Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
DISUSUN OLEH:
FAISMA ROSITA
(13.018)
BAB I
PENDAHULUAN
yang paling sering digunakan adalah Rhodamin B karena warnanya yang mencolok dan
menarik.
Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan pada industri
tekstil atau pakian dan kertas, berbentuk serbuk kristal berwarna ungu kemerahan . Senyawa
rhodamin sekarang nyatanya banyak digunakan oleh produsen nakal untuk bahan tambahan
dalam produknya agar menarik perhatian konsumen dan mau membeli produknya. Maka dari
itu untuk membantu konsumen agar tidak begitu saja dapat mengkonsumsi makanan yang
tidak aman, beberapa cara dapat digunakan agar konsumen dapat membedakan makanan
yang menggunakan bahan berbahaya dengan makanan yang menggunkan bahan aman.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dari Rhodamin B?
1.2.2 Bagaimana cara mengetahui suatu makanan mengandung Rhodamin B?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mahasiswa dapat mengetahui Rhodamin B dalam suatu makanan
1.3.2 Mahasiswa dapat melakukan identifikasi Rhodamin B dengan cara yang mudah
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Rhodamin B
Bahan pewarna makanan terbagi dalam dua kelompok besar yakni pewarna alami dan
pewarna buatan. Di Indonesia, peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan
dan dilarang untuk pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor
722/Menkes/Per/IX/88 mengenai bahan tambahan pangan. Akan tetapi seringkali terjadi
penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat
pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan pangan. Hal ini jelas sangat
berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut.
Timbulnya penyalahgunaan tersebut antara lain disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat
mengenai zat pewarna untuk pangan, dan disamping itu harga zat pewarna untuk industry
jauh lebih murah dibandingkan dengan harga zat pewarna untuk pangan. Hal ini disebabkan
bea masuk zat pewarna untuk bahan pangan jauh lebih tinggi daripada zat pewarna bahan non
pangan. Lagipula warna dari zat pewarna tekstil atau kulit biasanya lebih menarik.
Pewarna alami diperoleh dari tanaman ataupun hewan yang berupa pigmen. Beberapa
pigmen alami yang banyak terdapat di sekitar kita antara lain: klorofil (terdapat pada daundaun berwarna hijau), karotenoid (terdapat pada wortel dan sayuran lain berwarna oranyemerah). Umumnya, pigmen-pigmen ini bersifat tidak cukup stabil terhadap panas, cahaya,
dan pH tertentu. Walau begitu, pewarna alami umumnya aman dan tidak menimbulkan efek
samping bagi tubuh (Anonim, 2008)
Pewarna buatan untuk makanan diperoleh melalui proses sintesis kimia buatan yang
menggunakan bahan-bahan kimia, atau dari bahan yang mengandung pewarna alami melalui
ekstraksi secara kimiawi. Banyak warna yang dapat dihasilkan dari sebuah sintesis kimia
misalnya Rhodamin B (merah), Methanil Yellow (kuning), Malachite Green (hijau) dan lain
sebagainya.
Tabel : Pembagian pewarna sintetis berdasarkan kemudahannya larut dalam air.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Pewarna Sintetis
Rhodamin B
Methanil Yellow
Malachite Green
Sunset Yelow
Tatrazine
Brilliant Blue
Carmoisine
Erythrosine
Fast Red E
Amaranth
Indigo Carmine
Ponceau 4R
Namun dari berbagai jenis pewarna tersebut yang paling sering digunakan adalah Rhodamin
B karena warnanya yang mencolok dan menarik.
Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan pada industri
tekstil dan kertas . Zat ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang penggunaannya pada makanan
Zat yang sangat dilarang penggunaannya dalam makanan ini berbentuk kristal hijau atau
serbuk ungu-kemerah merahan, sangat larut dalam air yang akan menghasilkan warna
merah kebiru-biruan dan berfluorensi kuat. Rhodamin B juga merupakan zat yang larut dalam
alkohol, HCl, dan NaOH, selain dalam air. Di dalam laboratorium, zat tersebut digunakan
sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg, dan Th dan titik leburnya pada suhu
165oC (Hamdani, 2013).
Dalam analisis dengan metode destruksi dan metode spektrofometri, didapat informasi
bahwa sifat racun yang terdapat dalam Rhodamine B tidak hanya saja disebabkan oleh
senyawa organiknya saja tetapi juga oleh senyawa anorganik yang terdapat dalam Rhodamin
B itu sendiri, bahkan jika Rhodamin B terkontaminasi oleh senyawa anorganik lain seperti
timbaledan arsen.Dengan terkontaminasinya Rhodamin B dengan kedua unsur tersebut,
menjadikan pewarna ini berbahaya jika digunakan dalam makanan ( Hamdani, 2013).
Di dalam Rhodamin B sendiri terdapat ikatan dengan klorin ( Cl ) yang dimana senyawa
klorin ini merupakan senyawa anorganik yang reaktif dan juga berbahaya. Rekasi untuk
mengikat ion klorin disebut sebagai sintesis zat warna. Disini dapat digunakan Reaksi FrieldCrafts untuk mensintesis zat warna seperti triarilmetana dan xentana. Rekasi antara ftalat
anhidrida dengan resorsinol dengan keberadaan seng klorida menghasilkan fluoresein.
Apabila resorsinol diganti dengan N-N-dietilaminofenol, reaksi ini akan menghasilkan
rhodamin B.
Selain terdapat ikatan Rhodamin B dengan Klorin terdapat juga ikatan konjugasi. Ikatan
konjugasi dari Rhodamin B inilah yang menyebabkan Rhodamin B bewarna merah.
Ditemukannya bahaya yang sama antara Rhodamin B dan Klorin membuat adanya
kesimpulan bahwa atom Klorin yang ada pada Rhodamin B yang menyebabkan terjadinya
efek toksik bila masuk ke dalam tubuh manusia. Atom Cl yang ada sendiri adalah termasuk
dalam halogen, dan sifat halogen yang berada dalam senyawa organik akan menyebabkan
toksik dan karsinogen.
Beberapa sifat berbahaya dari Rhodamin B seperti menyebabkan iritasi bila terkena mata,
menyebabkan kulit iritasi dan kemerahan bila terkena kulit hampir mirip dengan sifat dari
Klorin yang seperti disebutkan di atas berikatan dalam struktur Rhodamin B. Penyebab lain
senyawa ini begitu berbahaya jika dikonsumsi adalah senyawa tersebut adalah senyawa yang
radikal. Senyawa radikal adalah senyawa yang tidak stabil. Dalam struktur Rhodamin kita
ketahui mengandung klorin (senyawa halogen), sifat halogen adalah mudah bereaksi atau
memiliki reaktivitas yang tinggi maka dengan demikian senyawa tersebut karena merupakan
senyawa yang radikal akan berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan berikatan
dengan senyawa-senyawa dalam tubuh kita sehingga pada akhirnya akan memicu kanker
pada manusia (Riska, 2013)
2.2 Identifikasi Rhodamin B
Penggunaan bahan pangan berbahaya dalam jangka waktu yang lama akan memberikan
efek yang sangat bagi tubuh manusia, salah satunya mengkonsumsi rhodamin dalam jangka
panjang bauk disengaja ataupun tidak. berdasarkan permasalahan itulah, maka diperlukan
suatu uji atau identifikasi untuk dapat mengenali suatu makanan tersebut mengandung bahan
berbahaya atau tidak. Pada praktikum kali ini identifikasi yang dilakukan adalah untuk
mengetahui adanya pewarna tekstil atau tidak dalam suatu makanan, dan pewarna yang
diidentifikasi sendiri adalah Rhodamin B karena termasuk pewarna tekstil yang paling sering
digunakan.
Sebenarnya banyak identifikasi yang dapat digunkan untuk mengetahui adanya rhodamin
pada suatu makanan. Beberapa identifikasi yang dapat digunkan adalah uji visual, uji
kualitatif hingga uji kromatografi.
2.2.1 Uji visual
Uji visual merupakan uji yang dirasa paling mudah, karena dengan hanya menggunakan
uji visual biasanya dapat terlihat makanan mana yang mengandung senyawa rhodamin atau
tidak. Makanan yang mengandung senyawa rhodamin biasanya memiliki ciri-ciri tertentu
yang berbeda jika makanan tersebut menggunakan bhan pewarna makanan.
Ciri makanan yang mengandung Rhodamin B:
1. Warna kelihatan cerah (berwarna-warni), sehingga tampak menarik.
2. Warna makanan menempel pada tangan dan agak sukar hilang
3. Ada sedikit rasa pahit (terutama pada sirop atau limun).
4. Muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsinya.
5. Baunya tidak alami sesuai makanannya
6. Harganya Murah seperti saus yang cuma dijual Rp. 800 rupiah per botol
(Devianti, 2009)
2.2.2 Uji kualitatif
Uji kualitatif merupakan uji yang dilakukan hanya untuk menemukan senyawa apa yang
terkandung dalam suatu sampel. Uji kualitatif dilakukan dengan menggunakan berbagai
reagen untuk membuktikan benar adanya atau tidak suatu senyawa rhodamin dalam makanan.
banyak cara dan reagen yang digunakan dalam uji kualitatif. Namun cara ujinya termasuk
cara yang cukup mudah.
2.2.3 Kromatografi
Kromatografi adalah salah satu metode pemisahan kimia yang didasarkan pada
adanya perbedaan partisi zat pada fasa diam (stationary phase) dan fasa gerak (mobile phase).
Kromatografi berasal dari bahasa Yunani yaitu yang berarti warna dan yang
berarti menulis. Kromatografi dapat bersifat preparatif maupun analitik. Tujuan kromatografi
preparatif biasanya adalah untuk memisahkan senyawa dalam campuran (biasanya digunakan
untuk pemurnian). Kromatografi analitik digunakan untuk mengetahui perbandingan senyawa
dalam campuran. (http://www.ilmukimia.org/2013/05/kromatografi.html, 2013)
Namun pada praktikum kali ini cara yang digunakan juga berdasarkan atas beberapa uji
diatas namun menggunakan alat yang sederhana yaitu pipet tetes dengan bahan baku yang
digunakan adalah terasi, yang dianggap mengandung rhodamin karena warnanya yang
mencolok.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat
1. Pipet tetes
2. Erlenmeyer
3. Kertas saring
4. Batang pengaduk
5. Penangas
3.2 Bahan
1. sampel (terasi)
2. HCl
3. Methanol
4. Na-sulfat anhidrat
5. silica gel
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Preparasi sampel
Ditimbang sebanyak
ditambahkan methanol ad 30 ml, disaring dengan kertas saring, dan ditambahkan Na-sulfat
anhidrat kedalamnya kemudian filtrat diambil.
3.4.2 Pembuatan larutan pembandinng
Ditimbang sebanyak 5 mg pewarnaa rhodamin B baku pembanding. Dilarutkan dalam
10 mL methanol, dikocok hingga larut.
3.4.3 Identifikasi
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Kemudian masukkan silica gel dalam 2 pipet tetes namun tidak sampai diisi penuh
diusahakan satu sama lain sama
3. Kemudian pipet pertama yang telah diisi dengan silica gel ditetesi dengan larutan
pembanding (rhodamin B), sedangkan pipet kedua yang telah diisi dengan silica gel
ditetesi dengan sampel yang telah dipreparasi sebelumnya
4. Amati keduannya, jika terdapat persamaan bercak, atau laju geraknya maka sampel
positif mengandung rhodamin
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1985. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 239/ MenKes/ Per/ V/ 1985 tentang zat
warna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta.
Anonim. 1988. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/ MenKes/ Per/ IX/ 1988 tentang
Bahan Tambahan Pangan. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.