Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Tujuan Percobaan
a. Suspensi I
Mengetahui cara membuat formula sediaan suspensi, pengaruh bahan pembasah
dan cara pengembangan bahan pensuspensi yang digunakan.
b. Suspensi II
Mengetahui dan melihat pengaruh bahan suspensi alam dan semi sintetis tunggal
dan campuran dalam suspensi, dengan penambahan konsentrasi bahan pembasah yang
paling baik dari hasil pengamatan praktikum suspensi I.
c. Suspensi III
Melihat pengaruh bahan pengental dan alat pengaduk dengan konsentrasi bahan
pensuspensi serta konsentrasi bahan pembasah yang paling baik hasil pengamatan
praktikum suspensi II.
d. Suspensi Rekonstitusi
Mengetahui cara membuat formula suspensi kering / rekonstitusi , dan mengamati
pengaruh bahan pembantu terhadap formula suspensi kering.
I.2.
Dasar Teori
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan
tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat
mengendap, dan bila digojog perlahan lahan, endapan harus terdispersi kembali. Dapat di
tambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus
menjamin sediaan mudah di gojog dan di tuang .
Secara umum sediaan suspensi terdiri dari :
1. Bahan berkhasiat dengan kelarutan yang relatif kecil didalam fasa pendispersi.
Sifat partikel yang harus diperhatikan adalah : ukuran partikel dan sifat permukaan padat-cair.
Partikel yang terdispersi dapat bersifat hidrofilik dan hidrofobik. Untuk partikel yang hidrofobik
perlu dilakukan proses pembasahan terlebih dahulu agar dapat terdispersi dengan sempurna
dalam pelarut. Bahan pembasah yang lazim dipakai adalah surfaktan yang mempunyai sifat
dapat menurunkan tegangan permukaan antara zat padat dengan zat cair. Humektan merupakan
bahan pembasah yang dapat menghilangkan lapisan udara di sekitar zat padat yang terdispersi,
sehingga lebih mudah dibasahi oleh pelarut. Untuk zat padat yang bersifat hidrofob lebih baik
digunakan surfaktan sebagai zat pembasah, karena dengan berkurangnya tegangan permukaan
padat-cair proses pembasahan zat padat yang terdispersi akan lebih baik.
2. Bahan pembantu
Bahan pembasah : surfaktan dan humektan
Bahan pensuspensi yang ditambahkan kedalam sediaan suspense adalah untuk memodifikasi
viskositas fasa luar dan mencegah terjadinya proses pengendapan zat padat yang terdispersi
dalam fasa luar.
Pembawa atau fasa luar : sirup, sorbitol, air
Dapar
Pengawet
Flavor : pewarna, pemanis, penutup rasa.
Dalam pembuatan suspensi harus diperhatikan beberapa faktor anatara lain sifat partikel
terdispersi ( derajat pembasahan partikel ), Zat pembasah, Medium pendispersi serta komponen
komponen formulasi seperti pewarna, pengaroma, pemberi rasa dan pengawet yang digunakan.
Suspensi harus dikemas dalam wadah yang memadai di atas cairan sehigga dapat dikocok dan
mudah dituang. Pada etiket harus tertera Kocok dahulu dan di simpan dalam wadah tertutup
baik dan disimpan di tempat yang sejuk .
Bahan penambah yang ditambahkan ke dalam sediaan suspensi selain bahan berkhasiat
dan pembawa,ditambahkan juga bahan lain yaitu :
1. Bahan pendispersi
Bahan pendispersi dalam suspensi dikelompokan menjadi 4 kelompok yang digunakan
berdasarkan tipe dispersi, konsentrasi yang di butuhkan dan sifat fisika kikia bahan yang
didispersikan.
Bahan pembasah
Bahan pembasah biasanya digunakan surfaktan yang dapat memperkecil sudut
kontak antara partikel zat padat dan larutan pembasah. Surfaktan yang diabsorpsi
pada permukaan gas cair dan permukaan padat cair akan menurunkan tegangan
permukaan sehingga mempermudah pembasahan serbuk. Sebagai pembasah
lainnya dapat digunakan alkohol, polietilen glikol dan propilenglikol yang
berfungsi sebagai humektan dengan cara memperbesar penetrasi serbuk ke dalam
pembawa.
Deflokulan
Partikel padat yang terdispersi akan terdeflokulasi di dalam pembawa. Sebagai
deflokulan dipakai garam organik asam sulfat yang berfungsi merubah muatan
Elektrolit anorganik
Daya dispersi tergantung dari ukuran partikel dan valensi dari elektrolit. Yang
BAB II
DATA PREFORMULASI
Suspensi I, II, dan III
Data yang diperlukan sebagai berikut :
Tanggal
Penelusuran Pustaka
Tanggal
Nama senyawa
Rumus Molekul
Data Preformulasi
1. Warna
2. Rasa
3. Bau
4. Organoleptik
5. Sifat
6. Mikroskopik
7. Polimorfisa
8. Ukuran Partikel
9. Berat Molekul
10. Kelarutan
a.
Air
b.
Etanol (95%)
c.
Propilen glikol
: 1 - 22 Mei 2013
: Farmakope Indonesia Edisi III dan IV,
MIMS
: 22 Mei 2013
: CHLORAMPHENICOLUM
Kloramfenikol
: C11H12Cl2N2O5
: Putih sampai putih kelabu atau putih
kekuningan
: Sangat pahit
: Tidak berbau
: Hablur halus berbentuk jarum atau
Lempeng memanjang
: Higroskopis
:
:
:
: 323,13
d.
e.
Kloroform
Eter
11. Titik didih
12. Titik Lebur
13. Kerapataan massa
14. pH (% dalam air)
: Tidak larut
: Tidak larut
:
: Antara 1490 Cdan 1530 C.
: 1,52 g/cm3 (20C)
: Antara 4,5 dan 7,5.
Etanol
BAB III
METODE KERJA
III.1
Alat
- Alumunium foil
- Beaker glass
- Cawan uap
- Gelas ukur
- Kaca arloji
- Kain batis
- Kompor lisrik
- Lap
- Pipe ttetes
- Mortar alu
- Spatel
- Sudip
- Tabung sedimentasi
- Timbangan
Bahan
Suspensi I :
- Aqua ad 60 ml
- Gliserin
- Kloramfenikol
- Na Benzoat
- Tragakan
Suspensi II :
-
Aqua ad 60 ml
Bahan pembasah (gliserin)
Kloramfenikol
Bahan pensuspensi ( PGA : CMC, 1:1 ),(tragakan : PGA 1 : 1),
(Tilosa : CMC 1:1 ), (Tragakan : CMC 1:1 )
Na benzoate
Suspensi III :
- Aqua ad 60 ml
- ( Tragakan : PGA)
- Kloramfenikol
- Na- benzoate
- Sirup simplek
- Sorbitol
- Zat warna (Biru) dan essence (blueberry)
Suspensi Rekonstitusi :
- Aerosil
- Air ad 60 ml
- CMC na
- Corn starch
- Essence
- Gula
Na benzoate
Parasetamol
III. 2 Formula
Suspensi I
Formula
Khloramfenikol
Gliserin
Na-Benzoat
Tragakan
Aqua ad
0%
0,1%
2%
60ml
1,5%
0,1%
2%
60ml
3%
0,1%
2%
60ml
3%
0,1%
0%
60ml
2%
Penimbangan :
Khloramfenikol palmitat :
2
Formula I,II,III,IV= 100
Gliserin:
Formula I
x 60ml =1200mg
Formula II
= 0 gr
1,5
= 100
x 60 ml = 0,9 gr
Formula III
3
100
x 60 ml = 1,8 gr
3
100
x 60 ml = 1,8 gr
Formula IV
Na-Benzoat:
15 ml
60 ml
x 1200mg = 300mg
Formula I,II,III,IV =
0,1
100
x 60 ml = 0,06 gr
Tragakan:
Formula I,II,III=
2
100 x 60 ml = 1,2 gr
Formula IV = 0 gr
Aqua ad:
Formula I,II,III,IV= 60 ml
Suspensi II
Formula
Bahan
1
2%
3%
0,1%
2
2%
3%
0,1%
3
2%
3%
0,1%
PGA:CMC
Tragakan:PGA
Tilosa:CMC
1% : 1%
1%:1%
1%:1%
60ml
60ml
60ml
Khloramfenikol
Gliserin
Na-Benzoat
Suspending agent
Aqua ad
4
2%
3%
0,1%
Tragakan:CM
C
1%:1%
60ml
Penimbangan :
Khloramfenikol :
Formula I,II,III,IV=
2
100
x 60ml =1200mg
3
100
x 60 ml = 1,8 gr
0,1
100
x 60 ml = 0,06 gr
Gliserin:
Formula I,II,III,IV =
Na-Benzoat:
Formula I,II,III,IV =
Suspending agent:
1
Tragakan = 100 x 60 ml = 0,6 gr
15 ml
60 ml
x 1200mg = 300mg
PGA
1
100 x 60 ml = 0,6 gr
CMC
1
100 x 60 ml = 0,6 gr
1
100 x 60 ml = 0,6 gr
Tilosa
Aqua ad:
Formula I,II,III,IV= 60 ml
Suspensi III
Formula
Bahan
Khloramfenikol
Gliserin (wetting agent)
Tilosa: CMC (Supending agent)
Pengental
Pengawet
Aqua ad
1
2%
3%
1%:1%
Sirupus simplex 30%
Na-Benzoat
60ml
2
2%
3%
1%:1%
Sirup:Sorbitol
Na-Benzoat
60ml
Penimbangan :
Khloramfenikol :
Formula I,II=
2
100
x 60ml =1200mg
3
100
x 60 ml = 1,8 gr
0,1
100
x 60 ml = 0,06 gr
Gliserin:
Formula I,II=
Na-Benzoat:
Formula I,II=
Suspending agent:
1
Tragakan = 100 x 60 ml = 0,6 gr
15 ml
60 ml
x 1200mg = 300mg
PGA
1
100 x 60 ml = 0,6 gr
Pengental :
Sirupus simplex (Formula I) =
30
100 x 60 ml = 18 gr
20
100 x 60 ml = 12 gr
Sorbitol =
10
100 x 60 ml = 6 gr
Aqua ad:
Formula I,II,III,IV= 60 ml
Suspensi Rekonstitusi
Bahan
Paracetamol
Gula
CMC-Na
Aerosil
NaCl
Zat warna
Essence
Aqua ad
Formula B
2,5 gr
30%
0,25%
0,8%
1%
3 tetes
3 tetes
60ml
Penimbangan :
Paracetamol = 2,5 gr
30
Gula 30% = 100 x 60 ml = 18 gr
CMC-Na
0,25
100 x 60 ml = 0,15 gr
Aerosil
0,8
100 x 60 ml = 0,48 gr
NaCl
1
100 x 60 ml = 0,6 gr
Aqua ad
= 60 ml
SUSPENSI I
1.
2.
3.
4.
5.
pembuatan.
SUSPENSI II
1. Dipilih hasil dari suspense I yang paling baik (formula III)
2. Ditimbang kloramfenikol sebanyak 1,2 gr pada tiap-tiap formula (I,II,III,dan IV)
3. Ditambahkan Na-benzoat aduk ad homogen
4. Ditambahkan bahan pembasah gliserin 1,8ml masing-masing pada ke 4 formula
5. Dikembangkan bahan pensuspensi
6. Ditambahkan bahan pensuspensi yang telah dikembangkan, pada formula I
(PGA : CMC, 1:1) , formula II (Tragakan : PGA, 1:1), formula III
(Tiloca : CMC, 1:1), formula IV (Tragakan : CMC, 1:1).
7. Aduk ad homogen kemudian ditambahkan aqua ad 60 ml
8. Dimasukan kedalam tabung sedimentasi yang telah dikalibrasi ad 60 ml, tutup
dengan menggunakan alumunium foil.
9. Diamati tinngi larutan suspensi dan tinggi endapan setelah 1 jam 1 dan 2 hari
setelah pembuatan.
SUSPENSI III
1. Dipilih hasil dari suspensi II yang paling baik (formula II)
2. Ditimbang kloramfenikol sebanyak 1,2 gr pada tiap-tiap formula (I dan II)
3. Ditambahkan Na-benzoat aduk ad homogen
4. Ditambahkan bahan pembasah gliserin 1,8ml masing-masing pada ke 2 formula
aduk ad homogen
5. Dikembangkan bahan pensuspensi
6. Ditambahkan bahan pensuspensi yang telah dikembangkan, pada formula I dan II
(Tragakan : PGA, 1:1)
halus.
8. Ditambahkan zat warna yang telah dilarutkan dalam air lalu gerus hingga homogen.
9. Masukkan kedalam tabung sedimentasi
10. Ditambahkan essence 3 tetes
11. Ditambahkan aqua ad 60 ml dan tabung kemudian ditutup dengan alumunium foil.
Tabung 2
1. Dididihkan aqua didalam beaker glass diatas penangas air.
2. Tabung Sedimentasi dikalibrasi 60 ml.
3. Ditimbang bahan berkhasiat (paracetamol) dan bahan pembantu (gula, CMC-Na, aerosil,
4.
5.
6.
7.
8.
9.
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
IV.1. Hasil Percobaan
Suspensi I
1. Hari ke-1
Perbandingan tinggi larutan
Formula
Keterangan
Agak sulit
dikocok
Agak sulit
II
10,1 cm
III
10,3 cm
IV
10,6 cm
0,5 cm
0,047cm
dikocok
Mudah
dikocok
Cepat
mengendap
2. Hari ke-2
Perbandingan tinggi larutan
suspensi dengan tinggi
Formula
endapan
Ho
Hv
Hv/ Ho
Mudah dikocok
0,5 cm
0,048 cm
Cepat mengendap
10,5
cm
10,2
II
cm
10,4
III
cm
10,4
IV
cm
Keterangan
3. Hari ke-3
Perbandingan tinggi larutan
Formula
I
II
10,5
cm
10,2
cm
Keterangan
Hv
Hv/ Ho
10,3
III
IV
cm
10,6cm
Mudah dikocok
0,5 cm
0,047 cm
Cepat mengendap
Suspensi II
Hari ke-1
Perbandingan tinggi larutan
Formula
Keterangan
I
II
III
10,8 cm
10,1 cm
10,7 cm
IV
10,4 cm
0,5 cm
0,048cm
Sulit dikocok
Hari ke-2
Perbandingan tinggi larutan
suspensi dengan tinggi
Formula
Keterangan
endapan
Hv/ Ho
Ho
Hv
10,7 cm
II
10 cm
III
10,6 cm
IV
10,5 cm
0,5 cm
0,047cm
Hari ke-3
Formula
Keterangan
10,7 cm
0,8cm
0,074 cm
II
10,2 cm
III
10,2 cm
1 cm
0,98cm
IV
10,6 cm
0,7 cm
0,066cm
Sulit dikocok,
endapan keras
Mudah dikocok
Kental, sulit
dikocok
Sulit dikocok,
endapan keras
Hari ke-4
Perbandingan tinggi larutan
Formula
I
II
III
IV
0,8cm
9,7cm
3,8 cm
0,6 cm
0,074cm
0,941cm
0,372cm
0,056cm
Keterangan
Cepat mengendap
Mudah dikocok
Mudah dikocok
Agak mudah dikocok
Suspensi 3
Hari ke-1
Perbandingan tinggi larutan
Formula
I
II
0,7cm
0,6 cm
0,062cm
0,055cm
Keterangan
-
Hari ke-2
Formula
Keterangan
Ho
I
II
10 cm
10.6 cm
Hv
1.5cm
2 cm
Hv/ Ho
0,15 cm
0,18 cm
Hari ke-3
Perbandingan tinggi larutan
Formula
I
II
0,8 cm
1,5 cm
0,07 cm
0,15 cm
Keterangan
-
Suspensi Rekonstitusi
1. Hari ke-1
Perbandingan tinggi larutan
Formula
I (tanpa
granulasi)
II (granulasi)
Keterangan
0,5 cm
2. Hari ke-2
Perbandingan tinggi larutan
Formula
I
8 cm
Keterangan
II
10,3 cm
4,4 cm
3. Hari ke-3
Perbandingan tinggi larutan
Formula
I
II
5 cm
4,4 cm
Keterangan
-
IV .3 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kelompok kami membuat suspensi dengan bahan aktif
klorampenikol. Dimana klorampenikol ini merupakan zat aktif yang sukar larut dalam air. Dan
Formulasi yang digunakan dalam praktikum pembuatan suspensi
pembasah seperti gliserin dan tragakan yang bersifat melarutkan zat aktif yaitu klorampenikol
yang tergolong kedalam golongan sukar larut dalam air.
Pada suspensi I terdapat 4 formula yaitu formulasi yang dibedakan pada jumlah
pembasah yang digunakan. Formula I menggunakan zat pembasah yaitu tragakan, formula II
menggunakan zat pembasah yaitu gliserin dan tragakan, formula III menggunakan zat pembasah
yaitu gliserin dan tragakan sedangkan untuk formula IV hanya menggunakan zat pembasah yaitu
gliserin saja dan tidak menggunakan tragakan. Dari formulasi-formulasi tersebut terlihat
perbedaan pada suspensi yang telah dibuat.
Perbedaan terlihat dengan adanya endapan yang terbentuk pada larutan suspensi.
Perbedaan yang terlihat pada semua formula, formula I,II dan III tidak terbentuk endapan
sedangkan pada formula IV terbentuk sedikit endapan. Tetapi perbedaan yang paling signifikan
terlihat pada perbandingan antara formula I dan IV. Karena yang terjadi pada formula I tidak
terbentuk endapan disebabkan penggunaan tragakan yang dapat menurunkan tegangan
permukaan tetapi tidak menggunakan gliserin yang tidak mempengaruhi lebih jelas perbedaan
formula. Tetapi terbentuknya endapan pada formula IV dikarenakan suspensi ini tidak
menggunakan tragakan sebagai surfaktan yang dapat menurunkan tegangan permukaan antara
zat yang saling tidak larut, tetapi hanya mengandung gliserin yang hanya berguna sebagai
humektan yang dapat meningkatkan kelarutan dengan membasahi permukaan antar zat sehingga
tidak terbentuk misel yang dapat mempengaruhi kelarutan zat.
Pada suspensi II digunakan formula yang terbaik pada suspensi I, pada suspensi II ini
dibuat 4 formula, hanya saja yang membedakan adalah suspending agent yang digunakan.
Formula I menggunakan bahan pensuspensi yaitu PGA dan CMC dengan perbandingan 1% :1%.
Formula II menggunakan bahan pensuspensi yaitu tragakan dan PGA dengan perbandingan
1%:1%. Pada formula III menggunakan bahan pensuspensi yaitu tilosa dan CMC dengan
perbandingan 1%:1%. Sedangakan pada formula IV menggunakan bahan pensuspensi yaitu
tragakan dan CMC dengan perbandingan 1%:1%. Dari formulasi-formulasi yang telah dibuat
terdapat perbedaan pada saat pengocokan.
Perbedaan itu terlihat dengan adanya endapan yang terbentuk pada larutan suspensi
setelah proses pengocokan. Perbedaan terlihat pada hari ke-1 pada formula I,II,III larutan
suspensi terlihat stabil dan pada saat pengocokan berlangsung mudah terdispersi tetapi berbeda
pada formula IV larutan suspensi terdapat endapan, endapan ini sulit terdispersi dan mudah
mengendap pada wktu yang singkat. Hal ini terjadi karena sifat dari bahan suspending agent
yang digunakan .
Pada pengecekan hari ke-2 formula I tidak terbentuk endapan tetapi suspensi yang terjadi
sulit terdispersi kembali karena suspensi cenderung mengeras, hal ini terjadi pada formula IV,
pada formula IV terdapat endapan, endapan mengeras dan sulit dikocok. Sedangakan pada
formula II suspensi sangat mudah terdispersi dan terlihat stabil tidak terlalu kental. Tetapi pada
formula III suspensi sangat kental dan agak mudah terdispersi.
Pada pengecekan hari ke-3 terjadi endapan yang terlihat pada formula I,III dan IV.
Endapan ini terjadi ketika pada saat hari ke-2 proses pengocokan sulit terdispersi dan suspensi
mengeras atau kental tidak adanya perbedaan yang terlihat jauh, maka timbul endapan pada hari
ke-3. Tetapi yang terjadi pada formula II larutan suspensi sangat baik, dapat mudah terdispersi
dan stabil.
Pada pengecekan hari ke-4 ini terjadi endapan yang terlihat pada semua formula.
Endapan ini terjadi karena faktor penyimpanan. Pada formula I,III,IV larutan suspensi yang
terjadi masih tetap sama sulit terdispersi dan endapan keras. Pada hari terakhir yang masih satbil
dan mudah terdispersi hanya formula II.
Pada suspensi III digunakan formula yang terbaik pada suspensi II, suspending agent
yang digunakan yaitu tragakan dan PGA. Pada suspensi III dibuat dua formula, yang
membedakan pada suspensi III
simpleks dan sorbitol. Formula I menggunakan zat pengental sirupus simpleks. Formula II
menggunakan zat pengental sirupus simpleks dan sorbitol dengan perbandingan 20%:30%. Pada
formula III menggunakan bahan pensuspensi yaitu tragakan dan PGA dengan perbandingan
1%:1%.
Pada rekonstitusi dibuat sediaan suspensi dengan granulasi dan tanpa granulasi. Pada
formula 1 dibuat dengan suspensi tanpa granul dan formula II dibuat dengan granul. Dan
sediaan yang paling baik adalah sediaan yang granul. Suatu ketidakstabialan suspensi
paracetamol tanpa granulasi disebabkan karna suatu formula yang dibuat tidak ditambahkan zat
pengikat sehinga granul tidak membuat iktan yang kuat dan suspensi yang dibuat tidak stabil.
Sedangkan formula suspensi dengan granulasi ditambahkan zat pengikat didapat kestabilan
suspensi karena antar ikatan granul dengan granul yang lain kuat karena adanya zat pengikat.
Pengeringan dengan oven ditujukan agar granul memiliki kadar air yang seimbang. Apabila
kadar air teelalu rendah granul akan rapuh dan hncur. Sedangkan kadar air tetlalu tinggi akan
menjadi basah.
BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan yaitu membuat sediaan larutan suspensi I,II,III dan
suspensi rekonstitusi. Pada suspensi 1 formula yang terbaik adalah formula III, dengan larutan
suspensi yang mudah terdispersi dan stabil dan tidak terbentik endapan. Pada suspensi II formula
yang trerbaik adalah formula II dengan larutan suspensi yang stabil, mudah terdispersi dan
mengendap dalam waktu yang lama.
Suspensai rekonstitusi yang paling baik adalah suspense yang menggunakan metode
granul.
DAFTAR PUSTAKA
DepKes RI. Farmakope Indonesia. Edisi III. Ditjen POM. Departemen Kesehatan RI.
1979.
DepKes RI. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Ditjen POM. Departemen Kesehatan RI.
1995.
Sadiah, Siti, dkk. Penuntun Praktikum Semester Genap Farmaseutika I. Bogor:
Universitas
Pakuan.