Está en la página 1de 25

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

ILMU PENYAKIT JIWA

NASKAH LAPORAN KASUS


SKIZOFRENIA PARANOID

Oleh:
Oktaviana Nurma Muliastuti
H1A008018

Pembimbing
dr. Elly Rosilla Wijaya, Sp.KJ, MM

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN / SMF ILMU PENYAKIT JIWA
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2014
LAPORAN KASUS
1

I.

Identitas Pasien
Nama Pasien

: Tn.AY

Umur

: 28 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Dusun Giri Jati, Kelurahan Bajul, kecamatan Labuapi,


Kabupaten lombok barat, NTB

Agama

: Islam

Suku

: Sasak

Pendidikan

:-

Pekerjaan

: Waiter

Status

: Duda

MRS

: 09 September 2014 (23.20 WITA)

Pemeriksaan

: 17 September 2014 dan 18 September 2014

Pasien dibawa oleh keluarganya dan kepala dusun pagutan ke IGD RSJP NTB pada
hari Selasa, 09 September 2014 pukul 23.20 WITA. Ini adalah keempat kali pasien
dirawat inap di RS Jiwa Provinsi NTB.
II.

Riwayat Psikiatri
Data diperoleh dari:
Autoanamnesis pada tanggal 17 dan 18 September 2014
Alloanamnesis dari:
1. Tn. Salim, 66 tahun, Ayah kandung pasien, tidak pernah bersekolah, buruh,
saat ini tinggal bersama pasien.
Catatan Rekam Medis
1. Keluhan Utama
Pasien mengamuk
2. Riwayat Gangguan Sekarang
Aloanamnesis:
Pasien dibawa ke IGD RSJ Provinsi NTB karena mengamuk dan melukai diri
sendiri.

Keluhan dirasakan sejak 4 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Pasien

gelisah, sulit tidur, melempar barang-barang, dan mencoba bunuh diri dengan
melukai dirinya sendiri dengan memecahkan kaca menggunakan tangannya sehingga
tangan kanan pasien terluka dan dijahit di Rumah Sakit Kota. Pasien melakukannya
sambil berbicara hal-hal yang tidak berkaitan.
2

Pasien mengatakan dirinya mengamuk karena ia dikendalikan oleh setan yang


ada di dalam tubuhnya. Setan tersebut dikirim oleh perempuan yang suka dengan
dirinya. Selain itu, pasien juga sering mendengar suara-suara seorang perempuan
yang tidak ada wujudnya yang mengatakan mati kamu! mati kamu!.
Pasien merasa dikejar-kejar dan diikuti oleh perempuan tersebut sejak 3 bulan
sebelum masuk RSJ. Perempuan tersebut suka dengan dirinya tapi pasien tidak mau
karena perempuan tersebut jelek dan sudah tua sehingga perempuan itu
mengirimkan guna-guna dan memasukkan setan ke dalam tubuhnya. Namun
keluarga tidak pernah bertemu langsung dengan perempuan yang dimaksud,
keluarganya hanya mendengar peristiwa itu dari pasien. Sejak saat itu pasien gelisah,
ketakutan, cenderung diam di rumah dan bersembunyi. Pasien juga jarang tidur pada
malam hari dan sering berbicara sendiri.
Pasien juga mengatakan bahwa sejak 1 bulan yang lalu pasien juga sering
berbicara dengan seorang perempuan. Perempuan tersebut hanya dapat dilihat oleh
pasien sendiri dan tidak ada orang lain yang dapat melihatnya. Perempuan tersebut
meminta pasien untuk mengawininya, namun pasien tidak mau dan pasien terus
dikejar-kejar.
Selain itu pasien juga mendengar bisikan-bisikan yang mengatakan mati
kamu... mati kamu. Bisikan tersebut semakin keras didengar sejak 1,5 bulan
sebelum masuk RSJ hingga saat berada di rumah sakit jiwa pasien masih mendengar
bisikan tersebut. Namun saat ini pasien sudah tidak mendengar bisikan tersebut lagi.
Pasien tidak pernah keluyuran ataupun menyakiti orang lain. Pasien terkadang
senyum-senyum sendiri, bicara sendiri, marah-marah di rumah, dan curiga pada
tetangga-tetangganya disekitar rumah. Pasien merasa sering dibicarakan oleh
tetangganya. Pasien sering dibicarakan yang jelek-jelek.
Selama ini sebelum muncul gejala di atas, pasien tidak mengalami trauma
ataupun sakit yang kemudian menyebabkan perubahan perilaku. Pasien pernah
mengkonsumsi alkohol dan zat-zat psikoaktif. Pasien pernah menggunakan ganja
setiap tahun baru sejak tahun 2003 dan menggunakan ekstasi dan shabu setiap tahun
baru sejak tahun 2005. Pasien juga mengkonsumsi alkohol sejak berusia 15 tahun
hingga sebelum puasa dengan frekuensi 3x/minggu, biasanya setiap kali minum
pasien dapat menghabiskan 3 gelas alkohol. Sejak bulan Maret tahun 2014 pasien
sudah tidak menggunakan alkohol maupun zat psikoaktif lagi karena dilarang oleh
ibunya.
3

Pasien pernah merasakan perasaan sedih yang berlebihan dan berkepanjangan


sekitar 1 tahun yang lalu, saat itu pasien bercerai dengan istrinya karena istri pasien
berselingkuh dan memiliki anak dari hasil perselingkuhannya. Pasien kemudian
merasa sedih, murung, hilang semangat, hingga tidak mau makan dan sulit tidur
selama 2 bulan, namun tidak sampai ingin bunuh diri, saat itu pasien tidak pernah
melihat bayangan ataupun mendengar bisikan-bisikan. Pasien juga tidak pernah
merasakan gembira berlebihan.
Menurut pasien, sejak dirinya keluar dari RSJP NTB, pasien tidak pernah
minum obat karna menurut pasien dirinya tidak pernah diberikan obat oleh Ayah
ataupun Kakaknya.
Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 09 September 2014, selama beberapa
hari perawatan, pasien bisa diajak komunikasi, disuruh makan dan minum obat.
Pasien menunjukkan sedikit perbaikan yaitu mau makan dan minum, bisa tidur dan
tidak lagi mengamuk, dan sudah tidak mendengar bisikan-bisikan lagi. Pasien
diberikan terapi.
3. Riwayat Gangguan Sebelumnya
a. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien dirawat inap di RSJ Provinsi NTB sekitar 6 bulan yang lalu dan
dirawat sekitar 4 minggu. Saat itu, pasien dibawa keluarganya karena gelisah,
mengamuk, memukul bayangannya sendiri, menyakiti dirinya sendiri dengan
memukul dirinya dan membenturkan kepalanya ditembok, pasien merasa
dirinya tidak berguna, pasien melihat bayangan dan mendengar bisikan.
Keluarga tidak mengetahui pencetusnya. namun sebelumnya pasien pernah
menikah dan setelah 3 bulan menikah istri pasien melahirkan, pasien kaget
karena tidak pernah merasa menghamili istrinya. Setelah itu pasien
diperbolehkan pulang. Pasien dirawat kembali di RSJP NTB 3 bulan yang lalu
dan dirawat sekitar 2 minggu dengan keluhan yang sama. Pasien kemudian
diperbolehkan pulang oleh dokter. Ketiga kalinya, pasien dirawat kembali 1
bulan yang lalu selama 3 minggu dengan keluhan yang sama dan kemudian
diperbolehkan pulang oleh Dokter.
b. Riwayat Gangguan Medis
Pasien belum pernah

menderita

penyakit

medik

berat

yang

mengharuskannya dirawat di rumah sakit atau yang secara fisiologis

berhubungan dengan keadaan pasien saat ini. Riwayat tekanan darah tinggi (-),
sesak napas atau asma (-), trauma kepala (-), kejang (-).
c. Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat lain
Pasien pernah menggunakan ganja setiap tahun baru sejak tahun 2003 dan
menggunakan ekstasi dan shabu setiap tahun baru sejak tahun 2005. Saat itu
pasien hanya menggunakan zat psikoaktif untuk coba-coba saja karena diajak
oleh teman-temannya. Pasien tidak pernah menggunakan obat yang disuntikkan
ke tangannya. Setelah mengkonsumsi semua zat tersebut di atas, pasien merasa
melayang, tenang, nyaman, hidup tanpa beban, senang. Namun, pasien tidak
merasakan keluhan apapun jika tidak menggunakan zat-zat tersebut. Pasien
tidak meningkatkan jumlah zat secara jelas untuk mencapai dosis yang
diinginkan, tidak terjadi penurunan efek yang bermakna pada pemakaian
berlanjut dengan jumlah zat yang sama. Pasien masih dapat menghentikan
penggunaan zat. Saat berhenti menggunakan ganja (sebelum bulan puasa),
pasien kemudian sering mengamuk, ingin bunuh diri, timbul halusinasi yang
lebih kuat dan merasa ada setan didalam diri pasien. Namun, walaupun keluhan
tersebut muncul, pasien tidak menggunakan kembali zat yang sama untuk
menghilangkan atau menghindari hal tersebut. Pasien membeli obat-obat
tersebut di teman-temannya di Gili Air. Uang untuk membeli zat-zat tersebut
didapatkan dari hasil bekerja sebagai waiters dan guide.
Pasien juga mengkonsumsi alkohol sejak berusia 15 tahun hingga sebelum
puasa dengan frekuensi 3x/minggu, biasanya setiap kali minum pasien dapat
menghabiskan 3 gelas alkohol. Selain itu pasien juga merupakan seorang
perokok aktif.
4. Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien merupakan anak ke-4 dari 8 bersaudara. Saat hamil ibu pasien tidak
pernah memeriksakan diri ke bidan atapun memeriksakan diri ke dokter atau diUSG. Selama hamil ibu pasien tidak memiliki masalah makan, bisa makan apa
saja yang dimakan keluarga, tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan dan tidak
pernah ada masalah dalam kehamilannya atau riwayat trauma selama masa
kehamilan. Pasien lahir di rumah dibantu dukun beranak. Pasien lahir pada usia
kandungan 9 bulan, saat lahir langsung menangis, tidak pernah biru atau kuning,
Berat badan lahir tidak diketahui.
5

b. Masa kanak-kanak awal (<3 tahun)


Pasien diasuh oleh ibu kandungnya. Pasien mendapat ASI sampai usia 2 tahun.
Pasien mendapat makanan tambahan pada usia <6 bulan berupa pisang dan bubur,
selanjutnya secara bertahap diberi makan bubur nasi dengan lauk apa saja yang
ada di rumah. Sejak kecil badan pasien selalu terlihat sama dan sehat
dibandingkan teman sebayanya. Pasien cukup aktif untuk bermain. Pasien tampak
mulai merangkak, berjalan, dan berbicara sama dibandingkan teman seusianya
dan saudara-saudaranya. Ibu pasien tidak ingat apakah pasien mendapat imunisasi
lengkap atau tidak.
c. Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pasien tampak sebagai pribadi yang pendiam, jarang bicara, pasien tidak memiliki
banyak teman, biasanya pasien hanya berteman dengan orang-orang tertentu,
pasien biasanya menceritakan masalahnya pada keluarga terutama kedua orang
tua dan saudaranya, karena pasien tidak memiliki teman dekat. dan tidak pernah
menceritakan masalahnya pada keluarga. Walaupun begitu pasien tidak pernah
mencari masalah dengan siapapun, dengan keluarga penurut dan sangat sopan.
Pasien tidak pernah bersekolah. Pasien sebenarnya memiliki keinginan untuk
bersekolah namun karena terkendala masalah biaya dimana pada saat itu kedua
orang tuanya hanya bekerja sebagai penjual kain, maka keluarga pasien tidak
mampu untuk menyekolahkan pasien.
d. Masa Kanak-kanak akhir dan remaja (11-18 tahun)
Pasien tidak pernah bersekolah dan pasien mulai bekerja pada usia 13 tahun.
Awalnya pasien bekerja sebagai buruh bangunan. Menurut orang tuanya pasien
tidak pernah kelihatan memiliki teman akrab baik laki-laki maupun wanita.
Hubungan pasien dengan anggota keluarga baik.
e. Masa Dewasa
Riwayat Pendidikan
Pasien tidak pernah bersekolah
Riwayat Pekerjaan.
Pasien bekerja di Gili air sebagai waiters dan guide sejak tahun 2003. Sejak
bekerja di Gili air pasien mulai memiliki banyak teman. Teman-teman pasien
inilah yang kemudian mengenalkan pasien untuk memakai zat psikoaktif, pasien
mulai mencoba-coba menggunakan obat-obatan tersebut sejak berada di Gili air,
namun hanya menggunakannya setiap tahun baru saja. Sejak bekerja di Gili air
pasien juga mulai melakukan seks bebas.
Riwayat Perkawinan

Pasien pernah menikah sekitar 1 tahun yang lalu. 3 bulan setelah pernikahannya,
istri pasien melahirkan bayi. Pasien merasa kaget karena merasa tidak pernah
menghamili istrinya. Dan kemudian pasien bercerai.
Riwayat Agama
Pasien beragama Islam, pendidikan agama didapatkan dari orang tua, kakakkakak pasien. Selama ini pasien rajin beribadah dan menjalankan kewajiban
agamanya.
Riwayat Psikoseksual
Pendidikan seksual tidak pernah diberikan oleh orangtuanya. Pengetahuan
tentang pendidikan seksual didapat dari teman dan menonton televisi. Menurut
keluarga, pasien sering berpacaran. Pasien sering melakukan hubungan seksual
(seks bebas) sejak berumur 23 tahun dan terakhir sekitar 1 tahun yang lalu. Pasien
melakukan seks bebas dengan tourist yang berkunjung ke gili air. Saat melakukan
hubungan seksual pasien tidak selalu menggunakan kondom.
Aktivitas Sosial
Pasien dapat bergaul dengan cukup baik di lingkungan rumahnya dan lingkungan
pekerjaannya. Pasien adalah orang yang sopan, mudah bergaul sehingga
mempunyai cukup banyak teman.
Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien belum pernah melakukan tindakan yang melanggar hukum selama ini.
5. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak keempat dari delapan bersaudara. Sejak lahir,

pasien

tinggal bersama kedua orang tuanya. Pasien tidak pernah bersekolah. Kebutuhan
pasien cukup terpenuhi dari hasil pekerjaan kedua orang tua dan gaji pasien. Ia
termasuk anak yang baik, namun pendiam. Hubungannya dengan keluarga yang lain
cukup baik namun pasien lebih
orang
tua dan saudaranya.
tahun
66 dekat dengan kedua53
tahun
Menurut ayah dan kakak
pasien, tidak ada anggota keluarga inti ataupun dari

pihak ibu atau ayah yang menderita penyakit yang sama seperti pasien atau
40 tahun
37 tahun
menderita gangguan

35 tahun
jiwa lainnya.

Genogram keluarga
pasien :
3

22 tahun20 tahun15
tahun
Pasien, 28 tahun

5
tahun

1 tahun

tahun

: Pria
: Wanita

: Tinggal
serumah
: Bercerai
7

: Pasien

: meninggal dunia

Keterangan:

6. Situasi Sosial-Ekonomi Sekarang


Pasien tinggal dengan kedua orang tua kandung dan keempat orang saudara
kandung. Kebutuhan hidup keluarga tersebut dipenuhi oleh kedua orangtua dan
pasien. Penghasilan ini dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Keluarga pasien termasuk kelas ekonomi menengah kebawah.
7. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien menganggap dirinya sakit dan membutuhkan pengobatan. Menurut
pasien, keadaan masuk RSJ saat ini disebabkan karena pasien mengamuk dan ingin
menyakiti dirinya sendiri.
III.
Pemeriksaan Status Mental
Pemeriksaan Psikiatri
Wawancara (17/09/2014)
DM
: Selamat pagi, silahkan duduk. Perkenalkan nama saya Lia, namanya siapa?
Pasien : Ahmad Yani
DM
: Umurnya Ahmad Yani sekarang sudah berapa tahun?
Pasien : 26 Tahun
DM
: Ahmad Yani agamanya apa?
Pasien : Islam
DM
: Ahmad Yani alamatnya dimana?
Pasien : Pagutan Bajo, Mataram
DM
: Sudah Menikah?
Pasien : Sudah, tapi sudah bercerai
DM
: Ahmad Yani pernah sekolah?
Pasien : Tidak Pernah
DM
: Suku bangsanya apa?
Pasien : Sasak Asli
DM
: Ahmad Yani sekarang bekerja sebagai apa?
Pasien : Tidak ada
DM
: Bagaimana keadaan Ahmad Yani hari ini?
Pasien : InsyaAllah Sehat
DM
: Ahmad Yani masih ingat kapan dibawa ke sini?
Pasien : Malem rabu
DM
: Sudah berapa lama Ahmad Yani disini?
Pasien : 1 minggu
8

DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien

: Kenapa Ahmad Yani dibawa kesini?


: Saya mengamuk, pecahin kaca
: Ahmad Yani sudah berapa kali masuk ke sini?
: 4 kali
: Kapan pertama kali dibawa ke sini?
: Bulan apa ndak tau saya
: Saat itu berapa lama Ahmad Yani dirawat disini?
: 1 bulan saya dirawat di sini
: Waktu itu dibawa ke sini karena apa?
: Saya mengamuk, karena ada perempuan yang mandiin saya dan mau perkosa

DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM

saya tapi saya tidak mau


: Sekarang dibawa ke sini karena apa?
: Saya ngamuk, pecahin kaca
: Sampai merusak barang-barang?
: Iya saya lempar-lempar barang
: Sampai melukai orang lain?
: Ndak pernah
: Sampai menyakiti diri sendiri?
: Iya, saya pecahin kaca pake tangan saya
: Kenapa Ahmad Yani mengamuk
: Ada setan yang mengendalikan saya
: Ahmad Yani pernah mendengar bisikan-bisikan?
: Iya, saya denger suara perempuan
: Itu suara apa? Apa suara itu meminta Ahmad Yani melakukan sesuatu?
: Dia bilang mati kamu mati kamu
: Pernah melihat bayangan yang hanya Ahmad Yani sendiri yang bisa

melihatnya, tapi orang lain tidak ada yang bisa melihatnya?


Pasien : Pernah, 3 bulan yang lalu saya melihat perempuan yang suka sama saya tapi
saya tidak mau karena dia jelek dan tua
Sekarang Ahmad Yani masih melihat bayangan?
Sudah ndak
Ahmad Yani kemarin pernah bicara sendiri?
Iya, saya gelisah trus saya ngomong-ngomong sendiri
Ahmad Yani pernah tertawa-tertawa sendiri?
Ndak
Tadi Ahmad Yani bilang sekarang sudah tidak bekerja lagi, Ahmad Yani sudah

DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM

:
:
:
:
:
:
:

Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien

berapa lama tidak bekerja ?


: Dari pertama kali saya sakit
: Ahmad Yani pernah ndak merasa dikejar-kejar sama orang?
: Saya takut sama orang makanya saya bersembunyi
: Pernah ndak curiga-curiga kalo tetangganya ngomongin Ahmad Yani?
: Iya sering
: Ahmad Yani pernah merasa memiliki kekuatan atau ilmu kebal?
: Ndak ada
: Ahmad Yani memiliki kekuatan membaca pikiran orang lain ndak?
: Ndak ada
: Ahmad Yani bisa menghidupkan orang yang sudah mati?
: Ndak ada
9

DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Tidurnya nyenyak?
Nyenyak
Ahmad Yani rutin minum obat di rumah?
Tidak pernah
Terakhir kali minum obat kapan?
2 hari setelah saya pulang dari sini
Kenapa tidak mau minum obat?
Tidak dikasih sama bapak dan kakak saya
Ahmad Yani dulu kenapa bercerai dengan istrinya?
Tidak ada, dia yang menceraikan saya
Saat bercerai sama istrinya Ahmad Yani sedih atau kecewa ndak?
Dulu sedih sekarang sudah ndak
Ahmad Yani tau kita sekarang sedang ada dimana?
Di Rumah Sakit Jiwa
Ahmad Yani merasa sakit ndak sekarang?
Merasa sakit

DM

: Ahmad Yani tahu sekarang pagi, siang, atau malam?

Pasien : Siang
DM

: Ahmad Yani kenal siapa saya?

Pasien : Dokter
DM

: Ahmad Yani tolong diingat ya angka yang saya sebutkan, 1,3,5,7,9,11. Coba
ulangi angka yang saya sebutkan tadi

Pasien : 1,3,5,6,hehe lupa sy


DM

: Dulu waktu kecil Ahmad Yani suka main sama siapa?

Pasien : Ndak punya temen saya


DM

: Apa hal yang paling Ahmad Yani ingat?

Pasien : Main, bantu ibu kumpulin plastik-plastik


DM

: Ahmad Yani sudah minum obat?

Pasien : Sudah
DM

: Tadi pagi Ahmad Yani sarapan pakai lauk apa?

Pasien : Ikan
DM

: Sekarang misalnya ada apel, pisang, dan rambutan itu termasuk apa ya Ahmad

Pasien
DM
Pasien
DM

:
:
:
:

Yani?
Buah-buahan
Ahmad Yani tahu siapa nama Presiden kita?
Jokowi
Ahmad Yani bisa berhitungkan, coba kalau 100 dikurangi 5 berapa?
10

Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM

:
:
:
:
:
:

Ndak bisa saya


Ahmad Yani tau tidak apa bedanya mobil dan motor?
Mobil besar, motor kecil
Ahmad Yani, menurut nya kalau mencuri itu benar atau tidak?
Tidak boleh
Kalau misalnya Ahmad Yani ketemu dompet dijalan, mau diapakan oleh

Ahmad Yani?
Pasien : Kita buka dompetnya trus kita lihat KTP nya. Kalo ada alamatnya kita
DM

kembalikan.
: Oke Ahmad Yani saya rasa sudah cukup ya wawancara kita, ada yang mau

Ahmad Yani tanya lagi ke saya?


Pasien : Tidak ada
DM
: Ahmad Yani sekarang istirahat dulu ya. Terima kasih ya
Pasien : Iya
Autoanamnesis
Pasien dengan keluhan mengamuk dan melukai diri sendiri sejak 4 hari sebelum
masuk Rumah Sakit. Pasien gelisah, sulit tidur, melempar barang-barang, dan mencoba
bunuh diri dengan melukai dirinya sendiri dengan memecahkan kaca menggunakan
tangannya sehingga tangan kanan pasien terluka dan dijahit di Rumah Sakit Kota. Pasien
melakukannya sambil berbicara hal-hal yang tidak berkaitan.
Pasien mengatakan dirinya mengamuk karena ia dikendalikan oleh setan yang ada
di dalam tubuhnya. Setan tersebut dikirim oleh perempuan yang suka dengan dirinya.
Selain itu, pasien juga sering mendengar suara-suara seorang perempuan yang tidak ada
wujudnya yang mengatakan mati kamu! mati kamu!.
Pasien merasa dikejar-kejar dan diikuti oleh perempuan tersebut sejak 3 bulan
sebelum masuk RSJ. Perempuan tersebut suka dengan dirinya tapi pasien tidak mau karena
perempuan tersebut jelek dan sudah tua sehingga perempuan itu mengirimkan guna-guna
dan memasukkan setan ke dalam tubuhnya. Sejak saat itu pasien gelisah, ketakutan,
cenderung diam di rumah dan bersembunyi. Pasien juga jarang tidur pada malam hari dan
sering berbicara sendiri.
Pasien juga mengatakan bahwa sejak 1 bulan yang lalu pasien juga sering
berbicara dengan seorang perempuan. Perempuan tersebut hanya dapat dilihat oleh pasien
sendiri dan tidak ada orang lain yang dapat melihatnya. Perempuan tersebut meminta
pasien untuk mengawininya, namun pasien tidak mau dan pasien terus dikejar-kejar.
Selain itu pasien juga mendengar bisikan-bisikan yang mengatakan mati kamu...
mati kamu. Bisikan tersebut semakin keras didengar sejak 1,5 bulan sebelum masuk RSJ

11

hingga saat berada di rumah sakit jiwa pasien masih mendengar bisikan tersebut. Namun
saat ini pasien sudah tidak mendengar bisikan tersebut lagi.
Pasien tidak pernah keluyuran ataupun menyakiti orang lain. Pasien terkadang
senyum-senyum sendiri, bicara sendiri, marah-marah di rumah, dan curiga pada tetanggatetangganya disekitar rumah. Pasien merasa sering dibicarakan oleh tetangganya. Pasien
sering dibicarakan yang jelek-jelek.
Berdasarkan pemeriksaan tanggal 17,18 September 2014
1.

Deskripsi Umum
a. Penampilan
Pasien seorang laki-laki berusia 28 tahun, tampak sesuai usianya, penampilan
cukup rapi, cukup merawat diri, baju bersih dan ekspresi wajah tampak tenang.
b. Kesadaran
Jernih
c. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Normoaktif. Pasien dapat mengikuti wawancara sampai akhir
d. Sikap terhadap Pemeriksa
Cukup Kooperatif. Pasien dapat mengikuti wawancara dengan cukup baik.
e. Pembicaraan
Spontan, lancar, banyak, volume sedang, intonasi cukup dan artikulasi jelas,
menjawab sesuai pertanyaan yang diajukan pemeriksa.

2.

Alam Perasaan dan Hidup Emosi


a. Mood
Eutimik
b. Afek
Luas
c. Keserasian
Serasi

3. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi
Halusinasi audiotorik (+), pasien mendengar suara yang mengatakan
mendengar suara yang mengatakan mati kamu! mati kamu!. Dan suara
setan didalam tubuhnya yang mengatakan bunuh dirimu, bunuh dirimu,
kamu jelek, tidak berguna
Halusinasi visual (-).
Halusinasi penghidu (-), halusinasi pengecapan (-), halusinasi taktil (-).
b. Ilusi: tidak ada.
c. Depersonalisasi: tidak ada.
d. Derealisasi : tidak ada.
12

4. Pikiran
a. Bentuk
Nonrealistis
b. Proses pikir
Koheren
c. Isi pikir
waham curiga (+). Pasien merasa diguna-guna oleh seorang perempuan dan
pasien merasa

tetangga

disekitar

rumahnya

sering membicarakan

kejelekannya.
Waham dikendalikan, thought of insertion (+). Pasien merasa ada setan

yang masuk kedalam dirinya.


Waham kebesaran (-), waham kejar (-), waham somatik (-).

5. Kesadaran dan Kognisi


a. Taraf Kesadaran dan Kesiagaaan : compos mentis, baik.
b. Orientasi :
Orang
Kesan baik, pasien mengenali dokter muda yang memeriksanya, dan

keluarga yang mengantarnya.


Tempat
Kesan baik. Pasien mengetahui bahwa saat ini dia berada di RS Jiwa

Provinsi NTB.
Situasional
Kesan baik. Pasien dapat mengetahui saat dilakukan wawancara dan saat itu

adalah sore hari.


c. Daya Ingat :
Jangka pendek
Kesan baik. Pasien dapat mengingat menu sarapan tadi pagi.

Segera
Kurang baik. Pasien tidak dapat menyebutkan kembali 6 angka yang
disebutkan oleh pemeriksa.
Masa lalu belum lama
Kesan baik. Pasien mampu menginagt peristiwa-peristiwa yang cukup

penting di bulan-bulan terakhir.


Jangka panjang
Kesan baik. Pasien mengingat tahun kelahirannya.
d. Konsentrasi dan Perhatian
Cukup baik, pasien mampu mengikuti wawancara dengan baik,
perhatiannya tidak mudah teralih. Namun pasien tidak mampu mengurangi
angka 100 dengan 5 secara berurutan terkait dengan tingkat pendidikan pasien
yang tidak pernah bersekolah.
13

e. Kemampuan Membaca dan Menulis


Tidak baik, pasien tidak dapat membaca tulisan yang ditunjukkan
pemeriksa. Kemampuan menulis kesan kurang, pasien tidak dapat menuliskan
namanya dan maupun kalimat (sesuai dengan tingkat pendidikan).
f. Kemampuan Visuospasial
Kesan baik, pasien dapat mengikuti bentuk gambar yang dicontohkan oleh
pemeriksa.
g. Pikiran Abstrak
Kesan baik, mengetahui perbedaan dari beberapa benda, misalnya beda
mobil dan motor.
h. Intelegensi dan kemampuan informasi
Kesan baik, pasien mengetahui siapa presiden Indonesia saat ini.
6. Pengendalian Impuls
Selama wawancara, pasien dapat mengendalikan diri dengan cukup baik.
7. Daya Nilai dan Tilikan
e. Daya Nilai Sosial
Kesan baik, saat ditanya oleh pemeriksa apakah mencuri itu boleh dan
tidak melanggar hukum, pasien

menjawab mencuri itu tidak boleh karena

haram hukumnya.
f. Uji Daya Nilai
Cukup baik, saat ditanya apa yang akan dilakukan bila pasien menemukan
dompet di jalan ?. Pasien menjawab akan mengembalikan dompet tersebut
kepada pemiliknya.
g. Penilaian Daya Realita (RTA)
Terganggu, karena terdapat waham-waham.
h. Tilikan
Derajat VI. Pasien merasa dirinya sakit dan butuh pengobatan.
8. Taraf dapat dipercaya
Secara umum masih dapat dipercaya.

IV. Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut


I.
Status Generalis
a. Tanda vital
Tekanan darah
: 120 / 70 mmHg
Nadi
: 80 x / menit
Pernapasan : 18 x / menit
Suhu
: 36,7 0C
b. Kepala-leher
14

Mata
: anemis (-/-). ikterus (-/-), refleks pupil (+/+), isokor.
THT
: telinga dbn, jejas (-), krepitasi (-), deviasi septum (-)
Leher
: struma (-), pembesaran KGB (-).
c. Thoraks
Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-).
Pulmo : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-).
d. Abdomen : Distensi (-), bising usus (+) normal, nyeri tekan (-), H/L/R : tidak
teraba.
e. Sistem urogenital : tidak dievaluasi.
f. Ekstremitas
: akral hangat (+), oedem (-).
II.

V.

Status Neurologis
i. Pupil
: bentuk bulat, isokor (+/+), refleks cahaya (+/+).
j. Gejala rangsangan meningeal : tidak ditemukan.
k. Gejala peningkatan TIK : tidak didapatkan.
l. Motorik : normal.
m. Tonus
: normal.
n. Koordinasi
: baik.
o. Turgor
: normal.
p. Refleks : normal.
q. Sensibilitas
: baik.
r. Susunan saraf vegetatif : baik.
s. Fungsi-fungsi luhur
: baik.
t. Gangguan khusus : tidak ada.

Ikhtisar Penemuan Bermakna


Telah diperiksa seorang pasien laki-laki usia 28 tahun, agama islam, suku sasak, saat
ini tidak bekerja, status duda. Datang dengan keluhan mengamuk dan mencoba bunuh diri
dengan melukai diri sendiri sejak 4 hari sebelum MRS. Pasien gelisah, sulit tidur,
melempar barang-barang, dan mencoba bunuh diri dengan melukai dirinya sendiri dengan
memecahkan kaca menggunakan tangannya sehingga tangan kanan pasien terluka dan
dijahit di Rumah Sakit Kota. Pasien melakukannya sambil berbicara hal-hal yang tidak
berkaitan.
Pasien mengatakan dirinya mengamuk karena ia dikendalikan oleh setan yang ada di
dalam tubuhnya. Setan tersebut dikirim oleh perempuan yang suka dengan dirinya. Selain
itu, pasien juga sering mendengar suara-suara seorang perempuan yang tidak ada
wujudnya yang mengatakan mati kamu! mati kamu!.
Pasien merasa dikejar-kejar dan diikuti oleh perempuan tersebut sejak 3 bulan
sebelum masuk RSJ. Perempuan tersebut suka dengan dirinya tapi pasien tidak mau
karena perempuan tersebut jelek dan sudah tua sehingga perempuan itu mengirimkan
15

guna-guna dan memasukkan setan ke dalam tubuhnya. Namun keluarga tidak pernah
bertemu langsung dengan perempuan yang dimaksud, keluarganya hanya mendengar
peristiwa itu dari pasien. Sejak saat itu pasien gelisah, ketakutan, cenderung diam di
rumah dan bersembunyi. Pasien juga jarang tidur pada malam hari dan sering berbicara
sendiri.
Pasien juga mengatakan bahwa sejak 1 bulan yang lalu pasien juga sering berbicara
dengan seorang perempuan. Perempuan tersebut hanya dapat dilihat oleh pasien sendiri
dan tidak ada orang lain yang dapat melihatnya. Perempuan tersebut meminta pasien untuk
mengawininya, namun pasien tidak mau dan pasien terus dikejar-kejar.
Selain itu pasien juga mendengar bisikan-bisikan yang mengatakan mati kamu...
mati kamu. Bisikan tersebut semakin keras didengar sejak 1,5 bulan sebelum masuk RSJ
hingga saat berada di rumah sakit jiwa pasien masih mendengar bisikan tersebut. Namun
saat ini pasien sudah tidak mendengar bisikan tersebut lagi.
Pasien tidak pernah keluyuran ataupun menyakiti orang lain. Pasien terkadang
senyum-senyum sendiri, bicara sendiri, marah-marah di rumah, dan curiga pada tetanggatetangganya disekitar rumah. Pasien merasa sering dibicarakan oleh tetangganya. Pasien
sering dibicarakan yang jelek-jelek.
Pasien pernah mengkonsumsi ganja sejak tahun 2003. Pasien mengkonsumsi ekstasi
dan shabu setiap tahun baru sejak tahun 2005. Pasien juga mengkonsumsi alkohol sejak
berusia 15 tahun hingga sebelum puasa dengan frekuensi 3x/minggu, biasanya setiap kali
minum pasien dapat menghabiskan 3 gelas alkohol. Sebelum bulan puasa pasien sudah
tidak menggunakan alkohol maupun zat psikoaktif lagi karena dilarang oleh ibunya.
pasien tidak merasakan keluhan apapun jika tidak menggunakan zat-zat tersebut. Pasien
tidak meningkatkan jumlah zat secara jelas untuk mencapai dosis yang diinginkan, tidak
terjadi penurunan efek yang bermakna pada pemakaian berlanjut dengan jumlah zat yang
sama. Pasien masih dapat menghentikan penggunaan zat. Saat berhenti menggunakan
ganja dan alkohol (sebelum bulan puasa), pasien kemudian sering mengamuk, timbul
halusinasi yang lebih kuat dan merasa ada setan didalam diri pasien. Namun, walaupun
keluhan tersebut muncul, pasien tidak menggunakan kembali zat yang sama untuk
menghilangkan atau menghindari hal tersebut.
Pasien pernah merasakan perasaan sedih yang berlebihan dan berkepanjangan
sekitar 1 tahun yang lalu, saat itu pasien bercerai dengan istrinya karena istri pasien
berselingkuh dan memiliki anak dari hasil perselingkuhannya. Tidak didapatkan adanya
riwayat gangguan jiwa dalam keluarga.
16

Tidak didapatkan penyakit medis atau trauma kepala yang secara fisiologis
berhubungan dengan gangguan jiwa yang dialami pasien. Pasien pernah mengkonsumsi
alkohol dan zat-zat psikoaktif.
Pada status mental ditemukan seorang laki-laki, sesuai usia, perawatan diri kurang,
status gizi cukup. Bicara spontan, Psikomotor normoaktif, perhatiannya tidak mudah
teralih bila ada orang yang lewat ataupun terdapat hal yang menarik perhatiannya. Sikap
kooperatif. Mood eutimik. Afek luas, kesan serasi. Ditemukan adanya gangguan persepsi
berupa halusinasi audiotorik. Bentuk pikir nonrealistis, proses pikir : koheren, isi pikir
terdapat waham curiga (+), waham dikendalikan (thought insertion), kesadaran compos
mentis. Orientasi terkesan baik. Daya ingat baik. Konsentrasi/perhatian cukup dan
kemampuan visuospasial terkesan baik. Kemampuan membaca dan menulis sesuai dengan
tingkat pendidikan. Daya nilai sosial dan uji daya nilai baik. RTA terganggu. Pemeriksaan
fisik umum dan neurologis dalam batas normal.
VI.

Diagnosis Multiaksial
Aksis I

: Skizofrenia paranoid (F20.0)

Aksis II

: Tidak ada diagnosis

Aksis III

: Tidak ada diagnosis

Aksis IV

: Masalah Pendidikan
Masalah Pengetahuan Keluarga yang Kurang
Masalah Lingkungan Sosial

Aksis V
VII.

: GAF 40-31 (current)

Formulasi Diagnosis
Pada pasien ini ditemukan adanya pola prilaku atau psikologis yang secara
klinis bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala yang menimbulkan
penderitaan dan hendaya dalam berbagai fungsi psikososial dan pekerjaan. Dengan
demikian dapat disimpulkan pasien ini mengalami gangguan jiwa.
Berdasarkan anamnesis mengenai riwayat penyakit medis, pasien tidak pernah
mengalami trauma kepala, kejang, hipertensi atau penyakit lainnya yang dapat
menimbulkan disfungsi otak sebelum menunjukkan gejala gangguan jiwa. Oleh
karena itu diagnosis gangguan mental organik (F00 F09) dapat disingkirkan.
Didapatkan riwayat penggunaan alkohol, namun pasien terakhir kali
menggunakan alkohol saat tahun baru (sekitar 8 bulan sebelum masuk RSJP NTB),
17

dan pasien hanya menggunakannya satu kali/tahun serta setelah mengkonsumsi


alkohol tersebut tidak ada gejala intoksikasi. Selain menggunakan alkohol pasien juga
pernah menggunakan ganja sejak tahun 2003. Sejak tahun 2003 hingga bulan Maret
tahun 2014 pasien rutin mengkonsumsi ganja setiap tahun baru. Pasien menggunakan
ekstasi dan shabu setiap tahun baru sejak tahun 2005. Namun tidak ditemukan gejala
putus zat, pasien tidak memiliki keinginan yang kuat ataupun dorongan yang
memaksa dirinya untuk menggunakan zat psikoaktif, pasien tidak memiliki kesulitan
untuk mengendalikan menggunakan zat, termasuk sejak memulainya, usaha
menghentikannya atau pada tingkat sedang menggunakannya, tidak terbukti adanya
toleransi berupa peningkatan dosis untuk memperoleh efek yang sama dan tidak
ditemukan kriteria lainnya dari sindrom ketergantungan ataupun intoksikasi, sehingga
diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (F10-F19)
dapat disingkirkan.
Pada pasien ini didapatkan gangguan dalam proses pikir, gangguan persepsi
dan penilaian realitas. Misalnya, pasien merasa diguna-guna dan ada setan yang
masuk di dalam tubuhnya yang mengatakan bunuh dirimu, bunuh dirimu, kamu
jelek, tidak berguna. Pasien juga mendengar bisikan yang mengatakan mati kamu!
mati kamu!. Pasien juga melihat seseorang yang tidak dapat dilihat oleh orang lain :
melihat perempuan yang meminta pasien untuk mengawininya. Pasien memiliki
waham curiga (+), dimana pasien merasa diguna-guna oleh seorang perempuan dan
pasien merasa tetangga di sekitar rumahnya sering membicarakan kejelekannya.
Selain itu, pasien juga memiliki waham dikendalikan, thought of insertion (+) dimana
pasien merasa ada setan yang masuk ke dalam dirinya. Pada pemeriksaan fisik mental
pada pasien ini didapatkan halusinasi auditorik, bentuk pikiran nonrealistis, terdapat
waham curiga, waham dikendalikan thought of insertion. Penilaian daya realita
terganggu. Gejala-gejala ini sudah berlangsung lebih dari 1 bulan sehingga dapat
ditegakkan diagnosis aksis I adalah F20.0 Skizofrenia Paranoid.
Pada Aksis II tidak didapatkan gangguan kepribadian maupun retardasi
mental. Pada Aksis III tidak ditemukan kelainan klinis yang bermakna. Pada Aksis
IV didapatkan terdapat maslah yang berkaitan dengan lingkungan sosial, pendidikan
dan pengetahuan pasien dan keluarga yang rendah mengenai gangguan jiwa. Pada
Aksis V berdasarkan GAF (Global Assessment of Functioning) HLPY (Highest
Level Past Year) 40-31, saat ini pasien berada pada nilai 40-31 (beberapa disabilitas
dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa
18

fungsi) dan nilai tertinggi untuk sekurangnya satu bulan selama satu tahun terakhir
yaitu 40-31 (beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi,
disabilitas berat dalam beberapa fungsi).
VIII.

Daftar Permasalahan
1. Organobiologik
Adanya ketidakseimbangan neurotransmitter.
2. Psikologis / Perilaku
Pasien mengamuk, menyakiti diri sendiri dengan membenturkan kepala ditembok dan
lantai serta memukuli anggobat badannya dengan menggunakan tangannya sendiri,
banyak bicara. Waham (+), halusinasi (+), RTA terganggu.
3. Keluarga, Lingkungan dan Sosial Budaya
Ekonomi keluarga yang termasuk kelompok ekonomi menengah ke bawah. Keluarga
pasien memiliki pengetahuan yang kurang serta perhatian yang kurang terhadap
penyakit atau gangguan yang diderita oleh pasien serta pengobatan yang harus
diberikan kepada pasien.

IX.

Rencana Terapi
1. Psikofarmasi
Haloperidol tablet 2x5 mg.
2. Psikoedukasi
Psikoedukasi pada pasien bertujuan untuk mendukung proses terapi, membantu pasien
dalam menemukan cara mengatasi masalahnya, dan mencegah timbulnya gejala yang
sama saat pasien mendapat stressor psikologis. Edukasi terhadap pasien, yaitu:
a. Secara bertahap sesuai dengan kembalinya kemampuan penilaian realitas pada
pasien, memberi informasi dan edukasi kepada pasien mengenai penyakit yang
dideritanya,

gejala-gejala,

dampak,

faktor-faktor

penyebab,

pengobatan,

komplikasi, prognosis, dan resiko kekambuhan agar pasien tetap taat meminum
b.

obat dan segera datang ke dokter bila timbul gejala serupa di kemudian hari.
Meyakinkan bahwa semua gejala yang muncul dapat dihilangkan dengan minum

c.

obat secara teratur.


Memotivasi pasien untuk berobat teratur.

Edukasi terhadap keluarga :


a.

Memberikan penjelasan tentang penyakit pasien (gejala, faktor-faktor pemicu,


pengobatan, komplikasi, prognosis, dan resiko kekambuhan di kemudian hari).

b.

Meminta keluarga untuk mendukung pasien pada saat-saat setelah sakit agar
pasien dapat mengalami sembuh remisi.
19

3. Psikoterapi
Psikoterapi yang diberikan kepada pasien adalah psikoterapi suportif yaitu
yang bertujuan untuk memperkuat fungsi defensif pasien terhadap keyakinannya yang
non-realistik, memperluas fungsi pengendalian dengan metode pengendalian baru,
memperbaiki kemampuan adaptif pasien. Psikoterapi ini dicapai dengan pendekatan
bimbingan dan reassurance.
4. Sosioterapi
Mengembalikan fungsi sosial pasien melalui latihan kembali untuk
berinteraksi dengan pasien-pasien lainnya selama perawatan, dan memberi pengertian
pada pasien bahwa tujuan perawatannya adalah untuk menghilangkan gejala
penyakitnya dan berlatih untuk bisa kembali bermasyarakat di lingkungannya setelah
keluar dari rumah sakit. Memberi penjelasan kepada keluargamengenai keadaan yang
dialami pasien sehingga keluarga dapat menciptakan lingkungan yang optimal bagi
pemulihan pasien, menurunkan stigmatisasi dan diskriminasi terutama pada keluarga
dan masyarakat sekitar. Keluarga perlu diberi edukasi dalam upaya mendukung
penyembuhan pasien berupa terapi pasien sehingga diharapkan dapat berperan
sebagai PMO bagi pasien dan mengawasi pasien untuk tidak lagi menggunakan zat
multipel seperti ganja, ekstasi, shabu, alkohol dan lain-lain.
X.

Prognosis
Faktor pendukung:
a. Faktor pencetusnya jelas
b. Keluarga mau membantu kesembuhan pasien
Faktor penghambat:
a. Kurangnya pengetahuan keluarga dan pasien mengenai gangguan jiwa yang
dialami pasien, terkait penggunaan zat.
b. Kurangnya kesadaran pasien untuk minum obat

XI.

Berdasarkan faktor-faktor di atas, prognosis pasien ini adalah:


Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad Functionam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad malam

Pembahasan
Pada pasien ini ditemukan gejala bermakna berupa mengamuk dan melukai diri
sendiri dengan memukuli kaca menggunakan tangannya, tidak bisa tidur sejak 4 hari
sebelum MRS. Pasien juga dikeluhkan banyak bicara, cenderung diam dirumah dan
bersembunyi karena takut. Pasien juga mengeluhkan pasien sering ketawa sendiri,
20

senyum-senyum sendiri dan berbicara sendiri seperti ada lawan bicara 1 bulan yang
lalu. Pada pemeriksaan fisik mental didapatkan halusianasi auditorik, bentuk pikiran
nonrealistis, terdapat waham curiga, dan waham dikendalikan - thought insertion.
Penilaian daya realita (RTA ) terganggu. Gejala-gejala ini sudah berlangsung lebih dari
1 bulan sehingga dapat ditegakkan diagnosis skizofrenia paranoid.
Penggunaan antipsikotik pada pasien ini didasarkan pada fakta bahwa
antipsikotik dapat membantu mencapai dan memelihara respons klinis yang diinginkan.
Terdapat dua golongan obat antipsikotik, yaitu golongan tipikal dan atipikal. Pada
pasien ini gejala positif lebih menonjol yaitu terdapat isi fikiran yang tidak wajar
(waham), gangguan persepsi (halusinasi). Cara kerja antipsikotik tipikal adalah
memblok reseptor dopamin terutama pada jalur mesolimbik sehingga gejala-gejala
positif yang sekarang dialami pasien dapat berkurang. Pada pasien ini tidak digunakan
jenis obat golongan antipsikotik tipikal yang lain karena Haloperidol, yang merupakan
suatu antipsikotik potensi tinggi, lebih manjur untuk gejala skizofrenia seperti
gangguan proses berpikir (waham) dan gangguan persepsi (halusinasi) jika
dibandingkan dengan Chlorpromazine, yang merupakan suatu antipsikotik potensi
rendah, yang lebih baik bila gejala sasaran berupa hiperaktivitas motorik, kegelisahan,
kegaduhan, agitasi, dan pasien yang agresif. Sedangkan obat antipsikosis atipikal tidak
dipilih walaupun dengan kemungkinan efek samping ekstrapiramidal lebih kecil (efek
terhadap reseptor adrenergik lebih kecil) karena obat atipikal memiliki afinitas terhadap
reseptor serotonin 10 kali lebih besar dibandingkan pada reseptor dopamin sehingga
diperlukan dosis yang lebih tinggi untuk pasien ini. Disamping itu, peningkatan
aktivitas serotonin akan menimbulkan gejala negatif pada skizofrenia, yang tidak terjadi
pada pasien ini. Dengan pertimbangan ini, maka haloperidol dipilih sebagai terapi lini
pertama pada pasien ini.
Penggunaan obat antipsikotik golongan tipikal, terutama Haloperidol, dijelaskan
banyak menyebabkan efek samping neurologis berupa gejala ekstrapiramidal, seperti
kejang (antipsikotik menurunkan nilai ambang konvulsi), tremor, Parkinsonism,
diskinesia, dan akatisia. Apabila pasien mengalami keluhan tersebut, maka perlu
diberikan obat golongan antikolinergik, yaitu Trihexyphenydil HCl untuk mengatasi
gejala ekstrapiramidal yang mungkin timbul. Namun, karena pada pasien tersebut
belum pernah mengalami keluhan tersebut dan pasien masih dirawat inap dengan
asumsi bahwa gejala tersebut dapat dievaluasi saat berada di RSJP, maka pemberian
obat antikolinergik diberikan hanya apabila terdapat gejala ekstrapiramidal.
21

Terapi medikamentosa yang diberikan di awal adalah Haloperidol dengan dosis


awal 1 x 5 mg, dinaikkan secara cepat setiap 2-3 hari dalam 1-3 minggu untuk
mencapai dosis efektif dalam pengendalian gejala. Setelah tercapai dosis efektif, terapi
dievaluasi setelah 2 minggu, kemudian dinaikkan menjadi dosis optimal pengendalian
gejala yang dipertahankan selama 8 10 minggu dalam fase stabilitasi, kemudian pada
fase pemeliharaan dosis dapat diturunkan sampai dosis minimal yang dapat
mengendalikan gejala. Terapi dilakukan minimal selama dua tahun.
Selain terapi medikamentosa, pada pasien gangguan psikotik perlu mendapat
psikoterapi dan sosioterapi. Psikoterapi bertujuan membantu menguatkan pikiran pasien
mengenai mana realita mana bukan realita sehingga dapat melawan gejalanya sendiri,
menjelaskan mengenai penyakitnya secara perlahan, sehingga pasien mengerti
pentingnya minum obat secara teratur dan tidak putus. Psikoedukasi juga perlu
diberikan kepada keluarga dan lingkungan sekitar agar tidak terjadi stigmatisasi
terhadap pasien, dan membangun sistem pendukung yang kuat untuk menunjang
perbaikkan pasien.
Sosioedukasi mengajarkan pada pasien bagaimana cara untuk kembali pada
masyarakat. Pada sosioedukasi pasien diajarkan untuk tidak malu dengan penyakitnya,
dan cara bermasyarakat yang benar sehingga dirinya dapat diterima. Sosioedukasi juga
seharusnya dilakukan pada keluarga untuk dapat menerima pasien tanpa stigmatisasi,
dan membantu meningkatkan rasa penghargaan dirinya.

22

XII.

Riwayat Perjalanan Gangguan Pada Pasien

Pasien
minum THP
dan
Haloperidol

2003

2005

2009

Mulai
Menggunakan
ekstasi dan
shabu

Mulai
Menggunakan
Alkohol

Berhen
ti
beroba

2014

MRS I
1 Maret 2014 s/d
28 Maret 2014

2013
Mulai
Menggunakan
Ganja

Pasien
minum THP
dan
Haloperidol

MRS II
30 Mei 2014 s/d
24Juni 2014

MRS III
14 Agustus 2014

Menggunakan
ekstasi dan
shabu

Bercerai dengan
Istri

Berhenti
menggunakan ganja,
dan alkohol

Gambar Riwayat Perjalanan Gangguan Pada Pasien.

23

Tabel. Riwayat Perjalanan Gangguan pada Pasien


2013
(saat bercerai dengan
istri)
Perasan kecewa dan
kesedihan yang
berkepanjangan
Hilang semangat
Sedih
Tidak bisa tidur
Tidak mau makan
selama 2 bulan
Rasa ingin bunuh diri
(-)
Halusinasi (-)
Waham (-)

MRS I
Mengamuk
Gelisah
Melukai diri sendiri
dengan membenturkan
kepala di tembok
Banyak berbicara
Bicara sendiri
Susah tidur
Halusinasi audio (+)
Halusinasi visual (+)
Waham curiga (+)

MRS II
Mengamuk
Membenturkan kepala di
lantai dan tembok
Banyak berbicara
Bicara sendiri
Sulit tidur
Merasa diri tidak berguna
Halusinasi audio (+)
Halusinasi visual (+)
Waham curiga (-),

MRS III
Mengamuk
Membenturkan kepala di
lantai dan tembok
Banyak berbicara
Bicara sendiri
Sulit tidur
Merasa diri tidak berguna
Halusinasi audio (+)
Halusinasi visual (+)
Waham curiga (+),
waham dikendalikan
(though insertion) (+)

MRS IV
Mengamuk
Melempar barangbarang
Melukai diri sendiri
dengan memukuli
kaca menggunakan
tangan
Gelisah
Sulit tidur
Merasa diri tidak
berguna
Halusinasi audio
(+)
Waham curiga (+)

24

DAFTAR PUSTAKA
1.

Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. 1993. Penggolongan


dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
FK Unika Atma Jaya.

2.

Kaplan HI, Saddock BJ, et al. 2010. Gangguan Berhubungan dengan Zat dalam
Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis.. Jakarta : Binarupa
Aksara.

3.

Maramis WF, Maramis AA. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya :
Airlangga University Press.

4.

Maslim R. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga.
Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.

25

También podría gustarte