Está en la página 1de 16

ANGULAR CHEILITIS

LAPORAN KASUS

oleh:
Dawailatur Rahman Setiady
091611101030

BAGIAN ORAL MEDICINE


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2013

BAB 1
PENDAHULUAN
Angular cheilitis atau disebut juga perleche atau angular cheilosis
merupakan suatu lesi yang ditandai dengan adanya fisur-fisur, pecah-pecah pada
sudut mulut, berwarna kemerahan, mengalami ulserasi disertai rasa terbakar, nyeri
dan rasa kering pada sudut mulut (Pinkham, 1988 & Derrick, 1987). Menurut
Stannus (dalam Scully, 2004) lesi ini dapat melebar sampai ke bawah bibir dan
kemungkinan meluas hingga mukosa pipi.
Angular cheilitis biasanya terjadi pada sudut bibir mulut, yang sering
dimulai dengan penyimpangan mukokutaneus dan berlanjut hingga ke kulit.
Angular cheilitis ini dikarakteristik oleh kemerahan yang menyebar, bentuknya
seperti fisur- fisur, kulit yang nampak terkikis, ulser yang permukaannya berlapis
dan disertai dengan gejala yang subjektif seperti rasa sakit, rasa terbakar, dan
nyeri.
Istilah perleche sebenarnya digunakan untuk Angular cheilitis yang
disebabkan

defisiensi

vitamin

kompleks,

namun

sekarang

telah

digeneralisasikan untuk semua Angular cheilitis dengan berbagai etiologi.


Angular cheilitis menjadi masalah yang serius karena perkembangannya yang
cepat, karena itu tidak boleh ada keterlambatan dalam pengobatan jika gejala
Angular cheilitis telah terjadi dan sangat jelas. Hal ini tidak terbatas pada
kelompok usia tertentu, dapat mempengaruhi anak-anak dan orangtua tetapi
menurut (Braurer dalam Nazriyanti, 2002) angular cheilitis ini sering dijumpai
pada anak-anak. Baik anak-anak maupun remaja dapat terkena angular cheilitis
tanpa melihat jenis kelamin. Usia yang paling sering ialah dekade 4, 5, dan 6.
Kasus unilateral pada angular cheilitis sering terjadi dikarenakan trauma
perawatan dental dan trauma pada sudut bibir, sedangkan kasus bilateral terjadi
jika penderita dengan penyakit sistemik seperti anemia, diabetes mellitus, dan

infeksi monomial yang kronis. Lama penyakit bisa bervariasi dari beberapa hari
hingga beberapa tahun, tergantung etiologinya.
Ada beberapa faktor etiologi dan predisposisi dari Angular Cheilitis
seperti infeksi jamur Candida albicans, defisiensi nutrisi, denture sore mouth,
avitaminosis, dan kebiasaan buruk. Angular Cheilitis sering terjadi pada anakanak dengan defisiensi nutrisi. Defisiensi nutrisi yang dimaksud biasanya
disebabkan kurangnya asupan vitamin B kompleks (riboflavin), zat besi dan asam
folat. Etiologi Angular cheilitis terutama defisiensi nutrisi berkorelasi dengan kondisi
lingkungan, pada anak sekolah yang paling berpengaruh adalah kondisi lingkungan
dalam keluarga dan di sekolah.

BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Status Umum Pasien


Nama

: Vika Amelia

Usia

: 11 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Jln. Suparman Gg. Kenitu no. 53 jember. 2

Pekerjaan

: Pelajar SDN Karang Rejo 3 Jember

Status Perkawinan

: Belum Menikah

Kebangsaan/ Suku bangsa : Indonesia/ Jawa


Tanggal Pemeriksaan

: 26 November 2013

2.2 Anamnesa
1. Keluhan Utama : Sakit pada sudut mulut sebelah kiri dan kanan.
2. Riwayat Penyakit : Pasien mengeluhkan sakit pada sudut mulut sebelah
kiri dan kanan 1 minggu yang lalu. Kondisi tersebut terjadi baru pertama
kali dan belum pernah diobati. Rasa sakit akan terasa saat membuka mulut
dan jika makan-makanan yang pedas dan dingin. Pasien suka makanan
buah apel dan sayur mayur seperti sop wortel dan bayam, tetapi makanan
tersebut jarang dikonsumsi.
3. Keadaan Umum
TB / BB
: 124 cm / 22 kg
BMI

22
1,24 2

= 12,64 (Underweight)

4. Obat-obatan yang pernah dikonsumsi 6 bulan terakhir : 5. a. Keadaan sosial


: Baik
b. Kebiasaan buruk
:6. Riwayat Keluarga
:
Riwayat Penyakit

:-

Hubungan dengan penderita : -

2.3 PEMERIKSAAN KLINIS


1. EKSTRA ORAL
a. Muka
a.1. Pipi Ka / Ki

:N/N

a.2. Bibir Atas / Bawah

:N/N

a.3. Sudut Atas / Bawah Ka / Ki : Fissure horisontal, panjang + 3mm,


warna putih, batas jelas, dengan tepi kemerahan, sakit.
b. Kelenjar Saliva
b.1. Kelenjar Parotis Ka / Ki

:N/N

b.2. Kelenjar Submandibularis

:N

c. Kelenjar Limfe
c.1. Kelenjar Leher

:N

c.2. Kelenjar Submandibularis

:N

c.3. Kelenjar Pre dan Post Auricularis

:N

c.4. Kelenjar Submentalis

:N

2. INTRA ORAL
a. Gigi Geligi

V IV III II I

UE UE

II

III IV V

UE

PE UE

UE

PE

UE

V IV III II I

Riwayat perawatan gigi geligi


b. Mukosa Labial Atas
Bawah
c. Mukosa Pipi Kiri
d. Bucal Fold

UE

::N
:N
:N

Kanan

:N

Atas

:N

II

III IV V

UE

Bawah
e. Gingiva Rahang Atas
Bawah
f.
g.
h.
i.
j.

Lidah
Dasar Mulut, Kljr Sub Lingualis
Palatum
Tonsil Ka / Ki
Pharynx

:N
:N
:N
:N
:N
:N
:N/N
:N
Fissure horisontal,
panjang + 3mm,
warna putih, batas
jelas, dengan tepi
kemerahan, sakit.

Gambar 1. Angular Cheilitis pada sudut mulut kiri dan kanan.


2.4 DIAGNOSA SEMENTARA
- Angular Cheilitis pada sudut mulut sebelah kiri dan kanan.
- Hiperpigmentasi pada mukosa labial bawah.
- Linea alba pada mukosa pipi kiri dan kanan.
2.5 RENCANA PERAWATAN
Pengobatan
: Miconazole dan Biolysin Syrup.
2.6 DIAGNOSA AKHIR
- Angular Cheilitis pada sudut mulut sebelah kiri dan kanan.
- Hiperpigmentasi pada mukosa labial bawah.
- Linea alba pada mukosa pipi kiri dan kanan.
2.7 LEMBAR PERAWATAN
Tanggal

: 26 November 2013

Keterangan

1. Anamnesa.

2. Diagnosa.
3. Terapi.
Asepsis Angular Cheilitis :
a. Sudut mulut dikeringkan dengan cutton pellet steril
b. Sudut mulut dengan betadin
c. Sudut mulut dengan Miconazole
4. Resep
R/ Myconazole cream tube no. 1
oleskan pada sudut mulut 3 x sehari
R/ Biolycin Syr fl 1
1 dd 1 cth
5. Instruksi
a. Gunakan obat sesuai anjuran
b. Menjaga kebersihan rongga mulut
c. Makan-makanan yang bergizi (4 sehat 5 sempurna)
d. Kontrol maksimal 1 minggu kemudian.
Kontrol I
Tanggal
Keterangan
1. Anamnesa

: 4 Desember 2013
: Setelah dilakukan perawatan selama 8 hari, pasien sudah

tidak merasakan sakit pada sudut mulut sebelah kiri dan kanan. Rasa
sakit juga tidak dirasakan saat membuka mulut dan ketika makanmakanan yang pedas dan dingin.
2. Ekstra Oral : Warna putih pada sudut bibir, berbatas jelas.
3. Intra Oral : tidak ada apa-apa.
4. Terapi
: Selesai.
Warna putih pada
sudut bibir,
berbatas jelas.

Gambar 2. Kontrol pertama pasien Angular Cheilitis yang selesai dirawat


selama 8 hari

BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Etiopatologi
Banyak pendapat yang mengemukakan tentang etiologi dari Angular
cheilitis. Defisiensi nutrisi khususnya vitamin B yang menyebabkan Angular
cheilitis adalah akibat dari kekurangan riboflavin (vitamin B2), asam folat dan
piridoksin (vitamin B6). Sedangkan vitamin lainnya yang juga tergabung di dalam
vitamin B kompleks tidak menyebabkan terjadinya angular cheilitis walaupun
menimbulkan lesi-lesi di rongga mulut. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa angular cheilitis dapat disebabkan oleh defisiensi riboflavin
(vitamin B2) yang bertumpang tindih dengan infeksi jamur atau infeksi bakteri.
Salah satu faktor yang berperan dalam timbulnya angular cheilitis pada laki-laki
berusia 11 tahun ini adalah defisiensi nutrisi.
Penyebab angular cheilitis yang menonjol pada anak-anak adalah
defisiensi nutrisi. Defisiensi nutrisi yang dimaksud biasanya disebabkan
kurangnya asupan vitamin B kompleks (riboflavin), zat besi dan asam folat.
Timbulnya Angular cheilitis, setiap faktor etiologi terutama defisiensi nutrisi
berkorelasi dengan kondisi lingkungan, pada anak sekolah yang paling
berpengaruh adalah kondisi lingkungan dalam keluarga dan di sekolah. Kondisi
lingkungan yang dimaksud dapat berupa tingkat sosial ekonomi keluarga,
pengaruh adat dalam keluarga, kebiasaan atau pola makan anak dan pengetahuan
gizi (Devani et al,2007; Atmarita S,2006).
Kekurangan gizi paska usia dini mempunyai dampak yang buruk pada
masa dewasa yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik yang lebih kecil dengan
tingkat produktivitas yang lebih rendah. Dampak kekurangan gizi pada usia dini
makin menjadi penting bila memperhatikan analisis berbagai data yang ada. Hasilhasil analisis tersebut memperkuat hipotesa mengenai besarnya peranan
kekurangan gizi pada usia dini terhadap terjadinya penyakit degenerative pada
dewasa yang justru merupakan usia produktif (Deritana et al, 2007) .

Defisiensi nutrisi sering kali berhubungan dengan pola konsumsi dan


faktor geografis. Salah satu faktor predisposisi timbulnya Angular cheilitis adalah
gangguan nutrisi. Gangguan nutrisi ini dapat dianalisis dari Body Mass Index
(BMI) pasien yang menunjukkan angka 12,64 dan tergolong dalam status
underweight. Sebagian besar penderita Angular cheilitis pada anak menunjukkan
defisiensi zat besi, asam folat, dan vitamin B12. Sumber makanan yang
mengandung zat besi yaitu daging, hati, ikan, kuning telur, udang, salem, kacangkacangan, dan sayuran berdaun hijau. Beberapa fungsi esensial zat besi di dalam
tubuh yaitu berfungsi dalam system kekebalan, sebagai komponen hemoglobin,
komponen beberapa enzim oksidatif, serta berfungsi dalam metabolisme energi.
Defisiensi zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak, terjadinya penurunan kekebalan
tubuh serta gangguan penyembuhan luka (Masrizal, 2007).
Sumber utama vitamin B12 umumnya berasal dari bahan pangan hewani
terutama pada daging, susu, dan telur (Smith, 2008). Sedangkan asam folat
banyak diperoleh pangan nabati, seperti sayuran hijau dan kembang kol
(Sulistyoningsih, 2011).
Vitamin B12 dan asam folat berperan penting dalam sintesis DNA. Untuk
mengubah folat menjadi bentuk aktif diperlukan vitamin B12, sehingga folat
dapat berfungsi normal memetabolisme semua sel, terutama sel-sel saluran cerna,
sumsum tulang, dan jaringan saraf (Guyton dan Hall, 2008).
Defisiensi vitamin B12 dan asam folat dapat menyebabkan penurunan
DNA sehingga mengakibatkan kegagalan pematangan dan pembelahan inti. Hal
ini dapat menghambat dalam proses penyembuhan luka (Guyton dan Hall, 2008).
Terhambatnya proses penyembuhan luka menunjukkan terjadinya penurunan
kualitas mukosa oral yang mengakibatkan mikroorganisme bakteri dan jamur
mudah melekat pada mukosa dan menurunkan sintesis protein yang menghambat
metabolism sel. Perlekatan jamur khususnya Candida albican ini dapat menjadi
faktor penyebab angular cheilitis (Lynch dkk,1994).
Apabila tubuh megalami defisiensi asam folat, maka dapat terjadi
gangguan metabolisme DNA yang mengakibatkan terjadinya perubahan
morfologi inti sel terutama sel-sel yang sangat cepat membelah, seperti sel darah

merah, sel darah putih, serta sel epitel lambung dan usus, vagina, dan serviks.
Defisiensi asam folat juga dapat menghambat pertumbuhan, menyebabkan anemia
megaloblastik, dan gangguan darah lainnya, peradangan lidah (glositis), dan
gangguan saluran cerna (Almatsier, 2001).
Asupan vitamin B12 dan asam folat yang cukup bagi tubuh dapat
mengurangi resiko terjadinya defisiensi vitamin B12 dan asam folat yang dapat
menyebabkan abnormalitas dan pengurangan DNA yang mengakibatkan
kegagalan pematangan inti dan pembelahan sel (Guyton dan Hall, 2008).
Menurut Stannus, Angular cheilitis ditandai dengan adanya fisur-fisur dan
eritema pada sudut mulut yang menyebar sampai ke bawah bibir dan
kemungkinan meluas ke mukosa pipi. Gejala awal Angular cheilitis ialah rasa
gatal pada sudut mulut dan terlihat tampilan kulit yang meradang dan bintik
merah. Pada awalnya, hal ini tidak berbahaya, tetapi akan terasa nyeri di sudut
mulut dan mudah berdarah yang dikarenakan oleh gerakan mulut seperti tertawa
ataupun berbicara. Tingkat keparahan inflamasi ini ditandai dengan retakan sudut
mulut dan beberapa pendarahan saat mulut dibuka (Murai et al, 2008).
Secara umum angular cheilitis mempunyai gejala utama bibir kering, rasa
tidak nyaman, adanya sisik-sisik dan pembentukan fisur (celah) yang diikuti
dengan rasa terbakar pada sudut mulut. Gambaran klimis yang paling sering
sebagai daerah eritema dan udema yang berbentuk segitiga pada kedua komisura
atau dapat berupa atropi, eritema, ulser, krusta dan pelepasan kulit sampai terjadi
eksudasi yang berulang. Reaksi jangka panjang, terjadi supurasi dan jaringan
granulasi (Murai et al, 2008).
Pada Angular cheilitis yang berhubungan dengan defisiensi nutrisi, dapat
terlihat penipisan papilla lidah (depapillated tongue) dikarenakan defisiensi besi
seperti yang tampak pada keadaan pasien (geographic tongue). Lidah yang merah
dan berkilat (depapillated glossy red tongue) pada pasien dengan defisiensi asam
folat, atau lidah ungu kemerahan (reddish-purple depapillated tounge) pada
defisiensi vitamin B. Angular cheilitis yang disertai alopesia, diare dan ulserasi
oral non-spesifik yang biasanya terdapat di lidah dan mukosa bukal, dapat diduga
dikarenakan defisiensi seng. Lesi terjadi bilateral yang biasanya meluas beberapa

mm dari sudut mulut pada mukosa pipi dan ke lateral pada kulit sirkum oral 1-10
mm. Dasar lesi lembab, adanya fissure yang tajam, vertical dari tepi vermilion
bibir dan area kulit yang berdekatan. Secara klinis, epitel pada komisura terlihat
mengerut dan sedikit luka. Pada waktu mengerut, menjadi lebih jelas terlihat,
membentuk satu atau beberapa fissure yang dalam, berulserasi tetapi tidak
cenderung berdarah. Walaupun dapat berbentuk krusta yang bernanah pada
permukaan, fisur ini tidak melibatkan permukaan mukosa pada komisura di dalam
mulut, tetapi berhenti pada mucocutan junctional (Lubis, 2006).
Berdasarkan gambaran klinis pada pasien, Angular cheilitis pada pasien
terdapat fissure yang disertai dengan krusta dan pseudomembran. Terlihat epitel
pada komisura mengalami pengerutan dan maserasi, yang lama kelamaan kerutan
tersebut membentuk satu atau lebih fisur dan akhirnya mengalami ulserasi, tetapi
tidak mudah berdarah walau terbentuk krusta di permukaan kulit. Fisur ini tidak
melibatkan permukaan mukosa komisura sebelah dalam mulut tetapi berhenti
pada mucocutaneus junction. (Shafer, 1983)
3.2 Perawatan
Perawatan Angular cheilitis pada anak tidak berbeda dengan orang
dewasa. Perawatan ini tergantung kepada etiologinya. Apabila etiologi spesifik
yang tetap tidak juga ditemukan, lesi ini bisa sulit untuk disembuhkan dan dapat
bertahan sampai beberapa tahun. Harus diingat adanya infeksi merupakan etiologi
sekunder, jika penyebab utama tidak dirawat, pengobatan terhadap infeksi tidak
akan menghasilkan kesembuhan permanen. Misalnya kebiasaan bernafas melalui
mulut pada anak harus dihilangkan penyebabnya, begitu juga kebiasaan-kebiasaan
lain. Bila disebabkan oleh penyakit sistemik maka perawatan secara lokal tidak
akan berhasil bila tidak disertai perawatan secara sistemik (Morrison et al, 2003).
Untuk mencegah adanya pertumbuhan Candida albicans yang salah
satunya akan menyebabkan Angular cheilitis pada sudut mulut adalah dengan
pengembalian keseimbangan lingkungan rongga mulut. Hal yang paling penting
adalah menjaga kesehatan tubuh agar sistem pertahanan tubuh tetap terjaga dan
tidak mudah terserang penyakit. Makan-makanan yang bergizi seimbang dan yang
dibutuhkan oleh tubuh. Selain hal itu perlunya juga pemeliharaan kebersihan

mulut dengan menggosok gigi. Perawatan preventif dengan menggosok gigi,


kebersihan gigi dan mulut akan terjaga selain menghindari terbentuknya lubanglubang gigi, penyakit gigi dan gusi. (Rippon, 1998)
Perawatan Angular cheilitis secara umum dapat diberikan salep anti jamur
myconazole secara topical. Dengan cara pemakaian dioleskan pada sudut mulut
3xsehari. Miconazole adalah turunan dari derivate 1-phenethyl-imidazole yang
merupakan anti jamur spectrum luas dan memiliki sifat bakterisid yang merusak
dinding sel jamur dengan cara berikatan pada sterol pada dinding sel jamur
sehingga permeabilitas sel meningkat. Hal ini menyebabkan obat masuk ke dalam
sel jamur dan merusak metabolismenya yang menyebabkan sel kehilangan
molekul seperti kalium dan komponen lainnya sehingga sel jamur menjadi lisis.
Terapi suportif yang diberikan adalah Biolisin sirup yang merupakan
multivitamin terdiri dari vitamin C, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B6, vitamin
B12, Nikotinamida, Kalsium Pantotenat, dan Lysin. Fungsi dari vitamin C yaitu
dengan pembentukan kolagen, proteoglikan dan bahan-bahan organik lain pada
bagian antar sel dan jaringan.Vitamin B kompleks berfungsi sebagai koenzim
yang penting dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Lysin
bermanfaat sebagi penambah nafsu makan. Terapi multivitamin tersebut bertujuan
untuk meningkatkan kebutuhan nutrisi jaringan pada mukosa rongga mulut
khususnya dalam proses perbaikan dan proliferasi sel.
Angular cheilitis yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B perawatannya
dengan memberikan suplemen vitamin B kompleks atau multivitamin yang
mengandung vitamin B . Akan tetapi, defisiensi satu jenis vitamin biasanya diikuti
gejala defisiensi nutrisi, maka dalam perawatannya pemberian multivitamin lebih
efektif daripada pemberian vitamin B kompleks saja. Dilaporkan pengobatan
penyakit akibat defisiensi vitamin B12 dengan terapi vitamin dapat sembuh dalam
waktu 3 minggu (Decker RT, 2005).
Pasien diberikan instruksi agar dapat menjaga kebersihan rongga mulut
minimal dengan belajar menggosok gigi secara rutin dua kali sehari pada saat pagi
dan malam hari guna mengurangi faktor predisposisi terjadinya angular cheilitis.
Menggunakan obat yang telah diberikan (Biolisin sirup dan miconazole) sesuai

dengan anjuran, yaitu dengnan minum biolysin sirup dengan takaran 1 sendok teh
1xsehari dan dengan mengoleskan miconazole pada lesi 3xsehari. Makanmakanan yang bergizi (4 sehat 5 sempurna untuk meningkatkan nutrisi dalam
tubuh sehingga dapat mengurangi faktor predisposisi terjadinya Angular cheilitis.
instuksi yang terakhir adalah kontrol setelah tujuh hari melakukan perawatan.
Pada saat pertama, keadaan rongga mulut pasien sudah tidak seperti delapan hari
yang lalu, karena sakit pada sudut mulut, rasa sakit dan kmerahan pada lesi sudah
hilang tetapi masih terdapat sedikit warna putih yang berbatas jelas.

BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pasien
mengalalami Angular cheilitis oleh karena defisiensi nutrisi yang ditarik dari hasil
anamnesa, keadaan umum pasien (BMI = underweight) dan pemeriksaan klinis.
Berdasarkan hal tersebut, terapi yang diberikan adalah pemberian Biolisin sirup
untuk mengurangi faktor pendukung terjadinya Angular cheilitis yaitu defisiensi
nutrisi, miconazole juga diberikan sebagai obat anti jamur topikal pada lesi sudut
mulut, serta instruksi pada pasien untuk menjaga kebersihan rongga mulut dan
mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna.

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Derrick, D. D. 1987. The Dental Annual. Bristol: Wright. P 234-423.
Guyton, Arthur C dan Hall, John E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi
11. Jakarta: EGC.
Lynch, Malcolm A., Brightman, Vernon J., dan Greenberg, Martin S. 1994. Ilmu
Penyakit Mulut. Alih bahasa, drg. P. P. Sianita Kurniawan. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Masrizal. 2007. Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol II (1).
Pinkham, J. R. 1988. Pediatrick Dentistry. Philadelphia, London: W. B. Sauders
Co. p 28
Scully, C. 2004. Oral and Maxillofacial Medicine. Edinburgh: Wright. P 189-193
Smith, Padraic. 2008. Vitamin B12 Deficiency: Causes, Evaluation and
Treatment.

TSMJ,

Vol.

9:

36.

http://www.ted.ie/tsmj/archives/2008/vitaminb12.pdf[10Oktober2012]
Shafer, W. G. Hine M, K, dkk. A Textbook of Oral Pathology. 4th ed.
Philadelphia, London: W. B. Saunders Co. P 556-557.

También podría gustarte