Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Steven
P4600214001
lahan
yang
produktif
untuk
wisata bahari, dan lain-lain. Namun harus diingat pula bahwa bagaimanapun
juga reklamasi adalah bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhadap
keseimbangan lingkungan alamiah pantai yang selalu dalam keadaan seimbang
dinamis sehingga akan melahirkan perubahan ekosistem seperti perubahan pola
arus, erosi dan sedimentasi pantai, dan berpotensi gangguan lingkungan.
Undang-undang no. 27 tahun 2007 pada pasal 34 menjelaskan bahwa
hanya dapat dilaksanakan jika manfaat sosial dan ekonomi yang diperoleh lebih
besar dari biaya sosial dan biaya ekonominya. Namun demikian, pelaksanaan
reklamasi juga wajib menjaga dan memperhatikan beberapa hal seperti a)
keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat; b) keseimbangan antara
kepentingan
pemanfaatan
dan
pelestarian
lingkungan
pesisir;
serta
c)
membutuhkan
pengembangan
wilayah
daratan
untuk
pelabuhan
laut/penyeberangan,
kawasan
bandar
udara,
masyarakat
sebelum
direklamasi.
Perubahan
terjadi
harus
reklamasi
itu
adalah
kehancuran
ekosistem
berupa
hilangnya
menyebabkan
nelayan
tradisional
tergusur
dari
sumber-sumber
Letak Geografis
Kota Makassar terletak antara koordinat 119 241738 Bujur Timur dan
kordinat 58619 Lintang Selatan, dimana Kota Makassar terdiri atas 14 wilayah
kecamatan, dengan 143 kelurahan dengan luas wilayah 175,77 km persegi.
Sedangkan batas batas wilayah administrarif dari letak Kota Makassar,
antara lain :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkep
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa
- Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros
Kota Makassar dikenal pula merupakan salah satu kota besar di Indonesia
yang dikelilingi oleh pulau-pulau. Oleh karena itu Kota Makassar dikenal dengan
pesisir yang sangat berpotensi sumberdaya alamnya sehingga membuat
masyarakat berdatangan untuk memperoleh kehidupan dan lapangan kerja yang
baik.
Makassar
ini
pun
semakain
meningkat,
dengan
begitu
perkembangan
pembangunan pun juga semakin meningkat, terutama dikawasan pesisir. Hal ini
pula akan menimbulkan dampak negative terhadap sumberdaya alam.
Salah satu kegiatan atau proyek pembangunuan di kawasan pesisir Makassar
saat ini yang memiliki dana yang besar yakni pembangunan Megaproyek Utara
Makassar, dimana pembanguan yang sudah berjalan sejak tahun 2005 lalu
yakni Pembangunan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Untia, dan baru
baru ini pembangunan kampus terpadu juga sudah di lakukan.
PPN Untia secara administratif merupakan pelabuhan di salah satu
kampung yang berada Kampung Nelayan, desa Untia, kec. Biringkanaya,
Makassar, Sulawesi Selatan. Wilayah ini dapat ditempuh dengan menggunakan
kendaraan bermotor selama 1 jam.
Pelabuhan Peikanan Untia ini termasuk dalam perairan Teluk Makassar
dan merupakan pelabuhan baru yang belum selesai pembangunannya dan
belum beroperasi. Daerah sekitar pelabuhan ini terdapat banyak mangrove yang
tumbuh secara alami maupun ditanam oleh masarakat sekitar
Untia membutuhkan Rp124 miliar dan saat ini progresnya sudah 25 persen.
Saat ini pula sedang terbangun pelabuhan dengan melakukan reklamasi pantai
sepanjang 100 meter, ditambah kolam pelabuhan. Luas Pelabuhan Untia ini
sekitar 40 hektare. (Dikutip dari semangatbaru.com/beritasul-sel 2013).
Valuasi Ekonomi dampak Pembangunan Megaproyek Utara Makassar di
desa Untia Kota Makassar
Untuk menghitung valuasi ekonomi suatu pembangunan maka perlu
diperhatikan juga adalah dampak yang ditimbulkan dari pembangunan itu sendiri.
Dampak dari rencana pembangunan suatu usaha yang perlu diperhatikan
adalah:
kenyaman
hidup
manusia:
kebisingan,
keramaian,
kepadatan
penduduk.
Dampak pada kehidupan sosial dan budaya manusia, meliputi: Perpindahan
tempat tinggal, Hilangnya mata pencaharian yang merupakan bagian dari
prinsip hidup, Hilangnya semangat kebersamaan dan rusaknya tatanan
kota Makassar ini sepanjang pesisir di tumbuhi mangrove yang sangat lebat,
selain itu juga, pada lokasi ini masih banyak nelayan yang menafaatkan
mangrove tersebut selain manjadi nelayan (mencari ikan di laut). Pada daerah ini
juga masih sangat luas area tambak dan area pertanian (tanam padi) yang masih
dikelola oleh masyarakat setempat untuk mencari nafkah, serta masih bisa
menghirup udara segar dan bebas dari keramaian.
Salah satu sumberdaya yang akan mengalami dampak serius dari
pembangunan tersebut adalah ekosistem Mangrove. Oleh karena itu perlu
dilakukan valuasi nilai dari ekosistem tersebut, sehingga dapat diperhatikan pula
keberadaannya pada daerah tersebut. Berikut identifikasi nilai ekonomi dari
ekosistem Mangrove:
.
a) Nilai Penggunaan
Manfaat Langsung:
Manfaat langsung merupakan nilai guna ekosistem mangrove yang
dirasakan manfaatnya secara ekonomis
Jenis
Pemanfaatan
Biaya Operasional
(Rp/ha/thn)
Nilai Manfaat
(Rp/ha/thn)
Keuntungan/Manfaat
Optimal (Rp/ha/thn)
Kayu
162.825.16
251.946.56
89.121.40
Arang
154.928.33
163.577.24
8.648.91
Bibit mangrove
865.333.57
2.468.589.63
1.603.256.06
Burung
44.461.16
59.723.94
15.262.78
Ikan
7.105.133.72
7.249.454.37
144.320.65
Udang
8.070.154.66
27.605.733.5
19.535.578.84
Kepiting
682.121.16
3.651.743.05
2.969.621.89
1.999.646.08
2.350.734.38
351.088.30
Kerang
Tambak
Udang+Ikan
1.665.078.80
6.447.500.00
4.782.421.20
10
Tambak Udang
115.031.69
543.7200.81
419.689.12
11
Tambak Ikan
127.661.21
655.175.00
527.513.79
2.099.237.554
5.143.889.848
3.044.652.294
Jumlah
Nilai manfaat langsung yang diterima dari setiaap egiatan tersebut diatas
secara ekonomi atau analisis biaya dan manfaat menunjukkan nilai manfaat
ekosistem mangrove seberasr Rp. 5.143.889.848 per hektar/Tahun, dengan total
biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk operasional pemanfaatan
mangrove sebesar Rp. 2.099.237.554 per hektar/Tahun, sehingga diperoleh
keuntungan sebesar Rp. 3.044.652.294 per hektar/Tahun. Besarnya keuntungan
yang diperoleh ditentukan oleh luas area mangrove dan kondisi mangrove serta
harga pasar. Berdasarkan contoh diatas, pada pesisir Untia ini kegiatan yang
tidak dilakukan pemanfaatan untuk arang dan pemanfaatan burung. Jadi apabila
mengacu pada contoh diatas maka akan diperoleh keuntungan untuk daerah
mangrove disekitar pesisir Untia yakni sebesar Rp. 3.048.897.119 per
hektar/Tahun.
Manfaat Tidak Langsung:
Manfaat tidak langsung merupakan nilai guna ekosistem mangrove secara
tidak langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, akan tetapi eksistensi
atau keberadaan mangrove secara tidak langsung memberikan kontribusi
terhadap kelestarian lingkunagan baik secara fisik maupun ekobiologi. Adapun
manfaat tidak langsung ekosistem mangrove dapat dijabarkan sebagai berikut
in:
Manfaat tidak langsung secara fisik, keberadaan hutan mangrove
disuatuu lingkungan pesisir merupakan suatu karunia yang tak ternilai
harganya, oleh karena itu mangrove ini patut dipertahankan melalui kegiatan
rehabilitasi dan konservasi. Jika ekosistem mangrove berada dalam kondisi
baik, maka secara fisik dapat berfungsi sebagai pelindung pantai dari
gelombang, badai angina topan, dan intrusi air laut. Sedangkan apabila kondisi
Misal: 18.550 m
(18,55 km)
Rp. 3.000.000 per m3
axb
: Rp. 55.560.000.000
Misal: 113.02 Ha
Rp. 48.914.229.42
axb
: Rp. 5.528.286.209
Jadi total dari kedua contoh Nilai manfaat tidak langsung tersebut yakni
(manfaat tidak langsung secara fisik untuk lingkungan + manfaat tidak langsung
secara Ekobiologi) = Rp. 61.088.286.209 per hektar/Tahun.
b) Nilai Intristik
Nilai Pilihan dan nilai Keberadaan merupakan suatu bentuk pemanfaatan
potensi ekosistem mangrove pada masa mendatang dengan memperhitungkan
manfaat dan nilai keanekaragaman hayati ekosistem mangrove serta
mempertahankan untuk generasi selanjutnya, sehingga masih bisa dinikmati
untuk jagka panjang. Untuk menghitung nilai ini agak sulit, karena nilai pasar
tidak terdapat.
DAFTAR PUSTAKA
Bantuan PPN Untia Mubazir - JPNN.com. (diakses pada hari sabtu, 28 maret
2015)
http://darius-arkwright.blogspot.com/2010/04/pendahuluan-reklamasi-adalahsuatu.html
http://comph3ng.blogspot.com/2011/09/dermaga-biringkanaya.html
http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=1506161
http://bombenews.com/2015/02/23/kasus-ppn-untia-akan-jadwalkanpemeriksaan-saksi/
http://makassar.tribunnews.com/2011/06/14/fadel-muhammad-duit-saya-terbatas
http://citizen6.liputan6.com/read/609609/kemiskinan-nelayan-di-gemerlapnyakota-makassar
Saru, A. 2013. Mengungkap Potensi Emas Hijau di Wilayah Pesisir. Masagena
Press Makassar