Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Oleh:
Oktaviana Nurma Muliastuti
H1A008018
Pembimbing
dr. Elly Rosilla Wijaya, Sp.KJ, MM
I.
Identitas Pasien
Nama Pasien
: Tn.AY
Umur
: 28 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
Agama
: Islam
Suku
: Sasak
Pendidikan
:-
Pekerjaan
: Waiter
Status
: Duda
MRS
Pemeriksaan
Pasien dibawa oleh keluarganya dan kepala dusun pagutan ke IGD RSJP NTB pada
hari Selasa, 09 September 2014 pukul 23.20 WITA. Ini adalah keempat kali pasien
dirawat inap di RS Jiwa Provinsi NTB.
II.
Riwayat Psikiatri
Data diperoleh dari:
Autoanamnesis pada tanggal 17 dan 18 September 2014
Alloanamnesis dari:
1. Tn. Salim, 66 tahun, Ayah kandung pasien, tidak pernah bersekolah, buruh,
saat ini tinggal bersama pasien.
Catatan Rekam Medis
1. Keluhan Utama
Pasien mengamuk
2. Riwayat Gangguan Sekarang
Aloanamnesis:
Pasien dibawa ke IGD RSJ Provinsi NTB karena mengamuk dan melukai diri
sendiri.
gelisah, sulit tidur, melempar barang-barang, dan mencoba bunuh diri dengan
melukai dirinya sendiri dengan memecahkan kaca menggunakan tangannya sehingga
tangan kanan pasien terluka dan dijahit di Rumah Sakit Kota. Pasien melakukannya
sambil berbicara hal-hal yang tidak berkaitan.
2
menderita
penyakit
medik
berat
yang
berhubungan dengan keadaan pasien saat ini. Riwayat tekanan darah tinggi (-),
sesak napas atau asma (-), trauma kepala (-), kejang (-).
c. Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat lain
Pasien pernah menggunakan ganja setiap tahun baru sejak tahun 2003 dan
menggunakan ekstasi dan shabu setiap tahun baru sejak tahun 2005. Saat itu
pasien hanya menggunakan zat psikoaktif untuk coba-coba saja karena diajak
oleh teman-temannya. Pasien tidak pernah menggunakan obat yang disuntikkan
ke tangannya. Setelah mengkonsumsi semua zat tersebut di atas, pasien merasa
melayang, tenang, nyaman, hidup tanpa beban, senang. Namun, pasien tidak
merasakan keluhan apapun jika tidak menggunakan zat-zat tersebut. Pasien
tidak meningkatkan jumlah zat secara jelas untuk mencapai dosis yang
diinginkan, tidak terjadi penurunan efek yang bermakna pada pemakaian
berlanjut dengan jumlah zat yang sama. Pasien masih dapat menghentikan
penggunaan zat. Saat berhenti menggunakan ganja (sebelum bulan puasa),
pasien kemudian sering mengamuk, ingin bunuh diri, timbul halusinasi yang
lebih kuat dan merasa ada setan didalam diri pasien. Namun, walaupun keluhan
tersebut muncul, pasien tidak menggunakan kembali zat yang sama untuk
menghilangkan atau menghindari hal tersebut. Pasien membeli obat-obat
tersebut di teman-temannya di Gili Air. Uang untuk membeli zat-zat tersebut
didapatkan dari hasil bekerja sebagai waiters dan guide.
Pasien juga mengkonsumsi alkohol sejak berusia 15 tahun hingga sebelum
puasa dengan frekuensi 3x/minggu, biasanya setiap kali minum pasien dapat
menghabiskan 3 gelas alkohol. Selain itu pasien juga merupakan seorang
perokok aktif.
4. Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien merupakan anak ke-4 dari 8 bersaudara. Saat hamil ibu pasien tidak
pernah memeriksakan diri ke bidan atapun memeriksakan diri ke dokter atau diUSG. Selama hamil ibu pasien tidak memiliki masalah makan, bisa makan apa
saja yang dimakan keluarga, tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan dan tidak
pernah ada masalah dalam kehamilannya atau riwayat trauma selama masa
kehamilan. Pasien lahir di rumah dibantu dukun beranak. Pasien lahir pada usia
kandungan 9 bulan, saat lahir langsung menangis, tidak pernah biru atau kuning,
Berat badan lahir tidak diketahui.
5
Pasien pernah menikah sekitar 1 tahun yang lalu. 3 bulan setelah pernikahannya,
istri pasien melahirkan bayi. Pasien merasa kaget karena merasa tidak pernah
menghamili istrinya. Dan kemudian pasien bercerai.
Riwayat Agama
Pasien beragama Islam, pendidikan agama didapatkan dari orang tua, kakakkakak pasien. Selama ini pasien rajin beribadah dan menjalankan kewajiban
agamanya.
Riwayat Psikoseksual
Pendidikan seksual tidak pernah diberikan oleh orangtuanya. Pengetahuan
tentang pendidikan seksual didapat dari teman dan menonton televisi. Menurut
keluarga, pasien sering berpacaran. Pasien sering melakukan hubungan seksual
(seks bebas) sejak berumur 23 tahun dan terakhir sekitar 1 tahun yang lalu. Pasien
melakukan seks bebas dengan tourist yang berkunjung ke gili air. Saat melakukan
hubungan seksual pasien tidak selalu menggunakan kondom.
Aktivitas Sosial
Pasien dapat bergaul dengan cukup baik di lingkungan rumahnya dan lingkungan
pekerjaannya. Pasien adalah orang yang sopan, mudah bergaul sehingga
mempunyai cukup banyak teman.
Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien belum pernah melakukan tindakan yang melanggar hukum selama ini.
5. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak keempat dari delapan bersaudara. Sejak lahir,
pasien
tinggal bersama kedua orang tuanya. Pasien tidak pernah bersekolah. Kebutuhan
pasien cukup terpenuhi dari hasil pekerjaan kedua orang tua dan gaji pasien. Ia
termasuk anak yang baik, namun pendiam. Hubungannya dengan keluarga yang lain
cukup baik namun pasien lebih
orang
tua dan saudaranya.
tahun
66 dekat dengan kedua53
tahun
Menurut ayah dan kakak
pasien, tidak ada anggota keluarga inti ataupun dari
pihak ibu atau ayah yang menderita penyakit yang sama seperti pasien atau
40 tahun
37 tahun
menderita gangguan
35 tahun
jiwa lainnya.
Genogram keluarga
pasien :
3
22 tahun20 tahun15
tahun
Pasien, 28 tahun
5
tahun
1 tahun
tahun
: Pria
: Wanita
: Tinggal
serumah
: Bercerai
7
: Pasien
: meninggal dunia
Keterangan:
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
:
:
:
:
:
:
:
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Tidurnya nyenyak?
Nyenyak
Ahmad Yani rutin minum obat di rumah?
Tidak pernah
Terakhir kali minum obat kapan?
2 hari setelah saya pulang dari sini
Kenapa tidak mau minum obat?
Tidak dikasih sama bapak dan kakak saya
Ahmad Yani dulu kenapa bercerai dengan istrinya?
Tidak ada, dia yang menceraikan saya
Saat bercerai sama istrinya Ahmad Yani sedih atau kecewa ndak?
Dulu sedih sekarang sudah ndak
Ahmad Yani tau kita sekarang sedang ada dimana?
Di Rumah Sakit Jiwa
Ahmad Yani merasa sakit ndak sekarang?
Merasa sakit
DM
Pasien : Siang
DM
Pasien : Dokter
DM
: Ahmad Yani tolong diingat ya angka yang saya sebutkan, 1,3,5,7,9,11. Coba
ulangi angka yang saya sebutkan tadi
Pasien : Sudah
DM
Pasien : Ikan
DM
: Sekarang misalnya ada apel, pisang, dan rambutan itu termasuk apa ya Ahmad
Pasien
DM
Pasien
DM
:
:
:
:
Yani?
Buah-buahan
Ahmad Yani tahu siapa nama Presiden kita?
Jokowi
Ahmad Yani bisa berhitungkan, coba kalau 100 dikurangi 5 berapa?
10
Pasien
DM
Pasien
DM
Pasien
DM
:
:
:
:
:
:
Ahmad Yani?
Pasien : Kita buka dompetnya trus kita lihat KTP nya. Kalo ada alamatnya kita
DM
kembalikan.
: Oke Ahmad Yani saya rasa sudah cukup ya wawancara kita, ada yang mau
11
hingga saat berada di rumah sakit jiwa pasien masih mendengar bisikan tersebut. Namun
saat ini pasien sudah tidak mendengar bisikan tersebut lagi.
Pasien tidak pernah keluyuran ataupun menyakiti orang lain. Pasien terkadang
senyum-senyum sendiri, bicara sendiri, marah-marah di rumah, dan curiga pada tetanggatetangganya disekitar rumah. Pasien merasa sering dibicarakan oleh tetangganya. Pasien
sering dibicarakan yang jelek-jelek.
Berdasarkan pemeriksaan tanggal 17,18 September 2014
1.
Deskripsi Umum
a. Penampilan
Pasien seorang laki-laki berusia 28 tahun, tampak sesuai usianya, penampilan
cukup rapi, cukup merawat diri, baju bersih dan ekspresi wajah tampak tenang.
b. Kesadaran
Jernih
c. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Normoaktif. Pasien dapat mengikuti wawancara sampai akhir
d. Sikap terhadap Pemeriksa
Cukup Kooperatif. Pasien dapat mengikuti wawancara dengan cukup baik.
e. Pembicaraan
Spontan, lancar, banyak, volume sedang, intonasi cukup dan artikulasi jelas,
menjawab sesuai pertanyaan yang diajukan pemeriksa.
2.
3. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi
Halusinasi audiotorik (+), pasien mendengar suara yang mengatakan
mendengar suara yang mengatakan mati kamu! mati kamu!. Dan suara
setan didalam tubuhnya yang mengatakan bunuh dirimu, bunuh dirimu,
kamu jelek, tidak berguna
Halusinasi visual (-).
Halusinasi penghidu (-), halusinasi pengecapan (-), halusinasi taktil (-).
b. Ilusi: tidak ada.
c. Depersonalisasi: tidak ada.
d. Derealisasi : tidak ada.
12
4. Pikiran
a. Bentuk
Nonrealistis
b. Proses pikir
Koheren
c. Isi pikir
waham curiga (+). Pasien merasa diguna-guna oleh seorang perempuan dan
pasien merasa
tetangga
disekitar
rumahnya
sering membicarakan
kejelekannya.
Waham dikendalikan, thought of insertion (+). Pasien merasa ada setan
Provinsi NTB.
Situasional
Kesan baik. Pasien dapat mengetahui saat dilakukan wawancara dan saat itu
Segera
Kurang baik. Pasien tidak dapat menyebutkan kembali 6 angka yang
disebutkan oleh pemeriksa.
Masa lalu belum lama
Kesan baik. Pasien mampu menginagt peristiwa-peristiwa yang cukup
haram hukumnya.
f. Uji Daya Nilai
Cukup baik, saat ditanya apa yang akan dilakukan bila pasien menemukan
dompet di jalan ?. Pasien menjawab akan mengembalikan dompet tersebut
kepada pemiliknya.
g. Penilaian Daya Realita (RTA)
Terganggu, karena terdapat waham-waham.
h. Tilikan
Derajat VI. Pasien merasa dirinya sakit dan butuh pengobatan.
8. Taraf dapat dipercaya
Secara umum masih dapat dipercaya.
Mata
: anemis (-/-). ikterus (-/-), refleks pupil (+/+), isokor.
THT
: telinga dbn, jejas (-), krepitasi (-), deviasi septum (-)
Leher
: struma (-), pembesaran KGB (-).
c. Thoraks
Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-).
Pulmo : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-).
d. Abdomen : Distensi (-), bising usus (+) normal, nyeri tekan (-), H/L/R : tidak
teraba.
e. Sistem urogenital : tidak dievaluasi.
f. Ekstremitas
: akral hangat (+), oedem (-).
II.
V.
Status Neurologis
i. Pupil
: bentuk bulat, isokor (+/+), refleks cahaya (+/+).
j. Gejala rangsangan meningeal : tidak ditemukan.
k. Gejala peningkatan TIK : tidak didapatkan.
l. Motorik : normal.
m. Tonus
: normal.
n. Koordinasi
: baik.
o. Turgor
: normal.
p. Refleks : normal.
q. Sensibilitas
: baik.
r. Susunan saraf vegetatif : baik.
s. Fungsi-fungsi luhur
: baik.
t. Gangguan khusus : tidak ada.
guna-guna dan memasukkan setan ke dalam tubuhnya. Namun keluarga tidak pernah
bertemu langsung dengan perempuan yang dimaksud, keluarganya hanya mendengar
peristiwa itu dari pasien. Sejak saat itu pasien gelisah, ketakutan, cenderung diam di
rumah dan bersembunyi. Pasien juga jarang tidur pada malam hari dan sering berbicara
sendiri.
Pasien juga mengatakan bahwa sejak 1 bulan yang lalu pasien juga sering berbicara
dengan seorang perempuan. Perempuan tersebut hanya dapat dilihat oleh pasien sendiri
dan tidak ada orang lain yang dapat melihatnya. Perempuan tersebut meminta pasien untuk
mengawininya, namun pasien tidak mau dan pasien terus dikejar-kejar.
Selain itu pasien juga mendengar bisikan-bisikan yang mengatakan mati kamu...
mati kamu. Bisikan tersebut semakin keras didengar sejak 1,5 bulan sebelum masuk RSJ
hingga saat berada di rumah sakit jiwa pasien masih mendengar bisikan tersebut. Namun
saat ini pasien sudah tidak mendengar bisikan tersebut lagi.
Pasien tidak pernah keluyuran ataupun menyakiti orang lain. Pasien terkadang
senyum-senyum sendiri, bicara sendiri, marah-marah di rumah, dan curiga pada tetanggatetangganya disekitar rumah. Pasien merasa sering dibicarakan oleh tetangganya. Pasien
sering dibicarakan yang jelek-jelek.
Pasien pernah mengkonsumsi ganja sejak tahun 2003. Pasien mengkonsumsi ekstasi
dan shabu setiap tahun baru sejak tahun 2005. Pasien juga mengkonsumsi alkohol sejak
berusia 15 tahun hingga sebelum puasa dengan frekuensi 3x/minggu, biasanya setiap kali
minum pasien dapat menghabiskan 3 gelas alkohol. Sebelum bulan puasa pasien sudah
tidak menggunakan alkohol maupun zat psikoaktif lagi karena dilarang oleh ibunya.
pasien tidak merasakan keluhan apapun jika tidak menggunakan zat-zat tersebut. Pasien
tidak meningkatkan jumlah zat secara jelas untuk mencapai dosis yang diinginkan, tidak
terjadi penurunan efek yang bermakna pada pemakaian berlanjut dengan jumlah zat yang
sama. Pasien masih dapat menghentikan penggunaan zat. Saat berhenti menggunakan
ganja dan alkohol (sebelum bulan puasa), pasien kemudian sering mengamuk, timbul
halusinasi yang lebih kuat dan merasa ada setan didalam diri pasien. Namun, walaupun
keluhan tersebut muncul, pasien tidak menggunakan kembali zat yang sama untuk
menghilangkan atau menghindari hal tersebut.
Pasien pernah merasakan perasaan sedih yang berlebihan dan berkepanjangan
sekitar 1 tahun yang lalu, saat itu pasien bercerai dengan istrinya karena istri pasien
berselingkuh dan memiliki anak dari hasil perselingkuhannya. Tidak didapatkan adanya
riwayat gangguan jiwa dalam keluarga.
16
Tidak didapatkan penyakit medis atau trauma kepala yang secara fisiologis
berhubungan dengan gangguan jiwa yang dialami pasien. Pasien pernah mengkonsumsi
alkohol dan zat-zat psikoaktif.
Pada status mental ditemukan seorang laki-laki, sesuai usia, perawatan diri kurang,
status gizi cukup. Bicara spontan, Psikomotor normoaktif, perhatiannya tidak mudah
teralih bila ada orang yang lewat ataupun terdapat hal yang menarik perhatiannya. Sikap
kooperatif. Mood eutimik. Afek luas, kesan serasi. Ditemukan adanya gangguan persepsi
berupa halusinasi audiotorik. Bentuk pikir nonrealistis, proses pikir : koheren, isi pikir
terdapat waham curiga (+), waham dikendalikan (thought insertion), kesadaran compos
mentis. Orientasi terkesan baik. Daya ingat baik. Konsentrasi/perhatian cukup dan
kemampuan visuospasial terkesan baik. Kemampuan membaca dan menulis sesuai dengan
tingkat pendidikan. Daya nilai sosial dan uji daya nilai baik. RTA terganggu. Pemeriksaan
fisik umum dan neurologis dalam batas normal.
VI.
Diagnosis Multiaksial
Aksis I
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
: Masalah Pendidikan
Masalah Pengetahuan Keluarga yang Kurang
Masalah Lingkungan Sosial
Aksis V
VII.
Formulasi Diagnosis
Pada pasien ini ditemukan adanya pola prilaku atau psikologis yang secara
klinis bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala yang menimbulkan
penderitaan dan hendaya dalam berbagai fungsi psikososial dan pekerjaan. Dengan
demikian dapat disimpulkan pasien ini mengalami gangguan jiwa.
Berdasarkan anamnesis mengenai riwayat penyakit medis, pasien tidak pernah
mengalami trauma kepala, kejang, hipertensi atau penyakit lainnya yang dapat
menimbulkan disfungsi otak sebelum menunjukkan gejala gangguan jiwa. Oleh
karena itu diagnosis gangguan mental organik (F00 F09) dapat disingkirkan.
Didapatkan riwayat penggunaan alkohol, namun pasien terakhir kali
menggunakan alkohol saat tahun baru (sekitar 8 bulan sebelum masuk RSJP NTB),
17
fungsi) dan nilai tertinggi untuk sekurangnya satu bulan selama satu tahun terakhir
yaitu 40-31 (beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi,
disabilitas berat dalam beberapa fungsi).
VIII.
Daftar Permasalahan
1. Organobiologik
Adanya ketidakseimbangan neurotransmitter.
2. Psikologis / Perilaku
Pasien mengamuk, menyakiti diri sendiri dengan membenturkan kepala ditembok dan
lantai serta memukuli anggobat badannya dengan menggunakan tangannya sendiri,
banyak bicara. Waham (+), halusinasi (+), RTA terganggu.
3. Keluarga, Lingkungan dan Sosial Budaya
Ekonomi keluarga yang termasuk kelompok ekonomi menengah ke bawah. Keluarga
pasien memiliki pengetahuan yang kurang serta perhatian yang kurang terhadap
penyakit atau gangguan yang diderita oleh pasien serta pengobatan yang harus
diberikan kepada pasien.
IX.
Rencana Terapi
1. Psikofarmasi
Haloperidol tablet 2x5 mg.
2. Psikoedukasi
Psikoedukasi pada pasien bertujuan untuk mendukung proses terapi, membantu pasien
dalam menemukan cara mengatasi masalahnya, dan mencegah timbulnya gejala yang
sama saat pasien mendapat stressor psikologis. Edukasi terhadap pasien, yaitu:
a. Secara bertahap sesuai dengan kembalinya kemampuan penilaian realitas pada
pasien, memberi informasi dan edukasi kepada pasien mengenai penyakit yang
dideritanya,
gejala-gejala,
dampak,
faktor-faktor
penyebab,
pengobatan,
komplikasi, prognosis, dan resiko kekambuhan agar pasien tetap taat meminum
b.
obat dan segera datang ke dokter bila timbul gejala serupa di kemudian hari.
Meyakinkan bahwa semua gejala yang muncul dapat dihilangkan dengan minum
c.
b.
Meminta keluarga untuk mendukung pasien pada saat-saat setelah sakit agar
pasien dapat mengalami sembuh remisi.
19
3. Psikoterapi
Psikoterapi yang diberikan kepada pasien adalah psikoterapi suportif yaitu
yang bertujuan untuk memperkuat fungsi defensif pasien terhadap keyakinannya yang
non-realistik, memperluas fungsi pengendalian dengan metode pengendalian baru,
memperbaiki kemampuan adaptif pasien. Psikoterapi ini dicapai dengan pendekatan
bimbingan dan reassurance.
4. Sosioterapi
Mengembalikan fungsi sosial pasien melalui latihan kembali untuk
berinteraksi dengan pasien-pasien lainnya selama perawatan, dan memberi pengertian
pada pasien bahwa tujuan perawatannya adalah untuk menghilangkan gejala
penyakitnya dan berlatih untuk bisa kembali bermasyarakat di lingkungannya setelah
keluar dari rumah sakit. Memberi penjelasan kepada keluargamengenai keadaan yang
dialami pasien sehingga keluarga dapat menciptakan lingkungan yang optimal bagi
pemulihan pasien, menurunkan stigmatisasi dan diskriminasi terutama pada keluarga
dan masyarakat sekitar. Keluarga perlu diberi edukasi dalam upaya mendukung
penyembuhan pasien berupa terapi pasien sehingga diharapkan dapat berperan
sebagai PMO bagi pasien dan mengawasi pasien untuk tidak lagi menggunakan zat
multipel seperti ganja, ekstasi, shabu, alkohol dan lain-lain.
X.
Prognosis
Faktor pendukung:
a. Faktor pencetusnya jelas
b. Keluarga mau membantu kesembuhan pasien
Faktor penghambat:
a. Kurangnya pengetahuan keluarga dan pasien mengenai gangguan jiwa yang
dialami pasien, terkait penggunaan zat.
b. Kurangnya kesadaran pasien untuk minum obat
XI.
Pembahasan
Pada pasien ini ditemukan gejala bermakna berupa mengamuk dan melukai diri
sendiri dengan memukuli kaca menggunakan tangannya, tidak bisa tidur sejak 4 hari
sebelum MRS. Pasien juga dikeluhkan banyak bicara, cenderung diam dirumah dan
bersembunyi karena takut. Pasien juga mengeluhkan pasien sering ketawa sendiri,
20
senyum-senyum sendiri dan berbicara sendiri seperti ada lawan bicara 1 bulan yang
lalu. Pada pemeriksaan fisik mental didapatkan halusianasi auditorik, bentuk pikiran
nonrealistis, terdapat waham curiga, dan waham dikendalikan - thought insertion.
Penilaian daya realita (RTA ) terganggu. Gejala-gejala ini sudah berlangsung lebih dari
1 bulan sehingga dapat ditegakkan diagnosis skizofrenia paranoid.
Penggunaan antipsikotik pada pasien ini didasarkan pada fakta bahwa
antipsikotik dapat membantu mencapai dan memelihara respons klinis yang diinginkan.
Terdapat dua golongan obat antipsikotik, yaitu golongan tipikal dan atipikal. Pada
pasien ini gejala positif lebih menonjol yaitu terdapat isi fikiran yang tidak wajar
(waham), gangguan persepsi (halusinasi). Cara kerja antipsikotik tipikal adalah
memblok reseptor dopamin terutama pada jalur mesolimbik sehingga gejala-gejala
positif yang sekarang dialami pasien dapat berkurang. Pada pasien ini tidak digunakan
jenis obat golongan antipsikotik tipikal yang lain karena Haloperidol, yang merupakan
suatu antipsikotik potensi tinggi, lebih manjur untuk gejala skizofrenia seperti
gangguan proses berpikir (waham) dan gangguan persepsi (halusinasi) jika
dibandingkan dengan Chlorpromazine, yang merupakan suatu antipsikotik potensi
rendah, yang lebih baik bila gejala sasaran berupa hiperaktivitas motorik, kegelisahan,
kegaduhan, agitasi, dan pasien yang agresif. Sedangkan obat antipsikosis atipikal tidak
dipilih walaupun dengan kemungkinan efek samping ekstrapiramidal lebih kecil (efek
terhadap reseptor adrenergik lebih kecil) karena obat atipikal memiliki afinitas terhadap
reseptor serotonin 10 kali lebih besar dibandingkan pada reseptor dopamin sehingga
diperlukan dosis yang lebih tinggi untuk pasien ini. Disamping itu, peningkatan
aktivitas serotonin akan menimbulkan gejala negatif pada skizofrenia, yang tidak terjadi
pada pasien ini. Dengan pertimbangan ini, maka haloperidol dipilih sebagai terapi lini
pertama pada pasien ini.
Penggunaan obat antipsikotik golongan tipikal, terutama Haloperidol, dijelaskan
banyak menyebabkan efek samping neurologis berupa gejala ekstrapiramidal, seperti
kejang (antipsikotik menurunkan nilai ambang konvulsi), tremor, Parkinsonism,
diskinesia, dan akatisia. Apabila pasien mengalami keluhan tersebut, maka perlu
diberikan obat golongan antikolinergik, yaitu Trihexyphenydil HCl untuk mengatasi
gejala ekstrapiramidal yang mungkin timbul. Namun, karena pada pasien tersebut
belum pernah mengalami keluhan tersebut dan pasien masih dirawat inap dengan
asumsi bahwa gejala tersebut dapat dievaluasi saat berada di RSJP, maka pemberian
obat antikolinergik diberikan hanya apabila terdapat gejala ekstrapiramidal.
21
22
XII.
Pasien
minum THP
dan
Haloperidol
2003
2005
2009
Mulai
Menggunakan
ekstasi dan
shabu
Mulai
Menggunakan
Alkohol
Berhen
ti
beroba
2014
MRS I
1 Maret 2014 s/d
28 Maret 2014
2013
Mulai
Menggunakan
Ganja
Pasien
minum THP
dan
Haloperidol
MRS II
30 Mei 2014 s/d
24Juni 2014
MRS III
14 Agustus 2014
Menggunakan
ekstasi dan
shabu
Bercerai dengan
Istri
Berhenti
menggunakan ganja,
dan alkohol
23
MRS I
Mengamuk
Gelisah
Melukai diri sendiri
dengan membenturkan
kepala di tembok
Banyak berbicara
Bicara sendiri
Susah tidur
Halusinasi audio (+)
Halusinasi visual (+)
Waham curiga (+)
MRS II
Mengamuk
Membenturkan kepala di
lantai dan tembok
Banyak berbicara
Bicara sendiri
Sulit tidur
Merasa diri tidak berguna
Halusinasi audio (+)
Halusinasi visual (+)
Waham curiga (-),
MRS III
Mengamuk
Membenturkan kepala di
lantai dan tembok
Banyak berbicara
Bicara sendiri
Sulit tidur
Merasa diri tidak berguna
Halusinasi audio (+)
Halusinasi visual (+)
Waham curiga (+),
waham dikendalikan
(though insertion) (+)
MRS IV
Mengamuk
Melempar barangbarang
Melukai diri sendiri
dengan memukuli
kaca menggunakan
tangan
Gelisah
Sulit tidur
Merasa diri tidak
berguna
Halusinasi audio
(+)
Waham curiga (+)
24
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Kaplan HI, Saddock BJ, et al. 2010. Gangguan Berhubungan dengan Zat dalam
Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis.. Jakarta : Binarupa
Aksara.
3.
Maramis WF, Maramis AA. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya :
Airlangga University Press.
4.
Maslim R. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga.
Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
25