Está en la página 1de 41

PROMOSI KESEHATAN

Oleh:
Anisa Karamina W, S. Ked
Dessy Anugrah Sari, S.Ked

04054811416021

Miranty Vetty Irana, S.Ked

04054811416025

Baity Indriani, S.Ked

04054811416029

Anastasia Oktarina, S.Ked

04054811416028

Adrian Pratama, S.Ked

04054811416055

Dwi Putri Mustika, S.Ked

04054811416031

Pembimbing:
Dr. Rizma Adlia Syakurah, MARS

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/


ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan didalam hidup seseorang merupakan hal yang penting, namun
banyak orang masih belum menyadari bahwa begitu pentingnya kesehatan
didalam kehidupannya. Masyarakat memiliki hak didalam memperoleh pelayanan
kesehatan hal ini berdasarkan undang-undang dasar 1945 yang tercantum didalam
pasal 28 ayat I. Untuk itu diperlukan suatu tindakan yang harus diambil dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Tindakan yang perlu bagi
masyarakat adalah salah satunya dengan promosi kesehatan.
Promosi kesehatan yang akan diberikan kepada masyarakat harus memiliki
prinsip, metode, media juga strategi dan akan diintervensikan ketika dalam
memberikan pelayanan kesehatan pada masyarkat.Sehingga promosi kesehatan
yang diberikan kepada masyarakat dapat dimengerti masyarakat dan ditampilkan
dalam bentuk perubahan perilaku masyarakat yang lebih baik dalam prilaku
kesehatan.
Mengingat tugas kita sebgaai tim medis adalah salah satunya
memperkanalkan bagaimana cara hidup sehat dengan masyarakat maka didalam
makalah ini kami akan membahas tentang Promosi Kesehatan.
B.

Tujuan

1.

Tujun Umum
Agar mahasiswa dan mahasiswi mampu memahami tentang prinsip,
strategi, metode dan media promosi kesehatan.

2.

Tujuan Khusus
Agar mahasiswa dan mahasiswi mampu menjelaskan tentang:
a.

Prinsip prinsip promosi kesehatan

b.

Strategi promosi kesehatan

c.

Metode promosi kesehatan

d.

Media promosi kesehatan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Prinsip Promosi Kesehatan
1. Pengertian Promosi Kesehatan
WHO berdasarkan piagam Ottawa (1986) mendefinisikan promosi
kesehatan

adalah

meningkatkan

suatu

kontrol

proses
terhadap

yang

memungkinkan

kesehatan

dan

individu

meningkatkan

kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri


sendiri.
Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan seseorang
untuk meningkatkan kontrol dan peningkatan kesehatannya. WHO
menekankan bahwa promosi kesehatan merupakan suatu proses yang
bertujuan memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap
kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas
mengenai pemberdayaan diri sendiri (Maulana, 2009).
2. Tujuan Promosi Kesehatan
Green,1991 dalam Maulana,2009, tujuan promosi kesehatan terdiri dari
tiga tingkatan yaitu:
a. Tujuan Program
Refleksi dari fase social dan epidemiologi berupa pernyataan tentang
apa yang akan dicapai dalam periode tertentu yang berhubungan
dengan status kesehatan. Tujuan program ini juga disebut tujuan
jangka panjang, contohnya mortalitas akibat kecelakaan kerja pada
pekerja menurun 50 % setelah promosi kesehatan berjalan lima
tahun.
b. Tujuan Pendidikan
Pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai perilaku yang
diinginkan. Tujuan ini merupakan tujuan jangka menengah,
contohnya: cakupan angka kunjungan ke klinik perusahaan
meningkat 75% setelah promosi kesehatan berjalan tiga tahun.
c. Tujuan Perilaku
Gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah
kesehatan. Tujuan ini bersifat jangka pendek, berhubungan dengan

pengetahuan, sikap, tindakan, contohnya: pengetahuan pekerja


tentang tanda-tanda bahaya di tempat kerja meningkat 60% setelah
promosi kesehatan berjalan 6 bulan.
3. Sasaran Promosi Kesehatan
Dalam pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya 3 (tiga) jenis
sasaran, yaitu (1) sasaran primer, (2) sasaran sekunder dan (3) sasaran
tersier.
a. Sasaran primer, yaitu pasien, individu sehat dan keluarga (rumah
tangga) sebagai komponen dari masyarakat.
b. Sasaran sekunder, yaitu mereka yang mempengaruhi sasaran primer
(seperti para pemuka masyarakat, baik pemuka informal (misalnya
pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal
(misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain),
organisasi kemasyarakatan dan media massa).
c. Sasaran tersier, yaitu para pembuat kebijakan publik yang berupa
peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidangbidang lain yang berkaitan serta mereka yang dapat memfasilitasi
atau menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain).
4.

Jenis-Jenis Kegiatan Promosi Kesehatan


Ewlest & Simnet (1994), mengidentifikasi tujuan area kegiatan promosi
kesehatan yaitu:
a. Progam Pendidikan Kesehatan
Program pendidikan kesehatan

adalah

kesempatan

yang

direncanakan untuk belajar tentang kesehatan, dan melakukan


perubahan-perubahan secara sukarela dalam tingkah laku.
b. Pelayanan Kesehatan Preventif
Winslow (1920) dalam Level & Clark (1958) mengungkapkan 3
tahap pencegahan yang dikenal dengan teori five levels of prevention,
yaitu:
1)
Pencegahan Primer
Dilakukan saat individu belum menderita sakit, meliputi:
a) Promosi Kesehatan (health promotion)

Kegiatan pada tahap ini ditujukan untuk meningkatkan


daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan.
b)

Perlindungan Khusus (specific protection)


Berupa upaya spesifik untuk mencegah terjadinya
penularan

penyakit

tertentu,

misalnya

melakukan

imunisasi, dan peningkatan keterampilan remaja untuk


mencegah

ajakan

menggunakan

narkotik,

dan

penanggulangan stress.
2)

3)

Pencegahan Skunder
a)

Diagnosis dini dan pengobatan segera.

b)

Pembatasan kecacatan

Pencegahan Tersier
Pada tahap ini upaya yang dilakukan adalah mencegah agar
cacat yang diderita tidak menjadi hambatan sehingga individu
yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental,
dan sosial.

c.

Kegiatan Berbasis Masyarakat


Promosi kesehatan menggunakan pendekatan dari bawah,
bekerja

dengan

dan

untuk

penduduk,

dengan

melibatkan

masyarakat dalam kesadaran kesehatan.


d.

Pengembangan Organisasi
Pengembangan organisasi berhubungan dengan pengembangan dan
pelalaksanaan kebijakan dalam oranisasi-organisasi yang berupaya
meningkatkan kesehatan para staf dan pelanggan.

e.

Kebijakan Publik Yang Sehat


Upaya ini melibatkan badan resmi atau sukarela, kelompok
profesional,

dan

masyarakat

umum

yang

bekerja

sama

mengembangkan perubahan-perubahan dalam situasi dan kondisi


kehidupan.
f.

Tindakan Kesehatan Berwawasan Lingkungan.

Upaya yang dilakukan adalah menjadikan lingkungan fisik


penunjang kesehatan, baik di rumah, tempat kerja, atau tempattempat umum.
g.

Kegiatan ekonomi yang bersifat peraturan


Kegiatan politik dan edukasional ini ditunjukan pada politisi untuk
kebijaksanaan dan perencanaan yang melibatkan upaya lobi dan
implementasi perubahan perubahan legislatif.seperti peraturan
pemberian label makanan halal mendorong praktik etik yang
sukarela.

Jenis promosi kesehatan meliputi:


a.

Pemberdayaan masyarakat

b.

Pemgembangan kemitraan

c.

Upaya advokasi

d.

Pembinaan suasana

e.

Pemgembangan SDM

f.

Pemgembangan IPTEK

g.

Pengembangan media dan sarana

h.

Pengembangan infrastruktur

4. Prinsip-prinsip Promosi Kesehatan


Prinsip promosi kesehatan menurut WHO pada Ottawa Charter for health
promotion (1986) mengemukakan ada tujuh prinsip pada promosi
kesehatan, antara lain :
a. Empowerment (pemberdayaan)

yaitu

cara

kerja

untuk

memungkinkan seseorang untuk mendapatkan kontrol lebih besar


atas keputusan dan tindakkan yang mempengaruhi kesehatan
mereka.
b. Partisipative (partisipasi) yaitu dimana seseorang mengambil bagian
aktif dalam pengambilan keputusan.
c. Holistic (menyeluruh) yaitu memperhitungkan

hal-hal

yang

mempengaruhi kesehatan dan interaksi dari dimensi-dimensi


tersebut.

d. Equitable (kesetaraan) yaitu memastikan kesamaan atau kesetaraan


hasil yang di dapat oleh klien.
e. Intersectoral (antar sektor) yaitu bekerja dalam kemitraan dengan
instasi terkait lainnya atau organisasi.
f. Sustainable (berkelanjutan) yaitu memastikan bahwa hasil dari
kegiatan promosi kesehatan yang berkelanjutan dalam jangka panjang.
g. Multi Strategy yaitu bekerja pada sejumlah strategi daerah seperti
program kebijakkan.
Prinsip-prinsip promosi kesehatan antara lain sebagai berikut:
a. Manajemen puncak harus mendukung secara nyata serta antusias
program intervensi dan turut terlibat dalam program tersebut.
b. Pihak pekerja pada semua tingkat ini pengorganisasian harus terlibat
dalam perencanaan dan implementasi intervensi.
c. Fokus intervensi harus berdasarkan pada factor risiko yang dapat
didefinisikan serta dimodifikasi dan merupakan prioritas bagi pekerja.
d. Intervensi harus disusun sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan
pekerja.
e. Sumber daya setempat harus dimanfaatkan dalam mengorganisasikan
dan mengimplementasikan intervensi.
f. Evaluasi harus dilakukan juga.
g. Organisasi harus menggunakan inisiatif kebijakan berbasis populasi
maupun

intervensi

promosi

kesehatan

yang

intensif

dengan

berorientasi pada perorangan dan kelompok.


h. Intervensi harus bersifat kontinue serta didasarkan pada prinsipprinsippemberdayaan dan atau model yang berorientasi pada
masyarakat dengan menggunakan lebih dari satu metode.
B. Strategi dalam Promosi Kesehatan
Strategi promosi kesehatan berdasarkan (Piagam Ottawa 1986) ialah
sebagai berikut :
1. Kebijakan berwawasan kesehatan
Strategi promosi kesehatan yang mana ditujukan kepada para penentu
kebijakan agar mengeluarkan kebijakan dan ketentuan yang
menguntungkan bahkan dapat merugikan kesehatan, sehingga dalam

menentukan keputusan diperhatikan dampaknya bagi kesehatan


masyarakat.
2. Lingkungan yang mendukung
Strategi ini dikelola oleh para pengelola tempat umum, termasuk
pemerintah kota. Dimana mereka dapat menyediakan sarana dan
prasarana bagi masyarakat dalam meningkatkan kesehatnnya,
sehingga nantinya akan tercipta lingkungan yang sehat untuk
mendukung prilaku sehat masyarakat
3. Reorientasi Pelayanan Kesehatan
Realisasi dari reorintasi pelayanan kesehatan ini adalah para
penyelenggara kesehatan baik pemerintah maupun swasta harus
dilibatkan dalam memberdayakan masyarakat agar dapat berperan
bukan hanya sebagai penerima pelayan kesehatan namun dapat
menjadi menjadi penyelenggara pelayanan kesehatan.
4. Keterampilan Individu
Strategi ini mewujudkan adanya keterampilan individu-individu dalam
meningkatkan dan memelihara kesehatanya. Langkah awal untuk
strategi ini adalah pemberian pemahaman tentang penyakit dalam
bentuk metode atau teknik kepada individual bukan dalam bentuk
massa
5. Gerakan Masyarakat
Adanya gerakan dari masyarakat itu sendiri dalam meningkatkan dan
memelihara kesehatannya. Hal ini akan tampak dari prilaku
masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya tanpa
harus ada kegiatan namun akan tampak dari prilaku menuju sehat.
Berdasarkan rumusan yang dibuat oleh WHO (1994), strategi promosi
kesehatan secara global dibagi menjadi tiga yang akan dibentuk dalam intervensi,
yaitu :
1.

Advokasi (Advocacy)
Advokasi adalah kegiatan dimana untuk meyakinkan orang lain agar
orang lain tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang
diinginkan. Pendekatan advokasi ialah sasaran kepada para pembuat
keputusan atau penentu keputusan sesuai sektornya. Intinya adalah

strategi advokasi kesehatan merupakan pendekatam yang dilakukan


dengan pimpinan atau pejabat dengan tujuan mengembangkan
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan Kegiatan advokasi ini
ada dalam bentuk formal dan informal. Advokasi dalam bentuk
formal misalnya : penyajian presentasi, seminar, atau suatu usulan
yang dilakukan oleh para pejabat terkait. Advokasi informal misalnya:
suatu kegiatan untuk meminta dana, atau dukungan dalam bentuk
kebijakan kepada para pejabat yang relevan dengan kebijakan yang
diusulkan. Intervensi yang dapat dilakukan secara perseorangan
kepada pejabat ialah dengan : lobi, dialog, negosiasi dan debat.
Sehingga diharapkan mendapatkan hasil adanya tindakan yang nyata,
kepedulian, serta pemahaman atau kesadaran dari pejabat sehingga
2.

terjadi kelanjutan kegiatan.


Dukungan sosial ( Social Support )
Dukungan sosial adalah suatu strategi yang digunakan untuk mencari
dukungan sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat. Dimana tujuannya
dengan menggunakan tokoh masyarakat sebagai jembatan antara
sektor kesehatan atau pengembang kesehatan dengan masyarakat.
Intervensi keperawatan yang diberikan dalam stretegi dukungan sosial
ialah : pelatihan bagi para tokoh masyarakat, lokakarya, bimbingan
bagi para tokoh masyarakat, sehingga hasil yang diharapkan adalah
adanya peningkatan jumlah para tokoh masyarakat yang berperan aktif
dalam pelayanan kesehatan, jumlah individu dan keluarga dimana
meningkat pengetahuannya tentang kesehatan, adanya pemanfaatan

3.

fasilitas kesehatan yang ada misalnya posyandu.


Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang langsung
kepada masyarakat. Pemberdayaan ini bertujuan untuk mewujudkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan masyarakat itu sendiri. Intervensi keperawatan dalam
pemberdayaan masyarakat adalah dengan kegiatan pemberdayaan
masyarakat ini dapat berupa : penyuluhan kesehatan, posyandu, pos

obat desa, dan lain sebagainya. Hasil yang diharapkan adalah sumber
daya manusia yang berperan dalam peningkatan dan pemeliharaan
kesehatan.
C. Model Perencanaan Promosi Kesehatan
Model yang dikembangkan oleh Green dan Kreuter (1991) pada tahun
1980, merupakan model yang paling cocok diterapkan dalam perencanaan dan
evaluasi

promosi

kesehatan,

yang

dikenal

dengan

model

PRECEDE

(Predisposing, Reinforcing and Enabling Causes in Educational Diagnosis and


Evaluation). PRECEDE merupakan kerangka untuk membantu perencanaan
mengenal masalah, mulai dari kebutuhan pendidikan sampai pengembangan
program. Pada tahun 1991, model ini disempurnakan menjadi model PRECEDEPROCEEDE. PROCEEDE merupakan singkatan dari Policy, Regulatory, and
Organizational Contructs in Educational and Environmental Development.
Dalam aplikasinya, PRECEDE-PROCEED dilakukan bersama-sama
dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. PRECEDE digunakan pada
fase diagnosis masalah, penetapan prioritas dan tujuan program, sedangkan
PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Menurut Schmidt dkk. (1990), model ini paling banyak
diterima dan telah berhasil diterapkan dalam perencanaan program-program
komprehensif dalam banyak susunan yang berlainan, serta model ini dianggap
lebih berorientasi praktis. Gambar 6.1 meringkas gambaran model PRECEDEPROCEED.
PRECEDE digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas
masalah dan tujuan program, sedangkan PROCEED digunakan untuk menetapkan
sasaran dan kriteria kebijakan, serta implementasi dan evaluasi.

10

Gambar 6.1 Kerangka PRECEDE-PROCEED. Sumber: Green, Lawrence and


Marshall W. Kreuter, 1991:24

11

Gambar 6.2 Indikator, dimensi, dan hubungan di antara faktor-faktor yang


diidentifikasi pada fase 1,2, dan 3 pada kerangka PRECEDE-PROCEEDE.
a) Fase 1 (Diagnosis sosial)
Diagnosis sosial adalah proses menetukan persepsi masyarakat terhadap
kebutuhannya dan aspirasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas
hidupnya,melalui partisipasi dan penerapan berbagai informasi yang didesain
sebelumnya.
Penilaian dapat dilakukan atas dasar data sensus ataupun vital statistic
yang ada, maupun dengan melakukan pengumpulan data secara langsung dari
masyarakat. Bila data langsung dikumpulkan dari masyarakat, maka
pengumpulan datanya dapat dilakukan dengan cara: wawancara dengan
informan kunci, forum yang ada di masyarakat, focus group discussion
(FGD), nominal group process, dan survei.
Pada fase ini, praktisi dapat menggunakan kumpulan data multipel dari
aktivitas-aktivitas (hasil wawancara dengan informan, diskusi kelompok,

12

observasi terhadap partisipan, dan survei), untuk memahami kebutuhan


masyarakat. Fase ini secara subjektif berupaya mendefinisikan kualitas hidup
dalam masyarakat. Fokus pada fase ini adalah untuk mengenali dan
mengevaluasi permasalahan sosial yang mempengaruhi kualitas hidup target
populasi. Tahap ini membutuhkan perencana program untuk mendapatkan
pengertian dari permasalahan sosial yang mempengaruhi kehidupan pasien,
konsumen, siswa, atau komunitas, sebagaimana mereka memandang
permasalahan tersebut. Hal ini diikuti oleh pembentukan penghubung antara
permasalah tersebut dan permasalahan kesehatan spesifik yang dapat menjadi
fokus dari edukasi kesehatan. Penghubung ini sangat penting dalam hidup
dan, sebagai timbal balik, bagaimana kualitas hidup mempengaruhi
permasalahan sosial. Metode yang digunakan untuk diagnosis sosial dapat
menggunakan satu atau beberapa cara pada Community Assessment.
b) Fase 2 (Diagnosis epidemiologi)
Pada tahap ini, masalah-masalah kesehatan yang didapatkan dari tahap
pertama tadi digambarkan secara rinci berdasarkan data yang ada, baik yang
berasal dari data lokal, regional, maupun nasional. Dalam tahap ini dilihat
bagaimana pengaruh atau akibat dari masalah-masalah kesehatan tersebut
dengan mengacu pada mortalitas, morbiditas, tanda dan gejala yang
ditimbulkan. Dari tahap inilah perencana menetapkan suatu prioritas masalah
yang nantinya akan dibuat suatu perencanaan yang sistematis.
Pada fase ini, siapa atau kelompok mana yang terkena masalah
kesehatan (umur, jenis kelamin, lokasi, dan suku) diidentifikasi. Di samping
itu, dicari pula bagaimana pengaruh atau akibat dari masalah kesehatan
tersebut (mortalitas, morbiditas, disabilitas, tanda dan gejala yang timbul) dan
cara menanggulangi masalah tersebut (imunisasi, perawatan atau pengobatan,
modifikasi lingkungan atau perilaku). Informasi ini sangat penting untuk
menetapkan prioritas masalah, yang didasarkan pertimbangan besarnya
masalah dan akibat yang ditimbulkan, serta kemungkingan untuk diubah.
Prioritas masalah harus tergambar pada tujuan program dengan ciri who eill
benefit how much of what outcome by when.

13

Diagnosis epidemiologi mencakup analisis data sekunder atau


kumpulan data asli untuk memprioritaskan kebutuhan akan kesehatan
masyarakat serta mempertahankan tujuan dan target dari program. Praktisi
mengamankan dan menggunakan data statistik yang spesifik dari populasi
target dalam rangka mengidentifikasi dan mengurutkan masalah dan tujuan
kesehatan yang dapat memberikan kontribusi terhadap kebutuhan masyarakat
yang teridentifikasi. Diagnosis epidemiologi membantu identifikasi faktorfaktor perilaku dan lingkungan yang berhubungan dengan kualitas kehidupan.
Fokus pada fase ini adalah untuk mengidentifikasi permasalahan kesehatan
yang spesifik dan faktor non-medis yang berhubungan dengan kualitas
kehidupan yang buruk. Menjelaskan permasalahan kesehatan tersebut dapat:
1. membentuk hubungan antara permasalahan kesehatan, kondisi kesehatan
lain, dan kualitas kehidupan; 2. Mendorong penyusunan prioritas masalah
yang akan memandu fokus dari program dan pemanfaatan sumber daya
secara efektif; dan 3. Menyusun kewajiban yang jelas pada masing-masing
pihak. Prioritas-prioritas ini dijelaskan sebagai sebagai sebuah program
objektif yang menjelaskan target populasi (WHO), outcome yang diinginkan
(WHAT), dan seberapa banyak (HOW MUCH) keuntungan yang harus
didapatkan target populasi, dan kapan (WHEN) keuntungan tersebut terjadi.
Contoh data-data epidemiologi:

Statistik vital

Usia rentan meninggal

Kecacatan

Angka kejadian

Morbiditas

Mortalitas
Dari fase 1 dan 2 objektif program disusun, objektif program
adalah tujuan-tujuan yang ingin dicapai sebagai hasil dari implementasi
intervensi-intervensi.

Contoh

diagnosis

epidemiologi

dalam

promosi

kesehatan diare adalah banyaknya penduduk terutama balita dan anak-anak

14

yang menderita mencret-mencret/diare dan angka kematian anak akibat diare


cukup tinggi.
c) Fase 3 (Diagnosis perilaku dan lingkungan)
Diagnosis perilaku adalah analisis hubungan perilaku dengan tujuan
atau masalah yang diidentifikasi dalam diagnosis epidemiologi atau sosial.
Sedangkan diagnosis lingkungan adalah analisis paralel dari faktor
lingkungan sosial dan fisik daripada tindakan khusus yang dapat dikaitkan
dengan perilaku.
Fase ini mengidentifikasi faktor-faktor, baik faktor internal maupun
eksternal dari individu yang dapat berpengaruh terhadap masalah kesehatan.
Fokus fase ini ditujukan pada identifikasi sistematis praktek kesehatan dan
faktor-faktor lain yang berhubungan dengan permasalahan kesehatan yang
telah dijelaskan pada fase 2. Faktor-faktor ini mencakup penyebab nonperilaku (faktor individu dan lingkungan) yang dapat berkontribusi pada
permasalahan kesehatan, tetapi tidak dikontrol oleh perilaku. Hal ini dapat
mencakup predisposisi genetik, umur, jenis kelamin, penyait yang diderita,
iklim, tempat kerja, ketersediaan fasilitas kesehatan yang adekuat, dan lainlain. Perilaku yang menyebabkan permasalahan kesehatan juga dinilai.
Bagian penting lain pada fase ini adalah kecenderungan terjadinya perubahan
pada tiap permasalahan kesehatan pada fase 2. Mengulang kembali untuk
membaca literatur-literatur yang telah ada maupun menerapkan teori-teori
yang ada, merupakan elemen penting pada fase ini.
Matrix Perilaku, untuk membantu mengenali target-target dimana
intervensi yang paling efektif dapat diterapkan. Matriks ini membantu dalam
mengidentifikasi sasaran dimana tindakan intervensi yang paling efektif dapat
diterapkan. Langkah yang harus dilakukan dalam diagnosis perilaku dan
lingkungan antara lain:
a.

Memisahkan faktor perilaku dan non-perilaku penyebab timbulnya


masalah kesehatan.

b.

Mengidentifikasi perilaku yang dapat mencegah timbulnya


masalah kesehatan dan perilaku yang berhubungan dengan tindakan
15

perawatan/pengobatan,

sedangkan

untuk

faktor

lingkungan

dengan

mengeliminasi faktor-faktor lingkungan yang tidak dapat diubah seperti


faktor genetis dan demografis.
c.

Urutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan besarnya


pengaruh terhadap masalah kesehatan.

d.

Urutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan kemungkinan


untuk diubah.

e.

Tetapkan perilaku dan lingkungan yang menjadi sasaran program.


Setelah itu tetapkan tujuan perubahan perilaku dan lingkungan yang
ingin dicapai program. Indikator masalah perilaku yang memengaruhi status
kesehatan seseorang adalah pemanfaatan pelayanan kesehatan (utilization),
upaya pencegahan (prevention action), pola konsumsi akanan (consumption
pattern), kepatuhan (compliance), dan upaya pemeliharaan kesehatan sendiri
(self care). Dimensi perilaku yang digunakan adalah earliness, quality,
persistence, frequency, dan range. Indikator lingkungan yang digunakan
adalah keadaan sosial, ekonomi, fisik dan pelayanan kesehatan, sedangkan
dimensi yang digunakan terdiri atas keterjangkauan, kemampuan, dan
pemerataan.

d) Fase 4 (Diagnosis pendidikan dan organisasi)


Sesuai dengan perspektif perilaku, tahap diagnosis pendidikan dan
organisasional model Precede memberi penekanan pada faktor-faktor
predisposisi, pendukung, dan penguat. Dua faktor pertama berkaitan dengan
anteseden dari suatu perilaku tersebut, sedangkan faktor penguat merupakan

sinonim dari istilah konsekuen yang dipakai dalam analisis perilaku.


Faktor predisposisi (predisposing factors)
Faktor yang mempermudah atau mendasari untuk terjadinya perilaku
tertentu. Merupakan anteseden dari perilaku yang menggambarkan rasional
atau motivasi melakukan suatu tindakan, nilai dan kebutuhan yang dirasakan,
berhubungan dengan motivasi individu atau kelompok untuk bertindak.

Faktor pemungkin (enabling factors)

16

Faktor yang memungkinkan untuk terjadinya perilaku tertentu atau


memungkinkan suatu motivasi direalisasikan. Yang termasuk dalam
kelompok faktor pemungkin adalah ketersediaan pelayanan kesehatan,
aksesibilitas dan kemudahan pencapaian pelayanan kesehatan baik dari segi
jarak maupun segi biaya dan sosial serta adanya peraturan-peraturan dan
komitmen masyarakat dalam menunjang perilaku tersebut.

Faktor penguat (reinforcing factors)


Faktor

yang

memperkuat

(atau

kadang-kadang

justru

dapat

memperlunak) untuk terjadinya perilaku tersebut. Merupakan factor yang


memperkuat suatu perilaku dengan memberikan penghargaan secara terus
menerus pada perilaku dan berperan pada terjadinya pengulangan. Merupakan
faktor yang berperan setelah suatu perilaku telah dimulai. Faktor ini
mendukung pengulangan atau tetapnya suatu perilaku dengan memberikan
suatu penghargaan (reward) atau insentif secara berkelanjutan serta hukuman
(punishmen) sebagai konsekuensi dari suatu perilaku. Hal tersebut digunakan
untuk

memotivasi

dan

menguatkan

perilaku

sehat

dan

outcome.

Reinforcement bisa datang dari individu atau kelompok, seseorang atau


institusi dalam lingkungan fisik atau sosial seperti keluarga, guru, akademis,
dan lain-lain.
Hal penting untuk memahami reinforcing factor adalah sejauh mana
ketidakadannya akan berarti kehilangan dukungan untuk tindakan dari
individu atau kelompok. Elemen penting pada fase ini adalah pemilihan
faktor yang dapat dimodifikasi, yang paling dapat menghasilkan perubahan
perilaku Proses pemilihan mencakup mengidentifikasi, memilah faktor-faktor
ini ke dalam kategori-kategori (positif dan negatif), menempatkan prioritas
pada tiap kategori, dan memprioritaskan salah satu kategori. Prioritas faktor
bergantung kepada tingkat kepentingan (importance) dan kemampuan untuk
diubah (changeability). Learning objectives dari faktor-faktor terpilih ini
kemudian dikembangkan.

17

Pemilihan faktor-faktor mana yang harus diubah untuk memulai dan


menjaga (maintain) perubahan perilaku dilakukan pada fase ini karena
intervensi spesifik juga disusun pada fase ini.
Diagnosis edukasi dan organisasi ini lah yang digunakan untuk melihat
hal-hal spesifik yang dapat meningkatkan atau menurunkan perilaku-perilaku
yang berhubungan dengan kesehatan.
Contoh diagnosis pendidikan dan organinasional:
Predisposing factors
-

Kurangnya pengetahuan tentang cara hidup bersih dan sehat

Kebiasaan MCK di sungai

Penggunaan air sungai sebagai sumber air minum dan masak

Kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan dan setelah BAB

Kurangnya pengetahuan tentang diare


Enabling factors

Terbatasnya sumber/fasilitas air bersih

Terbatasnya fasilitas jamban

Terbatasnya daya jangkau ke pusat kesehatan

Kegiatan PKK dan karang taruna yang tidak terlaksana dengan baik

Reinforcing factors
Perilaku tokoh masyarakat yang juga tidak memberikan contoh yang baik
Langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai berdasarkan faktor predisposisi yang telah diidentifikasi, dan
menetapkan tujuan organisasional berdasarkan faktor penguat dan faktor
pendorong yang telah diidentifikasi elalui upaya pengembangan organisasi
dan sumber daya.

e) Fase 5 (Diagnosis administrasi dan kebijakan)


Pada fase ini, dilakukan analisis kebijakan, sumber daya, dan peraturan
yang berlaku yang dapat memfasilitasi atau menghambat pengembangan
program promosi kesehatan. Untuk diagnosis administratif, dilakukan tiga
penilaian, yaitu sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan program,
18

sumber daya yang terdapat di organisasi dan masyarakat, serta hambatan


pelaksanaan program. Untuk diagnosis kebijakan, dilakukan identifikasi
dukungan dan hambatan politis, peraturan dan organisasional yang
memfasilitasi program serta pengembangan lingkungan yang dapat
mendukung kegiatan masyarakat yang kondusif bagi kesehatan.
Pada fase ini kita melangkah dari perencanaan dengan PRECEDE ke
implementasi dan evaluasi dengan PROCEED. PRECEDE digunakan untuk
meyakinkan bahwa program akan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan
individu atau masyarakat sasaran. Sebaliknya, PROCEED untuk meyakinkan
bahwa program akan tersedia, dapat dijangkau, dapat diterima dan dapat
dipertanggungjawabkan kepada penentu kebijakan, administrator, konsumen
atau klien, dan stakeholder terkait. Hal ini dilakukan untuk menilai
kesesuaian program dengan standar yang telah ditetapkan.
Diagnosis administratif dilakukan dengan tiga penilaian, yaitu: sumber
daya yang dibutuhkan untuk melaksanakn program, sumber daya yang ada di
organisasi dan masyarakat, serta hambatan pelaksana program. Sedangkan
pada diagnosis kebijakan dilakukan identifikasi dukungan dan hambatan
politis, peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program dan
pengembangan lingkungan yang dapat mendukung kegiatan masyarakat yang
kondusif bagi kesehatan.
Misalnya, adanya kebijakan pemerintah dalam pemberantasan penyakit
diare antara lain bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, angka
kematian, dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB).
Sumber Data
Data masyarakat yang dibutuhkan oleh seorang perencana promosi
kesehatan dapat berasal dari berbagai sumber seperti :

Dokumen yang ada

Langsung dari masyarakat, di mana kita bisa mendapatkan data mengenai


status kesehatan masyarakat, perilaku kesehatan dan determinan dari perilaku
tersebut,

Petugas kesehatan di lapangan


19

a.

Tokoh masyarakat

Cara pengumpulan data yang dapat dilakukan adalah:


Key informant approach
Informasi yang diperoleh dari informan kunci melalui wawancara
mendalam atau Focus Group Discussion(FGD) sangat menolong untuk
memahami masalah yang ada. Cara ini cukup sederhana dan relatif murah,
karena informasi yang diperoleh dapat mewakili berbagai perspektif dan
informan kunci sendiri selain memberikan data yang dapat digunakan dalam
membuat perencanaan, juga akan membantu dalam mengimplementasikan
promosi kesehatan.

b.

Community forum approach


Cara lain yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data adalah
melalui forum diskusi. Di sini health promotor bersama-sama masyarakat
mendiskusikan masyarakat yang ada.melalui cara ini dapat dicari jalan keluar
dari masalah yang ada. Bila dilihat dari sudut program, cara ini sangat
ekonomis, di samping itu promotor kesehatan juga dapat memahami masalah
dari berbagai sudt pandang masyarakat.

c.

Sample survey appproach


Merupakan cara pengumpulan data kebutuhan masyarakat yang paling
valid dan akurat, karena estimasi kesalahan bisa diseleksi. Namun demikian
cara ini merupakan cara yang paling mahal. Metode yang dapat digunakan
adalah wawancara dan observasi (terutama bila ingin melihat keterampilan
atau skill).

f) Fase 6 (Implementasi)
Pada tahap ini, merencanakan suatu intervensi (secara besar pada fasefase sebelumnya), berdasarkan analisis. Sekarang, yang harus kita lakukan
adalah

menjalankannya.

Fase

ini

hanya

berupa

pengaturan

dan

pengimplementasian intervensi yang telah direncanakan sebelumnya. Pada

20

fase ini, intervensi yang telah disusun pada fase kelima diterapkan secara
langsung pada masyarakat.
g) Fase 7 (Evaluasi proses)
Fase ini bukanlah mengenai hasil, tetapi mengenai prosedur. Evaluasi
disini berarti apakah kita sedang melakukan apa yang telah kita rencanakan
sebelumnya. Jika, sebagai contoh, kita menawarkan melakukan pelayanan
kesehatan diare tiga hari dalam sepekan pada daerah pedesaan, apakah dalam
kenyataannya kita benar-benar melakukan pelayanan kesehatan tersebut. Kita
juga menetapkan untuk memberikan penyuluhan setiap hari senin dan khamis
untuk melakukan penyuluhan tentang diare dan penanganannya di puskesmas
berdekatan, setiap selasa dan rabu melakukan penyuluhan ke sekolah-sekolah
apakah kita benar- benar melaksanakan sesuai yang direncanakan.
h) Fase 8 (Evaluasi dampak)
Pada fase ini, kita mulai melakukan evaluasi terhadap sukses awal dari
upaya kita. Apakah intervensi tersebut menghasilkan efek yang kita inginkan
pada faktor perilaku atau lingkungan yang kita harapkan untuk berubah.
Mengukur efektifitas program dari sudut dampak menengah dan perubahanperubahan pada faktor predisposing, enabling, dan reinforcing. Mengevaluasi
dampak dari intervensi pada faktor-faktor pendukung perilaku dan pada
perilaku itu sendiri.

Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factor)


Faktor-faktor ini mencakup, pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat
pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Ikhwal ini dapat
dijelaskan

sebagai

berikut.

Untuk berperilaku

kesehatan,

misalnya:

pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran


ibu tersebut tentang manfaat pemeriksaan hamil, baik bagi kesehatan ibu

21

sendiri dan janinnya. Disamping itu, kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan


sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu untuk
periksa hamil. Misalnya, orang hamil tidak boleh disuntik (pemeriksa hamil
termasuk memperoleh suntikan anti tetanus), karena suntikan bisa
menyebabkan anak cacat. Faktor-faktor ini terutama yang positif akan
mempermudah terwujudnya perilaku baru maka sering disebut faktor yang
memudahkan.

Faktor-faktor pemungkin (Enabling factors)


Faktor-faktor ini mencakup ketersedian sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan
sampah, tempat pembuangan tinja, tersedianya makanan yang bergizi, dan
sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas,
rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan
praktek suasta (BPS), dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat
memerlukan

sarana

dan

prasarana

pendukung,

misalnya:

perilaku

pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil yang mau periksa hamil tidak hanya
karena ia tahu dan sadar manfaat periksa hamil saja, melainkan ibu tersebut
dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa hamil,
misalnya: puskesmas, polindes, bidan praktik, ataupun rumah sakit. Fasilitas
ini pada hakikatnya mendukung untuk atau memungkinkan terwujudnya
perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau
faktor pemungkin.

Faktor-faktor penguat (Reinforcing factors)


Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat,
tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan.
Termasuk juga di sini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat
maupun pemerintahan daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk
berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan
dan sikap positif serta dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku
contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih22

lebih para petugas kesehatan. Disamping itu undang-undang juga diperlukan


untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Oleh sebab itu intervensi
pendidikan hendaknya dimulai mendiagnosis 3 faktor penyebab (determinan)
tersebut kemudian intervensinya juga diarahkan terhadap tiga faktor tersebut.
i)

Fase 9 (Evaluasi hasil)


Apakah intervensi kita sungguh bekerja dalam menghasilkan outcome
yang teridentifikasi pada komunitas pada fase 1 sebelumnya?. Intervensi ini
mungkin dapat secara sukses dilakukan, prosesnya sesuai dengan yang
direncanakan, dan terjadi perubahan yang memang diharapkan. Namun,
hasilnya secara keseluruhan tidak memiliki dampak pada masalah yang lebih
luas. Dalam hal ini, kita harus memulai kembali prosesnya sekali lagi, untuk
melihat mengapa faktor yang kita fokuskan bukanlah faktor yang tepat, dan
untuk mengidentifikasi faktor lain yang mungkin berhasil. Mengukur
perubahan dari keseluruhan objek dan perubahan dalam kesehatan dan
keuntungan sosial atau kualitas kehidupan (outcome) yang menentukan efek
terbesar pada intervensi terhadap kesehatan dan kualitas kehidupan suatu
populasi. Dibutuhkan waktu yang panjang untuk mendapatkan hasil, dan
mungkin beberapa tahun untuk benar-benar melihat perubahan kualitas hidup
pada populasi atau masyarakat.
Beberapa outcome mungkin tidak terlihat nyata dalam beberapa tahun
atau dekade. Bila outcome tidak terlihat dalam jangka waktu yang lama, maka
kita harus bersabar dan tetap mengawasi proses dan dampak dari intervensi
kita, dengan keyakinan bahwa outcome tersebut akan terlihat dengan nyata
nantinya.
Langkah-langkah untuk menetapkan prioritas masalah kesehatan

meliputi hal-hal berikut.


a) Menentukan status kesehatan masyarakat.
b) Menentukan pola pelayanan kesehatan msyarakat yang ada.
c) Menentukan hubungan antara status kesehatan dan pelayanan kesehatan di
masyarakat
d) Menentukan determinan masalah kesehatan masyarakat (meliputi tingkat
pendidikan, umur, jenis kelamin, ras, letak geografis, kebiasaan atau perilaku
dan kepercayaan yang dianut).
23

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan


prioritas masalah antara lain beratnya masalah dan akibat yang ditimbulkan,
pertimbangan politis, dan sumber daya yang ada di masyarakat.
D. Metode Promosi Kesehatan
Proses belajar mengajar yang efisien dan efektif yang dilakukan
dipengaruhi oleh metode yang digunakan. Pemilihan metode dalam
pelaksanaan promosi kesehatan harus dipertimbangkan secara cermat
dengan memperhatikan materi atau informasi yang akan disampaikan,
keadaan penerima informasi (termasuk sosial budaya) atau sasaran, dan halhal lain yang merupakan lingkungan komunikasi seperti ruang dan waktu.
Masing masing metode memiliki keunggulan dan kelemahan, sehingga
penggunaan

gabungan

beberapa

metode

sering

dilakukan

untuk

mamaksimalkan hasil.
1. Jenis Jenis Metode Promosi Kesehatan
a. Secara umum metode promosi kesehatan dibagi menjadi:
1) Metode Didaktif
Metode ini didasarkan atau dilakukan secara satu arah. Tingkat
keberhasilan metode didaktif

sulit dievaluasi karena peserta didik

bersifat pasif dan hanya pendidik yang aktif. Misalnya: ceramah, film,
leaflet, booklet, poster dan siaran radio.
2) Metode Sokratif
Metode ini dilakukan secara dua arah. Dengan metode ini,
kemungkinan antara pendidik dan peserta didik bersikap aktif dan
kreatif. Misalnya: diskusi kelompok, debat, panel, forum, seminar,
bermain peran, curah pendapat, demonstrasi, studi kasus, lokakarya dan
penugasan perorangan.
b. Metode Promosi Kesehatan Berdasarkan Teknik Penyampaian
1) Metode Penyuluhan Langsung
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka
dengan sasaran. Termasuk disini antara lain: kunjungan rumah,
pertemuan diskusi, pertemuan di balai desa pertemuan di posyandu, dll.
2) Metode Penyuluhan Tidak Langsung

24

Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap
muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan
perantara media. Contohnya, publikasi dalam bentuk media cetak,
melalui pertunjukkan film dan sebagainya berdasarkan jumlah sasaran
yang dicapai.
c. Metode Promosi Kesehatan Berdasarkan Jumlah Sasaran
1) Metode Pendidikan Individual (Perorangan)
Metode yang bersifat individual digunakan untuk membina perilaku
baru atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu
perubahan perilaku atau inovasi. Setiap orang memiliki masalah atau
alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku

baru tersebut. Bentuk pendekatannya :


Bimbingan dan penyuluhan (Guidence and counceling)
Perubahan perilaku terjadi karena adanya kontak yang intensif antara
klien dengan petugas dan setiap masalahnya dapat diteliti dan dibantu

penyelesainnya.
Wawancara (interview)
Untuk mengetahui apakah klien memiliki kesadaran dan pengertian
yang kuat tentang informasi yang diberikan (prubahan perilaku ynag

diharapkan).
2) Metode Pendidikan Kelompok
Dalam memilih metode pada kelompok,yang harus diperhatikan adalah
besarnya kelompok sasaran dan tingkat pendidikan formalnya.
Besarnya kelompok sasaran mempengaruhi efektifitas metode yang
digunakan.
1) Kelompok besar
a) Ceramah
Sasaran dapat berpendidikan tinggi maupun rendah. Penceramah harus
menyiapkan dan menguasai materi serta mempersiapkan media. Metode dengan
menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan. Metode ini mudah
dilaksanakan tetapi penerima informasi menjadi pasif dan kegiatan menjadi
membosankan jika terlalu lama.

25

b) Seminar
Metode seminar hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
pendidikan formal menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian
(presentasi)dari suatu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap
penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.
2) Kelompok kecil
a) Diskusi kelompok
Metode yang dilaksanakan dalam bentuk diskusi antara pemberi dan
penerima informasi, biasanya untuk mengatasi masalah. Metode ini mendorong
penerima informasi berpikir kritis, mengekspresikan pendapatnya secara bebas,
menyumbangkan pikirannya untuk memecahkan masalah bersama, mengambil
satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan
masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
-

Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.

Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.

Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.

Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal

b) Curah pendapat (Brain storming)


Adalah suatu pemecahan masalah ketika setiap anggota mengusulkan
dengan cepat semua kemungkinan pemecahan yang dipikirkan. Kritik evaluasi
atas semua pendapat tadi dilakukan setelah semua anggota kelompok
mencurahkan pendapatnya. Metode ini cocok digunakan untuk membangkitkan
pikiran yang kreatif, merangsang, partisipasi, mencari kemungkinan pemecahan
masalah, mendahului metode lainnya, mencari pendapat-pendapat baru dan
menciptakan suasana yang menyenangkan dalam kelompok.
c)

Bola salju (snow balling)


Metode ini dilakukan dengan membagi secara berpasangan (satu pasang-

dua orang). Setelah pasangan terbentuk, dilontarkan suatu pernyataaan atau


masalah, setelah kurang lebih 5 menit setiap 2 pasangan bergabung menjadi satu.

26

Mereka tetap mendiskusikan masalah yang sama dan mencari kesimpulannya.


Selanjutnya, setiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi
dengan pasangan lainnya, demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh
kelas.
d)

Kelompok-kelompok kecil (Buzz group)


Kelompok dibagi menjadi kelompok kecil untuk mendiskusikan masalah

kemudian kesepakatan di kelompok kecil disampaikan oleh tiap kelompok dan


kemudian di diskusikan untuk diambil kesimpulan.
e)

Memainkan peranan (role play).

Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran
tertentu untuk memainkan peranan.
f)

Permainan simulasi (simulation game)

Merupakan gabungan antara role play dan diskusi kelompok. Pesan-pesan


kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti permainan
monopoli, menggunakan dadu, petunjuk arah dan papan monopoli. Beberapa
orang menjadi pemain dan sebagian lainnya berperan sebagai narasumber.
3)

Metode pendidikan massa


Metode ini untuk mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang

ditujukan kepada masyarakat. Sasaran pendidikan pada metode ini bersifat


umum tanpa membedakan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status
sosial, ekonomi dan sebagainya, sehingga pesan-pesan kesehatan
dirancang sedemikian rupa agar dapat ditangkap oleh massa tersebut.
Metode ini bertujuan untuk mengguagah kesadaran masyarakat terhadap
suatu inovasi. Metode ini biasanya bersifat tidak langsung.
a)

Ceramah umum (public speaking)

b)

Pidato/diskusi

c)

Simulasi

d)

Menggunakan media televise

e)

Menggunakan media surat kabar

27

f)

Bill board
Metode

berdasarkan

Indera

Penerima.

Metode

melihat/memperhatikan. Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui


indera

penglihatan,

seperti

Penempelan

Poster,

Pemasangan

Gambar/Photo, Pemasangan Koran dinding, Pemutaran Film


a.

Metode pendengaran. Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran


melalui indera pendengar, umpamanya : Penyuluhan lewat radio,
Pidato, Ceramah, dll

b. Metode kombinasi. Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi cara (dilihat,


didengar, dicium, diraba dan dicoba).
3.

Kelebihan dan Kekurangan Masing-masing Metode


a.

Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah adalah suatu hubungan langsung antara penyuluh

dengan masyarakat sasaran dan keluarganya di rumah ataupun ditempat biasa


mereka berkumpul. Biasanya kegiatan ini disebut anjang sono, anjang karya, dan
sebagainya.
Cara melakukannya dengan memperhatikan hal-hal seperti berikut :
1) Ada maksud dan tujuan tertentu
2 Tepat waktunya dan tidak membuang-buang waktu
3) Rencanakan beberapa kunjungan berurutan untuk menghemat waktu
4) Kunjungi pula sasaran yang jauh dan terpencil
5) Metode ini untuk memperkuat metode-metode lainnya atau bila
metode-metode lainnya tidak mungkin.
Selama berkunjung harus diingat hal-hal seperti :
1) Membicarakan soal-soal yang menarik perhatian
2) Biarkan keluarga sasaran berbicara sebanyak-banyaknya dan jangan
memotong pembicaraannya
2) Bicara bila keluarga sasaran itu ingin mendengarkannya
3) Bicara dalam gaya yang menarik sasaran
4) Pergunakan bahasa umum yang mudah, bicara pelan-pelan dan suasan
menyenangkan

28

5) Harus sungguh-sungguh dalam pernyataan


6) Jangan memperpanjang mempersilat lidah
7) Biarkan keluarga sasaran merasa sebagai pemrakarsa gagasan yang baik
8) Harus jujur dalam mengajar maupun belajar
9) Meninggalkan keluarga sasaran sebagai kawan
10) Catat tanggal kunjungan, tujuan, hasil dan janji
11) Membawa surat selebaran, brosur, dsb untuk diberikan kepada keluarga
sasaran. Ini akan menjalin persahabatan.
Keuntungan metode ini :
a.
b.
c.
d.
e.

Mendapat keterangan langsung perihal masalah-masalah kesehatan


Membina persahabatan
Tumbuhnya kepercayaan pada penyuluh bila anjuran-anjurannya diterima
Menemukan tokoh-tokoh masyarakat yang lebih baik
Rintangan-rintangan antara penyuluh dengan keluarga sasaran menjadi

kurang
f. Mencapai juga petani yang terpencil, yang terlewat oleh metode lainnya
g. Tingkat pengadopsian terhadap perilaku kesehatan yang baru lebih tinggi
Kerugian:
1. Jumlah kunjungan yang mungkin dilakukan adalah terbatas
2. Kunjungan-kunjungan yang cocok bagi keluarga sasaran dan penyuluh
adalah terbatas sekali
3. Kunjungan yang terlalu sering pada satu keluarga sasaran akan
menimbulkan prasangka pada keluarga lainnya
b.

Pertemuan Umum
Pertemuan umum adalah suatu pertemuan dengan peserta campuran

dimana disampaikan beberapa informasi tertentu tentang kesehatan untuk


dilaksanakan oleh masyarakat sasaran.
Cara melakukannya dengan perencanaan dan persiapan yang baik, seperti:
a. Rundingkan dahulu dengan orang-orang yang terkait
b. Konsultasi dengan tokoh-tokoh setempat dan buatlah agenda acara
sementara
c. Jaminan kedatangan para nara sumber lainnya (bila diperlukan)
d. Usahakan ikut sertanya semua golongan di tempat itu.
Hal-hal perlu diperhatikan :
a. Rapat diselenggarakan ditempat yang letaknya strategis, dengan
penerangan dan udara yang segar
b. Waktu yang dipilh adalah waktu luang masyarakat

29

c. Pada siang hari, bila tempat-tempat tinggal orang berjauhan


d. Tepat memulai dan mengakhiri pertemuan
e. Perhatikan ditujukan kepada tujuan pertemuan dengan memberikan
f.
g.
h.
i.
j.
k.

kesempatan untuk berdiskusi. Hindari pertengkaran pendapat


Anjuran mempergunakan alat-alat peraga
Usaha-usaha menarik perhatian, menggugah hai dan mendorong kegiatan
Memberikan penghargaan kepada semua golongan yang hadir
Libatkan tokoh-tokoh masyarakat setempat
Usahakan kegiatan lanjutan (bila ada)
Berikan selembaran-selembaran yang sesuai dengan materi yang
didiskusikan.

Keuntungan metode ini:


1)

Banyak orang yang dicapai

2)

Menjadi tahap persiapan untuk metode lainnya

3)

Perkenalan pribadi dapat ditingkatkan

4)

Segala macam topik/judul dapat diajukan

5)

Adopsi suatu anjuran secara murah/sedikit biaya

Kerugian metode ini:


1. Tempat dan sarana pertemuan tidak selalu cukup
2. Waktu untuk diskusi biasanya terbatas sekali
3. Pembahasan topik sedikit lebih sulit karena peserta yang hadir adalah
campuran
4. Kejadian-kejadian di luar kekuasaan seperti cuaca buruk, dsb dapat
mengurangi jumlah kehadiran
c.

Diskusi

Diskusi adalah untuk kelompok yang lebih kecil atau lebih sedikit pesertanya
yaitu berkisar 12-15 orang saja. Harus ada partisipasi yang baik dari peserta yang
hadir. Biasanya dipergunakan untuk menjelasan suatu informasi yang lebih rinci
dan mendetail serta pertukaran pendapat mengenai perubahan perilaku kesehatan.
Keberhasilan pertemuan FGD banyak tergantung dari petugas penyuluh untuk :
a. Memperkenalkan soal yang dapat perhatian para peserta
b. Memelihara perhatian yang terus menerus dari para peserta
c. Memberi kesempatan kepada semua orang untuk mengemukakan
pendapatnya dan menghindari dominasi beberapa orang saja
d. Membuat kesimpulan pembicaraan-pembicaraan dan menyusun saransaran yang diajukan
30

e. Berikan bahan-bahan informasi yang cukup agar peserta sampai pada


kesimpulan yang tepat.
d. Demonstrasi
Demontrasi adalah memperlihatkan secara singkat kepada suatu kelompok
bagaimana melakukan suatu perilaku kesehatan baru. Metode ini lebih
menekankan pada bagaimana cara melakukannya suatu perilaku kesehatan.
Kegiatan ini bukan lah suatu percobaan atau pengujian, tetapi sebuah usaha
pendidikan. Tujuannya adalah untuk meyakinkan peserta bahwa sesuatu perilaku
kesehatan tertentu yang dianjurkan itu adalah berguna dan praktis sekali bagi
masyarakat. Demonstrasi ini mengajarkan suatu ketrampilan yang baru. Cara
melakukannya dengan segala perencanaan dan persiapan yang diperlukan,
seperti :
a. Datang jauh sebelum kegiatan di mulai untuk memeriksa peralatan dan
bahan yang diperlukan
b. Mengatur tempat sebaik mungkin, sehingga semua peserta dapat
melihatnya dan ikut dalam diskusi
c. Demonstrasi dilakukan tahap demi tahap sambil membangkitkan
keinginan peserta untuk bertanya
d. Berikan kesempatan pada wakil peserta untuk mencoba ketrampilan
perilaku yang baru.
e. Berikan selebaran yang cepat (brosur, dll) yang bersangkutan dengan
demostrasi itu
Anjuran :
1. Pilihlah topik yang berdasarkan keperluan masyarakat
2. Demonstrasi dilakukan tepat masanya
3. Pengumuman yang luas sebelum waktunya untuk menarik banyak
perhatian dan peserta
4. Pergunakan alat-alat yang mudah di dapat orang
5. Hilangkan keraguan-raguan, tetapi hindarikan pertengkaran mulut
6. Hargai cara-cara yang biasa dilakukan masyarakat
Kelebihan / keuntungan metode ini :
1) Cara mengajar ketramilan yang efekif
2) Merangsasang kegiatan
3) Menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri.

31

Kekurangan / keterbatasannya :
1.
2.

Memerlukan banyak persiapan, peralatan dan ketrampilan


Merugikan bila demonstrasi dilaksanakan dengan kualitas yang
buruk

D. Media Promkes
1.

Pengertian
Media adalah alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan

bahan pendidikan atau pengajaran ( Herry D.J. Maulana).Media promosi


kesehatan adalah alat yang dipakai untuk mengirimkan pesan kesehatan (Ferry
Efendy & Makhfudli).
Media pendidikan kesehatan disebut juga alat peraga karena berfungsi
membantu dan memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran.
Pembuatan alat peraga atau media mempunyai prinsip bahwa pengetahuan yang
ada pada setiap orang diterima dan ditangkap melalui pancaindra.
Semakin banyak pancaindra yang digunakan maka semakin jelas juga
pengetahuan yang didapatkan. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan alat peraga
dapat melibatkan indra sebanyak mungkin pada suatu objek sehingga dapat
memudahkan pemahaman bagi peserta didik.
Alat peraga atau media mempunyai intensitas yang berbeda dalam membantu
pemahaman seseorang.Elgar menggambarkan intensitas setiap alat peraga dalam
suatu kerucut.
KERUCUT ELGAR DALE
1. Kata-kata

7. Field Trip

2. Tulisan

8. Demonstasi

3. Rekaman, Radio

9. Sandiwara

4. Film

10. Benda Buatan

5. Televisi

11. Benda Asli

6. Pameran

32

Berdasarkan gambar alat peraga yang memiliki intensitas paling tinggi


adalah benda asli sedangkan yang memiliki intensitas paling rendah adalah katakata. Hal ini berarti bahwa penyampaian materi hanya menggunakan kata-kata
saja kurang efektif jadi akan leih efektif dan efisien jika menggunakan beberapa
alat peraga atau gabungan beberapa media.
Pemilihan media promosi kesehatan ditentukan oleh banyaknya sasaran,
keadaan

geografis,

karakteristik

partisipan,

dan

sumber

daya

pendukung.Contohnya didaerah terpencil yang hanya dapat dicapai dengan peswat


terbang khususdan pendidikan kesehatan yang diinginkan adalah yang mencapai
sebanyak mungkin sasaran, maka media yang dapat dipilih adalah flyer atau
media elektronik jika sumber dayanya memungkinkan.
2.

Manfaat Media

Ada banyak manfaat dari media atau alat peraga yaitu sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Menimbulkan minat sasaran


Mencapai sasaran yang lebih banyak
Membantu mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman
Merangsang sasaran untuk meneruskan pesan pada orang lain
Memudahkan penyampaian informasi
Memudahkan penerimaan informasi oleh sasaran
Menurut penelitian 75-87% pengetahuan manusia diperoleh atau
disalurkan melalui mata, 13-25% lainnya disalurkan melalui pancaindra
lainnya. Oleh karena itu, dalam aplikasi pembuatan media disarankan
lebih banyak menggunakan alat-alat visual karena akan mempermudah

8.

cara penyampaian dan penerimaan informasi oleh masyarakat.


Mendorong keinginan untuk mengetahui, mendalami dan mendapat

9.

pengertian yang lebih baik.


Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh, yaitu menegakkan
pengetahuan yang telah diterima sehingga apa yang diterima lebih lama
tersimpan dalam ingatan.

3.

Jenis-jenis Alat Peraga


a. Pembagian alat peraga secara umum
1) Alat bantu lihat (Visual aids)

Alat ini digunakan untuk membantu menstimulasi indra penglihatan


pada saat proses pendidikan. Terdapat dua alat bantu visual yaitu:
Alat bantu yang diproyeksikan seperti slide, OHP, dan film strip.
Alat bantu yg tidak diproyeksikan misalnya dua dimensi seperti
gambar, peta, da bagan. Termasuk alat bantu cetak dan tulis
misalnya leaflet, poster, lembar balik, dan buklet. Termasuk tiga
dimens seperti bola dunia dan boneka.
2)

Alat bantu dengar (Audio aids)


Alat ini digunakan untuk menstimulasi indra pendengaran misalnya
piringan hitam, radio, tape, CD.

3) Alat bantu dengar dan lihat (Audio visual aids)


Alat bantu ini digunakan untuk menstimulasi indra penglihatan dan
pendengaran seperti televisi, film dan video.
b. Pembagian alat peraga berdasarkan fungsinya
1) Media cetak
Buklet merupakan media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan
dalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar. Sasaran buklet
adalah masyarakat yang dapat membaca.
Leaflet merupakan selembar kertas yang terdiri dari 200-400 kata
dengan tulisan cetak yang berisi tentang informasi atau pesan-pesan
kesehatan.

Isi

informasidapat

informasi

dapat

berupa

kalimat,

gambar

atau

berupa gambar atau kombinasi. Leaflet berukuran

20x30 cm dan biasannya disajikan dalam bentuk dilipat. Biasanya


leaflet diberikan kepada sasaran setalah selesai kuliah atau ceramah
agar dapat digunakan sebagai pengingat pesan atau dapat juga diberikan
sewaktu ceramah untuk memperkuat pesan yang sedang disampaikan.
Flyer (selebaran) bentuk seperti leaflet tetapi tidak dilipat.
Flip chart (lembar balik) merupakan alat peraga yang menyerupai
kalender balik bergambar. Lembar balik mempunyai dua ukuran,
ukuran besar terdiri dari lembaran-lembaran yang berukuran 50x75 cm,
sedangkan yang berukuran kecil 38x50 cm. lembar balik yang

berukuran lebih kecil (21x28 cm) disebut flip book atau flip chart meja.
Lembaran-lembaran ini disusun dalam urutan tertentudan dibundel pada
salah satu sisinya. Dibawah gambar, dituliskan pesan-pesan yang dapat
dibaca oleh komunikan. Lembar balik ini digunakan dengan cara
membalik lembaran-lembaran bergambar tersebut satu per satu. Lembar
balik ini biasanya digunakan untuk pertemuan kelompok dengan jumlah
maksimal peserta 30 orang. Flip chart biasanya digunakan untuk
pendidikan individu atau kelompok yang lebih kecil (kurang dari 5
orang).
Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang
membahas suatu masalah kesehatan atau hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan.
Poster merupakan bentuk media yang berisi pesan-pesan singkat atau
informasi kesehatan yang biasanya menempel di dinding, tempattempat umum atau kendaraan umum dan dalam bentuk gambar. Ukuran
poster biasanya sekitar 50-60 cm, karena ukurannya sangat terbatas
maka tema dalam poster tidak terlalu banyak biasanya hanya ada satu
tema dalam satu poster. Tata letak kata dan warna dalam poster
hendaknya menarik. Kata-kata dalam poster tidak lebih dari tujuh kata
dan hurufnya dapat dibaca oleh orang lewat dari jarak 6 meter. Biasanya
isinya bersifat pemberitahuan atau propaganda. Poster sesuai untuk
tindak lanjut dari pesan yang sudah disampaikan pada waktu lalu. Jadi
tujuan poster adalah untuk megingatkan kembali dan mengarahkan
pembaca kearah

tindakan tertentu atau sebagai bahan diskusi

kelompok.
Foto yang mengungkapkan informasi kesehatan.
Flannelgraph merupakan guntingan-guntingan gambar atu tulisan yang
dibelakangnya diberi kertas amril (ampelas). Guntingan gambar
tersebut kemudian ditempelkanpada papan berlapis kain flannel atau
kain berbulu yang lain. Keuntungan menggunakan flannelgraph adalah
pesertadapat mendekat dan memilih sendiri gambar atau kata yang
diinginkannya untuk ditempel ditempat yang ia inginkan. Dengan cara

ini para peserta menunjukkan gagasannya sendiri tentang masalah yang


sedang didiskusikan. Flannelgraph yang telah dipergunakan dalam
suatu pendidikan juga dapat digunakan kembali untuk pendidikan
kesehatan dengan topik yang berbeda.
Flascard merupakan kartu bergambar berukuran 25x30cm. Gambargambarnya dapat dibuat dengan tangan atau dicetak dari foto dan diberi
nomor urut. Keterangan tentang gambar tercantum dibelakang setiap
kartu. Flascard ini dipergunakan untuk sasaran yang berjumlah kurang
dari 30 orang. Apabila pendidik kesehatan ingin membuat sendiri media
yang akan dipergunakannya, maka langkah-langkah berikut ini harus
diterapkan.
a. Membuat konsep (draft) pesan yang berisi materi pendidikan
kesehatan
b. Melakukan pre-test terhadap konsep pesan
c. Memperbaiki konsep pesan
Konsep pesan perlu dilakukan pre-test agar terdapat kesesuaian
pesan sehingga pesan tersebut dapat diterima oleh sasaran.Selain itu,
agar terdapat kelayakan kultural sehingga pesan tersebut dapat
dipergunakan.
2) Media elektronik
Adapun jenis-jenis media elektronik dapat digunakan sebagai media
pendidikan kesehatan, antara lain sebagai berikut:
1. Televisi, penyampaian pesan kesehatan melalui media televisi dapat
berbentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi, pidato (ceramah), TV
spot, dan kuis atau cerdas cermat.
2. Radio, bentuk penyampaian informasi diradio berupa obrolan (tanya
jawab), konsultasi kesehatan, sandiwara radio, dan radio spot.
3. Video, penyampaian informasi kesehatan melalui video
4. Slide, slide dapat juga digunakan untuk menyampaikan informasi
kesehatan
5. Film strip
3) Media papan(billboard)

Media papan besar yang berukuran 2x2 meter yang bersisi tulisan
atau gambar yang dipasang ditempat-tempat umum dapat diisi pesan-pesan
atau informasi kesehatan sehingga dapat dibaca atau dilihat oleh pemakai
jalan.Tulisan dalam billboardharus cukup besara agar dapat dibaca oleh
pengenara yang berkecepatan tinggi tanpa mengganggu konsentrasi
berkendaraan.Media ini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada
lembaran seng dan ditempel dikendaraan umum (bus atau taksi).
Bulletin board berupa papan berukuran 90- 120 cm yang biasanya
dipasang didinding fasilitas umum (puskesmas, rumah sakit, balai desa,
dan kantor kecamatan. Pada papan ini dapat ditempelkan gambar-gambar,
pamplet, atau media lain yang mengantdung informasi penting yang secara
berkala diganti dengan topic-topik yang lain.
4) Media hiburan
Penyampaian informasi kesehatan dapat disampaikan melalui
media hiburan baik digedung (panggung terbuka) maupun dalam gedung,
biasanya dalam bentuk dongeng, sosiodrama, kesenian tradisional dan
pameran.
c.

Pembagian alat peraga berdasarkan pembuatan dan penggunaannya


1) Alat peraga yang rumit (complicated) seperti film, film strip, dan slide.
Dalam penggunaannya alat peraga ini memerlukan listrik dan proyektor.
2) Alat peraga yang sederhana/ mudah dibuat sendiri dengan bahan-bahan
setempat yang mudah diperoleh seperti bamboo, karton, kaleng bekas,
dan kertas Koran. Ciri-ciri alat peraga sederhana adalah mudah dibuat,
bahan-bahannya dapat diperoleh dari bahan-bahan lokal, mencerminkan
kebiasaan, kehidupan dan kepercayaan setempat, ditulis (gambar) dengan
sederhana, bahasa setempat dan mudah dimengerti oleh masyarakat dan
memenuhi kebutuhan petugas kesehatan dan masyarakat.

4.

Sasaran yang Dicapai Alat Bantu Pendidikan


Pengetahuan tentang sasaran pendidikan yang akan dicapai alat peraga,
penting untuk dipahami

dalam menggunakan alat peraga. Ini berarti

penggunaan alat peraga harus dicapai. Hal yang perlu diketahui tentang
sasaran adalah sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
5)
5.

Individu atau kelompok


Kategori sasaran, seperti aspek demografi dan sosial
Bahasa yang mereka gunakan
Adat istiadat serta kebiasaan
Minat dan perhatian

Penggunaan alat peraga


Cara penggunaan alat peraga sangat bergantung pada jenis alat peraga,
termasuk perlu di pertimbangkan faktor sasaran pendidikan. Penggunaan
alat peraga tidak dapat berlaku umum. Hal yang cukup penting dalam
penggunaan alat peraga adalah bahwa alat yang digunakan harus menarik
sehingga menimbulkan minat para pesertanya.

6.

Pengaruh warna dalam desain media


Suatu media atau alat peraga yang baik seharusnya mengandung
keseimbangan antara berbagai faktor, terutama daya tarik sasaran, kejelasan
petunjuk dan kesesuaian dengan kondisi setempat. Salah satu faktor penting
dalam mendesain media alat peraga kesehatan adalah warna.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Promosikesehatanmerupakansuatuprosesyangmemungkinkanindividu
meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya
berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri. Promosi
kesehatan juga merupakan revitalisasi pendidikan kesehatan padamasa lalu, di
mana dalam konsep promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran
masyarakat dalam konsep promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran
masyarakatdalamhalpemberiandanpeningkatanpengetahuanmasyarakatdalam
bidangkesehatansaja,melainkanjugaupayabagaimana mampumenjembatani
adanyaperubahanperilakuseseorang.
Promosi kesehatan ini memiliki beberapa tujuan berupa tujuan program,
tujuan pendidikan, tujuan perilaku. Serta sasarannya adalah Sasaran primer
(pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari
masyarakat), sasaran sekunder (mempengaruhi sasaran primer), sasaran tersier
(parapembuatkebijakanpublic). Jenispromosi kesehatanmeliputi pemberdayaan

massyarakat, pemgembangan kemitraan, upaya advokasi, pembinaan suasana,


pemgembangan SDM,pengembanganIPTEK, pengembanganmediadansarana,
danpengembanganinfrastruktur.
Dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan banyak faktorfaktor yang
berperan penting atas keberhasilan tersebut. Faktor yang mempengaruhi
suatuproses pendidikan adalah metode yang digunakan, materi atau
pesannya,pendidik atau petugas yang melakukannya dan alatalat bantu atau
mediayangdigunakanuntukmenyampaikanpesandisampingfaktormasukannya
sendiri.Agardicapaisuatuhasilyangoptimal,makafaktorfaktortersebutharus
bekerjasamasecaraharmonis.

B. Saran
Tenaga kesehatan dan instansi pemerintah yang bergerak dalam bidang
kesehatan diharapkan dapat meningkatkan kegiatan-kegiatan promosi kesehatan,
baik pada anak-anak ataupun masyarakat dewasa. Promosi kesehatan yang
diselenggarakan merupakan suatu bentuk tindakan prevemtif dari suatu penyakit
sehingga angka kejadian penyakit dapat menurun dan kesadaran masyarakat akan
pentingnya suatu promosi kesehatan dapat meningkat.

DAFTAR PUSTAKA
Dian, Ayubi. 2010. Konsep Promosi Kesehatan. Departemen Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM UI.
Evans, dkk. 2011. Health Promotion and Public Health for Nursing
Students. Exeter Great Britain. Learning Matters Ltd.
http://www.scribd.com/doc/40462631/Makalah-Strategi-PromosiKesehatan. diakses pada 30 November 2014.
Maulana, Herry. 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta: Rineka Cipta.

También podría gustarte