (2 Kor 11:27).
Mengenai puasa fisik,
secara khusus Yesus mengatakan
puasa fisik merupakan salah satu
cara untuk berla h, mengatur,
dan menahan hawa nafsu (2
Kor 6:5). Bagi orang yang paling
hina, hendaklah puasa fisik
menghasilkan buk cinta, cinta
kepada sesama iden k dengan
cinta kepada Allah (Mat 25:3540). Puasa merupakan salah satu
sarana, jalan, cara, la han untuk
tujuan yang mulia. Puasa bukan
tujuan akhir (Luk 2:37; 18:12).
Selanjutnya puasa dilakukan
pada waktu khusus dan dengan
penuh kesadaran/kerelaan
sendiri, misalnya di masa

RD. Christophorus Tri Harsono

Prapaskah (Mat 9:14-16; Mrk


2:18-19; Luk 5:33-34). Puasa
hendaknya jangan munafik.
Orang yang berpuasa harus
mencuci muka, meminyaki
rambutnya, dan dak perlu
puasanya diketahui orang lain.
Selain itu mereka dak
perlu memaksa orang lain untuk
ikut berpuasa atau menghargai
kita yang sedang berpuasa
(Mat 6:16-18). Berpuasa berar
mengoyakkan ba n, bukan
pakaian. Hal ini berar bahwa
puasa rohani itu jauh lebih berat
daripada puasa/ pertobatan
fisik (Yoel 2:12-13). Akhirnya
puasa hendaknya dilakukan
dengan kerendahan ha disertai
pertobatan (Mrk 1:14; Mat 4:17).
Yesus pun memberi teladan
dengan menjalani puasa itu

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

sendiri. Ini bisa dilihat dalam


Kisah dari Mat 4:1-11; Luk
4:1-13; Mrk 1:12-13. Kisah
ini menunjukkan pencobaan
atau kepriha nan Yesus
ke ka berpuasa di padang
gurun. Kristus memenangkan
ga cobaan dari iblis secara
sempurna.
Pertama secara fisik Yesus
mengalami rasa lapar dan
haus selama 40 hari (bukan 30
hari). Dalam kondisi seper ini
Dia diperintahkan mengubah
batu menjadi ro . Peris wa ini
bisa diar kan sebagai makan
kenyang sekali dalam sehari
dan dak berlebihan (mewah).
Kita pun melakukan penyisihan
uang untuk diarahkan bagi
kesejahteraan sesama yang
membutuhkannya, dikenal

BINA

IMAN
dengan APP, AAP, atau aksi
lainnya. Jadi uang yang disisihkan
bukan untuk bermewah-mewah
saat buka puasa atau persiapan
pesta keka Paskah (bdk. Mat
4:3).
Kedua Yesus juga
melakukan puasa rohani
untuk kecintaan, kepemilikan,
kenikmatan, dan penguasaan
dunia materi dengan harta dan
uang (kekayaan), kedudukan,
pangkat, status. Seringkali, sadar
atau dak, manusia mencari dan
menimbun semua ini tanpa restu
Allah. Dengan kata lain manusia
mencari label halal dengan caracara yang haram, serba instan,
dan mudah, serta dengan jalan
pintas (bdk. Mat 4:6-7).
Akhirnya, yang kega, Yesus
melakukan puasa ban rohani,
yaitu puasa kebutuhan akan
pujian, popularitas, pengakuan,
nama baik, kehebatankehebatan, kehormatan
martabat, harga diri, ambisius
akan presse pribadi, dengan
menggunakan kekuatan tahayul,
iblis, supranatural yang berasal
bukan dari Allah sendiri.
Arnya kiat menggadaikan
keselamatan dan kasih Allah
dengan dukungan dunia atau
kefanaan. Padahal segala sesuatu
akan sangat berharga kalau
hanya Allah yang mengetahui
karena Dia itu mahabaik,

mahatahu, dan mahakuasa (Mat


4:9-11).
Itulah ar sebenarnya
dari puasa Gereja Katolik.
Kekhasan dan keunggulan puasa
Gereja Katolik adalah adanya
kegiatan pantang. Kegiatan
yang sebenarnya sukar untuk
dilakukan ini melengkapi puasa
guna mendapatkan rahmat
spesial dari Allah sendiri. Ini
berar orang yang berpuasa
harus menyangkal diri,
memanggul salib, dan melawan
dunia.
Secara konkret, dalam
pantang, kita harus memerangi
kebiasaan mendewakan
perut, mencari kenikmatan
libido, memerangi kebiasaan
jahat, buruk, dan dosa. Juga
memerangi kesombongan
atau nggi ha, keminderan,
ketakutan, kekurangan iman,
merasa diri paling benar dan
suci, serta egoisme manusia.
Semuanya sangat membutuhkan
puasa untuk penyembuhan,
pengampunan, mohon belas
kasih dan rahmat Allah.
Gambaran di atas
menunjukkan puasa menurut
Gereja Katolik sungguh-sungguh
dalam, agung, berat, dan
berkualitas. Puasa Gereja Katolik
itu menekankan koyakan ha,
bukan kain atau pakaian. Arnya
koyakan ban, bukan fisik. Selain

itu puasa bukanlah tujuan dan


bukan akhir dari semua. Puasa
fisik merupakan awal, sarana,
jalan, atau cara.
Dalam puasa ada unsur
rendah ha. Di sini kita
mengakui bahwa kita adalah
orang berdosa, perlu melakukan
pertobatan dan pengakuan
dosa. Oleh karena itu, puasa
yang dilakukan dak perlu
diketahui orang lain dan dak
perlu memaksa orang lain untuk
menghorma. Justru kita yang
harus menghorma mereka.
Dengan demikian perilaku
seseorang bisa lebih baik karena
adanya penyesalan.
Jadi berpuasa erat kaitannya
dengan kerelaan dan kesadaran,
bukan soal aturan dan waktuwaktu tertentu. Bukan pula soal
sah atau dak, batal atau dak,
ada pahala atau dak. Hasil
terpenng adalah keinginan atau
kemauan untuk berbagi dan
melayani. Kita melakukan puasa
dengan tujuan keselamatan
manusia, bukan untuk kemuliaan
Allah.
Rekan-rekan yang menganut
keyakinan lain seper Miah,
Anshori, Hafid, Masmuni
Mahatma, Gus Dur, Nurcholis
Majid, Bambang Pranggono,
Djalalludin Rahmat menilai APP
dan AAP lebih baik dan tepat
sasaran dibandingkan zakat.n

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

31

TOKOH

KITA
Mgr. Antonio Guido Filipazzi:

Promise Is Promise

erlihat ada kesibukan yang


dak biasa di pastoran
gereja Santa Maria Tak
Bernoda Rangkasbitung pada
pagi Jumat, 13 Februari 2015.
Uskup Bogor, Mgr. Paskalis
beserta para Romo, frater, suster,
dan umat bersiap-siap untuk
menyambut kedatangan tamu
ismewa sekaligus selebran
utama Misa Pembukaan Bogor
Youth Day (BYD) 2015 di Gua
Maria Kanada, Rangkasbitung.
Menjelang tengah hari,
dengan pengawalan polisi dan
pania, sang tamu ismewa pun
ba di pastoran. Perawakannya
nggi besar. Senyum khasnya
selalu menghiasi muka dengan
sorot mata yang ramah.
Walaupun hujan rink-rink,
Mgr. Antonio Guido Filipazzi,
wakil Tahta Suci Vakan
untuk Indonesia, itu
turun dari mobil
dan menyapa para
hadirin.

berawal tahun 1992, keka


ditunjuk menjadi sekretaris
kedutaan besar Vakan di Sri
Lanka. Tugas ini berlanjut ke
Austria serta Jerman. Antara
2002 dan 2003, ia mengajar
Hukum Kanonik di seminari
Redemptoris Mater di Berlin.
Selain mendapat gelar
kehormatan Chaplain of His
Holiness dari Paus Yohanes
Pauluss

Nunsius
Termuda
Setelah
menamatkan studinya
di bidang teologi dan
filosofi Katolik, Mgr.
Filipazzi yang lahir di
Milan, Italia ditahbiskan
menjadi imam di
Keuskupan Venmiglia di
San Remo. Selain melayani
umat Katedral Santa Maria
Assunta, ia juga seorang
profesor Hukum Kanonik dari
Seminari Keuskupan Pius XI
Bordighera.
Karya diplomasinya

32

MEK
MEKAR
KA
A
AR
R | EDI
E
ED
EDISI
DISI 0011 | TA
TTAHUN
AH
HU
UN X
UN
XX
XXV
XV | AP
A
APRIL
P
PR
RIIL - JU
R
JJUNI
JUN
UNI
NI 22015
0011155

II, Mgr. Filipazzi juga menerima


gelar Honorary Prelate of His
Holiness dan tahbisan sebagai
Uskup Agung Tituler Sutri dari
Paus Benediktus XVI. Dengan
kefasihannya dalam berbagai
bahasa, Mgr. Filipazzi dberi tugas
sebagai Nunaturrat untuk Kuria
Romawi dalam bidang Hubungan
dengan Luar Negeri.
Tugas tersebut dijalaninya
hingga tahun 2011, saat ia
ditunjuk menggankan Mgr.
Leopold Girelli sebagai Nunus
Apostolik untuk Indonesia.
Tepatnya tanggal 23 Maret 2011.
Penunjukan
ini

TOKOH

KITA

menjadikannya Nunsius termuda


me
di
diploma k Va kan.
d jajaran
j
Selama berkarya di
Indonesia, Mgr. Filipazzi telah
Ind
banyak melakukan kunjungan ke
ba
berbagai
daerah di Indonesia,
be
termasuk
Keuskupan Bogor. Pada
ter
2014, ia turut hadir dalam dua
20
momen penerimaan Tahbisan,
mo
yakni pentahbisan Mgr. Paskalis
yak
Bruno
Bru Syukur OFM sebagai
Uskup
Us Bogor di Sentul dan
pentahbisan
12 Imam-Diakon di
pe
Cibinong.
Cib

M
Momen
Pemenuhan
Janji
Ja
Acara Bogor Youth Day
(BYD)
(B
BY 2015 menjadi semakin
isimewa
dengan kehadiran Mgr.
isi
im
Filipazzi.
Bahkan ia berkenan
Fil
li
menjadi selebran utama
me
dalam
da
a Misa Pembukaan BYD

2015. Terlebih lagi, ini adalah


pertama kalinya Mgr. Filipazzi
menghadiri kegiatan Youth Day
yang diadakan di Indonesia.
Oleh karena itu, tak heran jika
para pastor, OMK, dan umat
sangat antusias menyambut
kedatangan wakil Bapa Suci di
Rangkasbitung.
Kehadiran Mgr. Filipazzi
di BYD 2015 merupakan
pemenuhan janjinya kepada
OMK Keuskupan Bogor. Beberapa
waktu lalu OMK Keuskupan
Bogor yang diwakili m Komisi
Kepemudaan (Komkep)
melakukan audiensi dengannya.
Mereka mengungkapkan
berbagai kegiatan OMK,
termasuk persiapan BYD 2015.
Saat itulah RD. Habel
Jadera selaku Ketua Komkep

Bogor memohon dukungan


dan mengundang Mgr. Filipazzi
menghadiri acara ini. Spontan
Mgr Filipazzi berjanji untuk hadir
apabila mendapat izin dari sang
empunya rumah, yakni Mgr.
Paskalis selaku Uskup Bogor.
Kesudian Mgr. Filipazzi
untuk menghadiri momen
bersejarah bagi OMK Keuskupan
Bogor ini pun disambut baik
oleh Mgr. Paskalis. Beliau segera
mengundang Mgr Filipazzi secara
resmi.
Setelah melakukan berbagai
koordinasi dan persiapan, Mgr.
Filipazzi pun memenuhi janjinya
berjumpa dan berbagi sukacita
bersama para kaum muda seKeuskupan Bogor.nKomKep Keuskupan

Bogor

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

33

KIPRAH

Dok. Mekar

KOMISI & SEKSI

Katekese Berjenjang dan


Berkesinambungan

omisi Katekek Keuskupan


Bogor menjadi tuan rumah
kegiatan Temu Karya
Komisi Katekek Regio Jawa.
Sebanyak 42 peserta, terdiri
dari pastor, frater, dan bruder
dari Keuskupan di Jawa dan
mahasiswa Teologi UNIKA Atma
Jaya.
Peserta berkumpul di Hotel
Prima Resort, Megamendung
pada tanggal 36 Februari
lalu. Mereka menggumuli
tema Katekese Berjenjang
& Berkesinambungan (KBB),
sebagai upaya para anggota
Komisi Katekek melawan
gejolak iman yang semakin krisis
dan stas.
Temu Karya dibuka dengan
perayaan Ekaris dipimpin Uskup
Keuskupan Bogor, Mgr Paskalis
Bruno Syukur, OFM sebagai
Selebran utama.
Berndak sebagai
pendamping, para Pastor Ketua
Komisi Katekek, yaitu: RD.

34

Andreas Bramantyo (Keuskupan


Bogor), RD. F.X. Sugiyana
(Keuskupan Agung Semarang),
RD. V. Dwi Sumarno (Keuskupan
Bandung), RD. Parjono
(Keuskupan Purwokerto),
RD. Aloysius Rusdiana Lau
(Keuskupan Malang), RD. Yoseph
Indra Kusuma (Keuskupan
Surabaya), dan RP. Leo Sugiyono
(Sekretaris Eksekuf KWI).
Bapa Uskup menyampaikan,
Katekese itu perlu
dikembangkan. Kita memelukan
SDM yang mumpuni. Hal
tersebut disepaka oleh
RD Y. Dwi Karyanto, selaku
Ketua Komisi Katekek Regio
Jawa. Kegiatan ini kemudian
dilanjutkan dengan ramahtamah, makan malam, dan foto
bersama.
Selesai ramah-tamah, Bapa
Uskup membahas: Spiritualitas
Katekese di Zaman Global. Ia
menyadarkan kembali makna
katekese dan memberikan

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

semangat kepada para penggiat


katekese agar ajaran Kristus
mengakar di dalam hidup
umat. Pada sesi yang dipandu
RD. Yoseph ini peserta dihiasi
dengan banyak pertanyaan dan
berdiskusi.
Pada hari kedua, kegiatan
dibuka dengan Ekaris,
dipimpin oleh RD. Parjono. Sesi
selanjutnya, RD. Dwi memandu
jalannya sharing dan laporan
kegiatan katekese di masingmasing Keuskupan.
RD. Rudy Hartono
(Ketua Komisi Katekek KAJ)
menyampaikan usulan agar
semua Komisi Katekek dapat
menjalani KBB. Hal ini penng
karena masih banyaknya pastor
paroki yang belum menyadari
penngnya Katekese.
Sesi berikutnya peserta
mendengarkan uraian Ibu Lucia
Royanto, M.Psi (dosen Psikologi
Perkembangan UNIKA Atma Jaya
dan Universitas Indonesia, akvis

KIPRAH

KOMISI & SEKSI


F.X. Heryatno Wono Wulung,
SJ. Ia yang didamping RD. Luis
dari Malang, mengharapkan
peserta memahami, menger,
memaknai, dan menghaya KBB.
In pembahasannya diambil
dari buku: Formao Iman Yang
Berjenjang dan Direktorium
Formao Iman Keuskupan Agung
Semarang.
Dengan mempelajari
KBB, formao (hirarki dan
katekis) dapat menjawab
tantangan zaman yang semakin
tak menentu. Menurut RP.
Hery, KBB sangat cocok untuk
memperbaiki situasi pembinaan
iman di paroki yang nampaknya
belum terpenuhi secara baik.
Banyak paroki melupakan
lima pilar Gereja dan hanya
mengedepankan sisi liturgis saja.
Selanjutnya RP. Hery
juga mengingatkan bahwa
proses katekese itu jangan
sembarangan. Semua harus
sesuai dengan metode dan
jenjangnya. Pengajaran yang
sesuai dengan kebutuhan dapat
menumbuhkan iman umat dan
memahami pengetahuan iman,
katanya.

Dok. Mekar

Paroki di Jakarta, dan Katekis


volunter). Dalam uraiannya Ibu
Lucia kembali menyadarkan
para peserta untuk memberi
pengajaran dan pewartaan
sesuai porsi dan kondisi umat.
Lebih tepatnya lagi sesuai
kebutuhan umur.
Menurut Ibu Lucia, kunci
keberhasilan katekese adalah
bahasa. Bila kita menggunakan
bahasa yang baik dan benar,
maka umat kita akan menjadi
umat yang baik dan benar juga.
Begitu pula keka kita
berkatekese atau mewartakan
iman, tentunya kita harus
bisa berbahasa sesuai dengan
jenjangnya ujarnya.
Sebelum israhat siang,
suasana semakin bersemangat
dengan kehadiran Bpk. Stevanus
Rizal (movator). Pak Rizal
betul-betul memovasi peserta.
Peserta mampu bereksplorasi
berdasarkan materi yang
disampaikan. Ia mengajarkan
bagaimana berkatekase
menggunakan metode katekese
dengan gembira.
Materi ini temu karya KBB
ini terletak pada sesi dari RP.

Hari selanjutnya peserta


mengiku penyegaran fisik di
Jungle Land, Sentul dan berburu
wisata di Kota Bogor. Mereka
sangat bersemangat dan sangat
menikma sesi penyegaran ini.
Bahkan mereka hampir lupa
bahwa masih ada kegiatan
setelah sesi penyegaran.
Mereka masih harus
melakukan diskusi kelompok
yang menghasilkan usulan
agar KBB dapat dijalani Komisi
Katekek. Peserta dibagi
dalam enam kelompok dan
masing-masing kelompok harus
mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya masing-masing.
Secara umum mereka
mengungkapkan perlunya gereja
lebih memperhakan kegiatan
katekese.Konkretnya peserta
temu karya mengharapkan
gereja lebih memperhakan
katekese berkelanjutan, seper
mistagogi, katekese sakramen
non inisiasi, katekese untuk
OMK, katekese untuk lansia,
katekese untuk orang yang
berkebutuhan khusus dan
sebagainya.
Pada hari terakhir, Komisi
Katekek masing-masing
Keuskupan kembali berdiskusi
membahas rencana ndak
lanjut program mereka, tema,
dan pembicara temu karya
berikut. RP. Leo, selaku Sekretaris
Eksekuf Komisi Katekek KWI
mengusulkan tema selanjutnya
masih ada kaitannya dengan
tema sekarang ini.
Akhirnya semua peserta
mengharapkan semua hasil
yang diperoleh dari temu karya
sekarang ini dapat dindaklanju
di masing-masing Keuskupan.
Jadi KBB benar-benar dapat
diwujudkan di masing-masing
Keuskupan.nRJD

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

35

KIPRAH

Dok. Mekar

KOMISI & SEKSI

Pentingnya Relasi
Suami-Istri
Hari perkawinan sedunia
mulai dirayakan di
Katedral Bogor dalam
misa. Perayaan misa di
hari Sabtu, 21 Februari
itu dipimpin Mgr.
Paskalis Bruno Syukur,
OFM. Hadir dalam
perayaan di katedral ini
pasangan suami-istri
dari beberapa paroki di
Keuskupan Bogor. Alhasil
gereja katedral dan
aula dipenuhi kehadiran
mereka.
36

Perayaan ekarisi kala itu


menjadi sedikit berbeda dengan
perayaan ekaris Minggu biasa.
Ada beberapa penambahan yang
memang sengaja dimasukkan
dalam liturgi hari itu.
Penambahan ini dimaksudkan
mengajak semua pasutri
mengenang dan mengingat
kesepakatan perkawinan yang
telah mereka buat saat awal
pernikahan.
Dalam kata pembuka
ekaris, RD. Alfonsus
Sutarno, sebagai ketua Komisi
Keluarga, Keuskupan Bogor,
menyampaikan bahwa perayaan
Hari Perkawinan Sedunia ini,
merupakan perayaan yang
pertama kalinya diadakan di
Keuskupan Bogor. Melalui

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

perayaan ini, kita semua


diingatkan kembali betapa
penngnya relasi suami-istri
sebagai dasar bagi keluarga dan
Gereja tuturnya.
Pada awal misa, suami-istri
diminta saling berhadapan dan
berpegangan tangan. Pasutri
diajak berefleksi soal hidup
perkawinan mereka lewat
panduan beberapa pertanyaan
refleksi. Selanjutnya mereka
diajak memperbaharui janji
perkawinan, sebelum pernyataan
tobat.
Dalam homilinya, Mgr.
Paskalis menyampaikan: Hidup
perkawinan itu perlu investasi;
investasi hidup, komitmen, ha,
dan afeksi. Investasi tersebut
diharapkan berkembang seper
investasi di bidang ekonomi.
Oleh karena itu, suami-istri perlu
berkomitmen dan memiliki
perasaan yang terfokus pada
upaya mengasihi pasangan.
Suami-istri selalu belajar

KIPRAH

KOMISI & SEKSI


Selesai homili, upacara
dilanjutkan dengan
pembaharuan janji perkawinan.
Pasutri mengulangi kesepakatan
perkawinan mereka disaksikan
juga oleh anak-anak mereka.
Secara berganan, suami dan
istri, masing-masing berjanji satu
sama lain, kemudian dilanjutkan
pula dengan janji anak-anak
kepada orangtua. Setelah itu,
acara dilanjutkan dengan Doa
Kepada Keluarga Kudus Nazareth
dan perecikan air suci.
Sebelum perayaan Ekaris
ditutup, perwakilan suami-istri
berbagi pengalaman hidup
perkawinannya. Bapak Ferry
dan Ibu Agnes mengungkapkan
bahwa menjalani perkawinan
itu dak mudah. Mereka
sering bertengkar. Bahkan Ibu
Agnes pernah mengungkapkan
keinginan untuk berpisah dengan
suaminya.
Namun melalui retret

Dok. Mekar

mencintai pasangan dengan


caranya yang khas dari seorang
istri atau suami.
Lebih lanjut Uskup
menambahkan bahwa pasutri
perlu saling mengasihi, sekaligus
memberi kesempatan kepada
pasangan untuk merasakan
bahwa dirinya dikasihi.
Bacaan pertama dari Kitab
Kejadian mengungkapkan bahwa
Allah disini adalah Allah yang
membiarkan diri untuk dikasihi
Nuh dan anak-anaknya sekaligus
Allah yang mengasihi mereka.
Sebagai tanda perjanjian
kasih ini, Allah berjanji dak
akan membiarkan air bah
menghancurkan mereka. Allah
menyelamatkan dan melindungi
Nuh berserta anak-anaknya.
Dalam periswa ini ada relasi
kasih mbal-balik antara Allah
dan Nuh. Dalam perkawinan pun
harus ada bentuk relasi yang
demikian.

keluarga bersama Rm.


Marnus, mereka sadar akan
hidup perkawinannya dan
membatalkan niat untuk
berpisah. Selama 36 tahun
mereka menjalani hidup
perkawinan, mereka meyakini
tanpa sakramen perkawinan
paslah perkawinan mereka
dak akan bertahan sampai
sekarang. Mereka akhirnya
menyadari bahwa hidup
berkeluarga adalah sumber sukacita.
Pada akhir sambutannya,
pasutri ini mewakili seluruh
umat, menyampaikan ucapan
terimakasih kepada Uskup,
para imam, biarawan-biarawa
di Keuskupan Bogor. Mereka
berkata, Kami mencintai kalian
dan membutuhkan kalian.
Mgr. Paskalis sungguh
bangga dengan seluruh pasangan
yang hari ini bersama ikut
merayakan periswa ini. Mgr.
mengajak seluruh pasangan
untuk belajar rendah ha
sehingga mampu memahami dan
menerima segala kekurangan
dan kelebihan seap pribadi.
Mari kita memenuhi jalan-jalan,
lembah-lembah, dan sungai di
Keuskupan Bogor ini dengan
keceriaan hidup suami-istri. Kita
bisa dan pas bisa meskipun
banyak tantangannya, ajak
Uskup.
Terimakasih! Saya bangga
kepada kalian semua. I love you
and we need you also, tambah
Uskup menutup sambutannya.
Setelah Perayaan Ekaris
diadakan ramah-tamah
sederhana di pastoran Katedral.
Banyak umat bersyukur akan
ada perayaan semacam ini.
Mereka berharap perayaan ini
bisa dibiasakan di tahun-tahun
mendatang.nRD. Yustinus Joned Saputra

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

37

SEKSUALITAS

Menguak Misteri Cinta


CHEMICAL BASIS OF LOVE

inta, oh... indahnya. Keka


seorang pria jatuh cinta
kepada seorang wanita,
berjuta rasa dialaminya. Selain
itu, ada banyak reaksi dak logis
bisa diperbuatnya.
Ada apa dengan
cinta, sehingga orang yang
merasakannya sering bereaksi
dak logis? Apakah cinta itu
sebuah misteri, hanya bisa
dirasakan namun dak bisa
dijelaskan? Dapatkah ilmu
pengetahuan menjelaskan
rahasia cinta itu?
Ternyata ilmu
pengetahuabn berkuasa
menguak misteri cinta. Cinta
dapat dijelaskan secara rasional
dan logis dengan pendekatan
ilmiah. Lewat penelian proses
biologis dalam tubuh manusia
sedikit-banyak rahasia di balik
cinta semakin terkuak.
Berdasarkan penelian
biologis, hormon-hormon dalam
tubuh manusia berpengaruh

38

pada fisik, psikis, emosional, dan


spiritual seseorang. Pengaruh
hormon-hormon ini bisa
digunakan untuk menjelaskan
keberadaan cinta.
Ada dua pendekatan
yang bisa kita pakai, yakni
teori hormon cinta (chemistry
love) dan teori segiga cinta
(triangular theory of love).

Hormon Cinta
(Chemistry Love)
Secara biologis, tubuh
manusia mengandung ratusan
hormon yang memiliki fungsi
masing-masing. Dari hormonhormon tersebut, ada sepuluh
macam hormon yang sangat
berpengaruh pada fisik, psikis,
emosional, dan spiritual
manusia, yaitu: melatonin,
serotonin, roid, adrenalin,
dopamin, gastrin, hormon
pertumbuhan (HGH), insulin,
testosteron, progesteron.
Pendekatan ilmiah

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

mengungkapkan bahwa ada


ga tahap bagaimana seseorang
mengalami dan merasakan cinta
akibat dominasi/ pengaruh
hormon. Pertama, tahap
nafsu-gairah. Pada tahap ini
tubuh seseorang dipengaruhi
hormon testosteron dan
estrogen. Kedua hormon ini
memicu libido seksual. Keka
seorang laki-laki dan seorang
perempuan bertemu dan
keduanya tertarik satu sama lain,
tubuh mereka masing-masing
akan menghasilkan hormon
testosteron dan estrogen.
Hormon testosteron akan
menjadikan laki-laki lebih
maskulin dan perempuan
menjadi lebih feminin.
Sedangkan hormon estrogen
menyebabkan munculnya
kelembutan, khususnya pada
perempuan. Keka hormon ini
mempengaruhi seseorang, maka
ia akan bergairah terhadap orang
yang dilihatnya dan membuatnya
percaya diri untuk mendeka
orang yang menimbulkan
kegairahan itu.
Kedua, tahap atraksi/
daya tarik. Pada tahap ini,
tubuh seseorang didominasi
oleh hormon dopamine,
norepinephrine, dan serotonin.
Hormon dopamine atau
pleasure chemical mendorong
mbulnya rasa bahagia
yang luar biasa. Hormon
norepinephrine, yang mirip
dengan hormon adrenaline,
akan memicu jantung, pembuluh
darah dan kelenjar keringat.
Dengan hormon ini orang bisa
mengalami deg-degan, muka
merah, keringat dingin, gelisah

SEKSUALITAS
dan sebagainya.
Sedangkan serotonin adalah
hormon yang diproduksi di
saluran pencernaan. Hormon
ini berfungsi mengontrol mood
atau suasana ha, nafsu makan
dan dur. Serotonin adalah
kontributor untuk perasaan
sejahtera (bahagia), sehingga
dikenal juga sebagai hormon
kebahagiaan.
Sekitar 80 persen dari
total serotonin dalam tubuh
manusia terdapat pada sel
enterochromaffin di usus yang
digunakan untuk mengatur
gerakan usus. Sisa yang 20
persen disintesis berupa neuron
serotonergik dalam sistem saraf
pusat di mana serotonin memiliki
banyak fungsi. Fungsi tersebut di
antaranya mengatur mood, nafsu
makan, dur, serta kontraksi
otot. Serotonin juga memiliki
beberapa fungsi kognif,
termasuk dalam memori (daya
ingat) dan belajar.
Kega, tahap keterikatan
(aachment). Pada tahap ini
tubuh seseorang dipengaruhi
oleh hormon oxytocin dan
vasopressin. Orang yang
masuk pada tahap ini, bisa
mengambil langkah khusus,
misalnya saling mengikatkan diri
dengan pasangannya dalam
perkawinan. Melalui perkawinan
itulah keduanya terikat satu
sama lain menjadi satu daging.
Selain itu, mereka yang
dipengaruhi oleh hormon
ini akan mengungkapkan
perasaannya secara seksual
dalam hubungan seksual
sebagai suami-istri. Mereka akan
mencapai kepuasan/ kenikmatan
seksual (orgasme). Kondisi inilah
yang membuat mereka merasa
semakin terikat satu sama lain.
Jadi, pengaruh dan dominasi

hormon dalam tubuh seseorang


akan melahirkan gairah atau
nafsu pada diri pria dan wanita.
Keduanya saling tertarik. Ujungujungnya keduanya memutuskan
untuk saling terikat (membentuk
perkawinan).

Segitiga Cinta
Robert J. Sternberg
(psikolog) menjelaskan soal
cinta dengan teori segiga cinta
(triangular theory of love).
Sternberg berpendapat bahwa
cinta yang sempurna harus
dibangun atau didasarkan pada
ga unsur, yakni: keakraban
(inmacy), rasa-hasrat (passion),
dan komitmen (commitment).
Keka hormon testosteron,
estrogen, dopamine, dan
norepinephrine mendominasi
diri seseorang, maka dalam
dirinya muncul rasa, hasrat, dan
ketertarikan. Kemudian ia akan
berusaha mendeka orang yang
menariknya. Menurut Sternberg,
orang ini berada pada area
passion dan inmacy.
Keka kedua unsur ini
mendominasi seseorang,
ia akan masuk dalam dunia
romanc love, cinta yang
romans. Apabila dia didominasi
passion dan commitment, ia
akan mengalami cinta buta
(cinta irasional). Ia didorong
oleh rasa/ hasrat yang muncul
karena pleasure chemical.
Kemudian ia bersepakat untuk

menikma rasa/ hasrat itu dalam


kebersamaan, namun dak
sampai pada inmitas.
Cinta yang ideal adalah
keka orang mendasarkan
cintanya pada ga unsur:
passion, inmacy, dan
commitment. Orang memiliki
rasa/ hasrat karena tertarik
pada seseorang kemudian
melakukan pendekatan,
membangun inmitas, dan
menyempurnakannya dengan
komitmen.

Menjaga Hormon
Cinta
Kedua teori di atas
memberikan gambaran nyata
kepada kita bagaimana perasaan
cinta itu terjadi dalam diri
seseorang. Kita juga mempunyai
gambaran bagaimana
memelihara cinta itu. Kita bisa
memelihara cinta itu dengan
menjaga hormon cinta yang ada
dalam diri kita ini tetap segar.
Jika hormon-hormon
itu secara alamiah ma atau
hilang, kita bisa berupaya
secara fisik dan psikologis untuk
menumbuhkan hormon-hormon
yang baru. Selain itu juga dengan
memanfaatkan teori Sternberg,
kita dapat menjaga cinta kita
dalam perkawinan dengan tetap
menjaga kebulatan dan kesatuan
kega unsur itu: inmitas, hasrat
dan komitmen. nRD. Alfonsus Sutarno/
RP. B.R. Agung Prihartana, MSF
Ilustrasi: asmaralaya/ darius AR

TRIANGULAR
THEORY OF LOVE

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

39

Enam Imam Berpesta Perak


Imamat

euskupan Bogor dan


Bandung bersyukur dan
berbahagia atas ha ulang
tahun perak imamat dari para
pastornya, yakni RD. Y.M Ridwan
Amo, RD. Agus nus Surianto
H, RD. Agus nus Suyatno, RD.
Markus Lukas, RD. Christoforus
Lamen Sani dan RD. St. Ferry
Sutrisna W. (Keuskupan
Bandung).
Ungkapan syukur
dilaksanakan dalam Perayaan
Ekaris di Katedral Bogor.
Perayaan Ekaris dipimpin Mgr.
Paskalis Bruno Syukur, OFM
didampingi keenam romo yang
berpesta perak imamat.
Dalam kata pembukaannya,
Mgr. Paskalis mengungkapkan
bahwa perayaan ini adalah
perayaan syukur kita atas
pengabdian keenam romo
kepada keuskupan. Mereka telah
memberikan diri secara total
sejak 25 tahun yang lalu. kita
juga bersyukur bahwa mereka ini
juga dibantu oleh umat dalam
perjalanan hidup mereka. Dalam
hal tertentu umat membantu,
teris mewa orang tua mereka

40

tandasnya.
Dalam homilinya, RD.
Markus Lukas berterimakasih
untuk cinta yang diberikan oleh
seluruh umat. Dalam sharing
penuh canda, Romo Markus
Lukas berbagik pengalaman
nyata menjadi seorang yang
dak diterima di tempat asalnya.
Hal ini sesuai dengan amanat Injil
hari itu. Ia juga mengungkapkan
bahwa resep utama keutuhan
dalam kebersamaan adalah
kedekatan (in mitas) dan
keakraban.
RD. Ridwan atas nama
para imam bersyukur dan
berterimakasih atas apa yang
dialami hingga saat ini. Tidak
lupa ia memperkenalkan kelima
imam rekannya berserta tempat
tugas mereka masing-masing.
Sedangkan Mgr. Paskalis,
dalam sambutannya,
mengatakan: Saya bangga,
mereka telah 25 tahun teruji
menjadi imam melebihi saya.
Mereka adalah orang-orang
yang se a kepada Gereja. Apa
ar nya Uskup kalau ia bekerja
sendiri tanpa mempunyai imam

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

Dok. Mekar

JEJAK

yang memberikan keutamaan


mereka untuk pengabdian
kepada sesama tambahnya.
Mgr. Paskalis juga
mengungkapkan soal spiritualitas
imam diosesan dan kese aan
para imam terhadap gereja lokal.
Menurutnya, seluruh imam
hadir menghidupi apa yang
disebut communio antarimam.
Imam Diosesan harus se a pada
keuskupannya dalam suatu
communio. Secara langsung
Uskup mengajak semua imam
untuk selalu hadir dalam
pertemuan imam sebagai wujud
nyata communio tersebut.
Jadikanlah perayaan
perak imamat ini sebagai
kesempatan untuk memperbarui
tekad kita bersama untuk
membanguncommunio
kita, kata Uskup menutup
sambutannya.
Selesai Ekaris , hadirin
berkesempatan mengucapkan
selamat kepada para imam yang
berpesta. Setelah bersalaman,
umat mendapat souvenir sebuah
buku berjudul: Langkah Tiada
Hen Menjadi Imam Yang
Membumi.nRD. Yustinus Joned Saputra

JEJAK

Bangga Terhadap Pilihan


Hidup
Anakku, terimalah jubah ini sebagai tanda penyerahan diri dan pengabdian
kepada Allah. Ingatlah pula dengan jubah ini, Anda mempunyai tugas untuk menjadi
pelayanan umat Allah.

Dok. Mekar

tulah penggalan kata-kata


yang terungkap dalam prosesi
penerimaan jubah di Seminari
Tinggi Santo Petrus dan Paulus
Keuskupan Bogor di Bandung,
Februari lalu. Prosesi diawali
dengan rekoleksi orangtua
para penerima jubah bersama
RD. Nikasius Jatmiko, Rektor
Seminari. Rekoleksi berlangsung
beberapa hari sebelumnya.
Sore itu, tepatnya pukul
18.00 WIB, upacara penerimaan
jubah enam Frater Keuskupan
Bogor dimulai. Mgr. Paskalis
Bruno Syukur, OFM didampingi
RD. Nikasius Jatmiko dan RD.
Robertus Untung Hatmoko
memulai perayaan dengan
pemberkatan dan penyalaan
lilin. Ini merupakan bagian Liturgi
Pesta Yesus dipersembahkan di
Kenisah.
Dalam Homilinya, Mgr.
Paskalis menyatakan bahwa kita
harus bangga terhadap pilihan
hidup yang telah kita ambil.
Dengan demikian kita akan
bertanggungjawab terhadap
pilihan tersebut. Secara khusus
Mgr Paskalis mengajak para
frater penerima jubah untuk
melihat pilihan ini sebagai
karunia dari Tuhan yang harus
diterima secara bangga. Oleh
karena itu para frater dapat
menyerahkan seluruh daya untuk
apa yang dibanggakan itu.
Para frater juga diharapkan

dak terlalu bergantung pada


formator. Mereka hadir sebagai
teman untuk menuntun
perjalanan panggilan para frater.
Dengan jubah puh ini
Uskup mengharapkan para frater
mampu mengejar kekudusan.
Jangan ada allah lain yang
menentukan hidup, tetapi Yesus
Kristuslah Allah yang membawa
pada kekudusan. Inilah yang
mampu membuat bangga
terhadap pilihan yang telah
dimulai hari ini. Di akhir homili,
Bapak Uskup memberi pesan:
Orangtua yang secara bangga
mempersembahkan kalian,
apakah terjawab dengan apa
yang sudah kalian pilih secara
bangga.
Para penerima jubah
adalah Fr. Franciscus Yovie, Fr.
Bartholomeus Richard Pa, Fr.
Albertus Dimas W Haryanto, Fr.

Andrea Widarmin, Fr. Yohanes


Alando Wewengkang, dan Fr.
Benediktus Raditya Wijaya.
Sebelum berkat penutup,
Bapak Yosef mewakili orangtua
para frater, dalam sabutannya
berpesan agar para frater bisa
bertumbuh-kembang seper
biji jagung yang bertumbuh
dan berbuah. Selain itu ia juga
berterima kasih atas periswa
penjubahan ituu dan atas
sambutan yang baik dari keluarga
besar seminari. Frater Dhimas
mewakili para frater penerima
jubah juga berterimakasih
atas segala dukungan dan doa.
Dengan itulah mereka akan kuat
menjalani pilihan hidup ini.
Usai sambutan dari RD.
Jatmiko, acara selanjutkan
disambung dengan ramah-tamah
dan sajian musik dari para frater.
nRD. Yustinus Joned Saputra

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

41

KEMAH

TUHAN

Khidmat Dalam Kesederhanaan


Bangunan dengan atap
pelana di ujung Jalan
Irian Jaya, Depok, Jawa
Barat itu tampak menyatu dengan perumahan di
sekitarnya. Pepohonan
menutupi bagian depan
dan samping kaveling.
Tiang pendek berbentuk salib di ujung atap
menjadi pertanda bahwa
bangunan tersebut
adalah sebuh gereja.

ereja bernama Santo


Herkulanus ini berdiri sejak
1977. Dari luar bangunan
ini tampak sederhana. Namun
saat masuk ke dalam, kita
menemukan tatanan interior
yang mampu membuat mata
terpaku pada pan imam.
Dengan kenggian sekitar 80
cm, posisi pan imam menjadi
lebih nggi dibanding pan koor
dan umat. Ini lah pusat kegiatan
gereja Katolik.

Altar
Bila kita menaiki altar,
akan kian terasa keagungan
yang tercipta. Lantai marmer
warna abu-abu bercampur
puh menjadi pembeda dengan
lantai pan umat. Meja altar
kayu panjang ga m. Meja
kokoh berukir khas Jepara ini
menggambarkan perjamuan
terakhir Yesus Kristus.
Di latar belakang meja
altar terlihat papan melengkung
dengan warna kuning dan

42

garis-garis keemasan. Papan


senggi 7,2 m tersebut semakin
menegaskan posisi utama pan
imam di dalam ruang gereja.
Tambahan lagi sisi kiri dan kanan
papan lengkung dipasangi lampu
yang menimbulkan cahaya
dramas pada pan imam dan
salib yang menempel di tengah
lengkungan.
Tabernakel dan lampu
Tuhan terletak di bawah salib,
juga menempel pada papan
melengkung. Dia diapit malaikat
Serafim dan Kerubim, terbuat
dari lempeng kuningan. Posisi
tabernakel dibuat lebih nggi, 30
cm dari lantai altar agar terlihat
umat.
Kredens atau meja kecil
terletak di bagian kiri meja altar,
dekat pintu masuk ke sakris.
Sedilia atau tempat duduk imam
dan pembantunya menempa
bagian kanan meja altar. Mimbar
khusus imam berada tepat di
depan sedilia.
Di bagian depan pan
imam terletak satu mimbar
untuk lektor dan pemazmur.
Letaknya di bagian depan sisi
kiri meja altar. Sebenarnya dulu
terdapat dua mimbar di bagian
depan pan imam, sisi kiri dan
kanan meja altar. Dua mimbar

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

ini sesungguhnya menegaskan


kesan simetris di pan imam.
Namun, karena imam telah
memiliki mimbar khusus,
mimbar di sisi kanan meja
altar dihilangkan supaya dak
menutupi pandangan umat.
Di gereja ini hanya imam yang
berada di pan imam.

Kaca Patri
Di sisi kiri dan kanan
papan lengkung terdapat
kaca patri yang saat sore hari
menembuskan cahaya matahari
ke dalam ruangan. Kaca patri di
sisi kiri meja altar memiliki mof
gambar burung merpa, keluarga
kudus Nazareth, dan lambang
alpha. Sedangkan di sisi lainnya
memiliki mof gambar burung
merpa, kebangkitan Yesus
Kristus, dan lambang omega.
Perpaduan gambar di
kedua kaca patri dan salib di
papan lengkung memiliki makna
tersendiri. Kaca patri Keluarga
Kudus Nazareth bermakna
kelahiran dan sukacita. Hal
ini bisa diarkan awal (alpha)
kehidupan.
Kemudian salib di papan
lengkung bermakna kemaan
dan dukacita. Lalu kaca patri
kebangkitan Yesus Kristus

KEMAH

TUHAN
bermakna kedamaian abadi,
akhir (omega) kehidupan.
Tiga hal menjadi sebuah siklus
kehidupan Yesus, yang menjadi
dasar hidup seap umat Katolik.
Kaca patri juga juga menjadi
aksen di bagian depan gereja.
Bagian ini hanya menggunakan
warna kuning yang disusun
membentuk tanda salib. Ini
semakin menguatkan seap
umat yang berkunjung untuk
menyiapkan ha sebelum masuk
ke kemah Tuhan.

Panti Umat
Umat yang datang dan
pulang beribadah dapat
melalui empat pintu, dua di
bagian depan dan lainnya di
sisi kiri dan kanan bangunan.
Bila kita masuk dari pintu
depan sebelah kiri, kita dapat
menaiki tangga menuju balkon.
Sedangkan masuk dari pintu
depan bagian sebelah kanan,
kita akan mendapa dua kamar
pengakuan dosa.
Perayaan Ekaris dilakukan
Senin Jumat, seap Sabtu sore,
Minggu pagi dan Minggu sore.
Kegiatan ini tentu menuntut
tempat duduk dan tempat
berlutut yang nyaman. Gereja
Herkulanius memiliki kursi kayu
panjang lengkap dengan
tempat berlutut. Pan
umat di lantai dasar
dan balkon
dapat

menampung sekitar 650 orang.


Tapi di hari-hari tertentu,
halaman depan dan samping
gereja juga dimanfaatkan
sebagai ruang umat. Pada
hari-hari tertentu, umat yang
hadir melebihi kapasitas gereja.
Dalam keadaan tersebut, umat
menggunakan sekitar 200 kursi
plask yang tersedia.
Berdampingan dengan
pan imam, terletak pan koor
yang memuat sekitar 30 orang.
Pan ini memiliki plafon lebih
rendah dari pan imam dan
pan umat, agar suara koor dak
bergema. Lantai di pan koor
menggunakan lapisan kayu yang
membedakannya dengan pan
imam dan umat. Pan umat
berlantaikan keramik puh. Ini
menunjukkan perbedaan ruang
dan kegiatan di dalam gereja
secara jelas.

Khidmat
Dari balkon, kita akan
mendapa pemandangan
berbeda. Selain pan imam yang
agung, plafon bentuk segiga
yang mengiku atap membuat
ruang ibadah ini terlihat luas.
Penurunan plafon (drop ceiling)
dilakukan ap empat meter
sesuai jarak kolom. Warna abuabu tua pada plafon
menciptakan
suasana

ruang menjadi dak monoton.


Secara umum, bahan
bangunan yang digunakan adalah
kayu. Ini terlihat pada bingkaibingkai kaca patri dan jendela.
Begitu pula dinding bagian pan
imam dan koor yang dilapisi bilah
kayu selebar lima cenmeter.
Perpaduan warna coklat
tua, coklat muda, dan emas di
bagian pan imam menciptakan
suasana khidmat. Sedangkan
perpaduan warna abu-abu muda
pada dinding dan beberapa
bagian plafon menciptakan
suasana formal sehingga para
umat dapat beribadah dengan
khusyuk.

Bangunan Penunjang
Gereja Santo Herkulanus
dibangun keka perumahan
nasional (Perumnas) mulai
berkembang di Depok.
Sebelumnya, di akhir 1950
telah dibangun Gereja Santo
Paulus yang berada di Depok
Lama. Gereja St. Herkulanus
merupakan gereja stasi dari
gereja St. Paulus.
Pada 1993, gereja St.
Herkulanus direnovasi. Tahun
2002 terbentuklah Paroki Santo
Herkulanus. Lalu, pada 2010
ruang dalam gereja ini diperbaiki
kembali.
Dalam perkembangannya,
paroki yang telah berusia
13 tahun ini membutuhkan
bangunan penunjang yang
lebih lengkap. Sejak sekitar
2012, imam dan umat giat
mengumpulkan dana untuk
mendirikan bangunan
penunjang.
Dengan adanya bangunan
penunjang ini diharapkan umat
lebih giat beribadah dan selalu
bersukacita dalam melaksanakan
kegiatan paroki.nMargaret Arni

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

43

ISU NUSANTARA DAN

MANCANEGARA

Mari Menanam
Pohon Kelor

skup Keuskupan Purwokerto


(KP) bermimpi se ap
keluarga menanam pohon
kelor di pekarangan rumahnya.
Pohon kelor bisa juga ditanam
di pot. PSE KP bisa memberikan
informasi, memo vasi umat dan
mengusahakan tumbuhan kelor
untuk dibagikan kepada umat.
Menurut hasil peneli an ilmiah,
secara medis tumbuhan kelor
sangat berguna untuk menjaga
kesehatan kita.
Mgr J Sunarka SJ
mengharapkan para suster
PMY Pan wredha Catunugroho
Kaliori bisa membuat usaha
tanaman kelor dan membuatnya
menjadi pil, obat cairan,
membungkus daun kelor
kering, menampungnya dalam
gudang penampungan dan
memasarkannya pemasaran.
Mereka yang berziarah ke Gua
Maria Kaliori bisa membelinya.
Beberapa pihak di
Keuskupan Purwokerto sudah
mulai bergerak menanggapi
mimpi Uskup Keuskupan
Purwokerto tersebut. Misalnya
Suster Rosaline SND yang
menangani pengobatan herbal

44

Foto: Istimewa

di Kebonagung-Kajen, sudah
mulai bergerak menangani usaha
tanam kelor dan mengolah
hasilnya menjadi obat. Dia pun
siap menampung hasil tanam
kelor di daerah Kabupaten
Pekalongan.
Rama Agung Pralebda
Pr memiliki buku referensi
mengenai tanaman kelor dan
sudah menyebarkannya ke umat.
Sebagai romo paroki kawasan
pedesaan, ia siap menggerakkan
umat paroki dan tetangganya
yang umumnya mempunyai
pekarangan cukup luas untuk
bercocok tanam pohon kelor.
Suster Rosaline SND siap
menampung hasilnya. Balai
Pengobatan Alterna f Purworejo
(yang dikelola Rama Swibaktata
MSC dan Rama Wignyosoemarta
MSC) juga siap menampung hasil
tumbuhan kelor di sekitar untuk
prak k pengobatan.
Selain itu Suster Alfonsa
PMY dari Paroki Purwosari,
yang menangani kerasulan tani
organik Keuskupan Purwokerto,
menanggapi dengan penuh
semangat gerakan cocok tanam
kelor.nMgr. J Sunarka SJ

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

KASIH Allah bagaikan sebuah


lilin di dalam kegelapan. Tidak peduli
seberapa suram hidup kita, hanya
dengan sedikit sentuhan kasihNya,
sudah cukup membawa kehangatan
dan terang.Veronica H.A.
KEBANYAKAN orang dak
mendengarkan dengan maksud
untuk memahami, mereka
mendengarkan dengan maksud
untuk menanggapi. Stephen R
Covey
KEBENCIAN melumpuhkan
kehidupan, kasih membebaskannya.
Kebencian membuat kehidupan dak
harmonis, kasih menyelaraskannya.
Kebencian membuat kehidupan
menjadi gelap, kasih meneranginya.
Mar n Luther King Jr
TUHAN dak pernah
mengatakan bahwa perjalanan akan
mudah, tapi Dia mengatakan bahwa
tujuan akhirnya akan se mpal.
Veronica H.A.
KETIKA anda menghadapi
kesulitan dan pertentangan, jangan
mencoba untuk mematahkan
mereka, tetapi bengkokkan mereka
dengan kelemahlembutan dan
waktu. St. Fransiskus de Sales
RENCANA Allah selalu yang
terbaik. Kadang-kadang prosesnya
sulit dan menyakitkan. Ke -ka Allah
diam membisu, Dia sedang bekerja
menyelesaikan sesuatu untuk Anda.
Milikilah iman dan bersyukurlah.
Veronica H.A.
JADIKAN doa sebagai prioritas
utama bukan sebagai pilihan terakhir.
Veronica H.A.
MEREKA yang menghabiskan
waktu untuk mencari kesalahan
orang lain, dak punya waktu untuk
memperbaiki kesalahan diri sendiri.
Veronica H.A.
KESAKSIAN anda yang paling
kuat adalah bagaimana anda
memperlakukan orang lain setelah
misa gereja berakhir. Veronica H.A.

ISU NUSANTARA DAN

MANCANEGARA

Foto: Komkep KWI

Temukan OMK Yang Hilang

Demikianlah proses yang


harus kita terapkan, yakni dak
hanya sekadar memberi orang
muda sejumlah pengetahuan,
tetapi juga membantu mereka
menghaya dan bahkan
memilikinya. Dengan demikian,
orang muda dapat bersaksi
tentang apa yang mereka haya ,
demikian homili Ketua Komkep
KWI, Mgr. John Philip Saklil
pada misa pembukaan, Selasa
(3/3/2015).
Monsinyur juga
menyampaikan ga hal pen ng
mengenai pendampingan orang
muda. Pertama, mengajak dan
mendengar dari orang muda.
Kedua, menjadi fasilitator.
Ke ga, membiarkan orang
muda bersaksi. Buruk baiknya
mereka, itulah wajah Gereja.
Ke dakmampuan mereka
mengaktualisasikan dirinya
adalah ke dakmampuan Gereja,
kata Monsinyur.

OMK Yang Hilang


Homili Monsinyur John
Philip Saklil tersebut menghantar
51 pendamping OMK dari 35
Keuskupan di Indonesia yang

mengiku Rapat Pleno Komkep


KWI. Rapat berlangsung tanggal
3-6 Maret 2015 di Rumah Doa
Guadalupe, Duren Sawit, Jakarta
Timur.
Dalam sesi rekoleksi hari
pertama, Sekretaris Ekseku f
Komkep KWI, RD. Antonius
Haryanto menyampaikan
paparan tentang Siapakah OMK
yang hilang?.
OMK yang hilang adalah
mereka yang mundur dari
kegiatan karena suatu alasan
sebab, mereka yang dak
kelihatan atau dak disadari
keberadaannya, mereka yang
sudah melakukan hal-hal besar
dan berprestasi namun dak
dikenang, dan mereka yang
lenyap begitu saja, ungkapnya.
Ini menjadi latar belakang
kepriha nan dan sekaligus
tanggungjawab para pendamping
untuk mencari dan menemukan
OMK yang hilang tersebut.
Kehadiran pendamping menjadi
pen ng terutama bagi OMK yang
mengalami luka ba n sehingga
mereka mundur, dak kelihatan,
dak dikenang, dan lenyap.
Yang mereka butuhkan bukan

nasihat, melainkan kehadiran


orang lain, kata Stefanus Rizal,
seorang mo vator.
Rizal juga mengatakan,
belum tentu orang muda ini
menger bahwa kehidupan
yang sulit adalah proses
membentuk dan menempa
dirinya. Kurangnya pemahaman
mengenai hal ini mengakibatkan
banyak OMK menghilang dan
beralih ke organisasi lain.
Padahal, organisasi katolik
adalah modal yang cukup untuk
dunia kerja, tegas Rizal.

Sahabat
Sepeziarahan
Oleh karenanya, pen ng
bagi para pendamping
untuk selalu menjadi teman
sepeziarahan OMK. Ar nya,
mau berproses dan berbuat
sesuatu bersama-sama. Proses
penyelamatan orang muda hanya
bisa terjadi apabila kita menjadi
sahabat mereka, pesan Mgr.
John.
Monsinyur John juga
menegaskan, OMK dak butuh
dikasihani, melainkan perlu
diberi kesempatan untuk
mengaktualisasikan dirinya. Kita
perlu mencipatakan peluang itu
bagi mereka, katanya.
Para pendamping juga
diharapkan memanfaatkan
buku Pedoman Sahabat
Sepeziarahan yang berisi
perutusan para pendamping itu
sendiri. Dalam Musyawarah
Kaum Muda selanjutnya,
Sahabat Sepeziarahan akan
menjadi materi yang utama. Ini
adalah langkah sosialisasi yang
pertama, ungkap Mar n Radin,

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

45

ISU NUSANTARA DAN

MANCANEGARA
pendamping OMK Keuskupan
Agung Palembang.

Pendampingan OMK
Selama empat hari ga
malam, peserta Rapat Pleno
bersama pengurus Komkep KWI
melakukan sharing mengenai
pengalaman mendampingi OMK
di daerahnya masing-masing.
Banyak program kegiatan
yang dapat dilakukan sesuai
kebutuhan OMK di masingmasing Keuskupan. Bila perlu
Komisi Kepemudaan bisa
bekerjasama dengan Komisi lain
dalam hal pendampingan Orang
Muda.
Saat ini Komkep KWI
bekerjasama dengan Komisi PSE
KWI dalam pembinaan orang
muda berwirausaha. Langkah ini
ditempuh untuk membangun
kesadaran wirausaha pada orang
muda. Juga untuk menemukan
kembali Orang Muda yang
selama ini disibukkan dengan
bisnis dan dak tersentuh para
pendamping serta Gereja.
Tujuan pendampingan
sangat jelas, yaitu melanjutkan
perutusan Yesus Kristus.
Oleh karena itu pekerjaan
Pendampingan OMK hendaknya
memusatkan diri pada ga
hasil umum yang mau dipanen.
Pertama, pertumbuhan relasi
pribadi OMK dengan Kristus
Tuhannya. Kedua, pertumbuhan
dan perkembangan OMK. Kega,
kesadaran dan keterlibatan
mereka dalam komunitas
Gerejawi dan masyarakat umum.
Beberapa hal yang mau
diupayakan Ketua-ketua Komkep
Keuskupan adalah pertemuan
run regio, membentuk
kepengurusan atau volunr,
mengelola pengarsipan dan lain
sebagainya.nAmi/Mirifica.news

46

Jalan Salib Pantomim Milan Sladek

ada 26 dan 27 Februari 2015 ada


ismewa di dalam Gereja
PParokisajian
Kristus Raja Pejompongan,

Jakarta Pusat. Selama dua malam


berturut-turut Paroki Kristus Raja
mempersembahkan The Way of
the Cross alias jalan salib secara
pantomim tunggal oleh Milan
Sladek, seniman pantomim dari
Slovakia.
Kesempatan langka ini
benar-benar merupakan berkah
bagi Paroki Pejompongan dan
penonton. Di kalangan penonton
terlihat Duta Besar Slovakia,
Nunus Vakan Mgr. Antonio
Guido Filipazzi, seniman Teguh
Osterik, aktor pantomime Didi
Petet, aktris-dosen Niniek L.
Karim, tokoh teater dramawan Adi
Kurdi.

Seniman Slovakia

Milan Sladek, kelahiran


Slovakia tahun 1938, adalah sosok
ars pantomim kelas dunia. Ia
telah berkarya lebih dari setengah
abad di jagad seni pantomim.
Awalnya Sladek belajar
seni pahat kayu di Sekolah Seni
Menengah Braslava, Slovakia.
Tetapi seni pantomin menarik
perhaannya keka ia bergabung
dalam teater mahasiswa di
Universitas Comenius. Sladek
menamatkan pendidikannya di
Fakultas Teater Akademi Seni
Peran di Braslava dan di Studio
D34 pada tahun 1960. Sejak
1959 ia telah memiliki kelompok
pantomim sendiri dan mulai
berkarier secara profesional
sampai melanglang buana ke 50

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

negara.
Tahun 1968, Milan Sladek
terpaksa pindah ke Swedia
akibat perang. Theater-Studio
yang dipimpinnya harus ditutup.
Setelah dua tahun menetap
di Swedia akhirnya dia pindah
ke Cologne, Jerman. Selama
1987 sampai 1992 Milan Sladek
juga menjadi dosen Mime Arts
(Seni pantomim) di FolkwangHochschule, Essen, Jerman.
Pada 1992 sampai 2002 ia
kembali ke tanah kelahirannya
sebagai direktur Theater Arena,
Internaonal Instute of Mime
Art di Braslava. Kini dia menetap
di Cologne.

Putaran Ajaib

Milan
Sladek
piawai
memperagakan keseluruhan kisah
Jalan Salib seorang diri selama 1,5
jam. Dengan kostum sederhana,
setelan kaus hitam-hitam dan
jubah puh, dia berpindah-pindah
peran dengan begitu lihai dan
cepat. Begitu dia memutar diri
sekeka kita mendapatkan sosok
lain, seakan-akan ada belasan
pemain di panggung dadakan
tersebut.
Kemampuan menakjubkan
yang dibarengi dengan stamina
luar biasa untuk usianya yang
sudah 77 tahun ini benar-benar
membuat penonton terpesona
sekaligus menghaya kembali
kisah sengsara Yesus Kristus.
Begitu pertunjukan berakhir,
spontan semua penonton berdiri
memberikan tepuk tangan meriah
kepada Milan Sladek.nRoyani Lim/
Mirifica.News. Foto: Dok. Ris van Modem

ISU NUSANTARA DAN

MANCANEGARA

Foto Ilustrasi: panoramio

Dosen Menjadi
Terang dan Garam
Kampus

mumnya dosen dianggap


dan memang merupakan
role model di masyarakat.
Dosen katolik menunjukkan
kemampuan imannya dengan
menghaya

ga keutamaan.
Pertama, iman sebagai inspirasi
dimana profesi dosen bukan

sekedar ungkapan iman tetapi


adalah wujud iman. Kedua,
dosen melakukan mediasi.
Dalam hal ini
dak ada yang
kebetulan dosen atau pun
yang kebetulan katolik. Ke
ga,
transformasi sosial yang berar

mewujudkan Kerajaan Allah di

dunia. Ke
ganya perlu menjadi
prinsip dosen dalam mendidik
mahasiswa dan lingkungannya.
Demikian dikatakan Mgr Ign
Suharyo pada pertemuan dosen
katolik di KWI Jakarta Januari
lalu. Acara Komisi Kerasulan
Awam KWI itu menghadirkan
dosen-dosen katolik dari Unika
Atma Jaya, STIK Tarakanita,
Trisak
, Binus, UNJ, Mersu
Buana, Ukrida dan Santo Thomas
Medan. Acara diawali dengan
perayaan ekaris
bersama yang
dipimpin oleh Mgr. Igna
us
Suharyo, didampingi Romo Edy
Purwanto (Sekretaris Ekseku
f
KWI), Romo Guido Suprapto
(Sekretaris Ekseku
f Komisi
Kerawam KWI), dan Romo
Adisusanto SJ (Kepala Dokpen
KWI).
Dalam homilinya, Mgr.
Suharyo mengupas cerita
tentang pengakuan atas keTuhanan Yesus dalam Injil
Markus. Dia menjabarkan
telaahnya tentang maksud
dari Markus. Markus ingin
menampilkan wajah Allah yang
sangat khusus; bukan Allah yang
membuat mukjizat seper
biasa
ditampilkan. Gambaran Allah
yang menderita
dak pernah
ada di Kitab Perjanjian Lama.
Maka cerita Markus tentang
hidup Yesus di Injil mengubah
gambaran Allah sebagai Allah
Sang Kasih.

Panutan, Referensi
dan Pemimpin
SETELAH misa dan makan
malam bersama, pertemuan
dosen katolik dilanjutkan dengan
pemaparan dua narasumber
yaitu Prof. Richardus Eko Indrajit
dan Mgr. Igna
us Suharyo.
Prof. Eko yang hadir
bersama istri penyanyi terkenal

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

47

ISU NUSANTARA DAN

Lisa A. Riyanto memberikan


sun kan semangat kepada
para dosen yang hadir dengan
pemaparan yang jelas dan penuh
guyon.
Eko mengemukakan ada
ga kesempatan dan peluang
bagi para dosen terutama yang
berkarya di perguruan nggi
non-katolik. Pertama menjadi
panutan dalam ar menjadi
terang dan garam dunia di
kampus. Kedua dalam lingkungan
pendidikan nggi dosen bisa
menjadi referensi dan ke ga,
bertumbuh menjadi pemimpin
ke ka mampu menjalankan
fungsi terang dan garam dalam
masyarakat yang heterogen.
Sebagai panutan, dosen
perlu menempatkan peserta
didik sebagai prioritas nomor
satu. Dalam hal ini dosen perlu
membuat mereka senang dan
bersemangat dalam menuntut
ilmu, serta menanamkan sikap
op mis dalam diri peserta didik.
Hal ini akan menjadikan dosen
sebagai tokoh yang dipercaya
dan didengarkan, sedangkan
mahasiswa akan memiliki
kecintaan dalam bidang yang
ditekuninya. Ini pen ng dalam
kaderisasi kepemimpinan yang
berkualitas dan berkarakter
unggul.
Untuk menjadi referensi
komunitas, dosen perlu
menempatkan kualitas dan
nilai-nilai pendidikan sebagai
yang paling utama. Sistem
belajar mengajar haruslah efek f
dalam membentuk lingkungan
akademik yang matang dan
berbobot. Maka lulusan yang
dihasilkan akan kompeten.
Kapabilitas dosen seper ini akan
meningkatkan mutu pendidikan
nggi tempatnya bekerja dan
menjadikannya model bagi

48

Foto: sesawi.net

MANCANEGARA

Mgr. Ignatius Suharyo

perguruan nggi lain yang ingin


maju dan berkembang.
Untuk mendapatkan
kondisi ideal seper itu, dosen
perlu menghaya profesinya
sebagai suatu panggilan hidup.
Oleh karena itu dosen perlu
menyeimbangkan kerja keras
dan kerja cerdas sebagai pola
bekerja dan bisa membedakan
jalan dan tujuan.
Dengan demikian Tridharma
Perguruan Tinggi wajib menjadi
akfitas yang menyenangkan
bagi seap dosen di Indonesia.
Tridharma Perguruan Tinggi
seharusnya bukan menjadi
beban seper pandangan umum
selama ini, tetapi sumber dana
bagi perguruan nggi merujuk
ke perguruan nggi di negaranegara maju, ungkap Eko.
Dalam kesehariannya,
sudah selayaknya dosen senang
membaca dan menulis, punya
semangat mendengar, berbagi,
berkolaborasi, berinovasi,
dan berteman. Dosen tak
mengganggap tabu untuk tampil
beda, berpikir out of the box
dibarengi kesiapan untuk dikrik.
Dosen merupakan seorang
pembelajar, individu kompeten
yang senanasa memelihara
kompetensinya dengan cara
belajar tanpa hen. Untuk
sea belajar, sang dosen harus
mampu menikma panggilan

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

hidupnya sebagai seorang


dosen katolik.
Sebagai kesimpulan,
Eko mengungkapkan, dosen
katolik di era global selayaknya
mengamalkan open educaon
yaitu dalam ar dengan
banyak memberi maka engkau
akan banyak menerima,
learning technology dalam
iman yaitu nggalkanlah
semuanya dan ikutlah aku
dengan gaya pengajaran yang
membebaskan (biar) kanakkanak datang kepadaku.

Bantuan Bagi
Keuskupan
Dalam paparannya Mgr.
Suharyo menceritakan satu
pengalamannya waktu masih
bertugas di Jawa Tengah.
Selaku Uskup KAS, dia pernah
didatangi sekelompok dosen
ekonomi yang menanyakan
apa yang bisa mereka bantu
bagi Keuskupan Agung
Semarang.
Didiklah mahasiswa
kalian sehingga muncul
beberapa lulusan fakultas
ekonomi yang memiliki
pemikiran seper Mohammad
Yunus (pelopor konsep
microcredit dan microfinance,
pendiri Grameen Bank di
Bangladesh, penerima hadiah
Nobel perdamaian 2006).
Jawaban ini tampaknya dak
diansipasi oleh para dosen
tersebut, kisah Mgr. Suharyo
sambil tersenyum.
Melihat apresiasi para
peserta yang hadir, Romo
Guido Suprapto selaku
Direktur Eksekuf Komisi
Kerawam KWI berjanji acara
pertemuan dosen katolik ini
akan berlanjut.
nKristyono/Dari berbagai sumber

ISU NUSANTARA DAN

MANCANEGARA

Paus Umumkan
20 Kardinal Baru

aus Fransiskus
mengumumkan 20 kardinal
baru Januari lalu. Mereka
berasal dari Afrika, Asia dan
Amerika Lan, kawasan yang
semakin penng karena
pergeseran jumlah anggota
Gereja Katolik Roma. Paus
mengatakan mereka berasal
dari 14 negara di seap benua.
Ini menunjukkan hubungan yang
tak terpisahkan antara Gereja
Roma dan Gereja-gereja di
seluruh dunia.
Eropa masih menyumbang
kelompok terbesar dengan tujuh
kardinal, termasuk ga orang
Italia.Selain itu ada ga kardinal
berasal dari Afrika, lima dari
Amerika Lan serta lima dari
Asia-Pasifik.
Sebanyak 15 kardinal baru
berusia di bawah 80 tahun,
berar mereka berhak untuk
bergabung dalam konklaf
memilih Paus berikutnya. Uskup
Soane Pata Paini Mafi dari
Tonga menjadi kardinal pertama
dari kepulauan Polinesia. Ia
menjadi kardinal termuda.
Usianya 53 tahun.
Mgr John Dew, Uskup
Agung Wellington menjelaskan

Foto: katolisitas.org

pengangkatan Mgr Mafi


merupakan berita bagus
untuk daerah itu. Meskipun
secara geografis kami jauh dari
sebagian besar dunia, Paus
Fransiskus telah menjelajahi
dunia untuk mengangkat para
kardinal baru, katanya. Pilihan
Paus Fransiskus terhadap
seorang Hai menjadi kardinal
juga menjadi yang pertama bagi
Gereja di kawasan itu.
Sedangkan Mgr Daniel
Sturla, orang Uruguay kedua
yang diangkat menjadi kardinal,
mengatakan terkejut
dengan pengangkatannya yang
kurang dari setahun setelah ia
diangkat menjadi uskup agung
Montevideo.
Kali ini dak ada kardinal
baru dai Amerika Serikat atau
Kanada. Jumlah mereka sudah
sesuai dan stabil, kata Juru
Bicara Vakan Pastor Federico
Lombardi.
Para kardinal baru itu
mencerminkan perubahan
dalam demografi Gereja, yang
telah bergeser ke Afrika, Amerika
Lan dan Asia dalam abad
terakhir. Tahun 1910, sekitar 65
persen umat Katolik di dunia

nggal di Eropa, 24 persen


di Amerika Lan dan Karibia,
demikian sebuah studi tahun
2010 dari Pew Research Center,
Amerika Serikat. Tahun 2010,
Amerika Lan menyumbang 39
persen sementara 16 persen
berada di Afrika dan 24 persen di
Eropa.
Kardinal baru dari AsiaPasifik adalah Uskup Agung
Charles Maung Bo (Myanmar),
Uskup Agung John Atcherley
Dew (Selandia Baru), Uskup
Agung Francis Xavier Kriengsak
Kovithavanij (Thailand), Uskup
Soane Pata Paini Mafi (Tonga)
dan Uskup Agung Pierre Nguyen
Van Nhon (Hanoi). Dari Eropa
terdiri dari Uskup Agung
Dominique Mamber (Prancis),
Uskup Agung Francesco
Montenegro (Italia), Uskup
Agung Luigi De Magistris (Italia),
Uskup Agung Edoardo Menichelli
(Italia), Uskup Agung Ricardo
Blazquez Perez (Spanyol), Uskup
Agung Karl-Joseph Rauber
(Jerman), Uskup Agung Manuel
Jose Macario do Nascimento
Clemente (Portugal).
Para kardinal baru dari
Afrika adalah: Uskup Arlindo
Gomes Furtado (Cape Verde),
Uskup Emeritus Julio Duarte
Langa (Mozambique) dan Uskup
Agung Berhaneyesus Demerew
Souraphiel (Ethiopia).
Terakhir dari kawasan
Amerika Lan: Uskup Agung
Daniel Fernando Sturla Berhouet
(Uruguay), Uskup Agung Alberto
Suarez Inda (Meksiko), Uskup
Jose Luis Lacunza Maestrojuan
(Panama), Uskup Agung Jose
de Jesus Pimiento Rodriguez
(Colombia) dan Uskup Agung
Emeritus Luis Hector Villaba
(Argenna).
nRD. Kamilus Pantus/ ucanews.com

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

49

ISU NUSANTARA DAN

MANCANEGARA

Siap Menghadapi Perubahan


Cakrawala

50

Foto: mirifica.net

omisi Komsos Konferensi


Waligereja Indonesia
(Komsos KWI) kembali
mengadakan pela han public
speaking dan presentasi
selama ga hari akhir Januari
lalu. Kegiatan yang dikemas
dengan memadukan teori Ilmu
Komunikasi, senam olah vokal
dan praktek presentasi diiku
83 orang calon katekis. Mereka
adalah mahasiswa semester V
Sekolah Tinggi Pastoral Santo
Bonaventura Keuskupan Agung
Medan.
Kegiatan ini sengaja
diadakan bagi mahasiswa yang
akan menjalankan Kuliah Kerja
Nyata Pastoral (KKNP). KKNP
diadakan sejak 1 Februari 2015 di
Paroki-paroki Keuskupan Agung
Medan maupun keuskupan lain
yang membutuhkan.
Dengan pela han ni
diharapkan mereka semakin
trampil dalam public speaking,
sehingga pewartaan mereka bisa
ditangkap pendengardengan
mudah. Selain itu mereka pun
diharapkan menerapkan gaya
presentas sesuai daya tangkap
peserta
Pela han seper ini
dilatarbelakangi kepriha nan
akan kompetensi public speaking
para katekis yang terbatas. Di sisi
lain umat mengharapkan mutu
public speaking dari pewarta bisa
meningkat dari waktu ke waktu.
Perubahan cakrawala
komunikasi publik juga menjadi
daya dorong komsos KWI
untuk mengadakan animasi
bagi calon katekis agar mereka

Uskup Agung Medan; Mgr. Dr. Anicetus B. Sinaga, OFM-Cap

bisa menyentuh masyarakat


yang menggandrungi
teknologi. Katekis yang bisa
ak f mendampingi umat yang
sebagian waktunya ak f di dunia
cyber.
Dalam dunia pewartaan,
tuntutan aktual standar public

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

speaking zaman kini semakin


meningkat.
Konten pewartaan yang
bersumber dari Kitab Suci dan
ajaran Gereja perlu disampaikan
dengan metode pewartaan yang
bisa dipahami secara baik oleh
manusia yang hidup di zaman
kini.nRD. Kamilus Pantus/ Mirifica

ISU NUSANTARA DAN

MANCANEGARA

iklan cover belakang dalam

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

51

ISU NUSANTARA DAN

MANCANEGARA

iklan cover belakang luar

52

MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015

También podría gustarte