Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengertian Kebudayaan
Atap
Atap rumah temukung menyerupai perahu yang terbalik. Oleh karena itu, Orang
Sabu menyebut atap rumah temukung sebagai atap perahu terbalik. Bentuk
atap yang menyerupai perahu terbalik ini sangat erat kaitannya dengan
kehidupan mereka yang selalu berhubungan dengan laut (tidak dapat dipisahkan
dari laut). Dalam kehidupan sehari-hari, perahu tidak hanya
sekedar sebagai alat transportasi ke dan dari pulau-pulau yang ada di sekitarnya,
tetapi juga sebagai alat untuk mencari ikan dan sekaligus sebagai tempat
berlindung di lautan. Mengingat bahwa perahu demikian berartinya bagi Orang
Sabu, maka ketika mereka membuat rumah, atapnya dibuat menyerupai perahu
(perahu yang terbalik). Ini adalah simbol bahwa kehidupan mereka tidak lepas
dari laut. Malahan, bukan atap rumah saja, menyebut suatu kampung atau
kumpulan kampung pun dengan istilah ree kowa (kampung perahu).
Di atas worena dipasangi kayu-kayu yang arahnya melintang. Kayu-kayu ini oleh
Orang Sabu disebut reng atau badu. Jumlah badu yang ada di bagian depan
rumah selalu ganjil (9, 11, dan 21), sedangkan yang ada di bagian belakang
rumah selalu genap (10,12, dan 22). Ganjil dan genapnya jumlah badu
mengandung makna tersendiri. Ganjil merupakan simbol: kiri, belakang, adik,
dan perempuan. Sedangkan, genap merupakan simbol: kanan, depan, kakak,
dan laki-laki. Artinya, dalam struktur sosial masyarakat Sabu seorang kakak lakilaki mempunyai kedudukan dan peranan yang penting, baik dalam keluarganya
maupun masyarakatnya.
Menurut mereka dunia terbagi dalam tiga bagian, yaitu: rai dida-liru bala
(dunia para dewa), rai wawa (dunia manusia), dan rai menata (dunia para
arwah).
Pintu
Orang Sabu menyebut pintu rumah temukung sebagai kelai. Bentuknya segi
empat. Secara keseluruhan, jumlah pintu rumah temukung ada empat, yaitu:
kelai duru (pintu anjungan), kelai wui (pintu buritan), kelai koppo (pintu kamar),
dan kelai dammu (pintu loteng). Ukuran setiap pintu bergantung dari ukuran
rumah itu sendiri. Meskipun demikian, pada umumnya berukuran: panjang
sekitar 1,30-1,75 meter dan lebar 0,70-0,90 meter. Di masa lalu pintu terbuat
dari anyaman daun lontar. Namun, dewasa ini jarang ditemukan karena sebagian
besar sudah menggunakan kayu.
BAB 4 PENUTUP
Pembangunan bidang sosial budaya merupakan hal yang tidak mudah, karena
terkait dnegan persoalan filsafat hidup bangsa, pandangan hidup masyarakat,
persepsi, cara berfikir, sistem nilai dan orientasi pada masyarakat. Sasaran dari
pembangunan bidang sosial budaya adalah membangun negara bangsa
sehingga menjadi negara modern tanpa kehilangan jati dirinya. Dalam meyusun
strategi pembangunan bidang sosial budaya, aspek yang perlu menjadi
perhatian adalah
1. Bahasa
2. Adat istiadat
3. Persepsi tetang kekuasaan,
4. Hubungan dengan alam,
5. Locus of sistem,
6. Pandangan tetnang wanita, dan
7. Sistem keluarga besar.
DAFTAR PUSTAKA
http://rumah-blog-baca.blogspot.com/2011/11/strategi-pembangunan-bidangsosial.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_sosial_budaya
http://www.pustakasekolah.com/pengertian-sosial-budaya.html
http://www.masbied.com/2011/09/09/pengaruh-sosial-budaya-terhadappelayanan-kesehatan/
http://uun-halimah.blogspot.com/2008/02/rumah-adat-temukung-ntt.html
http://abdurahmanaskar.blogspot.com/2012/10/aspek-aspek-sosial-budayadalam.html
Arsitektur & Lingkungan - Aspek Sosial-Budaya
Pengertian Sosial
Standar sosial: standar sosial merupakan ukuran untuk menilai tingkah laku
anggota masyarakat serta nilai tingkah cara masyarakat mencapai tujuan.
Pengertian Kebudayaan
atau tidak memiliki bangunan dapur tersendiri atau ketiga-tiganya; Tipologi III,
merupakan pola perumahan Taneyan Lanjhang yang tidak memiliki bangunan
langgar dan dapur dalam kelengkapan rumpun taneyan-nya; Tipologi IV,
merupakan pola perumahan Taneyan Lanjhang seperti kriteria tipologi pada
tipologi II, dan dalam kelengkapan rumpun taneyan-nya arah hadap rumah
tongghu yang menyimpang (tidak menghadap ke selatan dan atau arah
penambahan bangunan tidak ke arah timur); Tipologi V, merupakan pola
perumahan Taneyan Lanjhang yang rumah tongghu-nya tidak menghadap ke
selatan dan atau arah penambahan bangunannya tidak ke arah timur.
berorientasi masa sekarang, dan tidak mau bertanggung jawab dan mengambil
resiko dari modernisasi.
Strategi yang dapat ditempuh untuk melakukan pembangunan sosial budaya
adalah dengan pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya. Yang dimaksudkan
dalam pendidikan yang seluas-luasnya adalah segala upaya yang dilakukan
demi terwujudnya masyarakat modern yang didambakan. Artinya bahwa proses
pendidikan dapat bersifat formal, informal dan non formal.
Sumber :
http://www.pustakasekolah.com/pengertian-sosial-budaya.html
http://rumah-blog-baca.blogspot.com/2011/11/strategi-pembangunanbidang-sosial.html
http://sitiyuliani-arsitekturr.blogspot.com/2012/10/arsitektur-lingkungan-aspeksosial_88.html