Está en la página 1de 15

Artritis Reumatoid

1. Pendahuluan
Mengutip pendapat Sjamsuhidajat (1997),artritis reumatoid merupakan
penyakit autoimun dari jaringan ikat terutama synovial dan kausanya multifactor.
Penyakit ini ditemukan pada semua sendi dan sarung sendi tendon,tetapi paling sering
di

tangan.

Selain

menyerang

sendi

tangan,dapat

pula

menyerang

sendi

siku,kaki,pergelangan kaki,dan lutut. Artritis kronik pada anak yang menyerang yan g
menyerang satu sendi atau lebih,dikenenal dengan artritis reumatoid juvenile. Noer S
(1996) mengatakan,artiritis rheumatoid merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik
kronik yang walaupun menisfestasi utamanya adalah poliartritis yang progressif,akan
tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.
Biasanya artritis reumatoid timbul secara sistemik. Gejala yang timbul berupa
nodul subkutan yang terlihat pada 30% penderita. Nodul sering terdapat pada
ekstremitas atas dan tampak sebagai veskulitis rheumatoid, yang merupakan
meniisfestasi ekstraartikuler. Bila penyakit ini terjadi bukan pada sendi,seperti di
bursa,sarung tendon,dan lokasi lainnya dinamakan rheumatoid ekstraartikuler.
Biasanya terjadi destruksi sendi progresif,walaupun terjadi masa serangan,sendi tetap
mengalami masa remimsi.
Destruksi jaringan sendi terjadi melalui dua cara. Pertama adalah destruksi
pencernaan oleh pruduksi protoase,kolagenase,dan enzim_enzim hidrolitik lainnya.
Enzim-enzim ini memecahkan tulang rawan,ligament,tendon,dan tulang pada
sendi,serta dilepaskan bersama-sama dengan radikal oksigen dan metabolit asam
arakidonat oleh leukosit polimorfonuklear (PMN) dalam cairan synovial. Proses ini
diduga adalah bagian dari suatu respon autoimun terhadap antigen yang diproduksi
secara local.
Selain itu,destruksi jaringan juga terjadi melalui kerja panus rheumatoid.
Panus merupakan jaringan granulasi vascular yang terbentuk dari sinovium yang
meradang dan kemudian meluas ke sendi. Sepanjang pinggir panus didapatkan
destruksi kolagen dan proteoglikan melalui produksi enzim oleh sel-sel didalam panus
tersebut.
Berdasarkan penelitian Kalinoglou,et al., (2008),indeks masa tubuh (BMI),dan
lemak tubuh klien artritis reumatoid berhubungan dengan merokok sigaret. Penurunan
masa otot berhubungan dengan perokok berat.
2. Pengertian Artritis Reumatoid

Artritis Reumatoid (RA) adalah penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak
diketahui penyebabnya. Karakteristik RA adalah terjadinya kerusakan dan proliferasi
pada membrane inovial,yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi,anklisis,dan
defomitas. Mekanisme imunologi tampak beperan penting dalam memulai dan
timbulnya penyakit ini. Pendapat lain mengatakan artritis reumatoid adalah gangguan
konik yang menyerang berbagai system organ. Penyakit ini adalah salah satu dari
sekelompok penyakit jaringan penyambung difus yang diperantarai oleh imunitas.
3. Epidemilogi
Artritis reumatoid merupakan suatu penyakit yang telah lama dikenal dan
tersebar luar diseluruh dunia serta melibatkan semua ras dan kelompok etnik.
Walaupun belum dapat dipastikan sebagai penyebab,factor genetic,hormonal,infeksi
dan beat shock protein (HSP) telah diketahui berpengaruh kuat dalam menentukan
morbiditas penyakit ini. HSP adalah sekelompok protein yang berukuran sedang (6090 kDa) yang dibentuk oleh sel seluruh spesias yang dibentuk sebagai suatu respon
terhaddap stress. Mekanisme antara sel T dengan HSP belum diketahui dengan jelas.
4. Insiden
Artritis rheumatoid terjadi kira-kira 2,5 kali ebih sering menyerang wanita
daripada pria (Price,1995). Menurut Noer S (1996) perbandingan antara wanita
dengan pria sebesar 3:1,dan pada wanita usia subur perbandingan mencapai 5:1. Jadi
perbanddingan antara wanita dengan pria kira-kira 1-2,5-3. Insiden ini meningkat
dengan bertambahnya usiaterutama pada wanita. Kecendrunnagn ini terjadi pada
wanita dan wanita subur diperkirakan karena adanya gangguan dalam keseimbangan
hormonal (esterogen) tubuh,namun hingga kini belum dapat dipastikan apakah factor
hormonal merupakan penyebab dari penyakit ini. Penyakit ini biasanya pertama kali
muncul pada usia 25-50 tahun,puncaknya adalah antara usia 40-60 tahun. Penyakit ini
menyerang orang-orang di seluruh dunia,dari berbagai suku bangsa. Sekitar 1% orang
dewasa menderita artritis rheumatoid yang jelas,dan dilaporkan bahwa di Amerika
Serikat setiap tahun timbul kira-kira 750 kasus baru persatu juta penduduk
(Price,1995).
5. Penyebab
Penyebab artritis rheumatoid masih belum diketahui secara pasti walaupun
banyak hal mengenai patologis penyakit ini telah terungkap. Penyakit ini belum dapat
dipastikan punya hubungan dengan factor genetic. Namun,berbagai factor (termasuk
kecendrunagn genetic) bisa mempengaruhi reaksi autoimun. Factor-faktor yang
berperan

antara

lain

adalah

jenis

kelamin,infeksi

(Price,1995),keturunan

(Price,1995;Noer S,1996),dan lingkungan (Noer S,1996). Dari penelasan diatas, dapat

disimpulkan bahwa factor yang berperan dalam timbulnya penyakit artritis


rheumatoid adalah jenis kelamin,keturunan,lingkungan dan infeksi
Dari penelitian mutakhir, diketahui pathogenesis artritis rheumatoid dapat
terjadi akibat rantai peristiwa imunologi yang terdapat dalam genetic. Terdapat kaitan
dengan pertanda genetic seperti HLA-Dw4 dan HLA-DR5 pada orang kulit putih.
Namun pada orang Amerika berkulit hitam, Jepang dan Indian Chippewa, hanya
ditemukan kaitan dengan HLA-Dw4.
6. Patofisiologi
Pada artritis rheumatoid,reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan
synovial. Proses pathogenesis mengahasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim
tersebut akan memecah kolagen seihingga terjadi edema, proliferasi membran
synovial,dan akhirnya membentuk panus. Panus akan menghancurkan tulang rawan
dan menimbulkan erosi tulang, akibatnya menghilangkan permukaan sendi yang akan
mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami
perubahan generative dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi
otot.
7. Menisfestasi Klinis
Ada beberapa menisfestasi klinis yang lazim ditemukan pada klien artritis
rheumatoid. Menisfestasi ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan.
Oleh karenannya penyakit ini memiliki menisfestasi klini yang sangat bervariasi.
Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, BB menurun dan

demam. Terkadang dapat terjadi kelelahan yang hebat.


Poliartritis simetris
Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat umum tetapi

terutama menyerang sendi-sendi.


Artritis erosif
Deformitas
Nodula-nodula reumatoid
Manifestasi ekstra-artikular (diluar sendi)

8. Penatalaksanaan
Pada keadaan akut kadang dibutuhkan pemberian steroid atau imunosupresan.
Sedangkan pada keadaan kronik sinevektomi mungkin berguna bila tidak ada
destruksi sendi yang luas. Bila terdapat destruksi sendi atau deformitas dapat
dianjurkan dan dapat dilakukan tindakan arthrodesis atau artroplastik. Sebaiknya pada

revalidasi disediakan bermacam alat bantu untuk menunjang kehidupan sehari-hari


dirumah maupun di tempat kerja.
9. Data Penunjang
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli-arthritis yang
simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap
sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau
gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen.

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas/ Istirahat
b. Gejala : Nyeri sendi karena pergarakan, nyeri tekan, yang memburuk dengan stres
pada sendi; kekuatan sendi pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan
simetris
c. Tanda : Malaise, keterbatasan rentang gerak; atrofi oto, kulit; kontraktur/kelainan
pada sendi dan otot.
d. Faktor-faktor stres akut
e. Makanan/Cairan
f. Higiene
g. Nyeri/kenyamanan
h. Interaksi social
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,


penurunan kekuatan otot.
3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
5. Kebutuhan pembelajaran mengenai penyakit, prognosis, dan

kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat, kesalahan


interpretasi informasi.
3. Intervensi dan Rasional :
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
a) Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktorfaktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
(R/ Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan
program)
b) Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai
kebutuhan
(R/Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan
kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit.
Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang
terinflamasi/nyeri)
c) Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter,
bebat, brace.
(R/ Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral.
Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada
sendi)
d) Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur,
sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak. (R/
Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi,
mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi)

e) Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu
bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres
sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi,
dan sebagainya.
(R/ Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan
luka dermal dapat disembuhkan)
f) Berikan masase yang lembut
(R/meningkatkan relaksasi/ mengurangi nyeri)
g) Dorong

penggunaan

teknik

manajemen

stres,

misalnya

relaksasi

progresif,sentuhan terapeutik, biofeed back, visualisasi, pedoman imajinasi,


hypnosis diri, dan pengendalian napas.
(R/ Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin meningkatkan
kemampuan koping)
h) Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.
(R/ Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan
rasa percaya diri dan perasaan sehat)
i) Beri obat sebelum aktivitas/ latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.
(R/ Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot/ spasme, memudahkan
untuk ikut serta dalam terapi)
j) Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat)
(R/ sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan
dan meningkatkan mobilitas.)
k) Berikan kompres dingin jika dibutuhkan
(R/ Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama periode akut)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
penurunan kekuatan otot.

Dapat dibuktikan oleh : Keengganan untuk mencoba bergerak/ ketidakmampuan


untuk dengan sendiri bergerak dalam lingkungan fisik. Membatasi rentang gerak,
ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan otot/ kontrol dan massa
( tahap lanjut ).
Hasil yang diharapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
a. Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.
b. Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau
kompensasi bagian tubuh.
c. Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas
Intervensi dan Rasional:
a. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi
(R/ Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari peoses
inflamasi)
b. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas
untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang
tidak terganmggu.
(R/ Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase
penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan)
c. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif dan
isometris jika memungkinkan
(R/ Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina
umum. Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya
aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi)
d. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan/
bantu tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis, trapeze
(R/ Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi.
Mempermudah perawatan diri dan kemandirian pasien. Tehnik pemindahan yang
tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit)

e. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace


(R/ Meningkatkan stabilitas ( mengurangi resiko cidera ) dan memerptahankan
posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor)
d.

f. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher. (R/ Mencegah fleksi leher)

e. Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan
berjalan
(R/ Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas)
f. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan
pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda.
(R/ Menghindari cidera akibat kecelakaan/ jatuh)
g. Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi.
(R/ Berguna dalam memformulasikan program latihan/ aktivitas yang berdasarkan
pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasikan alat)
h. Kolaborasi: Berikan matras busa/ pengubah tekanan.
(R/ Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk mengurangi
risiko imobilitas)
i. Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid).
(R/ Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut).
3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
Dapat dibuktikan oleh : Perubahan fungsi dari bagian-bagian yang sakit Bicara
negatif tentang diri sendiri, fokus pada kekuatan masa lalu, dan penampilan.
Perubahan pada gaya hidup/ kemapuan fisik untuk melanjutkan peran, kehilangan
pekerjaan, ketergantungan pada orang terdekat.

Perubahan pada keterlibatan sosial; rasa terisolasi Perasaan tidak berdaya, putus
asa
Hasil yang diharapkan / kriteria Evaluasi-Pasien akan :
Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi

penyakit,

perubahan

pada

gaya

hidup,

dan

kemungkinan

keterbatasan.
Menyusun rencana realistis untuk masa depan.
Intervensi dan Rasional:.
a. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan
masa depan.
(R/Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan konsep dan
menghadapinya secara langsung)
b. Diskusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat.
Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam memfungsikan gaya
hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual.
(R/Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan
interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi/
konseling lebih lanjut)
c. Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang terdekat menerima
keterbatasan.
(R/ Isyarat verbal/non verbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor
pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri)
d. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.
(R/ Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan bermusuhan umum
terjadi)
e. Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu
memperhatikan perubahan.

(R/ Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptive,


membutuhkan intervensi lebih lanjut)
f. Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
perilaku positif yang dapat membantu koping.
(R/ Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat
meningkatkan perasaan harga diri)
g. Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan.
(R/ Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri)
h. Berikan bantuan positif bila perlu.
(R/ Memungkinkan pasien untuk merasa senang terhadap dirinya sendiri.
Menguatkan perilaku positif. Meningkatkan rasa percaya diri)
i. Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis psikiatri,
psikolog.
(R/ Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama berhadapan
dengan proses jangka panjang/ ketidakmampuan)
j. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan obatobatan peningkat alam perasaan.
(R/ Mungkin dibutuhkan pada sat munculnya depresi hebat sampai pasien
mengembangkan kemapuan koping yang lebih efektif)
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
Dapat dibuktikan oleh : Ketidakmampuan untuk mengatur kegiatan sehari-hari.
Hasil yang diharapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
1

Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan

kemampuan individual.
Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri.

Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi


kebutuhan perawatan diri.

Intervensi dan Rasional:


1

Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi

penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.


(R/ Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang
diperlukan pada keterbatasan saat ini).
2

Pertakhankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.

(R/ Mendukung kemandirian fisik/emosional)


3

Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi /rencana

untuk modifikasi lingkungan.


(R/ Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan
harga diri)
4

Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi.

(R/ Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual.
Mis;

memasang

kancing,

menggunakan

alat

bantu

memakai

sepatu,

menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran)


5

Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan

evaluasi setelahnya.
(R/ Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat
kemampuan aktual)
6

Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan perawatan

rumah, ahli nutrisi.


(R/ Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan situasi di
rumah)

5. Kebutuhan

pembelajaran mengenai

penyakit,

prognosis, dan

kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat, kesalahan


interpretasi informasi.
Dapat dibuktikan oleh : Pertanyaan/ permintaan informasi, pernyataan kesalahan
konsep.
Tidak tepat mengikuti instruksi/ terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.
Hasil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
1. Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.
2. Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya
hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.
Intervensi dan Rasional:
1. Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan.
(R/ Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan
informasi)
2. Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui
diet,obat-obatan, dan program diet seimbang, l;atihan dan istirahat.
(R/ Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendiri/ jaringan lain
untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah deformitas)
3. Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis,istirahat,
perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stres.
(R/ Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani proses
penyakit kronis kompleks)
4. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik.
(R/ Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan dosis)
5. Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan, susu, atau antasida pada
waktu tidur.

(R/ Membatasi irigasi gaster, pengurangan nyeri pada HS akan meningkatkan


tidur dan m,engurangi kekakuan di pagi hari)
6. Identifikasi efek samping obat-obatan yang merugikan, mis: tinitus, perdarahan
gastrointestinal, dan ruam purpuruik.
(R/ Memperpanjang dan memaksimalkan dosis aspirin dapat mengakibatkan takar
lajak. Tinitus umumnya mengindikasikan kadar terapeutik darah yang tinggi)
7. Tekankan pentingnya membaca label produk dan mengurangi penggunaan obatobat yang dijual bebas tanpa persetujuan dokter.
(R/ Banyak produk mengandung salisilat tersembunyi yang dapat meningkatkan
risiko takar layak obat/ efek samping yang berbahaya)
8. Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang banyak
mengandung vitamin, protein dan zat besi.
(R/ Meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan jaringan)
9. Dorong pasien obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan informasi
penurunan berat badan sesuai kebutuhan.
(R/ Pengurangan berat badan akan mengurangi tekanan pada sendi, terutama
pinggul, lutut, pergelangan kaki, telapak kaki)
10. Berikan informasi mengenai alat bantu
(R/ Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan memungkinkan individu
untuk ikut serta secara lebih nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan)
11. Diskusikan tekinik menghemat energi, mis: duduk daripada berdiri untuk
mempersiapkan makanan dan mandi
(R/ Mencegah kepenatan, memberikan kemudahan perawatan diri, dan
kemandirian)
12. Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada sat istirahat
maupun pada waktu melakukan aktivitas, misalnya menjaga agar sendi tetap
meregang , tidak fleksi, menggunakan bebat untuk periode yang ditentukan,

menempatkan tangan dekat pada pusat tubuh selama menggunakan, dan bergeser
daripada mengangkat benda jika memungkinkan.
( R: mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup pasien untuk
mengurangi tekanan sendi dan nyeri ).
13. Tinjau perlunya inspeksi sering pada kulit dan perawatan kulit lainnya
dibawah bebat, gips, alat penyokong. Tunjukkan pemberian bantalan yang tepat.
( R: mengurangi resiko iritasi/ kerusakan kulit
14. Diskusikan pentingnya obat obatan lanjutan/ pemeriksaan laboratorium, mis:
LED, Kadar salisilat, PT.
( R; Terapi obat obatan membutuhkan pengkajian/ perbaikan yang terus menerus
untuk menjamin efek optimal dan mencegah takar lajak, efek samping yang
berbahaya.
15. Berikan konseling seksual sesuai kebutuhan
( R: Informasi mengenai posisi-posisi yang berbeda dan tehnik atau pilihan lain
untuk pemenuhan seksual mungkin dapat meningkatkan hubungan pribadi dan
perasaan harga diri/ percaya diri.).
16. Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis: yayasan arthritis ( bila ada). (R:
bantuan/ dukungan dari oranmg lain untuk meningkatkan pemulihan maksimal).
4. Implementasi
Implementasi yang dilakukan sesuai dengan masalah yang ada berdasarkan
perencaan yang telah dibuat ( Doenges ME, 2001).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaan sudah berhasil di capai. Melalui evaluasi memungkinkan

perawat

memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan,


dan pelaksanaan tindakan

(Ignatavicus dan Bayne, 1994).

Tolak ukur yang digunakan untuk menilai pencapaian tujuan pada tahap
evaluasi adalah kriteria-kriteria yang telah dibuat pada tahap perencanaan selanjutnya

berpatokan pada kriteria tersebut dinilai apakah masalah telah teratasi, teratasi
sebagian, atau belum sama sekali atau justru timbul masalah baru.
Selanjutnya

perkembangan

respon

klien

dituangkan

dalam

catatan

perkembangan klien dan diuraikan berdasarkan uraian SOAP:


1.
2.
3.
4.

S ( subyektif) Keluhan- keluhan klien


O ( obyektif ) Apa yang dapat di lihat, di cium, di raba, dan di ukur perawat.
A ( analisa ) Kesimpulan perawat tentang kondisi klien.
P ( plan ) Rencana tindakan keperawatan untuk klien

También podría gustarte