Está en la página 1de 17

Pada bagian dibawah ini merupakan ringkasan bebas saya dari bab empat buku

yang berjudul “ Israel And The Land Controversy “ karangan Walid Shoebat.

Israel dan Kontoversi Wilayahnya

Alkitab menggambarkan Israel sebagai “ negeri dimana mata Tuhan selalu


diarahkan” seperti yang tertulis dalam Yesaya 62:1-2, 6 sbb. :

“Oleh karena Sion aku tidak dapat berdiam diri, dan oleh karena
Yerusalem aku tidak akan tinggal tenang, sampai kebenarannya bersinar
seperti cahaya dan keselamatannya menyala seperti suluh. Maka bangsa-
bangsa akan melihat kebenaranmu, dan semua raja akan melihat
kemulianmu, dan orang akan menyebut engkau dengan nama baru yang
akan ditentukan oleh Tuhan sendiri…Diatas tembok-tembokmu, hai
Yerusalem, telah Kutempatkan sepanjang malam, mereka tidak akan
pernah berdiam diri. Hai kamu yang harus mengingatkan Tuhan kepada
Sion, janganlah kamu tinggal tenang. “

Seorang Penulis Amerika terkenal Mark Twain menggambarkan Bangsa Yahudi


dengan menulis sbb. :

“Jika statistik adalah benar, bangsa Yahudi yang sekarang hanya


mewakili 1 persen dari jumlah umat manusia, seperti satu percikan api
kecil dan tidak berarti dalam alam semesta. Secara normal bisa dikatakan
bahwa seharusnya orang-orang Yahudi seharusnya sudah tidak terdengar
lagi, tetapi pada kenyataannya sampai sekarang kita mendengar dan
mendengar lagi tentang mereka. Mereka dapat bersaing dengan siapapun
di bumi ini dalam mencapai kemasyuran, dan peranan mereka dalam
bidang ekonomi dan perdagangan tidak sebanding denga rasio populasi
mereka. Sumbangan mereka dalam daftar nama-nama besar orang-orang
yang hebat dalam bidang literature, ilmu alam, seni, musik, keuangan dan
pengobatan yang membutuhkan pemikiran yang mendalam adalah sangat
menakjubkan. Mereka telah melakukan hal-hal baik yang sangat luar
biasa bagi dunia, walaupun dengan tangan mereka terikat dibelakang.
Mereka dengan tepat sangat bangga dengan diri mereka sendiri. Bangsa
Mesir, Babilon dan Persia datang dalam kekuasaan, memenuhi bumi
dengan kejayaan mereka tetapi kemudian memudar. Bangsa Yunani dan
Romawi mengikuti dengan membuat banyak keributan dan kemudian
menghilang. Bangsa-bangsa lain bangkit, obor mereka terbakar untuk
sementara dan kemudian mereka memudar, dan hari ini mereka duduk
dalam temaram atau mungkin hilang selamanya. Bangsa Yahudi melihat
itu semua. Bangsa yahudi mengalahkan mereka semua, dan hari ini apa
yang orang-orang Yahudi tetap ada, menunjukkan tidak ada pembusukan,
tidak ada penuaan, tidak ada kelemahan, tidak ada penurunan dari
kekuatan, tidak ada ketumpulan dari semangat dinamis mereka yang
terus berkembang luas. Segala sesuatu akan musnah kecuali Bangsa
Yahudi. Semua kekuasaan lain berakhir tetapi mereka tetap. Misteri
apakah yang menyebabkan kekekalan mereka ? “

Bangsa Palestina pada umumnya menyatakan :


“Kami tidak mengusir keluar orang-orang Yahudi, orang Romawi yang
melakukannya, dan orang-orang Arab datang kemudian, jadi mengapa
orang Arab harus mengalami tekanan ? “
“Wilayah ini selalu dikuasai oleh orang-orang Arab, apa yang memberikan
hak kepada orang-orang Yahudi untuk menguasainya ?”
“Orang-orang Arab memiliki dan memerintah wilayah tersebut selama satu
millennium. “
“Wilayah tersebut adalah bangsa Arab dengan populasi mayoritas adalah
orang Arab sejak jangka waktu yang lama sekali. “
“Tanah tersebut adalah Arab Palestina dan bukan Yahudi Israel”
“Negeri tersebut telah dihni oleh orang-orang Arab selama berabad-abad;
pada tahun 1948 ketika Israel didirikan, disana telah ada kota-kota yang
berkembang dengan subur seperti Yerusalem, Yaffa, Hebron, Lud dan
banyak lagi. “
PLO TV : “ Semua peristiwa yang berhubungan dengan Raja Saul, Daud
dan Rehabeam terjadi di Yaman, dan tidak ada sisa-sisa bangsa Ibrani
ditemukan di Israel, untuk alasan yang sederhana karena mereka tidak
pernah ada disini. “

Tanggapan : Alkitab sendiri menolak semua pernyataan tersebut.


Amsal Salomo 18 : 17 : “Pembicara pertama dalam suatu pertikaian
nampaknya benar, lalu datanglah orang lain dan menyelidiki perkaranya.”
Matius 23:38, “ Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi
sunyi.” .- yang meramalkan kehancurand dari Bait Suci dan Diaspora…
Yehezkiel 36 : 35-36 “ Tanah yang sudah lama tinggal tandus akan
dikerjakan kembali, supaya jangan lagi tandus di hadapan semua orang
yang lintas dari padamu. Sebaliknya mereka akan berkata :” Tanah ini
yang sudah lama tinggal tandus menjadi seperti Eden dan kota-kota yang
sudah runtuh, sunyi sepi dan musnah sekarang didiami dan menjadi
kubu.”

Rev. Colin Chapman dalam bukunya yang berjudul, “ Whose Promise Land ? “
menanyakan keabsahan dari pernyataan orang-orang Yahudi atas wilayah
Palestina. Chapman menyajikan suatu ringkasan data sejarah yang tidak
lengkap mengenai wilayah tersebut. Untuk mendapatkan kebenaran, kita harus
melihat data sejarah yang dilewatkan oleh Chapman. Sebagai contohnya dalam
satu judul kecil dari bab I : “Palestina dibawah Babilon, Persia dan Yunani. “
Sesuai dengan fakta sejarah, apa yang disajikan oleh Chapman tidak benar,
karena pada periode ketiga kerajaan tersebut, tidak pernah ada nama Palestina.
Apakah Orang Arab Memerintah Negeri Tersebut ?
Untuk memberikan legitimasi kepada orang-orang arab tersebut yang menguasai
tanah selama beratus-ratus tahun, Chapman mengasumsikan pada dua dinasti,
satu di seksi 1.9 berjudul, “ Palestine under the Arabs,” dan kemudian “Seljuk
Turks” [ 632 – 1096 ], membesar-besarkan periode dari “Penguasaan Bangsa
Arab” dengan menggabungkan keduanya.

“Ketika orang-orang Palestina Arab tidak dapat menyatakan menjadi “Orang


Arab Asli”, mereka dapat mempertahankan tanpa keraguan sedikitpun bahwa
nenek moyang mereka [ Bagaimanapun juga hal ini adalah bersifat campuran,
kalaupun ada ] telah tinggal di tanah tersebut selama lebih dari tiga belas abad
terakhir [ sejak abad ke tuju CE atau Masehi ] “

Sejarawan David George Hogarth, yang digambarkan oleh para penulis bangsa
Arab sebagai “ Salah seorang terhebat yang memiliki pengetahuan yang sangat
luas atas sejarah bangsa Arab” mengatakan sbb. :
“ Bangsa Arab yang memerintah orang-orang Arab atas seluruh wilayah Arab
dengan skala yang bersifat kekaisaran selama hampir satu abad, hanyalah
Kalifah Ummaya, pada waktu periode Damaskus dan tidak ada lagi. “

Sikap membesarkan terhadap pendapat Chapman terus berkembang. Faisal


Hussaini, seorang tangan kanan dari Yasser Arafat, ketika diwawancarai oleh
televis Zola Levitt dalam salah satu program menyatakan dengan terus terang
bahwa orang-orang Palestina asli berasal dari orang-orang Yebus sebelum
Abraham pindah ke Israel. Dia dengan jelas mengubah fakta-fakta sejarah untuk
masyarakat Amerika yang dia percaya kekurangan pengetahuan atas sejarah
timur.

Berlawanan dengan pernyataan-pernyataan tersebut yang mewabah di sekolah-


sekolah di Tepi Barat, orang-orang Palestina hari ini adalah para imigran atau
pendatang dari berbagai negara, “ Balkan, Yunani, Siria, Latin, Mesir, Turki,
Armenia, Italia, dsbnya. “ . Semuanya itu hanya dalam tahun 1878, dimana
kondisi yang tidak mengenakkan memksa mereka untuk berpindah ke Palestina.
141.000 orang-orang Muslim tinggal diseluruh wilayah Palestina pada tahun
1882, sedikitnya 25 % dari jumlah tersebut adalah pendatang yang baru tiba
setelah tahun 1831 dari penaklukan orang-orang Mesir.

Sepanjang sejarah terus sampai Ottoman Turki yang di taklukkan oleh Inggris
dan kemudian mengesahkan negara Israel, tidak pernah ada seruan untuk suatu
Negara Palestina kecuali setelah Orang-orang Yahudi menguasai Tanah
Tersebut.

Sebaliknya banyak fakta yang tidak terbantahkan baik secara histories dan
arkeologis dari kehadiran orang-orang yahudi di Yerusalem sejak 438 CE atau
Masehi, 200 tahun sebelum penaklukkan oleh bangsa Arab di tahun 638 CE atau
Masehi.

Sejak tahun 1820 CE atau Masehi, Kelompok orang-orang Yahudi merupakan


satu komunitas terbesar yang tinggal disana. Meskipun penyiksaan dan
penindasan, kehadiran orang-orang Yahudi di Yerusalem hanya terganggu dua
kali: dibawah penguasa Bizantium antara 135 CE dan 438 CE, dan selama
Kekuasaan Kerajaan Pasukan Salib sebagai yang terakhir dan antara tahun
1099 CE sampai 1187 CE.

Meskipun banyak catatan sejarah yang menyebutkan kondisi tanah Israel dalam
keadaan terbengkalai, Chapman tetap menyimpulkan : “ Terhadap situasi
Palestina di akhir abad ke-19, dengan 5 persen orang Yahudi dan 95 % orang
Arab yang tinggal dibawah Kekaisaran ottoman, “ Chapman kemudian
memberikan pukulan kepada Theodore Herszl, “ Tetapi saya tidak dapat melihat
bagaimana dia [ Herzl ] dapat dimaafkan dengan mengatakan bahwa Palestina
kepada masyarakat Eropa sebagai tanah tanpa orang-orang yang mendiami. “

Dalam keseluruhan sejarah bangsa Arab dan umat Muslim menaklukkan


Yerusalem, dan dengan kliam bahwa Bukit Bait Suci sebagi tempat ketiga
tersuci, tidak pernah ada satu sekolah Islam yang berpengaruh dan penting yang
dibangun disana atai sebuah ibu kota Yerusalem bangsa Arab. Kota Yerusalem
tidak pernah dikunjungi oleh para pemimpin Arab kecuali Raja Yordania, dan
perintah Sunnah untuk melakukan perjalanan haji mengunjungi Yerusalem tidak
dilaksana-kan oleh umat Muslim. Bahkan pengairan dan listrik tidak pernah
dibangun. Tidak pernah ada seruan untuk NegaraPalestina dalam seluruh
sejarah bangsa Arab, kecuali hanya setelah orang-orang Yahudi kembali ke
Israel. Sampai sekarang orang-orang Yahudi yang membuat semuanya yang
“tidak pernah “ menjadi mungkin. Mereka membuat Yerusalem menjadi sebuah
ibu kota, membuka tempat-tempat suci kepada semua umat dari tiga agama dan
membangun seperti yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

Tanah yang Terbengkalai


Masih ingat dengan nubuatan tentang padang pasir yang berubah menjadi
sebuah taman eden ? Diaspora orang-orang Yahudi, seperti yang telah
dinubuatkan oleh Tuhan Yesus dan para Nabi sebelum Dia, meninggalkan tanah
Israel menjadi terbengkalai dan tidak terawat.

Sebelum tahun 1800-an, wilayah Palestina tidak ditinggali kecuali oleh kantong-
kantong kecil sekelompok orang yang tidak menetap yang tersebar diseluruh
negeri. Sejarah berlawanan dengan propaganda-propaganda hari ini; Palestina
bukan suatu negara yang subur dalam 200 tahun terakhir dan tidak pernah
sampai orang-orang Yahudi membuat hal tersebut.
Disini ada beberapa bukti dari observasi yang dibuat oleh pengunjung dari
berbagai latar berlakang :

Pada tahun 1697, seorang peziarah dari ordo Franciscan menulis


keadaan Palestina, “ Suatu rumah dari para perampok, para pembunuh,
yang dihuni oleh orang-orang Sarasen… hal ini adalah sesuatu yang amat
menyedihkan untuk dikatakan sebagai seperti kota. Kita tidak melihat
apapun juga, hanya batu, penuh duri dan padang pasir. “

Untuk jumlah penduduk, dalam pertengahan 1700-an, Arkeolog Inggris


yang bernama Thomas Shaw menulis bahwa tanah Palestina adalah “
Kekurangan Penduduk untuk menggarap tanah sampai subur “

Count Constantine F. Volney menyatakan bahwa pada tahun 1793 jumlah


penduduk di Yerusalem adalah “ kurang dari 14.000, Hebron memiliki 900
pria, dan Betlehem hanya memiliki 600 orang pria dewasa. “

J.S. Buckingham menggambarkan kunjungannya pada tahun 1816 ke


Jaffa yang dilukiskan, “ Semua yang nampak adalah desa-desa yang
miskin dan setiap bagian dari semua yang dilihat adalah berhubungan
dengan kebodohan yang luar biasa” . Dan dia menggambarkan Ramla, “
Dimana, sebagai gambaran keseluruhan atas palestina, yaitu keruntuhan
yang lebih terlihat dibandingkan dengan yang didiami. “

Pujangga Perancis, Alphonse de Lamartine pada tahun 1835 berkata, “


Diluar gerbang Yerusalem kami sesungguhnya tidak melihat obyek yang
hidup. Tidak mendengan suara yang hidup.. Sebuah kesunyian kekal
yang lengkap meliputi seluruh kota. “

Ahli sejarah dan penulis De Haas mencatat : “ Sumber utama yang


menarik dari masalah kondisi Palestina adalah; kosong, sunyi, sampah
dan reruntuhan diantara tahun 1840 dan 1880…”

Pada tahun 1840-an, jumlah penduduk Yerusalem adalah 15.000 orang


yang terdiri dari 8.000 orang Yahudi, 4.500 orang Muslim dan sisanya
orang Kristen.

Pernyataan-pernyataan tanpa dasar dari oeang-orang Arab yang


menyatakan bahwa Yerusalem secara dominant dihuni oleh teritori orang-
orang Arab akan ditolak dengan statistik sebagai berikut :
Yahudi Muslim
Kristen
Thn 1844 7.120 5.000 3.390
Thn 1896 28.112 8.560 8.748
Thn 1922 33,971 13.413 14.699
Thn 1948 100.000 40.000 25.000
Carl Herman Voss berkata: “ Dalam dua belas setengah abad diantara
penaklukkan Arab pada abad ke tujuh sampai pada awal dari kembalinya
orang-orang Yahudi di tahun 1880, Palestina adalah tanah yang tandus.
Terusan kuno dan sistem irigasi telah dihancurkan dan kesuburan yang
menakjubkan seperti dikatakan alkitab digantikan dengan padang gurun
dan terbengkalai… dibawah Kekaisaran Ottoman dari Turki, kebijakan
penggundulan lereng bukit dengan menebang pohon-pohon dilanjutkan
dan lembah-lembah dirampok tingkat kesuburannya “

Yang mengejutkan adalah banyak dari mereka yang tidak bersimpati


kepada zionisme percaya bahwa orang-orang Yahudi telah memperbaiki
kondisi kehidupan dari orang-orang Arab Palestina. Sebagai contoh,
Dawood Barakat, editor dari surat kabar Mesir “Al-Ahram, “ menulis :
“adalah sangat mutlak diperlukan untuk suatu pemisahan yang
disetujui bersama antara zionisme dan arab, karena perang kata-
kata hanya akan menghasilkan kejahatan. Zionisme diperlukan
oleh negera: Uang yang akan mereka bawa, ilmu pengetahuan
mereka dan industrialisasi yang menjadi karakteristik mereka akan
memberikan kontribusi tanpa diragukan kepada pembaharuan
Palestina. “

Bahkan seorang pemimpin nasionalis Arab percaya bahwa kembalinya


orang-orang Yahudi ke tanah air mereka akan menolong menyadarkan
kembali negeri Palestina. Menurut Sherif Hussein, wali atau pengawal dari
Islamic Holy Places di Arabia :
“Sumber-sumber dari negeri adalah masih tanah yang belum
tersentuh dan akan dibangun oleh para pendatang orang-orang
Yahudi. Satu hal yang paling mengherankan sampai hari ini adalah
orang-orang Palestina terbiasa meninggalkan negeri mereka dan
mengembara tanpa arah ke segala penjuru. Sebutan sebagai
penududuk asli yang memiliki tanah tidak dapat lagi dipertahankan
oleh mereka, walaupun nenek moyang mereka telah tinggal disitu
selama 1.000 tahun. Pada saat yang bersamaan kita telah melihat
orang-orang Yahudi dari berbagai negara asing membanjiri
Palestina dari Rusia, Jerman, Austria, Spanyol, Amerika. Sebab
dari sebab tidak dapat membebaskan mereka yang telah memiliki
suatu pernyataan dari kemampuan untuk memahami sesuatu lebih
dalam. Mereka telah mengetahui bahwa Palestina hanya untuk
anak-anak yang asli, untuk semua perbedaan mereka, sebuah
tanah air yang suci dan dicintai. Kembalinya orang-orang terusir ini
ke tanah air mereka akan membuktikan secara material dan
spiritual yang menjadi suatu sekolah percobaan untuk saudara-
saudara mereka yang selalu bersama dengan mereka di lapangan,
di pabrik-pabrik, perdagangan dan dalam segala sesuatu yang
brhubungan dengan pekerjaan berat.”
Laporan Baedeker pada tahun 1911 menyatakan bahwa jumlah penduduk
Yerusalem adalah 70.000 dengan komposisi : 45.000 orang Yahudi,
15.000 orang Kristen dan 10.000 orang Muslim.

Raja Hussein dari Jordania meramalkan bahwa regenerasi dari Palestina


dan pertumbuhan jumlah penduduk terjadi hanya setelah orang-orang
Yahudi kembali dalam jumlah yang sangat besar.

Pertumbuhan yang cepat ini sebagai hasil dari beberapa faktor. Salah
satu penyebab perpindahan dari negara-negara tetangga, yang
disimpulkan adalah 37 persen dari jumlah pendatang sebelum negara
Israel berdiri adalah orang-orang bukan Yahudi yang ingin meengambil
keuntungan dari standard hidup yang lebih tinggi yang telah dibuat
menjadi mungkin oleh orang-orang Yahudi.Jumlah penduduk orang-orang
arab juga bertumbuk disebabkan oleh perbaikan kondisi kehidupan yang
diciptakan oleh orang-orang Yahudi seperti mereka memperbaiki saluran
air sehingga menurunkan wabah malaria dan membawa perbaikan
sanitasi dan masalah kesehatan di wilayah-wilayah yang ada. Tingkat
kematian bayi penduduk Muslim menurun dari 201 per 1000 di tahun 1925
menjadi 94 per 1000 di tahun 1945 dan tingkat harapan hidup meningkat
dari 37 tahun di tahun 1926 menjadi 49 di tahun 1943.

Pada kenyataannya, jumlah penduduk bukan Yahudi meningkat di kota-


kota dengan jumlah penduduk Yahudi yang besar yang telah menciptakan
kesempatan ekonomi baru. Dari tahun 1922 – 1947, jumlah penduduk
bukan Yahudi meningkat 290 persen di Haifa, 131 persen di Yerusalem
dan 158 persen di Jaffa. Pertumbuhan di kota-kota Arab adalah lebih
rendah : 42 persen di Nablus, 78 persen di Jenin dan 37 Persen di
Betlehem.

Selanjutnya Walid Shoebat menyatakan, “ Selama belasan abad, orang-orang


yang memerintah di Palestina tidak melakukan satupun dari apa yang telah
mereka [ orang Yahudi ] lakukan terhadap tanah Palestina. Saya katakan kepada
orang-orang Arab, jika klaim anda sekarang tehadap tanah Palestina didasarkan
pada panjang dan lamanya waktu kalian memerintah seperti yang dicatat
sejarah, adalah lebih baik mencari argument lain untuk medukungnya. “

Apakah Orang Yahudi Mencuri Tanah milik Orang Palestina ?

Pendapat Umum Orang-Orang Palestina :


“Orang-orang Yahudi memasuki Wilayah Palestina dengan kekuatan bersenjata
dan mencuri tanah-tanah yang ada. “
Tanggapan :
Bagaimana caranya ? Apakah mereka datang dengan pasukan artileri datau
dengan semua jenis senjata lain ? Apakah mereka mempunyai angkatan
bersenjata ? Dari front miiter mana mereka datang ? Jawaban dari pertanyaan ini
semua adalah, tentu saja, tidak. Disini adalah fakta yang sebenarnya :

Bangsa Yahudi mendirikan Israel diatas wilayah Palestina yang mereka


miliki dengan tiga cara :
1. Tanah milik Pemerintah yang secara sah dan legal diberikan kepada
mereka dibawah British Mandate.
2. Orang-orang Yahudi membeli sebagian dari orang-orang Arab
yang memang bersedia menjual tanah mereka. Orang-orang Arab
banyak yang menjual tanah mereka kepada orang-orang Yahudi yang
memang membayar dengan harga tinggi dan juga tanah tersebut
hanya sedikit lebih berharga dari yang lain bagi mereka. Kakek dari
Walid Shoebat sendiri menjual tanahnya kepada orang Yahudi dan dia
memiliki dokumen-dokumen bukti penjualan tersebut.
3. Semua Tanah yang lain diperoleh sebagai hasil dari
ketidaksuksesan serangan – serangan terhadap Israel, terutama
Perang Enam Hari ketika negara kecil yang baru berdiri berjuang
menghadapi angkatan bersenjata dari 5 negara-negara Arab,
ditambah orang-orang Palestina dan gerilyawan lain. Dan bahkan
banyak dari tanah-tanah tersebut telah dikembalikan ketika catatan-
catatan yang jujur dapat dibuktikan mengenai kepemilikan. Israel
mengembalikan penguasaan atas Sinai kepada Mesir, sepanjang
wilayah Eilat resort area yang sangat menguntungkan, sebagai hasil
dari persetujuan perjanjian gencatan senjata dengan Anwar Sadat.

Mingguan Fasl al-Maqal , yang dimiliki oleh deputy Parlemen Arab-


Israel Azmi Beshara dan mendasarkan dari kota dengan orang-orang
Arab yang lebih menonjol dan berkuasa di Nazaret di sebelah utara Israel,
mengeluarkan daftar 54 pemimpin Palestina yang menjual tanah
mereka kepada orang-orang Yahudi dari 1918 – 1945, diantaranya
sebagai berikut :

1. As’ad elShuqeiri, seorang sarjana Muslim yang taat dan ayah dari
pemimpin PLO Ahmed Shuqeiri, menerima uang orang Yahudi untuk
tanah miliknya.
2. Raja Abdullah menyewakan tanah kepada orang-orang Yahudi.
Pada kenyataannya, banyak pemimpin dari Gerakan Arab Nasionalis,
termasuk anggota-anggota dari Muslim Supreme Council, menjual
tanah kepada orang-orang Yahudi.
3. Laporan tersebut juga menyatakan bahwa Kakek dari Yasser Arafat
di Yerusalem menjual tanah kepada orang Yahudi dalam tahun-
tahun sebelum negara Israel berdiri.
4. Dokumen tersebut juga mengeluarkan satu cerita yang diberi judul
“Our Fathers On The Take” yang mengambil issue kembali ke era dari
British Mandate sebelum negara Israel berdiri tahun 1948, ketika
gerakan Zionisme sedang mencari-cari tanah di Palestina. Dokumen
tersebut melaporkan bahwa beberapa orang-orang tertinggi dalam
gerakan nasionalis Palestina, yang melawan negara Yahudi, pada
saat yang bersamaan, menjual tanah kepada badan-badan
organisai Yahudi, yang merupakan bagian dari perluasan dan
dikendalikan oleh Zionisme. Awad Abdel Fatah, Editor Kepala dari
Mingguan tersebut, mengatakan bahwa sumber-sumber dokumen
tersebut berasal dari Yordania berdasarkan dokumen resmi dari British
Mandate. “ Kami mempublikasi hanya sebagian dari dokumen untuk
menunjukkan peranan dari pemimpin Palestina sehubungan
berpindahnya tanah-tanah ke badan-badan Yahudi sebelum
perlawanan tahun 1948. “ Disamping kakek dari Yasser Arafat, nama-
nama dari pemimpin Palestina dalam daftar tersebut adalah :
a. Muhammad Taher al-Husseni, ayah dari Haj Amin Al-Huseni,
Imam Yerusalem dan Kepala tertinggi Gerakan Nasional
Palestina.
b. Kazem al-Husseni, kakek dari ibu Faisal Husseni, salah
seorang pegawai Tinggi PLO di Yerusalem. Kazem menjual
tanah-tanah di Yerusalem diantara tahun 1918 – 1920, Daftar
tersebut juga termasuk lima orang anggota keluarga lain dari
Husseni, salah satu klan Pimpinan PLO yang paling terkenal
sebelum 1948 dan juga hari ini.
c. Mussa al-Alami, Anggota dari High Arab Committee, High
Islamic Council dan Arab Executive Committee, badan utama
yang memimpin Gerakan Nasionalis Palestina melawan
Zionisme. Dia menjual 90 ha tanah ke orang-orang Yahudi di
Bisan, sekarang kita di sebelah utara Israel dari Beir Shean.
d. Ragheb al-Nashashibi, Mayor di Yerusalem dari 1920 – 1934
dan Kepala dari National Defense Party, menjual 120 ha tanah
di Jaffa, diluar Tel Aviv. Dia juga menjual tanah di Sebelah timur
Yerusalem yang mana kemudian di tempat tersebut berdiri
Hebrew University.
e. Yaakub al-Ghussein, Ketua dari Arab Fund yang dibentuk
dengan tujuan menggalang dana untuk membantu gerakan
Palestina, menjual tanah kepada orang Yahudi di Jaffa, apa
yang sekarang menjadi Jalur Gaza.
f. Orang-orang Elit Muslim dan Kristen Palestina juga banyak
yang menjual tanah – tanah mereka kepada orang Yahudi
termasuk Abdel Hadi, Bseiso dan Klan Fahum.

Disamping pertumbuhan dari jumlah penduduk, orang-orang Arab


melanjutkan untuk menyatakan bahwa mereka sedang digeser.
Kebenarannya adalah dari permulaan Perang Dunia I, sebagian tanah-
tanah di Palestina dimiliki oleh tuan-tuan tanah yang tidak tinggal di
Palestina [ owned by absentee ] tetapi tinggal di Kairo, Damaskus dan
Beirut. Kira-kira 80 dari orang-orang Arab Palestina adalah orang-orang
desa yang penuh dengan hutang, setengah nomad dan beduin.

Pada tahun 1946, Pemerintahan British Mandate melakukan penelitian


atas tanah-tanah, dan kepemilikannya adalah sbb. :
1. 70 % - Dimiliki oleh Pemerintahan British Mandate, yang
diperuntukkan untuk tanah air Nasional Bangsa Yahudi, dipindahkan
sesuai hukum internasional kepada Israel.
2. 8.6 % - Dimiliki oleh Orang-Orang Yahudi.
3. 3.3 % - Dimiliki oleh Warga Arab yang menetap.
4. 16.5 % - Dimiliki oleh Warga Arab yang bukan penduduk.

When Jews started to buy Arab lands, they actually went out of their
way to avoid purchasing property in areas where Arabs might be
displaced. They sought land was largerly uncultivated, swampy,
cheap and, most important, without tenants

Jadi dengan demikian orang-orang Yahudi membeli tanah-tanah yang


tidak dgarap, berawa-rawa, murah dan yang paling penting adalah tidak
ada yang menghuni atau penyewa di tanah tersebut. Orang-orang Yahudi
menghindari untuk membeli tanah di wilayah-wilayah dimana
kemungkinan orang-orang Arab akan dipindahkan.

Pada tahun 1920, Pimpinan Organisasi Buruh Zionisme David Ben-Gurion


memberikan perhatian kepada orang-orang Arab fellahin, yang dia lihat
sebagai “ Aset paling penting dari penduduk asli “ Ben Gurion berkata, “
kita harus dapat membeli tanah yang dimiliki oleh fellahin tanpa mereka
merasa dibawah paksaan atau bekerja dengan mereka. “

Ben Gurion kemudian mendukung untuk membebaskan mereka dari para


penindas mereka.

“Hanya jika seorangan fellahin ingin menginggalkan tempatnya untuk


menyelesaikan perkara hutang mereka, “ Ben Gurion menambahkan, “kita
sehrusnya menawarkan mereka untuk membeli tanah mereka, pada satu
harga yang pantas. “

Hal itu hanya setelah orang-orang Yahudi membeli semua tanah yang
tersedia untuk dijual kemudian baru mereka membeli tanah yang telah
ditanami. Banyak orang-orang Arab yang bersedia menjual disebabkan
keinginan untuk pindah ke kota-kota di pinggir pantai dan karena mereka
butuh uang untuk berinvestasi dalam industri citrus.
Ketika John Hope Simpson seorang Pegawai Sipil dari Inggris dan juga
penulis paling awal buku tentang pengungsi, tiba di Palestina pad bulan
May 1930, dia melihat :

“Mereka [ orang-orang Yahudi ] membayar dengar harga tinggi untuk


tanah yang mereka beli, dan ada tambahan yang mereka bayar untuk
tanah-tanah tertentu yang berpenghuni dengan sejumlah uang yang
banyak yang mana seharusnya mereka tidak terikat untuk membayarnya.

Pada tahun 1931, Lewis French mengadakan pengukuran dan penelitian


dari tanah-tanah yang tidak ada kepemilikan dan akhirnya dipakai untuk
suatu rencana dan plot baru dari sedikit orang Arab yang merasa “disita”
tanahnya. Pegawai British menerima lebih dari 3000 aplikasi, yang mana
hampir 80 5 dinyatakan tidak sah oleh Penasehat Hukum Pemerintah.
Dan menyisakan 600 aplikasi permohonan atas orang-orang Arab dan
100 dari mereka kemudian diterima oleh Pemerintah yang menawarkan
tanah.

Pada bulan April 1936, pecah satu pertikaian baru dari serangan orang-
orang Arab yang dipimpin oleh Gerilyawan Siria yang bernama Fawzi Al-
Qawukji, komandan dari Arab Liberation Army. Pada bulan November,
ketika Pemerintahan Inggris akhirnya mengirim sebuah komisi baru yang
dikepalai oleh Lord Peel untuk menyelidiki, 89 orang Yahudi dibunuh dan
lebih dari 300 orang terluka.

Laporan dari komisi Peel menemukan bahwa keluhan orang-orang Arab


mengenai tanah-tanah yang dimiliki oleh orang-orang Yahudi adalah
tanpa dasar. Hal itu ditunjukkan bahwa :

“…banyak dari tanah-tanah tersebut sekarang adalah rimbunan jeruk


yang dulunya adalah pasir atau semak belukar dan tidak digarap ketika
dibeli… ada sedikit bukti pada waktu penjualan yang paling awal bahwa
pemilik lahan memiliki pelatihan dan sumber-sumber untuk membangun
tanah tersebut…”

tambahan lagi, komisi menemukan kekurangan adalah “ meningkatnya


jumlah populasi orang-orang Arab, daripada masalah kekurangan tanah
yang dimiliki oleh orang-orang Yahudi. “

Laporan kemudian menyimpulkan bahwa kehadiran dari orang-orang


Yahudi di Palestina, sepanjang yang diketahui pemerintahan British
Mandate, telah menghasilkan tingkat upah yang lebih tinggi, satu
peningkatan standard hidup dan kesempatan kerja yang lebih luas.
Dalam memoarnya, Raja Abdullah dari Yordania menulis :

“Hal ini menjadi jelas bagi semuanya, dua-duanya melalui peta yang
dibuat oleh Komisi Simpson dan satunya lagi oleh Komisi Peel, bahwa
orang-orang Arab sebagai pemboros dalam penjualan tanah-tanah
mereka sama dengan mereka yang sia-sia meraung dan menangis. “

Bahkan dalam puncak revolusi Arab pada tahun 1938, Komisioner


Tertinggi dari British Mandate di Palestina yakin bahwa pemilik-pemilik
tanah Arab yang keberatan mengenai penjualan kepada orang-orang
Yahudi dengan harapan untuk menaikkan harga lebih tinggi untuk tanah-
tanah yang mereka ingin jual. Banyak pemilik tanah Arab yang merasa
terancam dengan pemberontakan orang-orang Arab memutuskan
untuk meninggalkan Palestina dan menjual property mereka kepada
orang-orang Yahudi.

Orang-orang Yahudi membayar dengan harga yang sangat tinggi diatas


harga pasar yang wajar kepada pemilik-pemilik tanah untuk suatu
kawasan kecil di tanah Arid. Pada tahun 1947, Orang-orang Yahudi di
Palestina menguasai kira-kira 463.000 acres. Hampir 45.000 diperoleh
dari Pemerintahan mandatory; 30.000 dibeli dari berbagai macam gereja
dan 387.500 dibeli dari orang-orang Arab. Penelitian terhadap pembelian
tanah dari 1880 sampai 1948 menunjukkan bahwa 73 persen dari rencana
pembelian tanah adalah kepada para pemilik-pemilik tanah yang kaya,
bukan kepada fellahin yang miskin. Mereka tersebut termasuk yang
menjual tanah yang meliputi sebagian dari Gaza, Yerusalem dan Jaffa.

Orang-orang Yahudi, sebelum perang, adalah mereka yang siap


hidup sebagai penduduk desa, membeli tanah-tanah dan
mengolahnya setelah bertahun-tahun tanah tersebut terbengkalai.
Orang-orang Yahudi yang memulihkan kondisi tanah dan membuatnya
menjadi seperti yang kita lihat hari ini, dengan tingkat ekonomi sepuluh
kali dari jumlah dari Mesir, Yordania dan Siria apabila digabung,
sementara orang-orang Arab sedang berkomplot untuk berperang
melawan orang-orang Yahudi sejak 1920-an dan bukannya mengusir
orang-orang Yahudi, mereka malah kehilangan satu setengah Palestina
pada tahun 1948.

Perlawanan bangsa Arab terhadap suatu negara Israel dimulai setelah


Deklarasi Balfour pada tahun 1917, yang mendukung ide suatu tanah air
nasional bagi bangsa Yahudi. Pada tahun 1920 terjadi pemberontakan
anti Zionisme di Palestina, yang kemudian akirnya Palestina dibawah
pemerintahan Kerajaan Inggris dibawah mandate Liga Bangsa-Bangsa.

Pada tahun 1936, satu revolusi Arab menyebabkan British Royal


Commision merekomendasikan pemisahan yang disetujui oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1947, tetapi ditolak oleh
bangsa-bangsa Arab.

Ketika menjadi jelas bahwa Inggris akan meninggalkan Palestina pada


tanggal 15 May, para pemimpin dari Yishuv memutuskan untuk
melaksanakan bagian dari rencana pemisahan dengan menyerukan
pendirian negara Israel.

Di Tel Aviv pada tanggal 14 Mei, Provisional State Council yang


sebelumnya bernama National Council,

“ … mewakili masyarakat Yahudi di Palestina dan Pergerakan Zionisme


Dunia, mempro-klamasikan berdirinya negara bangsa Yahudi di Palestina,
yang disebut Negara Isreal…”

Tidak ada waktu untuk merayakan. Pada tanggal 15 Mei, angkatan


bersenjata Mesir, Yordania, Syria, Libanon dan Irak bergabung dengan
orang-orang Palestina dan gerilya-wan Arab lainnya yang telah berjuang
melawan kekuatan bangsa Yahudi sejak November 1947 menyerang
Israel, dan peristiwa ini dikenal dengan nama Perang Kemerdekaan.
Bangsa-bangsa Arab gagal untuk mencegah berdirinya negara Israel, dan
perang diakhiri dengan empat perjanjian genjatan senjata yang
diprakarsai oleh PBB antara Israel dan Mesir, Libanon, Yordania dan
Siria. Perbatasan yang ditetapkan pada perjanjian gencatan senjata
tersebut tetap berlangsung sampai mereka ingin mengubah dengan
kemenangan kembali Israel terhadap para penyerang selama perang
enam hari pada tahun 1967.

Perang yang ditujukan untuk menghapuskan bangsa Yahudi berakhir


dengan kemenganan Israel. Dengan Kekalahan mereka, bangsa-bangsa
Arab menjadi defensif. Ini kenyataannya : semua negara-negara besar
memulai lima peperangan untuk menghapuskan sebuah negara kecil
Israel, sepanjang juga ratusan serangan terror, dan Bangsa Israel tetap
memang. Peperangan selalu mempunyai akibat-akibat peperangan dan
bangsa Arab tidak kebal dari rasa sakit obat mereka sendiri. Hafez al-
Assad, yang kemudian menjadi menteri pertahanan pada waktu
dimulainya perang tahun 1967 :

“ Angkatan Bersenjata kami sekarang siap secara keseluruhan ..untuk


melakukan pembebasan dan untuk menghancurkan kehadiran zionisme di
kampung halaman bansa Arab… waktunya telah tiba untuk masuk ke
dalam pertempuran pemusnahan.”

Presiden Nasser dari Mesir mendeklarasikan, “ Tujuan dasar kami adalah


penghancuran Negara Israel. “
Masih sampai hari ini, banyak orang-orang barat percaya bahwa bangsa
Arab sebenarnya ingin perdamaian. Kebenarannya adalah satu cerita
yang panjang tentang kejahatan dari “ Final Solution” atau solusi terakhir
akan berlanjut sesuai dengan yang direncanakan oleh Setan. Orang-
orang barat lupa siapa yang mendukung Hitler dalam Perang Dunia II,
Negara Uni Soviet selama Perang Dingin dan Saddam Hussein dalam
Perang Teluk. Sebaliknya mereka berkumpul di belakang Arafat yang,
sampai kematiannya, tetap menolak untuk merubah Piagam PLO yang
menyerukan untuk menghancurkan Israel.

[ Kutipan ini diterjemahkan dri buku karangan Walid Shoebat yang berjudul “Why
I Left Jihad – The Root of Terrorism and the Return of Radical Islam - Chapter
Four : Israel and The Land Controversy, Hal 153 – 168, “ diterbitkan oleh : Top
Executive Media, Tahun 2005, ISBN : 0-9771021-1-4 ]

Sengaja saya menterjemahkan hampir seluruh isi bab empat tersebut untuk lebih
memberikan pemahaman kepada anda mengenai tindakan atau bagaimana
orang-orang Yahudi datang dan kemudian menguasai tanah-tanah Palestina
dengan cara-cara damai dan cenderung berusaha menghindari konflik.

Apakah anda mempercayai tulisan Walid Shoebat tersebut diatas ?

Saya pribadi secara jujur berkata kepada anda mengenai pendapat saya bahwa
tulisan tersebut cukup fair dan tidak memihak dan berat sebelah kepada bangsa
Yahudi, karena sumber-sumber referensi yang dipakai merupakan sumber
dokume resmi yang dapat dipercaya.

Saya pibadi sendiri baru kali ini menemukan tulisan yang “membela” Orang
Yahudi dan Negara Israel tetapi didukung fakta yang cukup valid.

Dari keterangan Walid Shoebat tersebut, apakah orang-orang Yahudi mencuri


tanah-tanah orang Arab dengan cara-cara kekerasan ?

Apakah orang-orang Yahudi membeli tanah-tanah tersebut dengan cara-cara


yang licik dan menipu ?

Melihat “mukjizat” yang dibuat orang-orang Yahudi terhadap tanah Palestina


yang juga meningkatkan perbaikan hidup orang-orang Arab secara keseluruhan
yang tinggal Palestina, apakah kita menyimpulkan orang-orang Yahudi adalah
orang yang egois dan mementingkan diri sendiri ?

Dan secara keseluruhan, sekarang anda bisa menjawab pada diri anda sendiri,
apakah Gerakan Zionisme dari Tuhan atau Allah dalam Alkitab, atau dari Setan ?
Anda bebas menjawab sesuai dengan pendapat anda, tetapi kalau anda tanya
pendapat saya, maka dengan berani saya katakana bahwa gerakan Zionisme
adalah dari Allah dalam Alkitab ! Kenapa ? Karena apa yang dihasilkan oleh
segala sesuatu yang berasal dari Allah dalam Alkitab mendatangkan kebaikan
bagi kehidupan bersama ! hanya itu, tanpa ada penjelasan yang panjang dengan
dukungan ayat-ayat Firman Tuhan !

Walid Shoebat dengan pengakuannya yang jujur dan menyentuh hati, terutama
dalam bagian pertama dari bukunya tersebut yang berjudul, “ Confession Of
The Terrosist” menyatakan setelah dia mempelajari sejarah bangsa Yahudi baik
dari Alkitab Kristen, Alkitab Orang Yahudi, Sejarah Bangsa Yahudi, Lagu-Lagu
dan Kesenian Tradisi Yahudi, dia tidak dapat menemukan satu hal pun yang
mengajarkan tentang niat membunuh dan hal-hal yang berkaitan dengan orang
Yahudi yang kejam yang selama imi memenuhi otak dan hatinya begitu lama.

Pada kenyataannya, dia tidak menemukan satupun kata “Membunuh” atau


“Perang” dalam lagu-lagu dan kesenian Tradisi Yahudi. Kemudian Shoebat juga
menemukan bahwa bangsa Yahudi tidak pernah memulai perang, tidak pernah
mengambil alih negara lain [ kecuali Perang yang diperintahkan oleh Allah
dalam Alkitab kepada Yosua untuk merebut kanaan sebagai Tanah
Perjanjian ]. Tidak pernah melakukan pembunuhan besar-besar-an untuk
menghapuskan suatu bangsa. Tidak ada dalam tradisi Yahudi panggilan untuk
melakukan pengrusakan atau penghancuran. Pada kenyataan-nya justru yang
berlawanan, semuanya berhubungan dengan bagaimana caranya mengikuti
Perintah Allah mereka, melekatkan peraturan-peraturan hidup yang diajarkan
dalam Taurat, dan memelihara etika dalam agama Yahudi seperti tzedekah
( kebaikan dalam membantu orang-orang miskin ) dan juga prinsip tikun olam
( memperbaiki dunia) dan mitzvoth (perbuatan baik).

Mereka juga mempunyai cara yang luar biasa dalam meperbaiki kesalahan untuk
tindakan yang salah. Mereka tidak hanya memohon pengampunan dari Tuhan;
mereka juga diminta pergi untuk menjadikan benar dari yang salah. Jika kau
melukai seseorang, temui dia dan minta pengampunannya dan perbaiki atau
ganti kerugian yang terjadi. Jika dia sudah tidak ada lagi, cari anggota keluarga-
nya, jika juga tidak ada, cari komunitasnya. Untuk Orang Yahudi, untuk
menjadi orang yang baik artinya bertindak tidak hanya bicara.

Shoebat sangat heran, bagaimana bangsa Yahudi bisa hidup seperti ini, semen-
tara mereka selalu berada dalam situasi mempertahankan diri sepanjang sejarah
Alkitab, begitu juga sama dengan mereka hari ini ? Dari semua serangan yang
dilakukan babilon, Asyur, Amorit, Filistin, Edom – selalu dalam mempertahankan
diri.

Siapa Orang-orang Ini ?

Kemudian Shoebat teringat dalam perjalananya setelah bertobat ke Tanah Suci


dan berhenti di Hebron ketika dia melihat beberapa Orang Palestina melempari
batu orang-orang Yahudi dekat pemberhentian Bus di Qiryat Arba’a. Sopir Taxi
yang dikendarainya hendak meninggalkan daerah tersebut, tetapi Shoebat
meminta berhenti karena hendak menyaksikan peristiwa tersebut. Shoebat tidak
percaya dengan apa yag dilihatnya ! Dia melihat orang-orang Yahudi tersebut
memungut batu-batu tersebut kemudian tanpa satu kata marah atau makian
yang keluar, mereka masuk ke bis sambil membawa batu tersebut !

Mengapa ? Dia bertanya. Bukan mengapa orang-orang Palestina melempari


bus-bus mereka dengan batu, tetapi mengapa mereka, orang-orang Yahudi tidak
membalas aksi pelemparan batu tersebut ?

Kemudian dia teringat dengan Ibrahim, salah seorang sepupunya yang juga
anggota PLO, ketika berenang bersama kedua temannya di laut mediterania dan
hampir mati tenggelam, tetapi tiba-tiba seorang Yahudi dewasa melompat untuk
menyelamatkan nyawa mereka..

Dia juga teringat dengan dokter di Jerusalem yang menyelamatkan nyawa


ayahnya…

Mengapa Orang Yahudi mau menyelamatkan orang-orang yang bukan hanya


benci tetapi bahkan ingin membunuh mereka ?

“Kasihi musuhmu”, kata seorang rabbi yang kemudian mengajarkan kepada


Shoebat untuk melihat lebih jauh lagi dari hanya mengasihi orang-orang yang
memang mengasihi kita. Tetapi hal ini tidak berarti orang Yahudi menerima
ketidak-adilan atau tidak melakukan tindakan bela diri ketika diserang. Hal ini
berarti kita harus memperlakukan orang lain sama seperti kita ingin diperlakukan
oleh mereka, Dan hal itu sangat mengherankan Shoebat ! Kemudian Shoebat
menyadari, bahwa tidak pernah dia menemukan suatu program atau rencana
anti bukan Yahudi, Bangsa Yahudi yang melakukan pembunuhan besar-besaran
kepada orang-orang kafir, atau penghancuran besar-besaran yang dilakukan
oleh orang Yahudi terhadap bangsa lain. Peperangan atau pertempuran yang
mereka lakukan semuanya selalu dalam rangka pembelaan diri. Yang mana
untuk ini Shoebat berpikir bahwa umat Kristen harus banyak bertobat !

Ya ! Jadi Shoebat menemukan Jawabannya, karena mereka, orang-orang


Yahudi berusaha melaksanakan dan mematuhi semua Perintah Allah dalam
Alkitab !

Masih banyak pernyataan-pernyataan dari Walid Shoebat yang akan saya kutip
dari bukunya tersebut dan juga buku lain yang ditulisnya yang berjudul, “ Why
We Want To Kill You ? “ sehubungan dengan topik yang akan saya bahas nanti
di bagian lain.

Whalid Shoebat bukanlah Orang Kristen tadinya ! DIa seorang anggota terrorist
Muslim yang dari kecil sudah diajarkan untuk membenci orang-orang Yahudi dan
membunuh orang Yahudi merupakan tindakan yang terpuji ! Ketika dalam
kenyataan hidupnya dia melihat bahwa sikap, perkataan dan perbuatan orang-
orang Yahudi justru berlawanan dengan apa yang diajarkan kepadanya dari kecil
membuat dia kemudian bertanya-tanya, ada apa dengan orang-orang ini,
mengapa mereka bisa bersikap seperti itu ?

Pertemuan Shoebat dengan Kebenaran Injil dalam Tuhan Yesus dan pengenal-
an akan Allah dalam Alkitab, merupakan sebuah rencana dari Allah Roh Kudus
sendiri, ketika dalam usahanya mengislamkan istrinya, dia ditantang oleh Istrinya
yang berkata akan masuk Islam jika Shoebat bisa menunjukkan dalam Alkitab
hal-hal yang buruk dari bangsa Yahudi terhadap bangsa lain !....

Jadi anda bisa tanyakan kepada hati nurani anda yang paling dalam, apakah
bangsa dan negara Yahudi modern sekarang ini berasal dari Tuhan atau Setan ?

Semoga tulisan ini bisa menjadi berkat bagi kita semua, Haleluya, Amin…

************

También podría gustarte