Está en la página 1de 14

~The Chemistries~

Tempat berbagi tulisan tentang kimia dan fiksi

Rabu, 15 Agustus 2012


[Makalah] Radiokimia "Aplikasi Radioisotop dalam Bidang Kedokteran"

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Radiasi dan radioisotop telah lama dikenal manusia, yaitu sejak ditemukanya teknik
perunut oleh Hevesy pada tahun 1923, sehingga menambah kemajuan teknik nuklir untuk di
gunakan dibidang kedokteran dan industri. Ada beberapa sumber radiasi dilingkungan kita,
antara lain televisi, lampu penerangan, komputer. Selain itu ada sumber radiasi yang bersifat
unsur alamiah yaitu berada di air, udara dan lapisan bumi. Sumber radiasi dari unsur alamiah
adalah thorium dan uranium berada di lapisan bumi, sedangkan karbon dan radon berada di
udara.
Selain sumber radiasi alami terdapat juga sumber radiasi buatan manusia. Ada dua
sumber radiasi buatan manusia yaitu sumber radiasi pengion dan non pengion. Radiasi
pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan efek ionesasi apabila berinteraksi
dengan sel-sel hidup. Jenis radiasi pengion adalah alpha, beta, gamma, neutron dan sinar-X.
Radiasi nonpengion adalah jenis radiasi yang tidak menyebabkan ionesasi apabila
berinteraksi dengan ion-ion hidup. Jenis radiasinya meliputi gelombang radio, televisi,
gelombang radar dan lain-lainya (Suyatno, 2010).
Bidang kedokteran yang menggunakan isotop untuk keperluan diagnosis maupun
terapi dikenal dengan bidang kedokteran nuklir. Bidang kedokteran lain yang memanfaatkan
radiasi untuk keperluan diagnosis dan terapi adalah bidang radiologi. Perbedaan antara kedua
bidang tersebut terletak pada jenis sumber radiasi yang digunakan. Bidang radiologi
menggunakan sumber radiasi terturup, sedangkan bidang kedokteran nuklir menggunakan
sumber radiasi terbuka. Ditinjau dari sisi keselamatan penggunaan sumber radiasi tertutup
lebih mudah penanganannya, karena tidak mengakibatkan terjadinya kontaminasi internal.

1.2

Rumusan Masalah
a. Bagaimana suatu unsur dapat dikatakan radioisotop?
b. Apa saja aplikasi radioisotop dalam bidang kedokteran serta resiko yang dapat ditimbulkan?

1.3
a.
b.
c.
d.
1.4

Tujuan Penulisan
Mengetahui apa yang dimaksud dengan radioisotop.
Mengetahui sifat positif dari radiasi.
Mengetahui aplikasi radioisotop di bidang kedokteran.
Mengetahui resiko dari penggunaan radiasi.
Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah memberikan informasi mengenai
manfaat dan aplikasi dari radioisotop dalam bidang kedokteran serta resiko yang dapat
ditimbulkan oleh radiasi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Radioisotop
Reaksi nuklir merupakan reaksi yang melibatkan inti dari suatu atom. Reaksi nuklir
ada yang terjadi secara spontan ataupun buatan. Reaksi nuklir spontan terjadi pada inti-inti
atom yang tidak stabil. Zat yang mengandung inti tidak stabil ini disebut zat radioaktif.
Adapun reaksi nuklir tidak spontan dapat terjadi pada inti yang stabil maupun inti yang tidak
stabil. Reaksi nuklir disertai perubahan energi berupa radiasi dan kalor. Berbagai jenis reaksi
nuklir disertai pembebasan kalor yang sangat dasyat, lebih besar dari suatu reaksi kimia biasa
(Arma, 2004). Unsur yang secara alami bersifat radioaktif banyak terdapat di alam. Semua
isotop yang bernomor atom diatas 83 bersifat radioaktif. Unsur yang bernomor atom 83 atau
kurang mempunyai isotop yang stabil kecuali teknesium dan promesium. Isotop yang bersifat
radioaktif disebut isotop radioaktif atau radio isotop, yaitu isotop yang memancarkan radiasi
(Siregar,2004).
Suatu unsur dikatakan radioisotop atau isotop radioaktip ialah apabila unsur tersebut
dapat memancarkan radiasi. Pada umumnya radioisotop digunakan untuk berbagai keperluan
seperti dalam bidang kedokteran dan industri. Radioisotop yang digunakan tersebut tidak
terdapat di alam, disebabkan waktu paruh dan beberapa factor lainnya yang kurang
memenuhi persyaratan. Untuk beberapa tujuan radioisotop harus dikombinasikan dengan
senyawa tertentu melalui bebarapa cara reaksi kimia. Dengan demikan tujuan utama produksi
radioisotop ialah menyediakan unsur atau senyawa radioaktif tertentu yang memenuhi
persyaratan sesuai penggunaanya (Suyatno, 2010).
Sedangkan isotop yang tidak radioaktif disebut isotop stabil. Dewasa ini, radioisotop
dapat juga dibuat dari isotop stabil. Jadi disamping radioisotop alami juga terdapat
radioisotop buatan. Dua kegiatan utama dari pemanfaatan tekhnologi nuklir khususnya
mengenai radioisotop adalah pemanfaatan dalam bidang energi dan pemanfaatan di luar
energi. Pemanfaatan di luar energi misalnya pada reaktor penelitian. Di dalam teras reaktor
penelitian dapat digunakan untuk memproduksi radioisotop dan melakukan berbagai
penelitian dengan radiasi.
Produksi radioisotop dengan proses aktivasi dilakukan dengan cara menembaki isotop
stabil dengan neutron di dalam teras reaktor. Proses ini lazim disebut irradiasi neutron,
sedang bahan yang disinari disebut target atau sasaran. Neutron yang ditembakkan akan
masuk ke dalam inti atom target sehingga jumlah neutron dalam inti target tersebut

bertambah. Peristiwa ini dapat mengakibatkan ketidakstabilan inti atom sehingga berubah
sifat menjadi radioaktif. Reaktor penelitian juga dilengkapi dengan fasilitas Xenon Loop yang
terletak di dalam tabung berkas dan merupakan tempat untuk melakukan irradiasi gas xenon124 (124 Xe) sehingga menjadi radioisotop 125 I yang banyak dimanfaatkan untuk kegiatan
medis (Akhadi, 2004).
2.2 Penggunaan Radioisotop
Pemanfaatan radioisotop semakin luas dalam berbagai bidang. Secara garis besar,
penggunaan radioisotop buatan dibagi menjadi 2 golongan utama. Yaitu, sebagai perunut
( tracer ) dan sumber radiasi. Pengunaan radioisotop sebagai perunut didasarkan pada
pengertian bahwa isotop radioaktif mempunyai sifat kimia yang sama dengan isotop stabil.
Jadi suatu isotop radioaktif melangsungkan reaksi kimia, yang sama seperti isotop stabilnya.
Sedangkan penggunaan radioisotop sebagai sumber radiasi didasarkan pada kenyataan bahwa
radiasi yang dihasilkan zat radioaktif dapat mempengaruhi materi maupun mahluk hidup.
Radiasi dapat digunakan untuk memberi efek fisis, efek kimia maupun efek biologi (Nurlaila,
2002).
Prinsip radioisotop sebagai perunut yaitu menambahkan bahan radioisotop tersebut ke
dalam suatu sistem (baik sistem fisika, kimia, maupun biologi). Karena radioisotop tersebut
mempunya sifat kimia yang sama dengan sisten tersebut maka radioisotop yang telah
ditambahkan dapat digunakan untuk menandai suatu senyawa sehingga perubahan senyawa
pada sistem dapat dipantau. Penggunaannya dalam berbagai bidang antara lain bidang
pertanian, bidang hidrologi, bidang biologis, bidang industry dan bidang kedokteran.
2.3 Kedokteran Nuklir
Radiasi mempunyai salah satu sifat merusak. Ini terjadi akibat interaksi radiasi dengan
materi yang secara langsung atau langsung menimbulkan pengionan. Dari hasil penelitian
para pakar nuklir menunjukkan bahwa radiasi disamping mempunyai sifat negatif tetapi tidak
sedikit pula segi positifnya.Sumber radiasi yang digunakan untuk diagnose maupun terapi
dalam kedokteran nuklir disebut radiofarmaka. Radiofarmaka harus memiliki karakteristik
dalam penggunaan, baik diagnostik,terapi dan penelitian. Karakteristik tersebut mencangkup
tranlokasinya, depositnya dan metabolisme dalam tubuh.
Radiofarmaka yang digunakan berupa senyawa garam sederhana atau berupa senyawa
organic bertanda. Contoh Na I 131 berupa garam sederhana, yang digunakan untuk uji
kelenjar gondok (thyroid), Hippuran I 131 senyawa organik bertanda, untuk pemeriksaan

fungsi ginjal. Rancangan radiofarmaka pada umumnya harus memenuhi syarat-syarat tertentu
antara lain (Suyatno, 2010):
1) Untuk diagnostik
- Waktu paruh pendek
- Aktivitas serendah mungkin
- Pemancar gamma
- Suntikan harus steril
- Energi yang dipancarkan 30- 600 KeV.
2) Untuk Terapi
- Waktu paruh panjang
- Aktivitas disesuaikan dengan perhitungan yang diperlukan
- Pemancaran beta murni
- Terlokalisir ditempat yang diobati
- Energi yang dipancarkan antara 500 1000 KeV.
Berbagai jenis radioisotop digunakan sebagai perunut untuk mendeteksi (diagnosa)
berbagai jenis penyakit misalnya : teknesium (Tc-99), talium-201 (Ti-201), iodin 131(I-131),
natrium-24 (Na-24), ksenon-133 (xe-133) dan besi (Fe-59). Tc-99 yang disuntikkan ke dalam
pembuluh darah akan diserap terutama oleh jaringan yang rusak pada organ tertentu, seperti
jantung, hati dan paru-paru Sebaliknya Ti-201 terutama akan diserap oleh jaringan yang sehat
pada organ jantung.
Oleh karena itu, kedua isotop itu digunakan secara bersama-sama untuk mendeteksi
kerusakan jantung. I-131 akan diserap oleh kelenjar gondok, hati dan bagian-bagian tertentu
dari otak. Oleh karena itu, I -131 dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan pada kelenjar
gondok, hati dan untuk mendeteksi tumor otak. Larutan garam yang mengandung Na-24
disuntikkan ke dalam pembuluh darah untuk mendeteksi adanya gangguan peredaran darah
misalnya apakah ada penyumbatan dengan mendeteksi sinar gamma yang dipancarkan isotop
Natrium tsb.
Xe-133 digunakan untuk mendeteksi penyakit paru-paru. P-32 untuk penyakit mata,
tumor dan hati. Fe-59 untuk mempelajari pembentukan sel darah merah. Kadang-kadang,
radioisotope yang digunakan untuk diagnosa, juga digunakan untuk terapi yaitu dengan dosis
yang lebih kuat misalnya, I-131 juga digunakan untuk terapi kanker kelenjar tiroid.
Radioisotop perunut biasanya juga digunakan untuk mendiagnosis penyakit yang terdapat di
dalam organ tubuh. Untuk tujuan diagnosis, pemeriksaan secara kedokteran nuklir dapat
dilakukan dengan mudah, murah, serta dihasilkan informasi diagnosis yang akurat. Dari

diagnosis ini dapat diperoleh informasi tentang fungsi organ tubuh yang diperiksa serta
gambaran anatominya. Tes diagnostik dengan radioisotop dapat digunakan untuk mengetahui:
1. Baik tidaknya fungsi organ tubuh.
2. Proses penyerapan berbagai senyawa tertentu oleh tubuh.
3. Menentukan lokasi dan ukuran tumor dalam organ tubuh.
Technicium-99m (99m Tc) merupakan salah satu jenis radioisotop yang paling banyak
digunakan untuk diagnosis. Radioisotop yang ditemukan oleh Perrier dan Serge pada 1961 ini
dipilih karena mempunyai waktu paro sangat pendek, yaitu enam jam, sehingga dosis radiasi
yang diterima pasien sangat rendah. Penggunaan radioisotop sebagai sumber radiasi pada
prinsipnya menggunakan unsur radioisotop untuk mempengaruhi materi atau unsur lain.
Dengan pengertian bahwa radiasi yang dipancarkan oleh unsur radioisotop tersebut dapat
meubah susunan, struktur maupun komposisi dari suatu materi sehngga dapat merubah sifat
dari materi yang dipengaruhi.
2.4 Aplikasi dalam Bidang Kedokteran
Pemanfaatan unsur radioisotop dalam bidang kedokteran, antara lain (Suyatno, 2010):
2.4.1 Pemeriksaan IN VIVO
Pemeriksaan diagnostik dapat dilakukan secara in vivo (dalam tubuh) atau in vitro
(diluar tubuh). Secara in vivo pasien diberi radioisotop baik secara oral (melalui mulut),
suntikan atau inhalasi (pernafasan), kemudian dideteksi aktivitasnya dari luar tubuh. Pada
pemeriksaan in vivo senyawa yang dipilih adalah senyawa yang mempunyai mekanisme
pengangkutan maupun metabolism dalam tubuh yang sesuai dengan organ yang diperiksa.
Misalnya : pemeriksaan tulang, dipakai phosphate-Tc-99m, pemeriksaan kelenjar gondok di
gunakan Na-I-131. Radioisotop yang digunakan untuk keperluan in vivo, pada umumnya
pemancar gamma, karena radiasi gamma mempunyai daya tembus yang besar dan dapat
menembua keluar dari tubuh serta dapat dideteksi. Cara Pemeriksaan IN VIVO:
1. Pemeriksaan Fungsi Kelenjar Gondok
Untuk pemeriksaan kelenjar gondok digunakan Na-I-131 atau Pertechnetate-Tc-99m.
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk diagnosa penyakit gondok endemik. Hal ini
disebabkan kerana kurangnya kandungan Iodium pada makanan atau minuman penderita.
Jika kandungan iodium dalam makanan atau minuman sangat rendah, kebutuhan iodium
dalam tubuh tidak terpenuhi. Akibatnya bila diberi Na-I-131 atau pertechnetate Tc-99m,
sebagian besar akan diserap oleh kelenjar gondok. Hasil pemeriksaan selanjutnya
dibandingkan dengan harga normal, dan akan nampak adanya daerah yang menunjukkan

aktifitas tinggi.(hot nodule), aktivitas rendah (cold nodule) atau adanya kelainan anatomis
disekitar kelenjar gondok.
2. Pemeriksaan Fungsi Ginjal
Senyawa Hippuran I 131 yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui pembuluh
balik lengan dengan cara di suntikan dan dideteksi pada daerah ginjal kiri dan kanan, dapat
memberikan informasi mengenai fungsi ginjal. Hasil pemeriksaan ditampilkan dalam bentuk
kurve dan penilaian terhadap fungsi ginjal di dasarkan pada kecepatan setiap fase dan bentuk
kurve.
3. Pemeriksaan Funsi Hati
Radioisotop yang digunakan pada pemeriksaan adalah Tc-99m, Au-98, I-131, NaI-131
yang dimasukkan dalam tubuh dan dengan bantuan scanner dapat diperoleh hasil berupa
gambaran yang dapat memberikan informasi antara lain :
a. Ukuran hati
b. Adanya kelainan disekitar jaringan hati.
c. Respon jaringan hati terhadap hasil pengobatan penyakit hati
d. Adanya kelainan bawaan hati.
4. Terapi Tumor atau Kanker.
Berbagai jenis tumor atau kanker dapat diterapi dengan radiasi. Sebenarnya, baik sel
normal maupun sel kanker dapat dirusak oleh radiasi tetapi sel kanker atau tumor ternyata
lebih sensitif (lebih mudah rusak). Oleh karena itu, sel kanker atau tumor dapat dimatikan
dengan mengarahkan radiasi secara tepat pada sel-sel kanker tersebut (Amri, 2004).
2.4.2 Pemeriksaan IN VITRO
Cara in vitro dilakukan dengan mengambil sampel dari pasien (misal darah).
Selanjutnya dianalisis dengan metoda yang menggunakan radioisotope (dengan RIA = Radio
Immuno Assay). Teknik RIA berfungsi untuk mengukur kandungan hormon tertentu dalam
darah. Dasar teknik RIA adalah reaksi spesifik antigen-antibodi. Contoh: pemeriksaan
hormon insulin dalam darah. Untuk itu digunakan antibodi terhadap insulin (AB) dan antigen
insulin yang diberi tanda radioisotop (Ag)+, sehingga insulin dalam darah bertindak sebagai
antigen yang tidak bertanda (Ag). Apabila Ag, Ag+ dan Ab dicampur akan terjadi komposisi
anatara Ag dan Ag+ untuk berikatan dengan Ab. Akhirnya akan diperoleh ikatan sebagai
berikut :
Ab

Ag +

Ab

Ag

Ag bebas dan Ag+ bebas Jika Ab Ag dan Ab Ag+ dipisahkan dari campuran dan di cacah
maka diperoleh informasi cacah Ag + yang membentuk ikatan Ab Ag+ . Kebolehjadian
didapatkannya Ag dibanding Ag+ didalam ikatan sesuai dengan perbandingan antara Ag total
dan Ag+ total. Dalam kit RIA biasanya disediakan beberapa Ag standart yang telah diketahui
standartnya, sehingga akan diperoleh informasi tentang kadar Ag yang dikehendaki. Peralatan
kedokteran nuklir yang digunakan adalah:
a. Scanner
b. Renograf
c. Thyroid Uptake
d. RIA
2.4.3 Sterilisasi Alat-Alat Kedokteran
Prinsip sterilisasi adalah membebaskan alat tersebut dari semua jasad hidup terutama
jasad renik (mikroba). Secara umum teknik sterilisasi dapat dibagi menjadi 2 bagian
(Nurlaila, 2002):
1. Sterilisasi panas menggunakan uap dan tekanan atau suhu 170oC
2. Sterilisasi dingin dengan menggunakan cara kimia atau cara radiasi
Alat kedokteran kebanyakan berbahan plastik sehingga tidak tahan terhadap sterilisasi panas,
untuk itu dilakukan sterilisasi cara radiasi menggunakan radioisotop. Alat-alat kedokteran
yang disterilkan dengan cara radiasi harus tahan terhadap dosis radiasi yang digunakan. Bila
bahan tersebut terurai karena radiasi maka hasil urainya tidak berpengaruh negatif.
Adapun keuntungan dari teknik sterilisasi radiasi dibanding teknik lain antara lain:
a.

Bahan atau alat dapat disterilkan dalam keadaan sudah terbungkus rapi, siap untuk

b.

dipasarkan.
Bahan pembungkus dan bahan kemasan mudah dipilih karena daya penetrasi yang kuat dari

c.
d.

sinar .
Tidak perlu pengontrolan sistem sterilisasi.
Kontaminasi silang dapat dihindari.
2.4.4 Penggunaan Sinar-X
Penggunaan sinar-X memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1) Menggunakan generator sinar-X
2) Menggunakan sumber tertutup (sealed source)
3) Lebih bersifat untuk mengetahui kelainan secara anatomis.

Sinar-X dihasilkan dari tabung sinar-X yang hampa udara, dimana didalamnya
terdapat dua elemen yaitu anoda dan katoda. Sinar-X merupakan gelombang elektromagnetik
yang mempunyai energi tinggi, sehingga dapat menembus zat padat yang dilaluinya. Sinar-X
dibangkitkan dengan jalan menembaki target logam dengan elektron cepat dalam suatu
tabung vacum. Elektron di hasilkan dari pemanasan filamen yang juga berfungsi sebagai
katoda. Pada saat arus listrik dari sumber dihidupkan, filamen akan mengalami pemanasan
sehingga kelihatan menyala. Dalam kondisi tersebut filamen akan mengeluarkan elektron.
Selanjutnya antara katoda dan anoda diberi beda potensial yang tinggi dengan orde
kilo Volt, sehingga mempunyai kecepatan dan energy kinetik yang tinggi bergerak dengan
capat menuju ke anoda. Terjadilah tumbukan tak kenyal sempurna antara elektron dan anoda.
Pada peristiwa tumbukan tersebut terjadilah pancaran sinar-X dari permukaan anoda.
Pemeriksaan dengan Pesawat Sinar-X
Pesawat sinar-X (pesawat Rontgen) dapat digunakan sebagai alat diagnose. Sebagai
alat untuk pemeriksa pasien pesawat sinar-X perlu dapat diatur dalam menghasilkan sinar-X.
Untuk itu ada tiga parameter yang harus diatur yaitu tegangan tinggi (kV), Arus (mA) dan
waktu expose (S). Pada saat melakukan pencitraan pada pasien tiga parameter tersebut harus
diatur, karena dalam pencitraan tiap-tiap orang berbeda. Pencitraan anak-anak beda dengan
orang dewasa. Pencitraan orang kurus beda dengan orang gemuk.
Pengaturan pencitraan ini bertujuan supaya hasil gambar yang dihasilkan pada film
baik dan memenuhi criteria kedokteran. Untuk meningkatkan kualitas gambar dalam
radiodiagnostik digunakan media kontras dengan cara memasukkan subtansi yang bisa
menyerap sinar-X lebih banyak kedalam tubuh yang sedang di diagnosis. Bahan yang biasa
digunakan media kontras adalah Barium (Ba) dan Iodium (I).
Faktor-faktor yang mempengaruhi gambar pada pencitraan antara lain :
1) Pengaruh Arus (mA). Peningkatan mA akan menambah intensitas sinar-X.
2) Pengaruh jarak. Jarak tabung sinar-X dengan obyek juga akan berpengaruh pada intensitas
sinar-X.
3) Pengaruh waktu (S). Waktu juga akan berpengaruh pada kualitas gambar, karena jika
waktunya panjang maka radiasi yang diterima obyek semakin banyak dan sebaliknya.
4) Pengaruh kiloVolt (kV). Perubahan kV menyebabkan perubahan pada daya tembus sinar-X
dan juga total intensitas berkas sinar-X akan berubah.
Sejalan dengan perkembangan teknologi terutama setelah ditemukanya image
prosesing (proses bayangan pencitraan) dengan komputer, maka memungkinkan proses
pembentukan gambar pada film diubah dengan cara merekontruksi gambar dengan computer,

sehingga gambar dapat diperoleh dengan segera. Teknik image prossing mampu
membedakan antara jaringan yang satu dengan lainnya, misal jaringan yang sangat mirip
dalam otak manusia, yaitu antara substansia grisea dengan substansia alba. Perangkat yang
mampu mengolah gambar ini disebut Computed tomography scanner (CT-Scan). Perangkat
radiologi yang melengkapi dalam kedokteran nuklir adalah :
a. Pesawat sinar-X (Rontgen)
b. Pesawat Cobalt
c. Akselerator linier (Linac)
d. CT- Scan
2.5 Resiko Radiasi
Telah diketahui bahwa interaksi antara sinar-sinar pengion yang dipancarkan zat
radioaktif dengan sel-sel hidup dapat menimbulkan berbagai perubahan pada sel yang
dikenainya. Resiko radiasi yang berhubungan dengan tingkat radiasi pengionan telah banyak
diteliti dan dievaluasi. Hasil penelitian dan evaluasi tersebut dapat menjadi dasar upaya
keselamatan radiasi.
Table 2.1 Batas Dosis Pekerja Radiasi (Nurlaila, 2002)

Bag

Selu
Le

T
L

T
Untuk mengetahui resiko kematian akibat radiasi dapat dilakukan perbandingan dengan
kehidupan sehari-hari. Beberapa peneliti menyatakan bahwa resiko kematian 1 dalam 1000
yang diakibatkan oleh radiasi sebesar 10 rem, ekivalen dengan (Nurlaila, 2002):
a.
b.
c.
d.

37000 mil perjalanan dengan mobil


1800 rokok yang dihisap
3,9 bulan hidup pada usia 40 tahun
15 hari hidup pada usia 60 tahun

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Suatu unsur dikatakan radioisotop atau isotop radioaktip ialah apabila unsur tersebut dapat
memancarkan radiasi
2. Radiasi mempunyai dua sifat yaitu sifat merusak dan sifat yang dapat dimanfaatkan untuk
kesejahteraan masyarakat dalam berbagai bidang, salah satunya adalah dalam bidang
3.

kedokteran.
Aplikasi radioisotop dalam bidang kedokteran antara lain: pemeriksaan fungsi kelenjar
gondok, ginjal, hati, terapi tumor dan kanker, mengukur kandungan hormon tertentu dalam

darah, steriliasasi alat kedokteran serta rontgen dan CT-Scan.


4. Resiko yang dapat ditimbulkan oleh radiasi ekivalen dengan 1800 rokok yang dihisap.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan adalah perlu dikaji lebih lanjut mengenai
pemanfaatan radiasi dan radioisotop dalam berbagai bidang.

DAFTAR PUSTAKA
Akhadi, M. 2004. Pemanfaatan Radioisotop Dalam Teknik Nuklir Kedokteran. Badan Tenaga Nuklir
Nasional: Jakarta.
Arma, A. J. A. 2004 . Zat Radio Aktif Dan Penggunaan Radio Isotop Bagi Kesehatan. Fakultas
Kesehatan Masyarakat - Universitas Sumatera Utara: Medan.
Nurlaila, Z. 2002. Penggunaan Teknik Nuklir dalam Bidang Kedokteran Nuklir dan Sterilisasi Serta
Resikonya bagi Kesehatan. Buletin BATAN Th. XXII No. 1: Jakarta.
Siregar, R. E. 2004. Aplikasi Damai Teknik Nuklir. FMIPA Unpad: Bandung
Suyatno,F. 2010. Aplikasi Radiasi dan Radioisotop dalam Bidang Kedokteran. STTN-BATAN &
Fak. Saintek UIN SUKA: Yogyakarta.
by Kejora pada 8/15/2012
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
unsur radiokimia, tugas
rx:
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Link ke posting ini
Buat sebuah Link
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Entri Populer

[Makalah] Total Suspended Solid (TSS) dan Total Dissolve Solid (TDS)
Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan
digunakan masyarakat untuk berbagai kegiatan sehari-ha...

[Makalah] Radiokimia "Aplikasi Radioisotop dalam Bidang Kedokteran"


BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Radiasi dan radioisotop
telah lama dikenal manusia, yaitu sejak dite...

unsur-unsur golongan VIA


GOLONGAN VI A Oksigen (O 2 )
merupakan unsur...

Sejarah Oksigen ( O 2 ) Oksigen ( O 2 )

[Proposal Penelitian] Penentuan Kadar Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) pada
Cangkang Sotong (Sepia sp.) dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom
ABSTRAK

Sotong merupakan makanan

laut yang kaya akan nutris...

unsur-unsur VA
Unsur-Unsur Golongan VA (Nitrogen) N ITROGEN (N) N omer Atom
Massa A...

:7

it's me

Lihat profil lengkapku

follow me
rantai carbon

2013 (1)

2012 (26)
o November (9)
o Agustus (9)

[Novel] Summer's Desire Vol III Bab 2

[Artikel] "Terapi Gen pada Hemofilia A"

Tugas Pembuatan Paper dari Skripsi milik SITI NURB...

[Makalah] Isolasi Dodekanal dari Daun Kesum

[Proposal Penelitian] Penentuan Kadar Kalsium (Ca...

[Makalah] Radiokimia "Aplikasi Radioisotop dalam B...

Teknologi Reverse Osmosis untuk Pengolahan Air M...

[Artikel] TERAPI GEN UNTUK PENGOBATAN THALLASEMIA

[Novel] Summer's Desire Vol III Bab 1

o Juli (1)
o Juni (1)
o Maret (6)

2011 (117)

2010 (6)

nomor unsur
Analisis Cemaran Lingkungan (4) biokimia (5) cerpen annida-online (43) Hobby (4) Jepang
(5) kimia analitik (6) kimia anorganik (9) kimia dasar (2) kimia fisika (1) kimia lingkungan
(3) literatur kimia (2) lomba (4) Novel Summer's Desire [Indonesia] (37) radiokimia (1)
Review bukuQ (9) Review Film (9) teknik pemisahan kimia (3) tugas (28) Uncategories (1)
cha2_poenya. Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.

También podría gustarte