Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Permasalahan sistem transportasi dan kompleksitas lalu lintas yang sangat
tinggi merupakan permasalahan yang dihadapi oleh DKI Jakarta sejak 20 tahun
yang lalu. Kemacetan hampir terjadi di setiap ruas jalan utama. Terbatasnya lahan
tidak diimbangi oleh pertumbuhan jumlah kendaraan yang terus meningkat. Hal
ini ditunjukkan dengan hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh Litbang Kompas
bahwa persoalan kota Jakarta yang paling besar 69,47% adalah kemacetan
(Kompas, 17 Januari 2011).
Berdasarkan rasio jalan dan jumlah mobil, infrastruktur jalan di DKI
Jakarta hanya mampu menampung 1,05 juta mobil sedangkan jumlah mobil di
wilayah DKI Jakarta sekitar 2,3 juta unit. Jadi saat ini infrastruktur jalan raya di
DKI Jakarta harus menampung kurang lebih 2 (dua) kali lipat kemampuan jumlah
mobil yang seharusnya dapat ditampung.
Infrastruktur jalan di DKI Jakarta saat ini didominasi oleh kendaraan
pribadi. Media Indonesia, tanggal 30 Juli 2010 menyebutkan bahwa setiap hari
jumlah mobil bertambah 186 unit dan sepeda motor bertambah 986 unit.
Pertambahan kendaraan rata-rata 8% per tahun dan pertambahan luas jalan hanya
0,01% per tahun.
Pola penggunaan transportasi sehari-hari masyarakat di DKI Jakarta juga
turut menyumbang meningkatnya kemacetan di DKI Jakarta. Data dinas
perhubungan provinsi DKI Jakarta menunjukkan penggunaan sarana transportasi
per hari di wilayah DKI Jakarta adalah sebagai berikut 40,4% menggunakan
angkutan umum, 56,8% menggunakan kendaraan pribadi (mobil dan sepeda
motor), 2,8% menggunakan kereta api (Kompas, 27 Januari 2011).
Di sisi lain kondisi transportasi umum di Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang dan Bekasi masih belum berpihak pada pengguna. Data dari Dinas
Perhubungan DKI Jakarta menyebutkan bahwa populasi angkutan umum saat ini
hanya 2% dari total jumlah kendaraan di Jakarta. Kondisinya pun tidak semuanya
prima. Angkutan umum sebanyak itu melayani 11,59 juta orang atau 56 % dari
total pergerakan orang di Jakarta yang mencapai 20,7 juta orang per hari
(Kompas, 20 Desember 2010), dan pengaturan trayek angkutan umum masih
banyak terjadi tumpang tindih di Jakarta.
Kondisi ini bisa lebih buruk lagi apabila rencana pemerintah untuk
membatasi penjualan bahan bakar minyak bersubsidi dilakukan tanpa membenahi
sektor transportasi umum terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan pengguna
transportasi umum diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan
penerapan rencana pemerintah tersebut (Kompas, 20 Desember 2010).
Untuk mengatasi persoalan tersebut, penambahan jumlah angkutan umum
bukanlah merupakah salah satu solusi yang tepat, akan tetapi penekanan justru
pada efisiensi pemanfaatan ruas jalan dengan mengutamakan penggunaan
angkutan umum (Edward, 2010).
Berbagai kebijakan telah diambil oleh pemerintah DKI Jakarta untuk
mengurai kemacetan. Penertiban parkir liar dengan cara gembok ban, penggunaan
jalur three in one serta pemberlakuan jalur bus khusus pun telah dilaksanakan,
akan tetapi belum menunjukkan perubahan yang signifikan.
Winarso (2010) menyatakan bahwa buruknya layanan transportasi umum
yang ada saat ini karena tidak adanya time table (atau terjadwal) yang pasti, tidak
berhenti di halte, buruknya kualitas kendaraan, buruknya kualitas ruang tunggu
halte, buruknya pelayanan sopir dan kondektur. Kondisi ini secara langsung dan
secara tidak langsung meningkatkan kecenderungan orang untuk menggunakan
mobil pribadi dan motor sebagai alat transportasi sehari-hari.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah DKI Jakarta
untuk mengatasi semakin tingginya tingkat kemacetan dan semakin buruknya
kondisi alat transportasi publik yang beroperasi di DKI Jakarta, pada tahun 2003
Pemerintah provinsi DKI Jakarta menggagas untuk membuat sarana transportasi
makro bagi penduduk Jakarta guna mengurangi kemacetan yang di kenal dengan
nama TransJakarta atau lebih dikenal oleh masyarakat sebagai Busway yang
ditandai dengan dikeluarkannya SK GUB DKI No.110 Tahun 2003 tentang
Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola TransJakarta-Busway
(Chairunnisa, 2008).
Setelah beroperasi selama 6 tahun, pada Januari 2010, menurut survey dan
pantauan Institut Studi Transportasi (Instran), pelayanan bus TransJakarta justru
semakin buruk atau berjalan mundur. Beberapa indikator menurunnya pelayanan,
yakni jarak kedatangan antar bus yang semakin lama, jalur bus tidak steril, waktu
tempuh tidak terjamin, banyak halte kotor dan dipenuhi PKL, lambannya masalah
ticketing koridor IV-VIII sehingga menyebabkan antrian calon penumpang serta
tersendatnya pasokan bahan bakar gas (www.news.okezone.com, 2010).
Pada Januari 2011, berdasarkan sampel data suara pelanggan di website
resmi TransJakarta pada tanggal 3 sampai dengan 9 Januari 2011, permasalahan
utama yang dihadapi pelanggan terkait kualitas layanan bus TransJakarta tidak
banyak berubah jika dibandingkan dengan hasil pemantauan sebelumnya seperti
pada tabel 1.1.
Jenis Keluhan
Antrian lama, tidak tertib
Kedatangan bus yang tidak pasti / lama
Jumlah armada kurang
Halte rusak, sempit, panas
Sopir ngebut, lalai
Crew Busway tidak sopan (kasir, kondektur, petugas tiket)
Informasi mengenai rute tidak jelas
Menurunkan penumpang di tengah jalan sebelum sampai
tujuan
Alih fungsi jembatan penyeberangan sebagai tempat
berjualan
Sterilisasi jalur tidak jalan, separator rusak
Sistem antrian yang tidak baik (wanita hamil antri
bersamaan dengan penumpang biasa).
Bis penuh sesak
TOTAL
Prosentase
keluhan
29%
23%
18%
8%
6%
3%
3%
3%
2%
2%
2%
2%
100%
modern tersebut. Hal ini berimbas terhadap fluktuasi jumlah penumpang seperti
ditunjukkan pada tabel 1.2.
Bulan
(dalam juta)
Maret
6,923
April
6,652
Mei
7,088
Juni
7,267
Juli
7,143
Agustus
6,973
September
6,474
Oktober
7,348
November
7,121
Sumber: www.forum-ngo.com
1.2
Permasalahan
Setelah beroperasi selama 6 tahun permasalahan yang ingin diselesaikan
dalam
rangka meningkatkan
kepuasan pelanggan
1.2.1
Batasan Penelitian
kondisi halte, banyaknya pilihan jurusan, harga tiket, waktu tunggu, waktu
tempuh, jam operasional dan keamanan.
1.2.2
Asumsi
1.3
Tujuan
1.4
Manfaat
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan
1.5
Sistematika Penulisan
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini secara umum menjelaskan tentang latar belakang
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, batasan penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan teori-teori yang menjadi landasan
dalam menganalisis dan menyelesaikan permasalahan pada
penelitian ini.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang tahapan kegiatan penelitian
beserta metode-metode yang dipakai dalam pengumpulan
dan pengolahan data.
BAB IV
BAB V