Está en la página 1de 12

ASPEK-ASPEK DALAM PEMBANGUNAN ( SOSIAL BUDAYA )

BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang banyak


membawa perubahan terhadap kehidupan manusia baik dalam hal perubahan
pola hidup maupun tatanan sosial termasuk dalam bidang arsitektur yang sering
dihadapkan dalam suatu hal yang berhubungan langsung dengan norma dan
budaya yang dianut oleh masyarakat yang bermukim dalam suatu tempat
tertentu.

Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting dalam


pembangunan. Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat merupakan
suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah mengalami
suatu perubahan dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa
memberikan dampak positif maupun negatif.

Hubungan antara budaya dan pembangunan sangatlah erat


hubungannya,sebagai salah satu contoh suatu masyarakat provinsi tertentu
yang dapat mempertahankan bangunan daerah mereka.

BAB 2 TINJAUAN TEORI


Pengertian Sosial
Dalam usaha beradaptasi dengan lingkungannya, manusia bekerjasama dengan
sesamanya. akan tetapi kerjasama itu hanya akan berjalan baik di dalam tertib
sosial budaya serta didalam wadah organisasi sosial. Organisasi sosial ini
merupakan produk sosial budaya, sekaligus merupakan wadah perwujudan dan
pertumbuhan kebudayaan.

Di dalam organisasi sosial manusia hidup berkelompok dan mengembangkan


norma sosial yang meliputi kehidupan normatif, status, kelompok asosiasi, dan
institusi. Organisasi sosial mencakup aspek fungsi yang berwujud dalam aktivitas
bersama anggota masyarakat dan aspek struktur. Aspek struktur terdiri dari
struktur kelompok di dalam pola umum kebudayaan dan seluruh kerangka
lembaga sosial.

Setiap masyarakat mempunyai 4 unsur penting yang menentukan eksistensinya


yaitu struktur sosial, pengawas sosial, media sosial dan standar sosial.
Struktur sosial: setiap masyarakat terdiri dari kelompok-kelompok untuk
memudahkan pelaksanaan tugas;
Pengawas sosial: pengawas sosial mencakup sistem dari ketentuan-ketentuan
yang mengatur kegiatan dan tindakan anggota masyarakat, pengetahuan
empiris yang digunakan manusia untuk menanggulangi lingkungan, dan
pengetahuan empiris yang mengatur sikap dan tingkah laku manusia seperti
agama, kepercayaan, ideologi dan sebagainya.
Media sosial: Dalam pelaksanaan tugas dan kegiatan sosial, diperlukan adanya
komunikasi dan relasi antar anggota masyarakat. Komunikasi dan relasi itu
dilangsungkan dengan menggunakan bahasa dan alat transportasi.
Standar sosial: standar sosial merupakan ukuran untuk menilai tingkah laku
anggota masyarakat serta nilai tingkah cara masyarakat mencapai tujuan.

Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan merupakan keseluruhan cara hidup masyarakat yang


perwujudannya tampak pada tingkah laku para anggotanya. kebudayaan tercifta
oleh banyak faktor organ biologis manusia, lingkungan alam, lingkungan sejarah,
dan lingkungan psikologisnya. Masyarakat Budaya membentuk pola budaya
sekitar satu atau beberapa fokus budaya. Fikus budaya dapat berupa nilai
misalnya keagamaan, ekonomi, ideologi dan sebagainya.
Setelah dikemukakan masing-masing artik kata dari sosial dan budaya, maka
pengertian sosial budaya dapat dirumuskan adalah sebagai kondisi masyarakat
(bangsa) yang mempunyai nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat berbangsa
dan bernegara yag dilandasi dengan falsafah negara kesatuan Republik Indoesia.
Ketahanan di bidang sosial budaya dimaksud menggambarkan kondisi dinamis
suatu bangsa atau masyarakat, berisi keuletan dan ketangguhan yang
mengandung kemampuan pengembangan kekuatan nasional didalam
menghadapi ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan dari dalam maupun
dari luar yang langsung maupun tidak langsung membahayakan kelangsungan
kehidupan sosial budaya bangsa dan negara.

Pengertian Sosial Budaya

Aspek sosial budaya.Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya


struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial
budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap
masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia
yang selalu ingin mengadakan perubahan. Kebosanan manusia sebenarnya
merupakan penyebab dari perubahan.

Perubahan sosial budaya terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya


komunikasi, cara dan pola pikir masyarakat, faktor internal lain seperti
perubahan jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konflik atau revolusi,
dan faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan,
dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan, misalnya
kurang intensifnya hubungan komunikasi dengan masyarakat lain,
perkembangan IPTEK yang lambat, sifat masyarakat yang sangat tradisional, ada
kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat dalam masyarakat,
prasangka negatif terhadap hal-hal yang baru, rasa takut jika terjadi kegoyahan
pada masyarakat bila terjadi perubahan, hambatan ideologis, dan pengaruh adat
atau kebiasaan.

BAB 3 STUDI KASUS


Contoh Bangunan Rumah Adat Yang Berkaitan dengan Sosial-Budaya.
RUMAH TEMUKUNG

Rumah temukung termasuk dalam kategori rumah panggung. Rumah yang


bentuknya empat persegi panjang ini bagian-bagiannya ada yang bermakna
filosofis dan ada yang non-filosofis (fungsional belaka). Bagian-bagian itu adalah:
atap, bangngu (balok lok bubungan), tiang-tiang gela yang berfungsi sebagai
penopang bangngu, dinding, pintu, tangga, dan kelaga (balai-balai). Untuk lebih
jelasnya, berikut ini bagian-bagian itu akan diuraikan satu-persatu.

Atap

Atap rumah temukung menyerupai perahu yang terbalik. Oleh karena itu, Orang
Sabu menyebut atap rumah temukung sebagai atap perahu terbalik. Bentuk
atap yang menyerupai perahu terbalik ini sangat erat kaitannya dengan
kehidupan mereka yang selalu berhubungan dengan laut (tidak dapat dipisahkan
dari laut). Dalam kehidupan sehari-hari, perahu tidak hanya

sekedar sebagai alat transportasi ke dan dari pulau-pulau yang ada di sekitarnya,
tetapi juga sebagai alat untuk mencari ikan dan sekaligus sebagai tempat
berlindung di lautan. Mengingat bahwa perahu demikian berartinya bagi Orang

Sabu, maka ketika mereka membuat rumah, atapnya dibuat menyerupai perahu
(perahu yang terbalik). Ini adalah simbol bahwa kehidupan mereka tidak lepas
dari laut. Malahan, bukan atap rumah saja, menyebut suatu kampung atau
kumpulan kampung pun dengan istilah ree kowa (kampung perahu).

Balok Lok Bubungan


Istilah lain yang sering digunakan oleh Orang Sabu untuk menyebut balok lok
bubungan adalah bangngu. Bangngu sangat erat kaitannya dengan atap
karena ukuran atap ditentukan oleh bagian ini. Bentuk bangngu pada tipe rumah
temukung dan rumah biasa dapat dibagi menjadi dua, yaitu: ammu ae roukoko
(bangngu yang sama ukurannya dengan badan rumah) dan ammu iki (bangngu
yang ukurannya 3/5 dari panjang badan rumah)2). Bangngu ini dipasangi kayukayu yang posisinya menurun ke arah samping kiri dan kanan sampai ke tepi
tiris, sehingga bentuknya menyerupai segi tiga. Kayu-kayu tersebut oleh mereka
disebut worena (usuk besar). Dalam sebuah rumah, baik temukung maupun
rumah biasa, jumlahnya selalu ganjil. Sebutan untuk jumlah worena dalam
sebuah rumah sesuai dengan bahasa deret hitung mereka. Jadi, jika jumlah
worenanya ada tiga buah, maka disebut wo tallu; jika ada lima buah disebut
wo pidu; jika ada tujuh buah disebut wo heo; dan seterusnya.

Di atas worena dipasangi kayu-kayu yang arahnya melintang. Kayu-kayu ini oleh
Orang Sabu disebut reng atau badu. Jumlah badu yang ada di bagian depan
rumah selalu ganjil (9, 11, dan 21), sedangkan yang ada di bagian belakang
rumah selalu genap (10,12, dan 22). Ganjil dan genapnya jumlah badu
mengandung makna tersendiri. Ganjil merupakan simbol: kiri, belakang, adik,
dan perempuan. Sedangkan, genap merupakan simbol: kanan, depan, kakak,
dan laki-laki. Artinya, dalam struktur sosial masyarakat Sabu seorang kakak lakilaki mempunyai kedudukan dan peranan yang penting, baik dalam keluarganya
maupun masyarakatnya.

Tiang-tiang Rumah Temukung/Gela (Tiang Penopang Bangngu)


Jumlah gela ada dua buah. Satu ada di ujung kiri dan satunya lagi ada di ujung
kanan bangngu. Di antara kedua gela itu ada ruang terbuka (kosong). Orang
Sabu menyebut ruang itu roa ammu. Gela biasanya terbuat dari kayu kola,
kayu merah, kayu jati, kayu pohon lontar, kayu pohon kelapa, ajumaddi (kayu
hitam) dan aju bahhi (kayu besi). Kayu lainnya dianggap kurang baik.
Sementara itu, tiang-tiang lainnya, seperti tiang-tiang penyangga loteng dan
tiang penyangga balok-balok lainnya diberi nama menurut pembagian utama
dalam rumah temukung, yaitu duru dan wui.
Kelaga (Balai-balai)
Orang Sabu menyebut lantai rumah temukung sebagai kelaga (balai-balai).
Kelaga terbagi dalam tiga bagian, yaitu: kelaga rai (balai-balai tanah), kelaga ae
(balai-balai besar) dan kelaga dammu (balai-balai loteng). Bagian-bagian
tersebut sangat erat kaitannya dengan kepercayaan mereka tentang dunia.

Menurut mereka dunia terbagi dalam tiga bagian, yaitu: rai dida-liru bala
(dunia para dewa), rai wawa (dunia manusia), dan rai menata (dunia para
arwah).
Pintu
Orang Sabu menyebut pintu rumah temukung sebagai kelai. Bentuknya segi
empat. Secara keseluruhan, jumlah pintu rumah temukung ada empat, yaitu:
kelai duru (pintu anjungan), kelai wui (pintu buritan), kelai koppo (pintu kamar),
dan kelai dammu (pintu loteng). Ukuran setiap pintu bergantung dari ukuran
rumah itu sendiri. Meskipun demikian, pada umumnya berukuran: panjang
sekitar 1,30-1,75 meter dan lebar 0,70-0,90 meter. Di masa lalu pintu terbuat
dari anyaman daun lontar. Namun, dewasa ini jarang ditemukan karena sebagian
besar sudah menggunakan kayu.

BAB 4 PENUTUP

Pembangunan bidang sosial budaya merupakan hal yang tidak mudah, karena
terkait dnegan persoalan filsafat hidup bangsa, pandangan hidup masyarakat,
persepsi, cara berfikir, sistem nilai dan orientasi pada masyarakat. Sasaran dari
pembangunan bidang sosial budaya adalah membangun negara bangsa
sehingga menjadi negara modern tanpa kehilangan jati dirinya. Dalam meyusun
strategi pembangunan bidang sosial budaya, aspek yang perlu menjadi
perhatian adalah
1. Bahasa
2. Adat istiadat
3. Persepsi tetang kekuasaan,
4. Hubungan dengan alam,
5. Locus of sistem,
6. Pandangan tetnang wanita, dan
7. Sistem keluarga besar.

Pembangunan aspek tersebut karena berorientasi pada masyarakat maka harus


dikategorisasikan dalam tiga kelompok Golongan masyarakat yaitu golongan
tradisional, golongan modernis dan golongan ambivalen. Golongan masyarakat
ynag tradisional cenderung menolak modernisasi karena menganggap bahwa
modernisasi lebih dekat pada proses westernisasi, berorientasi masa lalu dan
tingkat pendidikan yang masih rendah. Golongan modernis adalah golongan
yang telah medapatkan pendidikan , terutama pendidikan tinggi, memiliki
wawasan luas, dan berorientasi masa depan. Sedangkan Golongan ambivalen
berorientasi masa sekarang, dan tidak mau bertanggung jawab dan mengambil
resiko dari modernisasi.

Strategi yang dapat ditempuh untuk melakukan pembangunan sosial budaya


adalah dengan pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya. Yang dimaksudkan
dalam pendidikan yang seluas-luasnya adalah segala upaya yang dilakukan
demi terwujudnya masyarakat modern yang didambakan. Artinya bahwa proses
pendidikan dapat bersifat formal, informal dan non formal

DAFTAR PUSTAKA
http://rumah-blog-baca.blogspot.com/2011/11/strategi-pembangunan-bidangsosial.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_sosial_budaya
http://www.pustakasekolah.com/pengertian-sosial-budaya.html
http://www.masbied.com/2011/09/09/pengaruh-sosial-budaya-terhadappelayanan-kesehatan/
http://uun-halimah.blogspot.com/2008/02/rumah-adat-temukung-ntt.html
http://abdurahmanaskar.blogspot.com/2012/10/aspek-aspek-sosial-budayadalam.html
Arsitektur & Lingkungan - Aspek Sosial-Budaya
Pengertian Sosial

Dalam usaha beradaptasi dengan lingkungannya, manusia bekerjasama dengan


sesamanya. akan tetapi kerjasama itu hanya akan berjalan baik di dalam tertib
sosial budaya serta didalam wadah organisasi sosial. Organisasi sosial ini
merupakan produk sosial budaya, sekaligus merupakan wadah perwujudan dan
pertumbuhan kebudayaan. Di dalam organisasi sosial manusia hidup
berkelompok dan mengembangkan norma sosial yang meliputi kehidupan
normatif, status, kelompok asosiasi, dan institusi. Organisasi sosial mencakup
aspek fungsi yang berwujud dalam aktivitas bersama anggota masyarakat dan
aspek struktur. Aspek struktur terdiri dari struktur kelompok di dalam pola umum
kebudayaan dan seluruh kerangka lembaga sosial.
Setiap masyarakat mempunyai 4 unsur penting yang menentukan eksistensinya
yaitu struktur sosial, pengawas sosial, media sosial dan standar sosial. Struktur
sosial: setiap masyarakat terdiri dari kelompok-kelompok untuk memudahkan
pelaksanaan tugas;
Pengawas sosial: pengawas sosial mencakup sistem dari ketentuan-ketentuan
yang mengatur kegiatan dan tindakan anggota masyarakat, pengetahuan
empiris yang digunakan manusia untuk menanggulangi lingkungan, dan
pengetahuan empiris yang mengatur sikap dan tingkah laku manusia seperti
agama, kepercayaan, ideologi dan sebagainya.
Media sosial: Dalam pelaksanaan tugas dan kegiatan sosial, diperlukan adanya
komunikasi dan relasi antar anggota masyarakat. Komunikasi dan relasi itu
dilangsungkan dengan menggunakan bahasa dan alat transportasi.

Standar sosial: standar sosial merupakan ukuran untuk menilai tingkah laku
anggota masyarakat serta nilai tingkah cara masyarakat mencapai tujuan.

Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan merupakan keseluruhan cara hidup masyarakat yang


perwujudannya tampak pada tingkah laku para anggotanya. kebudayaan tercifta
oleh banyak faktor organ biologis manusia, lingkungan alam, lingkungan sejarah,
dan lingkungan psikologisnya. Masyarakat Budaya membentuk pola budaya
sekitar satu atau beberapa fokus budaya. Fikus budaya dapat berupa nilai
misalnya keagamaan, ekonomi, ideologi dan sebagainya.
Setelah dikemukakan masing-masing artik kata dari sosial dan budaya, maka
pengertian sosial budaya dapat dirumuskan adalah sebagai kondisi masyarakat
(bangsa) yang mempunyai nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat berbangsa
dan bernegara yag dilandasi dengan falsafah negara kesatuan Republik Indoesia.

Ketahanan di bidang sosial budaya dimaksud menggambarkan kondisi dinamis


suatu bangsa atau masyarakat, berisi keuletan dan ketangguhan yang
mengandung kemampuan pengembangan kekuatan nasional didalam
menghadapi ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan dari dalam maupun
dari luar yang langsung maupun tidak langsung membahayakan kelangsungan
kehidupan sosial budaya bangsa dan negara.
Definisi Sosial Budaya pun dapat berkembang dan tercipta karena adanya kaitan
erat antara kebudayaan dan sosial itu sendiri. Perubahan kebudayaan bisa saja
terjadi akibat adanya perubahan sosial dalam masyarakat, begitu pula hal yang
sebaliknya pun dapat terjadi.

Peran Sosial Budaya

Sebagai pedoman dalam hubungan antara manusia dengan komunitas atau


kelompoknya.
Sebagai simbol pembeda antara manusia dengan binatang
Sebagai petunjuk atau tata cara tentang bagaimana manusia harus berperilaku
dalam kehidupan sosialnya.

Sebagai modal dan dasar dalam pembangunan kehidupan manusia.

Dampak Negatif Sosial Budaya

Menimbulkan kerusakan lingkungan dan kelangsungan ekosistem alam


Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang kemudian menjadi penyebab
munculnya penyakit-penyakit sosial, termasuknya tingginya tingkat kriminalitas.
Mengurangi bahkan dapat menghilangkan ikatan batin dan moral yang biasanya
dekat dalam hubungan sosial antar masyarakat.

Beberapa Contoh Bangunan Rumah Adat Yang Berkaitan dengan Sosial-Budaya

1. Pola permukiman Taneyan Lanjhang di Desa Lombang Kabupaten Sumenep

Perumahan tradisional etnis Madura dalam suatu desa lebih merupakan


kumpulan dari kelompok-kelompok kecil rumah yang terpencar-pencar. Pola
lingkungan yang terbentuk menyerupai hamlet, yaitu kelompok kecil rumahrumah petani yang terletak di ladang-ladang pertanian luas yang dibatasi oleh
pepohonan dan rumpun-rumpun bambu serta dihubungkan oleh jalan kecil yang
berliku-liku (Tjahjono et al. 1996), dan di sekitar pekarangan rumah juga terdapat
pohon-pohon, semak-semak, belukar, dan tanaman yang membuat perumahan
tersebut sebagian besar tertutup pandangan mata.
Pola perumahan pada permukiman di Desa Lombang dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu pola perumahan Taneyan Lanjhang dan pola perumahan selain
Taneyan Lanjhang/linier mengikuti jalan. Karakteristik fisik perumahan dengan
pola Taneyan Lanjhang yang terdapat di Desa Lombang memiliki karakteristik
yang berbeda-beda. Tipologi pola perumahan Taneyan Lanjhang di Desa
Lombang berdasarkan hasil temuan, antara lain: a. Taneyan sebagai poros yang
menghadap ke arah barat; b. Langgar (bagian paling barat taneyan); c. Rumah
kerabat yang berada dalam suatu taneyan menghadap utara-selatan; d. Rumah
tongghu (menghadap ke arah selatan); e. Arah penambahan bangunan (ke
timur); f. Dapur (bangunan tersendiri); dan g. Bangunan tambahan lainnya
(kamar mandi, kandang).

Hasil temuan tipologi pola susunan taneyan di Desa Lombang dapat


diklasifikasikan menjadi 5 (lima) pola perumahan, antara lain Tipologi I (pola
perumahan Madura asli), merupakan pola perumahan taneyan lanjhang dengan
kelengkapan rumpun taneyan; Tipologi II, merupakan pola perumahan Taneyan
Lanjhang yang letak rumah tongghunya menyimpang (tidak menghadap ke
selatan) atau arah penambahan bangunan menyimpang (tidak ke arah timur),

atau tidak memiliki bangunan dapur tersendiri atau ketiga-tiganya; Tipologi III,
merupakan pola perumahan Taneyan Lanjhang yang tidak memiliki bangunan
langgar dan dapur dalam kelengkapan rumpun taneyan-nya; Tipologi IV,
merupakan pola perumahan Taneyan Lanjhang seperti kriteria tipologi pada
tipologi II, dan dalam kelengkapan rumpun taneyan-nya arah hadap rumah
tongghu yang menyimpang (tidak menghadap ke selatan dan atau arah
penambahan bangunan tidak ke arah timur); Tipologi V, merupakan pola
perumahan Taneyan Lanjhang yang rumah tongghu-nya tidak menghadap ke
selatan dan atau arah penambahan bangunannya tidak ke arah timur.

2. Permukiman Suku Batak Mandailing

Pembagian wilayah kampung di Mandailing merupakan sebuah pola grid yang


ditandai oleh adanya jalan-jalan setapak yang membelah kawasan permukiman.
Orientasi bangunan semuanya menghadap ke jalan-jalan yang ada. Pada awal
terbentuknya perkampungan Mandailing, terdapat beberapa lapis bangunan
rumah. Lapisan pertama merupakan bangunan hunian kerabat raja, yaitu
sebagai berikut: a. Kahanggi adalah kelompok keluarga semarga atau yang
mempunyai garis keturunan yang sama satu dengan lainnya di dalam sebuah
huta (kampung) dan merupakan bona bulu, yaitu pendiri kampung. Kahanggi
terdiri atas 3 bagian besar yang biasanya disebut namora-mora huta, yaitu
suhut, hombar suhut, dan kahanggi pareban; b. Anak boru adalah kelompok
keluarga yang dapat atau yang mengambil istri dari kelompok suhut. Anak boru
juga berarti penerima anak perempuan; c. Mora adalah kelompok keluarga
pemberi anak perempuan; dan d. Lapisan berikutnya merupakan bangunanbangunan hunian rakyat biasa. Hal ini disesuaikan dengan status sosial yang
diatur oleh adat atau yang dikenal dengan sebutan Dalihan na Tolu. Estimasi pola
tatanan kampung di Mandailing dari hasil penelitian Fithri dalam Nuraini
(2004:16).
Peletakan tiap elemen pada huta, didasarkan pada tiga aspek yang juga menjadi
hierarki, yaitu (a) kosmologi Banua, (b) sistem kepercayaan yang berkaitan
dengan sungai dan matahari, dan (c) kondisi alam yang meliputi ketinggian atau
kontur tanah dan keadaan sekitarnya, seperti letak dan orientasi rumah-rumah.
Objek fisik ditentukan letaknya berdasarkan zona yang sesuai, lalu orientasi
ditentukan berdasarkan letak sungai dan kedudukan matahari. Jika kondisi alam
tidak memungkinkan, orientasi dapat berubah, dengan syarat tidak
membelakangi matahari. Matahari secara keseluruhan dianggap sebagai sumber
kehidupan, sehingga jika rumah membelakanginya, maka penghuni rumah akan
mendapatkan kesulitan atau sial. Dalam hal ini, penerapan konsep Banua dan
kepercayaan terhadap sungai dalam menentukan arah orientasi di dalam huta
sangat konsisten, sedangkan sistem kepercayaan terhadap matahari sangat
tergantung pada kondisi alam.

3. Permukiman Tradisional Kaero Kecamatan Sanggalla, Toraja.

Permukiman tradisional Kaero dapat dikategorikan dalam tipe permukiman yang


berada di dataran tinggi. Rumah-rumah hunian penduduk dalam permukiman
sebagian besar adalah rumah panggung di bangun berpencar dari lereng hingga
lembah bukit, namun jarak antara rumah yang satu dengan yang lainnya
berdekatan. Tongkonan dan lumbung (alang) dibangun menghadap utara
selatan, sedangkan rumah-rumah penduduk tidak semuanya menghadap ke
utara. Area pemukiman Kaero tertutup oleh pohon bambu dan cemara yang
tumbuh dengan subur dan lebat di sekitar permukiman.
Elemen-elemen dalam permukiman tradisional, seperti tongkonan, lumbung
(alang), kandang, kebun (pala), rante, sawah, dan liang menggambarkan
kondisi dari pemukiman aslinya. Dalam permukiman tradisional Kaero terdapat
dua tongkonan, yaitu Tongkonan Kaero dan Tongkonan Buntu Kaero. Lokasi
Tongkonan Kaero berada di lereng bukit, sedangkan Tongkonan Buntu Kaero
terletak di atas bukit sebelah selatan dan tidak jauh lokasinya dari lokasi
Tongkonan Kaero. Tongkonan Buntu Kaero dan Tongkonan Kaero tidak dibangun
dalam waktu yang bersamaan. Tongkonan yang mula-mula dibangun di Kaero
adalah Tongkonan Buntu Tongko yang merupakan cikal bakal pusat permukiman
di Kaero, baru kemudian dibangun Tongkonan Kaero. Di sekitar kedua tongkonan
tersebut terdapat rumah-rumah kediaman oleh penduduk yang masih terikat
secara kekeluargaan atau keturunan dari pemilik tongkonan tersebut.

Strategi Pembangunan Bidang Sosial budaya

Pembangunan bidang sosial budaya merupakan hal yang tidak mudah,


karena terkait dengan persoalan filsafat hidup bangsa, pandangan hidup
masyarakat, persepsi, cara berfikir, sistem nilai dan orientasi pada masyarakat.
Sasaran dari pembangunan bidang sosial budaya adalah membangun negara
bangsa sehingga menjadi negara modern tanpa kehilangan jati dirinya. Dalam
meyusun strategi pembangunan bidang sosial budaya, aspek yang perlu menjadi
perhatian adalah (1). Bahasa, (2) adat istiadat, (3) persepsi tetang kekuasaan,
(4) hubungan dengan alam, (5) locus of sistem, (6) pandangan tetnang wanita,
dan (7) Sistem keluarga besar.
Pembangunan aspek tersebut karena berorientasi pada masyarakat maka harus
dikategorisasikan dalam tiga kelompok Golongan masyarakat yaitu golongan
tradisional, golongan modernis dan golongan ambivalen. Golongan masyarakat
ynag tradisional cenderung menolak modernisasi karena menganggap bahwa
modernisasi lebih dekat pada proses westernisasi, berorientasi masa lalu dan
tingkat pendidikan yang masih rendah. Golongan modernis adalah golongan
yang telah medapatkan pendidikan , terutama pendidikan tinggi, memiliki
wawasan luas, dan berorientasi masa depan. Sedangkan Golongan ambivalen

berorientasi masa sekarang, dan tidak mau bertanggung jawab dan mengambil
resiko dari modernisasi.
Strategi yang dapat ditempuh untuk melakukan pembangunan sosial budaya
adalah dengan pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya. Yang dimaksudkan
dalam pendidikan yang seluas-luasnya adalah segala upaya yang dilakukan
demi terwujudnya masyarakat modern yang didambakan. Artinya bahwa proses
pendidikan dapat bersifat formal, informal dan non formal.

Sumber :
http://www.pustakasekolah.com/pengertian-sosial-budaya.html
http://rumah-blog-baca.blogspot.com/2011/11/strategi-pembangunanbidang-sosial.html

http://sitiyuliani-arsitekturr.blogspot.com/2012/10/arsitektur-lingkungan-aspeksosial_88.html

También podría gustarte