Está en la página 1de 6

Nama

: Fisabela Apriliasari Rahmania

NIM

: 125020307111022

Konsep dasar dan tujuan audit sampling


Sampling

audit

merupakan

prosedur

audit

yang

bertujuan

untuk

mengevaluasi karakteristik dari keseluruhan saldo. Sampling audit dapat


diaplikasikan baik dalam uji pengendalian maupun tes substantif.
Ada ketidakpastian yang terdapat pada sampling audit yang kemudian
disebut dengan resiko audit, dimana ada 2 komponen yang terkait yaitu
resiko pengendalian dan resiko tes secara detail. Resiko audit bisa terkait
dengan sampling ataupun tidak.
Sampling beresiko (sampling risk) berhubungan dengan kemungkinan bahwa
sample yang diambil tidak merepresentasikan populasinya. Sedangkan
nonsampling risk ditujukan untuk jumlah resiko audit yang tidak terjadi untuk
pengujian beberapa data saja. Sumber dari nonsampling risk adalah
kesalahan manusia, prosedur audit tidak dilakukan dengan benar, salah
menafsirkan hasil dari sample, dan bergantung pada informasi yang belum
tentu benar.
Sampling statistik atau nonstatistik sama-sama membutuhkan keahlian
penilaian dalam merencanakan dan mengeksekusi sampling, kemduian
mengevaluasi hasilnya.
Sampling statistik akan menguntungkan auditor karena lebih efisien,
mengukur ketepatan bukti yang telah diperoleh, dan juga untuk evaluasi hasil
sample. Sampling statistik juga memungkinkan auditor untuk menentukan
jumlah dan mengendalikan resiko sampling. Sedangkan untuk sampling
nonstatistik, dibutuhkan seorang penilai profesional untuk bisa mengevaluasi
resiko sampling.
Pemilihan dari kedua jenis sampling di atas tidak akan mempengaruhi jenis
prosedur seperti apa yang akan diaplikasikan dan kekuatan bukti yang
diperoleh atas sample individu atau respon auditor terhadap kesalahan yang
ditemukan di sample tersebut.
Konsep Tes dan Uji Pengendalian dalam sampling
- Menentukan Tujuan dari Uji Pengendalian

Tujuan secara umum dari uji pengendalian adalah untuk memperkirakan


tingkat deviasi dari pengendalian pada suatu populasi. Ketika auditor
merencakan untuk sebuah uji pengendalian, ia harus memastikan bahwa
pengendaliannya telah dirancang dengan baik dan beroperasi pada
tempatnya.
- Menentukan Prosedur untuk Mengevaluasi Pengendalian Internal
Ada banyak prosedur yang bisa diterapkan untuk mengevaluasi
pengendalian

internal,

diantaranya

adalah

pemeriksaan

beberapa

individu, mengamati perilaku orang pada saat bekerja, inspeksi dokumen,


laporan dan data elektronik.
- Membuat Keputusan mengenai Teknik Sampling Audit
Untuk ukuran populasi sistem pada pengendalian internal yang relatif kecil,
auditor biasanya akan memilih untuk menggunakan sampling nonstatistik.
Sampling statistik paling efektif untuk digunakan di populasi yang lebih
besar.
- Memilih Populasi dan Unit Sampling
Populasi ditentukan oleh ketertarikan

pengendalian

internal

dan

merepresentasikan segala situasi ketika pengendalian harus dilakukan.


Sedangkan unit sampling menunjukkan cara auditor dalam mengidentifikasi
perilaku ketertarikan pengendalian internal. Ketika ada banyak lokasi dari
klien seperti divisi atau cabang, auditor bisa memilih berdasarkan masingmasing segmen sebagai populasi yang terpisah.
- Menggunakan Penilaian Profesional untuk Menentukan Ukuran Sample
Beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran sample adalah

sifat

pengendalian, frekuensi operasi, pentingnya pengendalian, resiko dari


resiko pengendalian terlalu rendah, tingkat deviasi yang dapat diterima,
tingkat deviasi populasi yang diharapkan, ukuran populasi (>5000/<5000)
- Memilih satu Sample
- Menjalankan Prosedur Audit
Saat auditor sudah memilih satu sampel, auditor harus menjalankan
prosedur audit untuk menentukan apakah pengendalian sudah dijalankan
secara konsisten dan sampai tingkat mana hal ini beroperasi dengan baik.
- Mengevaluasi Hasil Sample
Deviasi dari prosedur pengendalian yang telah dijelaskan harus di tabulasi,
dirangkum, dan dievaluasi. Penilaian profesional diperlukan dalam evaluasi
hasil kualitatif maupun kuantitatif.
Konsep Tes Substantif dalam sampling

- Menentukan Tujuan dari Tes Substantif


Tujuan utama dari tes substantif adalah untuk memperoleh bukti bahwa
saldo akun yang dicatat tidak salah saji secara material. Auditor perlu
melaksanakan pengujian lain pada sampel atau item-item dalam populasi
sebelum menyimpulkan bahwa seluruh asersi yang berkaitan dengan akun
tersebut telah bebas dari salah saji yang material.
- Menentukan Prosedur Audit Substantif yang Dijalankan
Prosedur substantif yang penting termasuk menguji transaksi dan saldo
secara detail.
- Memutuskan Teknik Sampling Audit
Probability Proportionate to Size (PPS) menguntungkan terutama untuk
menguji : piutang ketika akun pelanggan tidak signifikan, sekuritas
investasi, uji harga persediaan, dan penambahan aset.
- Memilih Populasi dan Unit Sampling
Populasi terdiri dari transaksi atau saldo akun untuk diuji. Untuk setiap
populasi, auditor harus memutuskan apakah semua item akan disertakan
(semua saldo/saldo debit saja/saldo kredit saja). Unit sampling dalam PPS
adalah dollar individu, dan populasi diartikan bahwa satu angka dalam
dollar adalah sama dengan jumlah dollar pada populasi lain.
- Menggunakan Penilaian Profesional dan Metode Statistik untuk Menentukan
Ukuran Sample
Beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran sample adalah nilai buku dari
populasi, resiko atas kesalahan penerimaan, kesalahan laporan yang dpat
diterima, dan antisipasi kesalahan laporan.
- Memilih suatu Sample
Dua langkah yang bisa ditempuh auditor untuk memilih adalah : Pertama,

auditor harus mneghitunng Interval Sampling dengan rumus

SI =

BV
n

Jika sudah diketahui hasilnya, langkah penting dalam proses pemilihan


adalah memilih angka yang acak diantara 1 sampai dengan hasil yang
diperoleh dari rumus (interval).
- Menjalankan Prosedur Audit
Saat auditor sudah memilih satu sampel, auditor harus menjalankan
prosedur

audit untuk menentukan seberapa besar kesalahan laporan

dalam item yang digunakan dalam auditing.


- Mengevaluasi Hasil Sample
- Kesimpulan
Dibuat dalam bentuk working paper. Menunjukkan bagaimana sample
dibuat/dirancang, bukti audit yang spesifik diperoleh, dan kesimpulan yang

dicapai

mengenai

saldo

akun.

Selain

itu,

kertas

kerja

audit

juga

mereferensikan ke kertas kerja lain di mana keputusan perencaan audit


yang penting, atau bukti audit yang lain didokumentasikan.

Kelebihan dan Kekurangan Sampling PPS


Kelebihan sampling PPS adalah :
-

Sampling PPS umumnya lebih mudah digunakan daripada sampling


variabel klasik karena auditor dapat menghitung ukuran sampel dan

mengevaluasi hasil sampel secara langsung atau dengan bantuan tabel


sampel sistematis PPS secara otomatis menujukkan beberapa item yang
secara individual signifikan jika nilai-nilainya melebihi pisah batas atas

moneter
Jika auditor memperkirakan tidak ada salah saji, sampling PPS biasanya
akan menghasilkan ukuran sampel yang lebih kecil daripada hasil dari

sampling variabel klasik


Sampel PPS lebih mudah dirancang, dan pemilihan sampel dapat dimulai
sebelum tersedia populasi yang lengkap

Sebaliknya, sampling PPS mempunyai kekurangan sebagai berikut :


-

Sampling PPS mengandung asumsi bahwa nilai audit unit sampling harus

tidak kurang dari nol atau lebih besar dari nilai bukti.
Jika kekurangsajian ditunjukkan dalam sampel tersebut, evaluasi atas

sampel tersebut memerlukan pertimbangan khusus


Pemilihan saldo nol atau saldo dengan tanda yang berbeda memerlukan
pertimbangan khusus

Sampling Statistik untuk uji pengendalian


Tahapan-tahapan

dalam

rencana sampling

pengendalian adalah sebagai berikut :


-

Menentukan tujuan audit


Merumuskan populasi dan unit sampling
Menetapkan atribut-atribut
Menentukan ukuran sampel
Menentukan metoda pemilihan sampel
Melaksanakan rencana sampling
Mengevaluasi hasil sampel

Mean per Unit Sampling

statistik

untuk pengujian

Sampling estimasi MPU meliputi penentuan nilai audit untuk setiap


unsur dalam sampel. Rerata dari nilai-nilai audit tersebut kemudian dihitung
dan dikalikan dengan jumlah unit dalam popualsi sehingga bisa diperoleh
taksiran total nilai populasi. Tujuan suatu rencana sampling MPU bisa untuk
(1) mendapatkan bukti bahwa saldo rekening menurut catatan adalah tidak
salah saji secara material, (2) mengembangkan suatu estimasi independen
tentang suatu jumlah, apabila tidak tersedia buku berdasarkan catatan.
Sampling Non Statistik untuk uji substantif
Perbedaan besar antara sampling statistik dan sampling nonstatistik adalah
dalam tahapan-tahapan penentuan ukuran sampel dan evaluasi atas hasil
sampel.

Sampling

statistik

lebih

obyektif,

sedangkan

nonstatistik

lebih subyektif.

Menentukan Ukuran Sampel

Agar dapat dilakukan evaluasi secara tepat atas sampel yang ukurannya
ditetapkan melalui pertimbangan subyektif, auditor bisa menggunakan table
statistik, walaupun hal itu tidak merupakan keharusan.

Evaluasi Hasil Sampel

Dalam sampling non statistik auditor harus (1) memproyeksi salah saji yang
dijumpai dalam sampel ke populasi, dan (2) mempertimbangkan risiko
sampling dalam mengevaluasi hasil sampel. Ada dua metode yang lazim
digunakan untuk memproyeksi salah saji dalam sampling nonstatistik yaitu:
1. Membagi jumlah total rupiah salah saji dalam smapel dengan bagian dari
total rupiah dalam populasi yang termauk dalam sampel.
2. Mengalikan rata-rata selisih antara nilai audit dengan nilai buku dari unsurunsur sampel dengan jumlah unit dalam populasi.
Dalam sampling nonstatistik, auditor tidak dapat menghitung cadangan
untuk risiko sampling untuk tingkat risiko keliru menerima dan risiko keliru
menolak tertentu. Perbandingan antara jumlah dan besarnya salah saji dalam
sampel dengan salah saji diharapkan juga berguna dalam menetapkan risiko
sampling. Apabila hasil sampel nonstatistik tidak menunjukkan tanda
mendukung nilai buku, maka auditor bisa (1) memeriksa tambahan unit
sampel

dan

melakukan

evaluasi

ulang,

(2)

menerapkan

prosedur

pengauditan alternatif dan melakukan evaluasi ulang. Seperti halnya dalam


sampling

statistik

sebelum

sampai

pada

pengambilan

kesimpulan

keseluruhan,

auditor

karakteristik salah saji.

harus

melakukan

penilaian

kualitatif

mengenai

También podría gustarte