Está en la página 1de 3

Hiperurikemia

Hiperurikemia adalah penyakit yang disebabkan oleh produksi asam urat yang
berlebihan di dalam tubuh. Penyakit ini disebabkan oleh berbagai hal, contohnya
kelebihan produksi nukleotida purin melalui sintesis de novo, mekanisme jalur
penyelamatan atau pemungutan yang tidak adekuat, ekskresi yang tidak adekuat, terjadi
kerusakan sel dalam jumlah yang besar ataupun produksi makanan yang kaya akan purin.
Adapun pada penyakit ini, terjadi berbagai gejala penyakit pirai atau gout. Contohnya,
terjadi kristalisasi Na-urat di dalam ginjal dan sendi lain, serta dan radang sendi yang
disebabkan oleh leukosit yang memfagositosis kristal urat dan pecah sehingga enzim
lisosom terlepas serta terjadi gangguan fungsi ginjal. Selain itu juga kumpulan leukosit di
sekitar natrium urat pada sendi menyebabkan peradangan yang massif yang ditandai
dengan gejala demam dan rasa sakit.
Penyakit ini biasanya diobati dengan alopurinol, suatu analog hipoxantin yang
mengubah perbandingan produk yang diekskresikan sehingga tidak ada produk yang
konsentrasinya melebihi daya larutnya. Adanya alopurinol ini di dalam tubuh membuat
xantin tidak diubah menjadi asam urat sehingga tidak terjadi kristalisasi Na-urat yang
bisa menyebabkan konsentrasi asam urat berlebihan.
Contoh penyakit : artritis gout, kelainan ginjal & batu ginjal, meningkatkan kekentalan /
viskositas darah (sehingga aliran darah menjadi lambat dan sirkulasi darah menjadi tidak
lancar), dll

Defisiensi Imun
Proses pemecahan purin melibatkan dua macam enzim, yaitu fosforilase
nukleosida purin dan adenosin deaminase. Defisiensi enzim fosforilase nukleosida purin
dapat menyebabkan imunodefisiensi sel T yang membuat penderita mudah mengalami
infeksi. Sedangkan defisiensi enzim adenosin deaminase diyakini membuat dGTP
bertumpuk di dalam sel-sel T dan dATP di sel- sel B. Kedua senyawa ini menghambat
enzim ribonukleotida reduktase, yang mengakibatkan sel- sel limfosit jauh lebih toksik
daripada sel- sel lain.
Contoh penyakit yang disebabkan oleh defisiensi imun :
Acquired ImmunoDeficiency Syndrome (AIDS) : sel T

Selective IgA immunodeficiency : sel B dan sel T


Common variable hypogammaglobulinemia : sel B dan sel T
Reticular dysgenesis : sel B, sel T, dan sel batang (stem cell)
Severe combined immunodeficiency : sel B, sel T, dan sel
batang (stem cell)
Thymic aplasia (DiGeorge syndrome) : sel T
Wiskott-Aldrich syndrome : sel B dan sel T
X-linked infantile (Brutons) agammaglobulinemia : sel B
Degradasi basa pirimidin
Proses degradasi terdiri dari beberap tahap :
1.

Nukleotida pirimidin mengalami defosforilasi menjadi nukleosida

2.

Pembentukan basa pirimidin


Nukleosida yang terbentuk mengalami fosforilasi oleh enzim nukleosida
fosforilase menjadi ribose 1-fosfat atau deoksiribosa 1-fosfat dan basa pirimidin
(sitosin/urasil/timin)

3.

Basa pirimidin sitosin akan mengalami deaminasi membentuk urasil yang


dikatalisis oleh enzim sitosin deaminase

4.

Urasil diubah menjadi dihidrourasil

5.

Cincin senyawa lingkar ini dibuka sehingga terbentuk -ureidopropionat

6.

-ureidopropionat dihidrolisis menjadi -alanin, CO2, dan NH4+


- alanin ini dapat dikeluarkan dalam bentuk demikian atau bisa juga diubah
menjadi semialdehid malonat dan dioksidasi menjadi CO2, NH4+, dan air.

Produk akhir degradasi pirimidin yang berupa air, CO2, dan NH4+ yang diekskresikan ke
dalam urin tidak berbahaya karena senyawa- senyawa ini larut dalam air, tidak seperti
asam urat. Karena itu, tidak akan ada masalah klinis penting yang terjadi bila sejumlah
besar pirimidin mengalami katabolisme di hati.
Inhibitor Metabolisme Nukleotida
Pada penderita tumor, sel tumor tersebut harus melakukan pembelahan sel terus
menerus yang memerlukan deoksitimidilat untuk sintesis DNA dan RNA. Maka dari itu,

penanganan pasien biasanya dengan pemberian obat- obatan yang dapat menghambat
pembelahan sel dengan cara menginhibisi sintesis dTMP. Obat ini disebut obat
sitostatika. Obat sitostatika bekerja pada tahap biosintesis deoksiribonukleotida, sehingga
mengganggu replikasi DNA pada fase S dari siklus sel. Hal ini disebabkan oleh
kandungan senyawa yang disintesis atau diisolasi sebagai produk alami dari tumbuhan,
bakteri, atau jamur yang secara spesifik menghambat enzim yang berperan dalam
metabolisme nukleotida. Target obat sitostatika adalah timidilat sintase dan dihidrofolat
reduktase. Obat ini diklasifikasikan sebagai anti metabolit, antifolat, glutamine antagonis,
antivirus, dan lain- lain.
Namun, obat-obatan ini tidak hanya menghambat sel-sel tumor, tetapi juga sel- sel
normal lainnya. Dampaknya yang paling jelas tampak pada stem cell yang membentuk
sel darah merah, limfosit, epitel usus, dan sel- sel akar rambut.

También podría gustarte