Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Dan kami turunkan atas mereka ( hujan batu), maka amat beratkah hujan
yang ditimpakan atas orang orang yang diberi peringatan itu. Jelaslah
secara yuridis bahwa pandangan Islam, terang terangan mengutuk
perbuatan zinah, berhubungan sex diluar perkawinan dan homo seksual.
Jadi bisa dikatakan bahwa zina merupakan perbuatan yang menimbulkan
kerusakan besar dilihat secara ilmiah. Zina adalah salah satu diantara sebabsebab dominan yang mengakibatkan kerusakan dan kehancuran peradaban,
menularkan penyakit yang sangat berbahaya, misalnya AIDS, dan lain-lain.
Mendorong orang untuk terus menerus hidup membujang serta praktek
hidup bersama tanpa nikah.
Berdasarkan hukum Islam, perzinaan termasuk salah satu dosa besar. Dalam
agama Islam, aktivitas-aktivitas seksual oleh lelaki/perempuan yang telah
menikah dengan lelaki/perempuan yang bukan suami/istri sahnya, termasuk
perzinaan. Dalam Al-Quran, dikatakan bahwa semua orang Muslim percaya
bahwa berzina adalah dosa besar dan dilarang oleh Allah.
Macam macam zina menurut pandangan islam
Sebuah hadits Dari Abu Hurairah r.a. Bahwa Rasulullah saw telah bersabda
yang artinya:
Kedua mata itu bisa melakukan zina, kedua tangan itu (bisa) melakukan
zina, kedua kaki itu (bisa) melakukan zina. Dan kesemuanya itu akan
dibenarkan atau diingkari oleh alat kelamin. (Hadis sahih diriwayatkan oleh
Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Ibnu Abbas dan Abu Hurairah).
dan
Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti
mengalaminya. Kedua mata zinanya melihat, kedua telinga zinanya
mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya memaksa (memegang
dengan keras), kaki zinanya melangkah (berjalan) dan hati yang berhazrat
dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisasi) oleh kelamin atau
digagalkannya. (HR Bukhari).
Adapun macam-macam zina yang akan kita pelajari, diantara :
Zina al-lamam
Zina ain (zina mata) yaitu memandang lawan jenis dengan perasaan senang.
Di dalam Islam ada jenis maksiat yang disebut dengan zina mata (lahadhat atau zina
ain). Lahadhat itu, pandangan kepada hal-hal, yang menuju kemaksiatan. Lahadhat
bukan hanya sekadar memandang, tetapi diikuti dengan pandangan selanjutnya.
Pandangan mata adalah sumber itijah (orientasi) kemuliaan, juga sekaligus duta nafsu
syahwat. Seseorang yang menjaga pandangan berarti ia menjaga kemaluan.
2
Barangsiapa yang mengumbar pandangannya, maka manusia itu akan masuk kepada
hal-hal yang membinasakannya.
Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, pernah menasihati Ali :
Jangan kamu ikuti pandangan pertamamu dengan pandangan kedua dan
selanjutnya. Milik kamu adalah pandangan yang pertama, tapi yang kedua bukan.
Dalam musnad Ahmad, disebutkan, Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, bersabda
Pandangan adalah panah beracun dari panah-pandah Iblis. Barangsiapa yang
menundukkan pandangannya dari keelokkan wanita yang cantik karena Allah, maka
Allah akan mewariskan dalam hatinya manisnya iman sampai hari kiamat
Yang tergolong zina mata (berzina dengan mata) adalah melihat dengan syahwat.
Misalnya: memandangi foto porno, mengintip cewek mandi, dsb.
Zina qolbi (zina hati) yaitu memikirkan atau menghayalkan lawan jenis dengan
perasaan senag kepadanya.
Zina hati adalah mengharap-harap kesempatan untuk berzina atau memelihara
hasrat untuk berzina. Dari kata-kata ukhti, saya tidak melihat adanya zina hati pada
diri ukhti. Ataukah ukhti mengira bahwa kecondongan hati terhadap si dia
merupakan zina hati? Ketahuilah bahwa kecondongan hati itu merupakan rasa cinta,
sedangkan rasa cinta itu halal dan bukan tergolong zina hati.
Dengan demikian pula, merindukan si dia atau pun merasakan getaran di hati ketika
memikirkan si dia bukanlah tergolong zina hati. Pengertian zina hati (berzina
dalam hati) adalah mengharap dan menginginkan pemenuhan nafsu birahi.
Contohnya: berpikiran mesum, Kapan-kapan aku akan ke tempat kostnya saat sepi
tiada orang lain. Siapa tahu dia mau kuajak begituan.
Zina lisan (zina ucapan) yaitu membincangkan lawan jenis dengan perasaan
senang kepadanya
Selain itu, menyampaikan kata-kata mesra kepada sang pacar bukanlah tergolong
zina lisan.Yang tergolong zina lisan adalah yang disertai dengan nafsu birahi.
Contohnya: ucapan mesum kepada pacar, Aku ingin sekali meletakkan mulutku ke
mulutmu berpagutan dalam ciuman.
Zina yadin (zina tangan) yaitu memegang tuuh lawan jenis dengan perasaan senag
kepadanya
Tangan dianggap telah melakukan zina dengan melakukan perbuatan yang tidak baik,
melakukan masturbasi atau onani untuk memperoleh kepuasan seksual dll. Jadi kalau
ditilik dari kaca mata tasawuf, maka masturbasi atau onani dikategorikan sebagai
bentuk zina tangan.
Sementara itu, orang yang telah melakukan masturbasi atau onani, apabila sampai
mengeluarkan sperma, maka baginya berlaku hukum mandi besar (junub). Hal itu
3
berdasarkan hadis Nabi saw yang mengatakan Air (mandi itu wajib) dari (keluarnya)
air (sperma). (HR Muslim). Apabila tidak sampai keluar sperma, maka tidak wajib
mandi besar.
Untuk itu Nabi saw dalam salah satu hadisnya menganjurkan Wahai para pemuda,
barang siapa yang sudah sanggup kawin, maka kawinlah, karena hal itu (kawin) akan
menjaga pandangan dan melindungi (kehormatan) kemaluan, dan jika tidak mampu,
maka hendaklah ia berpuasa, karena hal itu (puasa) akan mengekang hawa nafsu.
(HR Bukhari).
b. Zina Luar Al-Lamam (Zina Yang Sebenarnya)
zina muhsan yaitu zina yang dilakukan oleh orang yang telah bersuami istri,
hukumannya adalah dirajam sampai mati.
Zina gairu muhsan yaitu zina yang dilakukan oleh orang yang belum bersuami istri,
hukumannya adalah didera sebanyak 100X dengan menggunakan rotan.
Perbuatan zina adalah perbuatan dosa besar yang berakibat akan mendapatkan
sangsi yang berat bagi pelaku, oleh karena itu untuk menentukan bahwa seseorang
telah berbuat zina dapat dilakukan dengan 4 cara sbagaimana telah digariskan oleh
rasulullah saw, yaitu : ada 4 orang saksi yang adil, laki-laki, memberikan yang sama
mengenai: tempat, waktu, pelaku, dan cara melakukannya.
Pengakuan dari pelaku dengan syarat pelaku sudah baligh dan berakal. Menurut
imam syafii dan imam malik pengakuan cukup diucapkan oleh pelaku satu kali,
namun menurut imam abu hanifah dan imam ahmad pengakuan harus diulang-ulang
sampai empat kali, setelah itu baru dijatuhi hukuman.
Hukuman yang didapat untuk para pezina
Di dalam Islam, pelaku perzinaan dibedakan menjadi dua, yaitu pezina
muhshan dan ghayru muhshan. Pezina muhshan adalah pezina yang sudah
memiliki pasangan sah (menikah). Sedangkan pezina ghayru muhshan
adalah pelaku yang belum pernah menikah dan tidak memiliki pasangan sah.
Di bawah hukum Islam, perzinaan termasuk salah satu dosa besar. Dalam
agama Islam, hubungan seksual oleh lelaki/perempuan yang telah menikah
dengan lelaki/perempuan yang bukan suami/istri sahnya, termasuk
perzinaan. Dalam Al-Quran, dikatakan bahwa semua orang Muslim percaya
bahwa berzina adalah dosa besar dan dilarang oleh Allah.
Tentang perzinaan di dalam Al-Quran disebutkan di dalam ayat-ayat berikut;
Al Israa 17:32, Al Araaf 7:33, An Nuur 24:26. Dalam hukum Islam, zina akan
dikenakan hukum rajam.
Hukumnya menurut agama Islam untuk para penzina adalah sebagai berikut:
* Jika pelakunya muhshan, mukallaf (sudah baligh dan berakal), suka rela
(tidak dipaksa, tidak diperkosa), maka dicambuk 100 kali, kemudian dirajam,
berdasarkan perbuatan Ali bin Abi Thalib atau cukup dirajam, tanpa didera
dan ini lebih baik, sebagaimana dilakukan oleh Muhammad, Abu Bakar ashShiddiq, dan Umar bin Khatthab.
4
* Jika pelakunya belum menikah, maka dia didera (dicambuk) 100 kali.
Kemudian diasingkan selama setahun.
Sebagai konsekuensi atau larangan zina allah berfirman dalam surah an-Nurr
(24) ayat 4 dan 5 sebagai berikut:
Artinya: orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik (berbuat zina)
dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka
(yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima
kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang
fasik. Kecuali orang-orang yang berdaulat sesudah itu dan mmemperbaiki
(dirinya) maka sesungguhnya allah maha pengampun lagi maha penyayang.
Dalam kitabnya Abdul Qodir Audah dijelaskan:
:.[ 4]. : :
( )
{ } ,
.
[5]. :
,
, .
Jadi ketika perempuan atau laki-laki berbuat zina maka dihukum dengan
hukuman, yang pertama yaitu jilid, dan kedua adalah pengasingan.
Pertama, yaitu hukuman jilid, ketika gadis/perawan berzina maka dihukum
jilid 100 kali jilidan berdasarkan surat an-Nur ayat 2.
Hukuman jilid adalah dihad, yaitu hukuman yang ditetapkan, dan tidak boleh
bagi hakim (qodli) mengurangi atau menambahnya karena beberapa sebab.
Kedua, yaitu pengasingan, para ulama berbeda pendapat dalam hal ini,
menurut Imam Syafii dan Imam Ahmad adalah pengasingan dari daerah
yang dijadikan untuk zina ke daerah lain. Sedangkan menurut Imam Malik
dan Abu Hanifah tahgrib adalah menahan.
Syarat-syarat pezina mendapatkan hukuman
Hukuman yang ditetapkan atas diri seseorang
dilaksanakan dengan syaarat-syarat sebagai berikut:
yang
berzina
dapat
Artinya: Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah
perbuatan yang keji dan merupakan jalan yang buruk. (QS. al-Isra :32).
Jadi bisa dikatakan bahwa zina merupakan perbuatan yang menimbulkan
kerusakan besar dilihat secara ilmiah. Zina adalah salah satu diantara sebabsebab dominan yang mengakibatkan kerusakan dan kehancuran peradaban,
menularkan penyakit yang sangat berbahaya, misalnya AIDS, dan lain-lain.
Mendorong orang untuk terus menerus hidup membujang serta praktek
hidup bersama tanpa nikah.
Dengan demikian, zina merupakan sebab utama dari pada kemelaratan,
pemborosan, pencabulan, dan pelacuran. Maka dari itu Islam menetapkan
hukuman yang keras/berat terhadap pelaku zina. Dengan kata lain, Islam
menetapkan hukuman berdasarkan dan setelah menimbang bahwa
menghukum pelaku zina dengan hukuman yang lebih berat itu lebih adil
ketimbang membiarkan rusaknya masyarakat disebabkan merajalelanya
perzinahan. Hukuman yang dijatuhkan atas diri pezina memang
mencelakakan dirinya, tetapi memberi hukuman itu mengandung arti
memelihara jiwa, mempertahankan kehormatan dan melindungi keutuhan
keluarga.
Hukuman zina tidak hanya menimpa pelakunya saja, tetapi juga berimbas
kepada masyarakat sekitarnya, karena murka Allah akan turun kepada kaum
atau masyarakat yang membiarkan perzinaan hingga mereka semua binasa,
berdasarkan sabda Rasulullah saw:
Jika zina dan riba telah merebak di suatu kaum, maka sungguh mereka
telah membiarkan diri mereka ditimpa azab Allah. (HR. Al-Hakim).
Di dalam riwayat lain Rasulullah saw bersabda:
Ummatku senantiasa ada dalam kebaikan selama tidak terdapat anak zina,
namun jika terdapat anak zina, maka Allah Swt akan menimpakan azab
kepada mereka. (H.R Ahmad).
Hukum Aborsi Dalam Islam.
Di dalam teks-teks al Quran dan Hadist tidak didapati secara khusus hukum
aborsi, tetapi yang ada adalah larangan untuk membunuh jiwa orang tanpa
hak, sebagaimana firman Allah swt :
Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka
balasannya adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah
murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya adzab yang
besar( Qs An Nisa : 93 )
ovum wanita sehingga siap menerima kehidupan, maka merusak wujud ini
adalah tindakan kejahatan . Pendapat ini dianut oleh Ahmad Dardir , Imam
Ghozali dan Ibnu Jauzi ( Syareh Kabir : 2/ 267, Ihya Ulumuddin : 2/53, Inshof :
1/386)
Adapun status janin yang gugur sebelum ditiup rohnya (empat bulan) , telah
dianggap benda mati, maka tidak perlu dimandikan, dikafani ataupun
disholati. Sehingga bisa dikatakan bahwa menggugurkan kandungan dalam
fase ini tidak dikatagorikan pembunuhan, tapi hanya dianggap merusak
sesuatu yang bermanfaat.
Ketiga pendapat ulama di atas tentunya dalam batas-batas tertentu, yaitu
jika di dalamnya ada kemaslahatan, atau dalam istilah medis adalah salah
satu bentuk Abortus Profocatus Therapeuticum, yaitu jika bertujuan untuk
kepentingan medis dan terapi serta pengobatan. Dan bukan dalam katagori
Abortus Profocatus Criminalis, yaitu yang dilakukan karena alasan yang
bukan medis dan melanggar hukum yang berlaku, sebagaimana yang telah
dijelaskan di atas.
Menggugurkan Janin Setelah Peniupan Roh
Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa menggugurkan janin setelah
peniupan roh hukumnya haram. Peniupan roh terjadi ketika janin sudah
berumur empat bulan dalam perut ibu, Ketentuan ini berdasarkan hadist Ibnu
Masud di atas. Janin yang sudah ditiupkan roh dalam dirinya, secara
otomatis pada saat itu, dia telah menjadi seorang manusia, sehingga haram
untuk dibunuh. Hukum ini berlaku jika pengguguran tersebut dilakukan tanpa
ada sebab yang darurat.
Namun jika disana ada sebab-sebab darurat, seperti jika sang janin nantinya
akan membahayakan ibunya jika lahir nanti, maka dalam hal ini, para ulama
berbeda pendapat:
Pendapat Pertama :
Menyatakan bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh hukumnya
tetap haram, walaupun diperkirakan bahwa janin tersebut akan
membahayakan keselamatan ibu yang mengandungnya. Pendapat ini dianut
oleh Mayoritas Ulama.
Dalilnya adalah firman Allah swt :
Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. ( Q.S. Al
Israa: 33 )
Kelompok ini juga mengatakan bahwa kematian ibu masih diragukan, sedang
keberadaan janin merupakan sesuatu yang pasti dan yakin, maka sesuai
10
12