Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Identitas Pasien
Nama penderita : Ny. NH
Umur
: 19 Tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
: Taman Agung, Kec Kalianda,
Lampung Selatan
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Agama
: Islam
Suku Bangsa: Palembang
Status
: Menikah
ALLOANAMNESIS
STATUS GENERALIS
STATUS DERMATOLOGIS
Lokasi : Regio volar sinistra et dekstra, regio cruris
sinistra et dekstra, Dermatom C3-C5 ,Dermatom T1T12
Inspeksi : Tampak erosi dengan dasar eritema
disertai krusta tebal kehitaman pada daerah tepi
erosi yang multipel dengan ukuran numular-plakat
dengan sebaran universal,(efloresensi primer seperti
vesikel tidak ditemukan lagi)
LABORATORIUM
Tidak dilakukan
Diagnosis Banding
Nekrolisis Epidermal Toksik
Erythema Multiform
Stafilococcal Scalded Skin Syndrom
Diagnosis Kerja
Stevens-Johnson syndrome
PENATALAKSANAAN
UMUM
Memberikan penjelasan pada orangtua pasien tentang penyakit yang
diderita
Menghentikan obat yang diduga menyebabkan penyakit yang diderita
Stabilisasi jalan napas dan hemodinamik, perawatan luka, dan
mengontrol nyeri.
Terapi cairan yang adekuat serta koreksi elektrolit.
Konsultasi dengan dokter spesialis lain (seperti spesialis mata, penyakit
dalam dan saraf)
KHUSUS
Sistemik (oral)
Siprofloxacin 2x400 mg i.v
Cetirizine 1x1 tab
Topikal :
Silver sulfadiazine 1 % krim
Pemeriksaan Anjuran
Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan imunologi
: Biopsi kulit
: Imunofluoresensi
Prognosis
Quo ad vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad functionam
: Dubia ad bonam
Quo ad sanationam: Dubia ad malam
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Steven Johnson sindrom merupakan sindrom yang
mengenai kulit, selaput lemdir di orifisium, dan mata
dengan keadaan umum yang bervariasi dari ringan
sampai berat ; kelainan pada kulit berupa eritema,
vesikel/bula, dapat disertai purpura. Pertama kali
dideskrpsikan tahun 1922, SJS merupakan kompleks
imun yang memediasi proses hipersentitifitas.
ETIOLOGI
Obat obatan merupakan faktor penyebab terpenting. Sedangkan
selebihnya yang berkembang dalam penyebab terjadinya EN
adalah faktor agen infeksius seperti bakteri atau virus.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi dari penyakit EN masih belum jelas, namun
dapat ditegakkan bahwa Obat obatan merupakan faktor
penyebab terpenting. Sedangkan selebihnya yang
berkembang dalam penyebab terjadinya EN adalah
faktor agen infeksius seperti bakteri atau virus.
Sasaran utama SJS dan NET adalah pada kulit berupa
dekstruksi keratinosit. Pada alergi obat akan terjadi
aktifitass sel T, termasuk CD4 dan CD8. IL-5 juga
meningkat. , juga sitokin-sitokin yang lain. CD4 terutama
terdapat dalam dermis, sedangkan CD8 pada epidermis.
Faktor resiko yang bisa memperberat SJS antara lain :
penyakit HIV atau autoimun yang lain (misal SLE).
MANIFESTASI KLINIS
gejala
gejala prodormal
berlangsung
berlangsung selama 1-14 hari
hari
.. Selain
Selain itu
itu dapat
dapat ditemukan
ditemukan
juga
juga gejala
gejala lain
lain seperti:
seperti:
demam,
demam, sakit
sakit tenggorokan,
tenggorokan,
menggigil,
menggigil, sakit
sakit kepala,
kepala, dan
dan
malaise.
malaise. Dalam
Dalam sedikit
sedikit kasus
kasus
dapat
dapat juga
juga ditemukan
ditemukan mual
mual
dan
dan muntah
muntah
Lesi
Lesi pada kulit
kulit
muncul
muncul dengan
dengan tiba-tiba.
tiba-tiba.
Kulit
Kulit akan mengalami
keadaan
keadaan melepuh
melepuh selama
selama 2-4
2-4
minggu,
minggu, lesi
lesi yang
yang terjadi
terjadi
biasanya
biasanya non
non pruritik.
Demam
Demam dilaporkan terjadi
pada
pada sekitar
sekitar 85%
85% kasus.
kasus. Lesi
Lesi
yang
yang terjadi
terjadi pada
pada bibir
bibir bisa
bisa
terjadi
terjadi sangat
sangat parah
parah sehingga
sehingga
pasien
pasien sampai
sampai kesulitan
kesulitan
untuk
untuk makan
makan
GAMBARAN FISIK
DIAGNOSIS BANDING
Burns Thermal
Eritema multiforme
Toxic Epidermal nekrolisis
Stafilococcal Scalded skin syndrome
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksa
an darah
Biopsi
kulit
Penatalaksanaan
Simtomatik
Simtomatik
Khusus
Khusus
Kortikosteroid sistemik:
Penggunaan kortikosteroid
masih kontroversial.
Imunoglobulin intravena
Cyclosporin:Adalah agen
imunosupresif yang kuat
dan secara teori berguna
dalam kasus EN
Plasmapheresis atau
hemodialisis
Agen anti Tumor Necrosis
Factor: Anti TNF
monoklonal antibodi
secara klinis sukses dalam
menurunkan gejala EN
PROGNOSIS
Adapun prognosis dari EN tidak dipengaruhi dari dosis ataupun golongan
obat yang diduga sebagai penyebab EN. Selain itu juga tidak dipengaruhi
human imunodefisiensy virus. Adapun angka mortalitas berkisar 5 12 %
untuk SJS sedangkan untuk TEN angka mortalitas melebihi 30%. Telah
dibuat prognosis skor untuk EN yang disebut Score Ten.
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda A. Sindrom Stevens-Johnson. In: Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. 5th edition. Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
2007.
Hamzah M. Erupsi Obat Alergik. In: Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. 5th edition. Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2007.
Klauss, wolff et al.,Fitzpatrick, Dermatology in General
Medicine seventh edition Volume 1&2,2008
Siregar, R.S. Sindrom Stevens Johnson. In : Saripati Penyakit
Kulit. 2nd edition. EGC. Jakarta. 2004.