Está en la página 1de 12

Pengertian zina

Zina (bahasa Arab : , bahasa Ibrani : zanah ) adalah perbuatan


bersanggama antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh
hubungan pernikahan (perkawinan). Secara umum, zina bukan hanya di saat
manusia telah melakukan hubungan seksual, tapi segala aktivitas-aktivitas
seksual yang dapat merusak kehormatan manusia termasuk dikategorikan
zina.
Sedangkan zina secara harfiah artinya fahisyah, yaitu perbuatan keji. Zina
dalam pengertian istilah adalah hubungan kelamin di antara seorang lelaki
dengan seorang perempuan yang satu sama lain tidak terikat dalam
hubungan perkawinan
Dalam setiap agama, perzinahan merupakan sesuatu yang paling dibenci
dan dilarang. Konteksnya pada agama Islam, hal tersebut dapat dibuktikan
pada
surat surat Al quran tentang perzinahan atau melakukan hubungan seksual
diluar nikah diantaranya adalah:
Surat Yusuf ayat 24
Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud ( melakukan perbuatan itu )
dengan Yusuf, dan yusuf pun bermaksud (melakukan pula ) dengan wanita
itu andai kata dia tidak melihat tanda ( dari ) Tuhannya. Demikanlah, agar
kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan Kekejian.
Surat An Nur ayat 2 :
Perempuan yang berzina dan laki laki yang berzina, maka deralah tiap
tiap seorang dari keduanya seratus kali dera dan janganlah belas kasihan
kepada keduanya mencegah kamu untuk ( menjalankan ) agama Allah.
Selain itu pula, Allah SWT mengajarkan agar menjaga kemaluan .
Kemaluan dalam dan arti luas, termasuk dalam arti kemaluan adalah organ
sex
Surat Al Maaarif ayat 29
Dan orang orang yang memelihara kemaluannya. (criteria orang orang
yang dianjurkan oleh Allah SWT). Demikan halnya atas larangan Al Quran
mengenai homoseksualitas
Surat Araf ayat 81 :
Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu
(kepada mereka ), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kamu yang
melampaui batas.
Surat An Naml ayat 58
1

Dan kami turunkan atas mereka ( hujan batu), maka amat beratkah hujan
yang ditimpakan atas orang orang yang diberi peringatan itu. Jelaslah
secara yuridis bahwa pandangan Islam, terang terangan mengutuk
perbuatan zinah, berhubungan sex diluar perkawinan dan homo seksual.
Jadi bisa dikatakan bahwa zina merupakan perbuatan yang menimbulkan
kerusakan besar dilihat secara ilmiah. Zina adalah salah satu diantara sebabsebab dominan yang mengakibatkan kerusakan dan kehancuran peradaban,
menularkan penyakit yang sangat berbahaya, misalnya AIDS, dan lain-lain.
Mendorong orang untuk terus menerus hidup membujang serta praktek
hidup bersama tanpa nikah.
Berdasarkan hukum Islam, perzinaan termasuk salah satu dosa besar. Dalam
agama Islam, aktivitas-aktivitas seksual oleh lelaki/perempuan yang telah
menikah dengan lelaki/perempuan yang bukan suami/istri sahnya, termasuk
perzinaan. Dalam Al-Quran, dikatakan bahwa semua orang Muslim percaya
bahwa berzina adalah dosa besar dan dilarang oleh Allah.
Macam macam zina menurut pandangan islam
Sebuah hadits Dari Abu Hurairah r.a. Bahwa Rasulullah saw telah bersabda
yang artinya:
Kedua mata itu bisa melakukan zina, kedua tangan itu (bisa) melakukan
zina, kedua kaki itu (bisa) melakukan zina. Dan kesemuanya itu akan
dibenarkan atau diingkari oleh alat kelamin. (Hadis sahih diriwayatkan oleh
Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Ibnu Abbas dan Abu Hurairah).
dan
Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti
mengalaminya. Kedua mata zinanya melihat, kedua telinga zinanya
mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya memaksa (memegang
dengan keras), kaki zinanya melangkah (berjalan) dan hati yang berhazrat
dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisasi) oleh kelamin atau
digagalkannya. (HR Bukhari).
Adapun macam-macam zina yang akan kita pelajari, diantara :
Zina al-lamam
Zina ain (zina mata) yaitu memandang lawan jenis dengan perasaan senang.
Di dalam Islam ada jenis maksiat yang disebut dengan zina mata (lahadhat atau zina
ain). Lahadhat itu, pandangan kepada hal-hal, yang menuju kemaksiatan. Lahadhat
bukan hanya sekadar memandang, tetapi diikuti dengan pandangan selanjutnya.
Pandangan mata adalah sumber itijah (orientasi) kemuliaan, juga sekaligus duta nafsu
syahwat. Seseorang yang menjaga pandangan berarti ia menjaga kemaluan.
2

Barangsiapa yang mengumbar pandangannya, maka manusia itu akan masuk kepada
hal-hal yang membinasakannya.
Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, pernah menasihati Ali :
Jangan kamu ikuti pandangan pertamamu dengan pandangan kedua dan
selanjutnya. Milik kamu adalah pandangan yang pertama, tapi yang kedua bukan.
Dalam musnad Ahmad, disebutkan, Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, bersabda
Pandangan adalah panah beracun dari panah-pandah Iblis. Barangsiapa yang
menundukkan pandangannya dari keelokkan wanita yang cantik karena Allah, maka
Allah akan mewariskan dalam hatinya manisnya iman sampai hari kiamat
Yang tergolong zina mata (berzina dengan mata) adalah melihat dengan syahwat.
Misalnya: memandangi foto porno, mengintip cewek mandi, dsb.
Zina qolbi (zina hati) yaitu memikirkan atau menghayalkan lawan jenis dengan
perasaan senag kepadanya.
Zina hati adalah mengharap-harap kesempatan untuk berzina atau memelihara
hasrat untuk berzina. Dari kata-kata ukhti, saya tidak melihat adanya zina hati pada
diri ukhti. Ataukah ukhti mengira bahwa kecondongan hati terhadap si dia
merupakan zina hati? Ketahuilah bahwa kecondongan hati itu merupakan rasa cinta,
sedangkan rasa cinta itu halal dan bukan tergolong zina hati.
Dengan demikian pula, merindukan si dia atau pun merasakan getaran di hati ketika
memikirkan si dia bukanlah tergolong zina hati. Pengertian zina hati (berzina
dalam hati) adalah mengharap dan menginginkan pemenuhan nafsu birahi.
Contohnya: berpikiran mesum, Kapan-kapan aku akan ke tempat kostnya saat sepi
tiada orang lain. Siapa tahu dia mau kuajak begituan.
Zina lisan (zina ucapan) yaitu membincangkan lawan jenis dengan perasaan
senang kepadanya
Selain itu, menyampaikan kata-kata mesra kepada sang pacar bukanlah tergolong
zina lisan.Yang tergolong zina lisan adalah yang disertai dengan nafsu birahi.
Contohnya: ucapan mesum kepada pacar, Aku ingin sekali meletakkan mulutku ke
mulutmu berpagutan dalam ciuman.
Zina yadin (zina tangan) yaitu memegang tuuh lawan jenis dengan perasaan senag
kepadanya
Tangan dianggap telah melakukan zina dengan melakukan perbuatan yang tidak baik,
melakukan masturbasi atau onani untuk memperoleh kepuasan seksual dll. Jadi kalau
ditilik dari kaca mata tasawuf, maka masturbasi atau onani dikategorikan sebagai
bentuk zina tangan.
Sementara itu, orang yang telah melakukan masturbasi atau onani, apabila sampai
mengeluarkan sperma, maka baginya berlaku hukum mandi besar (junub). Hal itu
3

berdasarkan hadis Nabi saw yang mengatakan Air (mandi itu wajib) dari (keluarnya)
air (sperma). (HR Muslim). Apabila tidak sampai keluar sperma, maka tidak wajib
mandi besar.
Untuk itu Nabi saw dalam salah satu hadisnya menganjurkan Wahai para pemuda,
barang siapa yang sudah sanggup kawin, maka kawinlah, karena hal itu (kawin) akan
menjaga pandangan dan melindungi (kehormatan) kemaluan, dan jika tidak mampu,
maka hendaklah ia berpuasa, karena hal itu (puasa) akan mengekang hawa nafsu.
(HR Bukhari).
b. Zina Luar Al-Lamam (Zina Yang Sebenarnya)
zina muhsan yaitu zina yang dilakukan oleh orang yang telah bersuami istri,
hukumannya adalah dirajam sampai mati.
Zina gairu muhsan yaitu zina yang dilakukan oleh orang yang belum bersuami istri,
hukumannya adalah didera sebanyak 100X dengan menggunakan rotan.
Perbuatan zina adalah perbuatan dosa besar yang berakibat akan mendapatkan
sangsi yang berat bagi pelaku, oleh karena itu untuk menentukan bahwa seseorang
telah berbuat zina dapat dilakukan dengan 4 cara sbagaimana telah digariskan oleh
rasulullah saw, yaitu : ada 4 orang saksi yang adil, laki-laki, memberikan yang sama
mengenai: tempat, waktu, pelaku, dan cara melakukannya.
Pengakuan dari pelaku dengan syarat pelaku sudah baligh dan berakal. Menurut
imam syafii dan imam malik pengakuan cukup diucapkan oleh pelaku satu kali,
namun menurut imam abu hanifah dan imam ahmad pengakuan harus diulang-ulang
sampai empat kali, setelah itu baru dijatuhi hukuman.
Hukuman yang didapat untuk para pezina
Di dalam Islam, pelaku perzinaan dibedakan menjadi dua, yaitu pezina
muhshan dan ghayru muhshan. Pezina muhshan adalah pezina yang sudah
memiliki pasangan sah (menikah). Sedangkan pezina ghayru muhshan
adalah pelaku yang belum pernah menikah dan tidak memiliki pasangan sah.
Di bawah hukum Islam, perzinaan termasuk salah satu dosa besar. Dalam
agama Islam, hubungan seksual oleh lelaki/perempuan yang telah menikah
dengan lelaki/perempuan yang bukan suami/istri sahnya, termasuk
perzinaan. Dalam Al-Quran, dikatakan bahwa semua orang Muslim percaya
bahwa berzina adalah dosa besar dan dilarang oleh Allah.
Tentang perzinaan di dalam Al-Quran disebutkan di dalam ayat-ayat berikut;
Al Israa 17:32, Al Araaf 7:33, An Nuur 24:26. Dalam hukum Islam, zina akan
dikenakan hukum rajam.
Hukumnya menurut agama Islam untuk para penzina adalah sebagai berikut:
* Jika pelakunya muhshan, mukallaf (sudah baligh dan berakal), suka rela
(tidak dipaksa, tidak diperkosa), maka dicambuk 100 kali, kemudian dirajam,
berdasarkan perbuatan Ali bin Abi Thalib atau cukup dirajam, tanpa didera
dan ini lebih baik, sebagaimana dilakukan oleh Muhammad, Abu Bakar ashShiddiq, dan Umar bin Khatthab.
4

* Jika pelakunya belum menikah, maka dia didera (dicambuk) 100 kali.
Kemudian diasingkan selama setahun.
Sebagai konsekuensi atau larangan zina allah berfirman dalam surah an-Nurr
(24) ayat 4 dan 5 sebagai berikut:
Artinya: orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik (berbuat zina)
dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka
(yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima
kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang
fasik. Kecuali orang-orang yang berdaulat sesudah itu dan mmemperbaiki
(dirinya) maka sesungguhnya allah maha pengampun lagi maha penyayang.
Dalam kitabnya Abdul Qodir Audah dijelaskan:
:.[ 4]. : :
( )
{ } ,
.
[5]. :
,
, .
Jadi ketika perempuan atau laki-laki berbuat zina maka dihukum dengan
hukuman, yang pertama yaitu jilid, dan kedua adalah pengasingan.
Pertama, yaitu hukuman jilid, ketika gadis/perawan berzina maka dihukum
jilid 100 kali jilidan berdasarkan surat an-Nur ayat 2.
Hukuman jilid adalah dihad, yaitu hukuman yang ditetapkan, dan tidak boleh
bagi hakim (qodli) mengurangi atau menambahnya karena beberapa sebab.
Kedua, yaitu pengasingan, para ulama berbeda pendapat dalam hal ini,
menurut Imam Syafii dan Imam Ahmad adalah pengasingan dari daerah
yang dijadikan untuk zina ke daerah lain. Sedangkan menurut Imam Malik
dan Abu Hanifah tahgrib adalah menahan.
Syarat-syarat pezina mendapatkan hukuman
Hukuman yang ditetapkan atas diri seseorang
dilaksanakan dengan syaarat-syarat sebagai berikut:

yang

berzina

dapat

1 Orang yang berzina itu berakal/waras.


2.Orang yang berzina sudah cukup umur (baligh).
3.Zina dilakukan dalam keadaan tidak terpaksa, tetapi atas kemauannya
sendiri.
5

4.Orang yang berzina tahu bahwa zina itu diharamkan.


Jadi hukuman tidak dapat dijatuhkan dan dilaksanakan terhadap anak kecil,
orang gila dan orang yang dipaksa untuk melakukan zina.
Hal ini didasarkan pada hadits Nabi saw, sebagai berikut:
( ) :
Artinya: Tidaklah dicatat dari tiga hal: orang yang tidur hingga ia bangun,
dari anak-anak hingga dia baligh, dan dari orang gila hingga dia waras.
Solusi dalam permasalahan moral (zina)
Islam adalah agama fitrah yang mengakui keberadaan naluri seksual. Di
dalam Islam, pernikahan merupakan bentuk penyaluran naluri seks yang
dapat membentengi seorang muslim dari jurang kenistaan. Maka, dalam
masalah ini nikah adalah solusi jitu yang ditawarkan oleh Rasulullah saw
sejak 14 abad yang lampau bagi gadis/perjaka.
Selain itu, penerapan syariat Islam merupakan solusi terhadap berbagai
problematika moral ini dan penyakit sosial lainnya. Karena seandainya
syariat ini diterapkan secara kaffah (menyeluruh dalam segala aspek
kehidupan manusia) dan sungguh-sungguh, maka sudah dapat dipastikan
tingkat maksiat khalwat, zina, pemerkosaan dan kriminal lainnya akan
berkurang drastic.
Orang tua pun sangat berperan dalam pembentukan moral anaknya dengan
memberi pemahaman dan pendidikan islami terhadap mereka. Orang tua
hendaknya menutup peluang dan ruang gerak untuk maksiat ini dengan
menyuruh anak gadisnya untuk berpakaian syari (tidak ketat, tipis, nampak
aurat dan menyerupai lawan jenis). Memberi pemahaman akan bahaya
pacaran dan pergaulan bebas. Dalam konteks kehidupan masyarakat, tokoh
masyarakat dapat memberikan sanksi tegas terhadap pelaku zina sebagai
preventif (pencegahan). Jangan terlalu cepat menempuh jalur damai nikah,
sebelum ada sanksi secara adat, seperti menggiring pelaku zina ke seluruh
kampung untuk dipertontonkan dan sebagainya. Selain itu, majelis talim dan
ceramah pula sangat berperan dalam mendidik moral masyarakat dan
membimbing mereka.
Begitu pula sekolah, dayah dan kampus sebagai tempat pendidikan secara
formal dan informal mempunyai peran dalam pembentukan moral
pelajar/mahasiwa. Dengan diajarkan mata pelajaran Tauhid, Al-Quran, Hadits
dan Akhlak secara komprehensif dan berkesinambungan, maka para
pelajar/mahasiswa diharapkan tidak hanya menjadi seorang muslim yang
cerdas intelektualnya, namun juga cerdas moralnya (akhlaknya).
Peran Pemerintah dalam amal maruf nahi munkar mesti dilakukan.
Pemerintah diharapkan mengawasi dan menertibkan warnet-warnet, salon6

salon, kafe-kafe dan pasangan non-muhrim yang berboncengan. Karena, bisa


memberi celah dan ruang untuk maksiat ini. Mesti ada tindak pemblokiran
situs-situs porno sebagaimana yang diterapkan di Negara Islam lainnya
seperti Arab Saudi, Iran, Malaysia dan sebagainya.
Pengaruh zina terhadap kejiwaan
Keterkaitan antara aspek psikis pelaku perzinahan adalah factor yang saling
mendukung dan saling mempengaruhi otak untuk melakukan perbuatan.
Berikut adalah deskripsi kejiwaan pelaku perzinahan :
Psikis Hewani mendominasi
Maksudnya adalah kejiwaan manusia pelaku sudah tidak manusiawi lagi.
Kondisi yang ada ketika melakukan perzinahan baik bagi hetero seksual
maupun homo seksual, adalah psikis hewani yang mementingkan pemuas
nafsu birahi belaka. Sedangkan manusia, adalah makhluk yang beradab
dengan dilengkapi naluri manusiawi dan akal yang (seharusnya ) sehat.
Psikis yang adktif akan perzinahan.
Apabila seseorang melakukan perzinahan, secara statistic pasti akan
mengulanginya lagi (adiktif). Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya
penderita HIV / AIDS baik dalam skala nasional maupun internasional.
Sedangkan cara penularan virus HIV / AIDS yang paling banyak dijumpai
adalah dengan gonta ganti pasangan seksual (baik hetero seksual maupun
homoseksual). Cara penularan yang kedua adalah dengan penggunaan
jarum suntik yang tidak bersih secara klinis. Dengan demikian, akibat
kejiwaan adiktif terhadap perzinahan tersebut, mengakibatkan pada
kesehatan fisik si pelaku zinah.
Psikis yang ekstra posesif
Hal ini terjadi pada umumnya, didominasi oleh gay/ lesbian. Contoh kasus
yang tengah menjadi sorotan public saat ini adalah kasus pembunuhan
berantai yang dilakukan oleh tersangka Ryan atau Very Idham Afriansyah.
Setelah dilakukan uji psikologis oleh Tim Dokter Polri, tersangka Ryan divonis
menderita kelainan kejiwaan yang dalam bahasa Ilmu psikologi disebut
psikopat, yakni kondisi kejiwaan yang sangat labil dan tidak dapat
membedakan perbuatan yang baik atau buruk. Hal tersebut dapat terjadi
pada setiap orang yang salah satu pemicunya adalah sifat yang extra posesif
( rasa memiliki terhadap sesuatu yang berlebihan ).
Larangan berbuat zina
Zina dinyatakan sebagai perbuatan yang melanggar hukum yang harus
diberi hukuman setimpal, karena mengingat akibat yang ditimbulkan sangat
buruk. Hubungan bebas dan segala bentuk diluar ketentuan agama adalah
perbuatan yang membahayakan dan mengancam keutuhan masyarakat dan
merupakan perbuatan yang sangat nista. Allah SWT berfirman:
7

Artinya: Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah
perbuatan yang keji dan merupakan jalan yang buruk. (QS. al-Isra :32).
Jadi bisa dikatakan bahwa zina merupakan perbuatan yang menimbulkan
kerusakan besar dilihat secara ilmiah. Zina adalah salah satu diantara sebabsebab dominan yang mengakibatkan kerusakan dan kehancuran peradaban,
menularkan penyakit yang sangat berbahaya, misalnya AIDS, dan lain-lain.
Mendorong orang untuk terus menerus hidup membujang serta praktek
hidup bersama tanpa nikah.
Dengan demikian, zina merupakan sebab utama dari pada kemelaratan,
pemborosan, pencabulan, dan pelacuran. Maka dari itu Islam menetapkan
hukuman yang keras/berat terhadap pelaku zina. Dengan kata lain, Islam
menetapkan hukuman berdasarkan dan setelah menimbang bahwa
menghukum pelaku zina dengan hukuman yang lebih berat itu lebih adil
ketimbang membiarkan rusaknya masyarakat disebabkan merajalelanya
perzinahan. Hukuman yang dijatuhkan atas diri pezina memang
mencelakakan dirinya, tetapi memberi hukuman itu mengandung arti
memelihara jiwa, mempertahankan kehormatan dan melindungi keutuhan
keluarga.
Hukuman zina tidak hanya menimpa pelakunya saja, tetapi juga berimbas
kepada masyarakat sekitarnya, karena murka Allah akan turun kepada kaum
atau masyarakat yang membiarkan perzinaan hingga mereka semua binasa,
berdasarkan sabda Rasulullah saw:
Jika zina dan riba telah merebak di suatu kaum, maka sungguh mereka
telah membiarkan diri mereka ditimpa azab Allah. (HR. Al-Hakim).
Di dalam riwayat lain Rasulullah saw bersabda:
Ummatku senantiasa ada dalam kebaikan selama tidak terdapat anak zina,
namun jika terdapat anak zina, maka Allah Swt akan menimpakan azab
kepada mereka. (H.R Ahmad).
Hukum Aborsi Dalam Islam.
Di dalam teks-teks al Quran dan Hadist tidak didapati secara khusus hukum
aborsi, tetapi yang ada adalah larangan untuk membunuh jiwa orang tanpa
hak, sebagaimana firman Allah swt :


Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka
balasannya adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah
murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya adzab yang
besar( Qs An Nisa : 93 )

Begitu juga hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Masud bahwasanya


Rosulullah saw bersabda :



Sesungguhnya seseorang dari kamu dikumpulkan penciptaannya di dalam
perut ibunya selama empat puluh hari. Setelah genap empat puluh hari
kedua, terbentuklah segumlah darah beku. Ketika genap empat puluh hari
ketiga , berubahlah menjadi segumpal daging. Kemudian Allah mengutus
malaikat untuk meniupkan roh, serta memerintahkan untuk menulis empat
perkara, yaitu penentuan rizki, waktu kematian, amal, serta nasibnya, baik
yang celaka, maupun yang bahagia. ( Bukhari dan Muslim )
Maka, untuk mempermudah pemahaman, pembahasan ini bisa dibagi
menjadi dua bagian sebagai berikut :
Menggugurkan Janin Sebelum Peniupan Roh
Dalam hal ini, para ulama berselisih tentang hukumnya dan terbagi menjadi
tiga pendapat :
Pendapat Pertama :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya boleh. Bahkan
sebagian dari ulama membolehkan menggugurkan janin tersebut dengan
obat. ( Hasyiat Al Qalyubi : 3/159 )
Pendapat ini dianut oleh para ulama dari madzhab Hanafi, SyafiI, dan
Hambali. Tetapi kebolehan ini disyaratkan adanya ijin dari kedua orang
tuanya,( Syareh Fathul Qadir : 2/495 )
Mereka berdalil dengan hadist Ibnu Masud di atas yang menunjukkan bahwa
sebelum empat bulan, roh belum ditiup ke janin dan penciptaan belum
sempurna, serta dianggap benda mati, sehingga boleh digugurkan.
Pendapat kedua :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya makruh. Dan jika
sampai pada waktu peniupan ruh, maka hukumnya menjadi haram.
Dalilnya bahwa waktu peniupan ruh tidak diketahui secara pasti, maka tidak
boleh menggugurkan janin jika telah mendekati waktu peniupan ruh , demi
untuk kehati-hatian . Pendapat ini dianut oleh sebagian ulama madzhab
Hanafi dan Imam Romli salah seorang ulama dari madzhab SyafiI .
( Hasyiyah Ibnu Abidin : 6/591, Nihayatul Muhtaj : 7/416 )
Pendapat ketiga :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya haram. Dalilnya
bahwa air mani sudah tertanam dalam rahim dan telah bercampur dengan
9

ovum wanita sehingga siap menerima kehidupan, maka merusak wujud ini
adalah tindakan kejahatan . Pendapat ini dianut oleh Ahmad Dardir , Imam
Ghozali dan Ibnu Jauzi ( Syareh Kabir : 2/ 267, Ihya Ulumuddin : 2/53, Inshof :
1/386)
Adapun status janin yang gugur sebelum ditiup rohnya (empat bulan) , telah
dianggap benda mati, maka tidak perlu dimandikan, dikafani ataupun
disholati. Sehingga bisa dikatakan bahwa menggugurkan kandungan dalam
fase ini tidak dikatagorikan pembunuhan, tapi hanya dianggap merusak
sesuatu yang bermanfaat.
Ketiga pendapat ulama di atas tentunya dalam batas-batas tertentu, yaitu
jika di dalamnya ada kemaslahatan, atau dalam istilah medis adalah salah
satu bentuk Abortus Profocatus Therapeuticum, yaitu jika bertujuan untuk
kepentingan medis dan terapi serta pengobatan. Dan bukan dalam katagori
Abortus Profocatus Criminalis, yaitu yang dilakukan karena alasan yang
bukan medis dan melanggar hukum yang berlaku, sebagaimana yang telah
dijelaskan di atas.
Menggugurkan Janin Setelah Peniupan Roh
Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa menggugurkan janin setelah
peniupan roh hukumnya haram. Peniupan roh terjadi ketika janin sudah
berumur empat bulan dalam perut ibu, Ketentuan ini berdasarkan hadist Ibnu
Masud di atas. Janin yang sudah ditiupkan roh dalam dirinya, secara
otomatis pada saat itu, dia telah menjadi seorang manusia, sehingga haram
untuk dibunuh. Hukum ini berlaku jika pengguguran tersebut dilakukan tanpa
ada sebab yang darurat.
Namun jika disana ada sebab-sebab darurat, seperti jika sang janin nantinya
akan membahayakan ibunya jika lahir nanti, maka dalam hal ini, para ulama
berbeda pendapat:
Pendapat Pertama :
Menyatakan bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh hukumnya
tetap haram, walaupun diperkirakan bahwa janin tersebut akan
membahayakan keselamatan ibu yang mengandungnya. Pendapat ini dianut
oleh Mayoritas Ulama.
Dalilnya adalah firman Allah swt :



Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. ( Q.S. Al
Israa: 33 )
Kelompok ini juga mengatakan bahwa kematian ibu masih diragukan, sedang
keberadaan janin merupakan sesuatu yang pasti dan yakin, maka sesuai
10

dengan kaidah fiqhiyah : Bahwa sesuatu yang yakin tidak boleh


dihilanngkan dengan sesuatu yang masih ragu., yaitu tidak boleh
membunuh janin yang sudah ditiup rohnya yang merupakan sesuatu yang
pasti , hanya karena kawatir dengan kematian ibunya yang merupakan
sesuatu yang masih diragukan. ( Hasyiyah Ibnu Abidin : 1/602 ).
Selain itu, mereka memberikan permitsalan bahwa jika sebuah perahu akan
tenggelam, sedangkan keselamatan semua perahu tersebut bisa terjadi jika
sebagian penumpangnya dilempar ke laut, maka hal itu juga tidak
dibolehkan.
Pendapat Kedua :
Dibolehkan menggugurkan janin walaupun sudah ditiupkan roh kepadanya,
jika hal itu merupakan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan ibu dari
kematian. Karena menjaga kehidupan ibu lebih diutamakan dari pada
menjaga kehidupan janin, karena kehidupan ibu lebih dahulu dan ada secara
yakin, sedangkan kehidupan janin belum yakin dan keberadaannya terakhir.
( Mausuah Fiqhiyah : 2/57 )
Prediksi tentang keselamatan Ibu dan janin bisa dikembalikan kepada ilmu
kedokteran, walaupun hal itu tidak mutlak benarnya. Wallahu Alam.
Dari keterangan di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa para ulama sepakat
bahwa Abortus Profocatus Criminalis, yaitu aborsi kriminal yang
menggugurkan kandungan setelah ditiupkan roh ke dalam janin tanpa suatu
alasan syarI hukumnya adalah haram dan termasuk katagori membunuh
jiwa yang diharamkan Allah swt.
Adapun aborsi yang masih diperselisihkan oleh para ulama adalah Abortus
Profocatus Therapeuticum, yaitu aborsi yang bertujuan untuk penyelamatan
jiwa, khususnya janin yang belum ditiupkan roh di dalamnya.
Daftar Pustaka
1. http://www.psychologymania.com/2012/08/kehamilan-resiko-tinggi.html
2. http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2011/12/Pedoman-AMP.pdf
3. http://katri-kyky.blogspot.com/2012/05/audit-maternal-perinatal.html
4. http://mega-purnama-sari.blogspot.com/2012/05/satuan-acarapenyuluhan.html
5. http://triajengayu.blogspot.com/2012/11/amp-audit-maternal-perinatal.html
6. http://gudangsim.com/blog/?p=88
7. http://sirusa.bps.go.id/index.php?r=indikator/view&id=80
8. www.facebook.com/notes/aku-orang...perilaku.../259897243259
9. http://zenyqq.wordpress.com/2012/12/28/hukum-perzinahan-menurutpandangan-islam/
10. http://sahabatsejatimayah.blogspot.com/2012/07/aborsi-menurutpandangan-islam_08.html
11. http://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/258/
11

12

También podría gustarte