Está en la página 1de 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Katarak merupakan salah satu penyakit mata yang cukup banyak di derita
oleh masyarakat di indonesia. Penyakit ini banyak di derita oleh kaum lansia
yang rata-rata tidak mengerti bahkan terkadang tidak tau tentang penyakit
yang di deritanya. Walaupun penyakit ini lebih sering diidentikkan dengan
orang tua atau kaum lansia, namun ternyata penyakit ini juga dapat
menyerang kaum dewasa, remaja, anak-anak, bahkan balita.
Maka dari itu, seorang perawat harus mengetahui cara penanganan dan
konsep dasar dari penyakit katarak ini, agar perawat dapat memberikan
pelayanan dan penanganan yang tepat pada pasien katarak. Mengingat
pentingnya al tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat dan mengupas
topik pembahasan ini agar kita sebagai tenaga kesehatan dapat lebih mengerti
dan memahami.

2.1

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah terkait dengan latar belakang di atas adalah

sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
3.1
1.

Apakah pengertian katarak?


Apa saja etiologi dari katarak?
Apa saja klasifikasi katarak?
Bagaimana patofisiologi katarak?
Apa manifestasi klinis katarak?
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien katarak?

Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini dapat dibagi menjadi dua yaitu,
Tujuan Umum
Penulisan ini ditujukan untuk memenuhi tuntutan akademik sebagai
tugas penulisan makalah untuk mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II.

2.

Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :

Untuk mengetahui dan memahami :


a.
b.
c.
d.
e.
f.
4.1

Pengertian katarak
Etiologi dari katarak
Klasifikasi katarak
Patofisiologi katarak
Manifestasi klinis katarak
Asuhan keperawatan pada pasien katarak

Manfaat Penulisan
Tulisan ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada berbagai pihak di

antaranya penting juga bagi seorang perawat agar mengerti akan konsep dasar
mengenai katarak sehingga dapat memberikan pelayanan yang tepat bagi klien
yang menderita katarak dan sangat penting untuk menunjang profesi sebagai
seorang perawat yang profesional.
5.1

Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah

small group discussion dan studi pustaka. Pengkajian studi mengenai materi
tersebut di-telaah melalui studi pustaka dengan menggunakan beberapa literatur
dan pencarian data dari internet. Penulis mencari literatur-literatur baik dari buku
literatur maupun dari internet yang berkaitan dengan topik dan sumbernya bisa
dipercaya. Literatur tersebut kemudian dianalisis dengan cara berdiskusi dalam
small group discussion dan diinterpretasikan dengan topik tentang katarak.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Katarak

Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi


akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau
akibat kedua-duanya yang disebabkan oleh berbagai keadaan. (Sidarta
Ilyas, dkk, 2008)
Katarak adalah opasitas lensa kristalina atau lensa yang berkabut
(opak) yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan,
tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak congenital). (Brunner &
Suddarth: 2002)
Katarak merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi
keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa,
sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan
penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan
berkurang (Corwin, 2000)
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang
dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi
protein lensa atau dapat juga akibat dari keduaduanya yang biasanya
mengenai kedua mata dan berjalan progesif. (Mansjoer, 2000: 62)
2.2 Etiologi Katarak
Ada beberapa etiologi katarak antara lain :
1. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti
merokok atau bahan beracun lainnya.
2. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik
(misalnya diabetes)
3. Degeneratif ( ketuaan), biasanya dijumpai pada katarak senilis
dikarenakan proses degenerasi atau kemunduran serat lensa karena
proses penuaan dan kemungkinan besar menjadi menurun
penglihatanya.
4. Trauma, contohnya terjadi pada katarak traumatika, seperti trauma
tembus pada mata yang disebabkan oleh benda tajam/ tumpul,
radiasi( terpapar oleh sinar X atau benda-benda radioaktif).
5. Penyakit mata lain, seperti uveitis.
6. Penyakit sistemik(diabetes militus), contohnya terjadi pada katarak
diabetika dikarenakan gangguan metabolisme tubuh secara umum
dan retina sehingga mengakibatkan kelainan retina dan pembuluh-

pembuluh darahnya. Diabetes akan mengakibatkan kelainan dan


kerusakan pada retina.
7. Defek kongenital, salah satu kelainan heriditer sebagai akibat
infeksi virus prenatal)dan katarak developmental terjadi pada
tahun-tahun awal kehidupan sebagai akibat dari defek kongenital.
Kedua bentuk ini mungkin disebabkan oleh faktor herediter, toksis,
nutrisional, atau proses peradangan.
2.3 Klasifikasi Katarak
1. Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan dalam golon
gan berikut :
a. Katarak perkembangan ( developmental ) dan degenerative.
b. Katarak trauma: katarak yang terjadiakibat trauma pada lensa
mata
c. Katarak komplikata (sekunder): penyakit infeksi tertentu dan
penyakit seperti DM dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan
pada lensa yang akan menimbulkan katarak komplikata
2. Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
a. Katarak kongenitial, katarak yang ditemukan pada bayi ketika
lahir (sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun)
b. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan
dibawah usia 40 tahun.
c. Katarak presenil, katarak sesudah usia 30-40 tahun
d. Katarak senilis, katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40
tahun. Jenus katarak ini merupakan proses degeneratif
(kemunduran) dan yang paling sering ditemukan
Adapun tahapan katarak senilis adalah :
1) Katarak insipient: pada stadium insipient (awal) kekeruhan lensa
mata masih minimal bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat
periksa. Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang
tidak teratur. Penderita pada stadium ini seringkali tidak merasakan
keluhan atau gangguan pada penglihatannya sehingga cenderung
diabaikan.
2) Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih
3) Katarak matur: pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus
berlangsung dan bertambah sampai menyeluruh pada bagian lensa
sehingga keluhan yang sering disampaikan oleh penderita katarak

pada saat ini adalah kesulitan saat membaca, penglihatan menjadi


kabur dan kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari
4) Katarak hipermatur: terdapat bagian permukaan lensa yang
sudahmerembes melalui kapsul lensa dan bisamenyebabkan
peradangan pada struktur mata yang lainnya

2.4 Patofisiologi
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation
(sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan
vitreous. Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di
bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior lebih
besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous
humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian
anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif NaK ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh
Ca-ATPase Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan
HMP-shunt (5%). Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk
biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas glutation
reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang
merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi
fructose oleh enzim sorbitol dehidrogenase.
Lensa mengandung 65% air, 35% protein dan sisanya adalah mineral.
Dengan bertambahnya usia, ukuran dan densitasnya bertambah.
Penambahan densitas ini akibat kompresi sentral pada kompresi sentral
yang menua. Serat lensa yang baru dihasilkan di korteks, serat yang
tua ditekan ke arah sentral. Kekeruhan dapat terjadi pada beberapa
bagian lensa.
Kekeruhan sel selaput lensa yang terlalu lama menyebabkan
kehilangan kejernihan secara progresif, yang dapat menimbulkan nyeri
hebat dan sering terjadi pada kedua mata.

Usia lanjut dan


proses
penuaan
Kurang
pengetahu
an
Tidak
mengenal
sumber
informasi

Congenital

cedera mata

atau bisa

Penyakit
metabolik
(misalnya DM)

Nukleus mengalami perubahan warna


menjadi coklat kekuningan
Perubahan fisik (perubahan pd serabut
halus multiple (zunula) yg memanjang dari
badan silier kesekitar daerah lensa)
Hilangnya
tranparansi lensa
Perubahan kimia dlm protein
lensa
koagulasi
mengabutkan
pandangan
Terputusnya protein lensa
disertai influks air kedalam
lensa

Kurang
terpapar
terhadap
informasi
tentang
CEMAS

prosedur
prosedur
invasive
pengangkatan
katarak

Usia meningkat
Penurunan enzim
menurun
Degenerasi pd lensa

Resiko tinggi
terhadap
infeksi

KATARAK
Post op

Nyeri

2.5 Manifestasi Klinis


Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan
silau serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan
penglihatan tadi.
2. menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam
hari
Gejala objektif biasanya meliputi:
1. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina
tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi
opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan
dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya
adalah pandangan menjadi kabur atau redup.
2. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.
Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan
bertambah putih.
3. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak
benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi
negatif.
Gejala umum gangguan katarak meliputi:
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
2. Gangguan penglihatan, bisa berupa:
a. Peka terhadap sinar atau cahaya.
b. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
c. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
d. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
3. Kesulitan melihat pada malam hari
4. Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa
menyilaukan mata
5. Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari )
Gejala lainya adalah :
1. Sering berganti kaca mata

2. Penglihatan sering pada salah satu mata.


3. Kadang katarak menyebabkan pembengkakan

lensa

dan

peningkatan tekanan di dalam mata ( glukoma ) yang bisa


menimbulkan rasa nyeri.

ASUHAN KEPERAWATAN

I.

PENGKAJIAN
Merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri dari tiga kegiatan yaitu pengumpulan data,pengelompokan
data dan perumusan diagnosa keperawatan.
A. Pengumpulan data
1. Identitas klien
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, suku bangsa,
pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal MRS dan diagnosa medis.
a. Keluhan utama
Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain:
a. Penglihatan kabur
b. Persepsi warna turun
c. Diplopia dan visus menurun
d. Ada hailo
e. Penglihatan memburuk pada siang hari/silau
f. Mata basah
Perawat harus menentukan apakah masalahnya hanya mengenai
satu atau dua mata dan berapa lama pasien sudah menderita kelainan
ini.
a. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang pada pasien katarak, misalnya
Penglihatan kabur, Persepsi warna turun, Diplopia dan visus
menurun, Ada hailo, Penglihatan memburuk pada siang hari.
Merupakan penjelasan dari keluhan utama.

b. Riwayat penyakit masa lalu


Adanya riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien
seperti DM,

hipertensi, pembedahan mata sebelumnya , dan

penyakit metabolic lainya yang memicu resiko katarak.


c. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan
penyakit yang berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi :
jumlah anggota keluarga, kebiasaan keluarga mencari pertolongan,
9

tanggapan

keluarga

mengenai

masalah

kesehatan,

serta

kemungkinan penyakit turunan


4. ADL ( Activity Daily Living)
a. Aktifitas/istirahat
Gejala
dengan

: perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan


gangguan penglihatan.

b. Makanan/cairan
Gejala

: muntah/mual (glaukoma akut ).

c. Neurosensori
Gejala
terang

: gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar


menyebabkan

silau

dengan

kehilangan

bertahap

penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/


merasa di ruang gelap (katarak). Penglihatan berawan/kabur,
tampak lingkaran cahaya/ pelangi sekitar sinar, kehilangan
penglihatan perifer, fotopobia (glaukoma akut ). Perubahan
kacamata/ pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda

: tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil

(katarak ). Pupil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea


berawan ( glaukoma darurat ). Peningkatan air mata.
d. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala

: ketidaknyamanan ringan/ mata berair (glaukoma

kronis). Nyeri tiba-tiba/ berat menetap atau tekanan pada sekitar


mata,sakit kepala (glaukoma akut).
e. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala

: Riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan

sistem vaskuler. Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor,(contoh


peningkatan tekanan vena ), ketidakseimbangan endokrin, diabetes
(glaukoma). Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.
5. Pemeriksaan fisik
a. Ketajaman Penglihatan
Cara termudah mengkaji penglihataan jarak dekat adalah
dengan meminta klien membaca materi yang dicetak dibawah

10

pencahayaan yang adekuat. Jika klien memakai kacamata


,kacamata dipakai saat pemeriksaan.
Pemeriksaan penglihatan jarak jauh dengan menggunakan
snellen chart. Klien diminta duduk atau berdiri 6,1 m dari snellen
chart untuk membaca semua huruf dimulai dari garis mana
saja,pertama dengan kedua mata terbuka kemudian denggan satu
mata tertutup dan minta klien tidak menekan mata. Skor ketajaman
penglihatan dicatat untuk setiap mata dan kedua mata. Mata normal
dapat membaca bagan dengan perbandingan 20/20.
b. Gerakan Ekstraokuler
Meminta klien untuk menatap kekiri dan kekanan,atau
minta klien duduk dan perawat mengangkat jari pada jarak (15-30
cm)lalu pasien mengikuti gerakan jari hanya dengan mata.
c. Lapang Pandang
Pada saat seseorang memandang lurus kedepan,semua
benda dibagian tepi normalnya dapat terlihat tanpa mata bergerak
mengikuti benda (pandangan lurus).
d. Stuktur Mata Ekstre
1) Posisi dan kesejajaran mata
a) Adakah tonjolan (eksoftalamus)
b) Tumor atau inflamasi
2) Alis
a) Simetris
b) Distribusi rambut
3) Kelopak mata
a) Posisi,warna,kondisi permukaan,kondisi dan arah bulu
mata,kemampuan klien untuk membuka,menutup dan
berkedip.
4) Aparatus Laktrimal
a) Inspeksi : adanya edema atau kemerahan
b) Palpasi : normalnya tidak teraba
5) konjungtiva dan sclera
a) konjungtiva : kemerahan
b) sclera : putih
6) Kornea
a) Bagian mata yang transparan,tidak berwarna,menutupi
pupil dan iris
7) Pupil dan iris

11

a) Pupil normal : hitam,bulat,regular,sama ukurannya


b) Iris :jernih
c) Perrla (pupil sama,bulat,reaktif thd cahaya

dan

akomodasi )
e. Struktur Interna Mata
Bagian interna mata tidak dapat diobservasi tanpa bantuan
alat

untuk

menerangi

oftalmoskop,digunakan
mencakup

untuk

retina,koroid,discus

struktur

strukturnya

menginspeksi
saraf

fundus

yaitu
yang

optikus,macula,fovea

sentralis,dan pembuluh retina.


6.

Pemeriksaan Diagnostik
a. Kartu mata Snellen / mesin telebinokular ( tes ketajaman
penglihatan dan sentral penglihatan) : mungkin terganggu dengan
kerusakan lensa, system saraf atau penglihatan ke retina ayau jalan
optic.
b. Pemeriksaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler,
mencatat atrofi lempeng optic, papiledema, perdarahan retina, dan
mikroaneurisme.
c. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukkan anemi
sistemik / infeksi
d. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan untuk
memastikan aterosklerosis.
e. Tes toleransi glukosa / FBS : menentukan adanya/ control diabetes.

II.

Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury: fisik
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang
tidak adekuat
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan dalam : status kesehatan

12

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan


III.
No
1

Rencana Keperawatan

Diagnosa keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil
Nyeri akut beruhubungan NOC :
dengan agen injury

yang

dan
emosional

yang muncul secara aktual

Pain Management

2. Pain control

1. Lakukan

Kriteria Hasil :

nyeri

tidak 1. Mampu

menyenangkan
pengalaman

NIC :

1. Pain Level

Definisi :
Sensori

intervensi

mengontrol

nyeri

(tahu

atau

menggambarkan

adanya

Internasional):

komprehensif termasuk
lokasi,

karakteristik,

tehnik

durasi,

frekuensi,

nonfarmakologi

untuk

mengurangi nyeri, mencari bantuan)


dengan

menggunakan
mengenali

kualitas

dan

faktor

presipitasi

manajemen 2. Observasi

reaksi

nonverbal

dari

nyeri

kerusakan (Asosiasi Studi 3. Mampu


Nyeri

secara

penyebab nyeri, mampu menggunakan

atau potensial kerusakan 2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang


jaringan

pengkajian

nyeri

(skala,

intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

ketidaknyamanan
3. Gunakan

teknik

serangan mendadak atau 4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri

komunikasi terapeutik

pelan intensitasnya

untuk

dari

berkurang

mengetahui

ringan sampai berat yang 5. Tanda vital dalam rentang normal

pengalaman

dapat diantisipasi dengan

pasien

akhir yang dapat diprediksi

4. Kaji

nyeri

kultur

yang

dan dengan durasi kurang

mempengaruhi respon

dari 6 bulan

nyeri
5. Evaluasi

pengalaman

nyeri masa lampau


6. Evaluasi
pasien

bersama
dan

tim

kesehatan lain tentang


ketidakefektifan
kontrol

nyeri

masa

lampau
7. Bantu
13

pasien

dan

keluarga untuk mencari


dan

menemukan

dukungan
8. Kontrol

lingkungan

yang

dapat

mempengaruhi

nyeri

seperti suhu ruangan,


pencahayaan

dan

kebisingan
9. Kurangi

faktor

presipitasi nyeri
10. Pilih

dan

lakukan

penanganan

nyeri

(farmakologi,

non

farmakologi dan inter


personal)
11. Kaji tipe dan sumber
nyeri

untuk

menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
13. Berikan
untuk

analgetik
mengurangi

nyeri
14. Evaluasi

keefektifan

kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan

tindakan

nyeri

tidak berhasil
17. Monitor

14

penerimaan

pasien

tentang

manajemen nyeri
Analgesic
Administration
1. Tentukan

lokasi,

karakteristik, kualitas,
dan

derajat

sebelum

nyeri

pemberian

obat
2. Cek instruksi dokter
tentang

jenis

obat,

dosis, dan frekuensi


3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan

atau

kombinasi

dari

analgesik

ketika

pemberian lebih dari


satu
5. Tentukan

pilihan

analgesik

tergantung

tipe dan beratnya nyeri


6. Tentukan

analgesik

pilihan,

rute

pemberian, dan dosis


optimal
7. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan

nyeri

secara teratur
8. Monitor

15

vital

sign

sebelum dan sesudah


pemberian

analgesik

pertama kali
9. Berikan analgesik tepat
waktu

terutama

saat

nyeri hebat
10. Evaluasi

efektivitas

analgesik, tanda dan


gejala (efek samping)
2

Resiko Infeksi

NOC :

NIC :

berhubungan dengan

1. Immune Status

Infection

pertahanan tubuh primer

2. Knowledge : Infection control

(Kontrol infeksi)

yang tidak adekuat

3. Risk control

1. Bersihkan lingkungan

Definisi : Peningkatan
resiko masuknya
organisme pathogen

Control

setelah dipakai pasien


lain

Kriteria Hasil :
1. Klien bebas dari tanda dan gejala

2. Pertahankan

teknik

isolasi

infeksi
2. Menunjukkan kemampuan untuk
mencegah timbulnya infeksi
3. Jumlah leukosit dalam batas normal
4. Menunjukkan perilaku hidup sehat

3. Batasi pengunjung bila


perlu
4. Instruksikan

pada

pengunjung

untuk

mencuci tangan saat


berkunjung dan setelah
berkunjung
meninggalkan pasien
5. Gunakan
antimikrobia

sabun
untuk

cuci tangan
6. Cuci

tangan

setiap

sebelum dan sesudah


tindakan kperawtan
7. Gunakan baju, sarung
16

tangan

sebagai

alat

pelindung
8. Pertahankan
lingkungan
selama

aseptik
pemasangan

alat
9. Ganti

letak

IV

perifer dan line central


dan

dressing

sesuai

dengan petunjuk umum


10. Gunakan

kateter

intermiten

untuk

menurunkan

infeksi

kandung kencing
11. Tingktkan

intake

nutrisi
12. Berikan

terapi

antibiotik bila perlu


Infection

Protection

(proteksi

terhadap

infeksi)
1. Monitor

tanda

dan

gejala infeksi sistemik


dan lokal
2. Monitor

hitung

granulosit, WBC
3. Monitor

kerentanan

terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring
terhadap

17

pengunjung
penyakit

menular
6. Partahankan
aspesis

teknik

pada

pasien

yang beresiko
7. Pertahankan

teknik

isolasi k/p
8. Berikan
kuliat

perawatan
pada

area

epidema
9. Inspeksi

kulit

membran

dan

mukosa

terhadap

kemerahan,

panas, drainase
10. Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
11. Dorong

masukkan

nutrisi yang cukup


12. Dorong

masukan

cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan

pasien

untuk minum antibiotik


sesuai resep
15. Ajarkan

pasien

dan

keluarga

tanda

dan

gejala infeksi
16. Ajarkan

cara

menghindari infeksi
17. Laporkan

kecurigaan

infeksi
18. Laporkan kultur positif
3

Kecemasan

berhubungan

NOC :

NIC :
18

dengan perubahan dalam :

1. Anxiety control

Anxiety

status kesehatan

2. Coping

(penurunan

Definisi :

kecemasan)

Perasaan gelisah yang


tak

jelas

Reduction

Kriteria Hasil :

dari

1. Gunakan

pendekatan

ketidaknyamanan

atau 1. Klien mampu mengidentifikasi dan


yang menenangkan
ketakutan yang disertai
2. Nyatakan dengan jelas
mengungkapkan gejala cemas
respon autonom (sumner 2. Mengidentifikasi,
harapan
terhadap
mengungkapkan
tidak spesifik atau tidak

dan

diketahui oleh individu);

mengontol cemas

menunjukkan

perasaan

tehnik

untuk

3. Jelaskan

keprihatinan 3. Vital sign dalam batas normal


disebabkan
dari 4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa
antisipasi
terhadap
tubuh
dan
tingkat
aktivitas
bahaya.

pelaku pasien
semua

prosedur dan apa yang


dirasakan

selama

prosedur

berkurangnya 4. Temani pasien untuk


memberikan keamanan

menunjukkan
kecemasan

dan mengurangi takut


5. Berikan
faktual
diagnosis,

informasi
mengenai
tindakan

prognosis
6. Dorong keluarga untuk
menemani anak
7. Lakukan back / neck
rub
8. Dengarkan

dengan

penuh perhatian
9. Identifikasi

tingkat

kecemasan
10. Bantu pasien mengenal
situasi
menimbulkan
kecemasan

19

yang

11. Dorong pasien untuk


mengungkapkan
perasaan,

ketakutan,

persepsi
12. Instruksikan

pasien

menggunakan

teknik

relaksasi
13. Barikan

obat

untuk

mengurangi kecemasan
4

Kurang

Pengetahuan

berhubungan
kurang pajanan

NOC :

NIC :

1. Kowlwdge : disease process

Teaching

2. Kowledge : health Behavior

Process

dengan

Kriteria Hasil :
1. Pasien dan keluarga menyatakan
pemahaman
kondisi,

tentang

prognosis

penyakit,

dan

program

dan

keluarga

melaksanakan

mampu

prosedur

yang

dan

menjelaskan
dijelaskan

1. Berikan

penilaian

tentang

tingkat

pengetahuan

pasien

tentang

proses

penyakit yang spesifik

keluarga
kembali

perawat/tim

dari

penyakit

bagaimana

dan

hal

ini

berhubungan dengan

dijelaskan secara benar


3. Pasien

disease

2. Jelaskan patofisiologi

pengobatan
2. Pasien

mampu
apa

yang

kesehatan

anatomi dan fisiologi,


dengan

cara

yang

tepat.
3. Gambarkan tanda dan

lainnya

gejala

yang

muncul

biasa
pada

penyakit, dengan cara


yang tepat
4. Gambarkan
20

proses

penyakit, dengan cara


yang tepat
5. Identifikasi
kemungkinan
penyebab,

dengna

cara yang tepat


6. Sediakan

informasi

pada pasien tentang


kondisi, dengan cara
yang tepat
7. Hindari harapan yang
kosong
8. Sediakan

bagi

keluarga

informasi

tentang

kemajuan

pasien dengan cara


yang tepat
9. Diskusikan perubahan
gaya

hidup

yang

mungkin

diperlukan

untuk

mencegah

komplikasi di masa
yang akan datang dan
atau

proses

pengontrolan penyakit
10. Diskusikan

pilihan

terapi

atau

penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi

atau

mendapatkan second
opinion dengan cara

21

yang

tepat

atau

diindikasikan
12. Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau

dukungan,

dengan

cara

yang

pasien

pada

tepat
13. Rujuk

grup atau agensi di


komunitas
dengan

lokal,

cara

yang

tepat
14. Instruksikan

pasien

mengenai tanda dan


gejala

untuk

melaporkan
pemberi

pada
perawatan

kesehatan,
cara yang tepat

IV.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pelaksanaan tindakan keperawatan disini merupakan realisasi yang telah
ditetapkan dalam perencanaan keperawatan.

V.

EVALUASI
1. Pasien mampu

mengontrol

nyeri

(tahu

penyebab

nyeri,

mampu

menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri), melaporkan


bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan managemen nyeri, mampu
mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri, menyatakan
rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

22

dengan

2. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi, tubuh pasien menunjukkan
kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi, jumlah leukosit dalam batas
normal, pasien menunjukkan perilaku hidup sehat.
3. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas,
mengidentifikasi,

mengungkapkan

dan

menunjukkan

tehnik

untuk

mengontol cemas
4. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan, Pasien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar

BAB IV
PENUTUP
3.1

Simpulan
Adapun simpulan yang dapat diberikan sehubungan dengan paparan
materi di atas adalah Katarak merupakan setiap kekeruhan pada lensa yang
dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein
lensa atau akibat kedua-duanya yang disebabkan oleh berbagai keadaan.
(Sidarta Ilyas, dkk, 2008). Katarak memiliki beberapa klasifikasi, diantaranya
berdasarkan garis besar katarak dan usia pasien, katarak ini dapat di tangani
dengan melakukan operasi.

3.2

Saran
Adapun saran yang dapat diberikan sehubungan dengan paparan materi
di atas adalah sebagai berikut.
1. Mahasiswa diharapkan untuk tidak melupakan paparan mengenai katarak
mengingat materi ini sangat berperan nantinya bagi mahasiswa dalam
menjalankan profesinya nanti.
2. Kepada pihak perawat diharapkan untuk mengetahui dan memahami
tentang katarak sehingga dapat mengaplikasikannya dalam pekerjaannya
nanti.

23

24

También podría gustarte