Está en la página 1de 5

Pengembangan puskesmas sebagai BLUD ini merupakan jawaban atas tuntutan untuk meningkatkan

kualitas pelayanan puskesmas kepada masyarakat. Harus diakui, selama ini banyak pihak mengeluhkan
pelayanan di puskesmas kurang lancar, karena permasalahan dana operasional.
Hal ini terjadi karena Puskesmas harus menyetorkan dahulu pendapatannya ke kas daerah, baru
kas daerah mengucurkan dana operasional dan uang jasa setelah melalui proses penganggaran. Kondisi
ini memunculkan masalah karena kebutuhan dana operasional di puskesmas adalah harian, sedangkan
pencairan anggaran dari kas daerah adalah bulanan. Sehingga, puskesmas sering mengalami
kekosangan dana dan layanan menjadi terganggu. Kalaupun ada uang dari pendapatan jasa layanan,
puskesmas tidak berani menggunakannya karena harus disetorkan terlebih dahulu ke kas
daerah.Padahal, pasien jamkesmas ataupun jamkesda seperti JKBM sekarang ini harus gratis 100
persen. Puskesmas harus mengeluarkan uang terlebih dahulu untuk jasa layanan, jasa sarana dan
medis bagi pasien jamkesmas dan jamkesda. Kalau tersedia dana tentu tidak akan menjadi masalah,
namun masalah akan timbul ketika anggaran dari kas daerah belum turun dan persediaan sudah tak
mencukupi. Puskesmas harus pandai-pandai mengatur keuangannya agar tidak sampai menurunkan
kualitas layanannya kepada masyarakat.
Untuk memperbaiki kondisi tersebut, perubahan status puskesmas menjadi Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) merupakan salah satu solusinya. Dengan menjadi BLUD, puskesmas akan lebih leluasa
dalam memaksimalkan layanannya kepada masyarakat. Beberapa data yang diminta oleh BPKP untuk
bahan kajian antara lain :
1. Peraturan Bupati / Perda tentang Tupoksi Puskesmas/Dinas Kesehatan
2. Pendapatan dan Biaya Puskesmas 3 tahun terakhir 2008 2010
3. Struktur organisasi masing-masing Puskesmas
4. Data Pegawai masing-masing puskesmas beserta jabatan dan latar belakang pendidikan
5. Standar Pelayanan Minimal Puskesmas
6. Kinerja masing-masing puskesmas periode 2008 2008 beserta pedoman dan tatacara penilaiannya
7. Laporan Keuangan/prognosa laporan keuangan 2008 2010
8. SOP setiap unit layanan di masing-masing puskesmas
9. Bagan alir masing-masing layanan di masing-masing puskesmas
10.Bed Occupancy Rate (BOR) tiga tahun terakhir 2008 2010
11.Average Lenght of Stay (ALOS) tiga tahun terakhir 2008 2010
12.Turn Over Interval (TOI) tiga tahun terakhir 2008 2010
13.Bed Turn Over (BTO) tiga tahun terakhir 2008 2010
14.Net Death Rate (NDR) tiga tahun terakhir 2008 2010
15.Gross Death Rate (GDR) tiga tahun terakhir 2008 2010
16.Pola Tata Kelola masing-masing Puskesmas
17.Rencana Strategis Bisnis masing-masing Puskesmas
18.Bagan alir masing-masing layanan di masing-masing puskesmas
19.Ketentuan mengenai tarif layanan masing Puskesmas
Penerapan Puskesmas sebagai BLUD tersebut merupakan upaya untuk penanganan secara
maksimal terhadap pasien. Selama ini pencairan anggaran operasional puskesmas selalu menunggu
dari kas daerah, sehingga tidak bisa dengan leluasa dalam melayani pasien termasuk pasien yang
memegang kartu jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas) dan jaminan kesehatan daerah
(jamkesda).
Badan Layanan Umum Daerah atau disingkat BLUD adalah SKPD di lingkungan pemerintah daerah
di Indonesia yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan
barang/jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari BLUD merupakan bagian dari perangkat
pemerintah daerah, dengan status hukum tidak terpisah dari pemerintah daerah. Berbeda dengan SKPD
pada umumnya, pola pengelolaan keuangan BLUD memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk
menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,

seperti pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah pada umumnya. Sebuah satuan kerja
atau unit kerja dapat ditingkatkan statusnya sebagai BLUD.
Praktek bisnis yang sehat adalah penyelenggaraan fungsi organisasi berdasarkan kaidah-kaidah
manajemen yang baik dalam rangka pemberian layanan yang bermutu dan berkesinambungan.
Sedangkan Standar Pelayanan Minimum adalah spesifikasi teknis tentang tolok ukur layanan minimum
yang diberikan oleh BLU kepada masyarakat.
Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja BLU disusun dan disajikan sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja
kementerian Negara /lembaga /SKPD/ pemerintah daerah.
Suatu satuan kerja instansi pemerintah dapat diizinkan mengelola keuangan dengan PPK-BLU apabila
memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan administratif.
Persyaratan substantif terpenuhi apabila instansi pemerintah yang bersangkutan menyelenggarakan
layanan umum yang berhubungan dengan:

Penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum

Pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan perekonomian masyarakat


atau layanan umum; dan/atau

Pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada
masyarakat.

Persyaratan teknis terpenuhi apabila:

kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsinya layak dikelola dan ditingkatkan
pencapaiannya melalui BLU sebagaimana direkomendasikan oleh menteri/pimpinan
lembaga/kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya; dan

kinerja keuangan satuan kerja instansi yang bersangkutan adalah sehat sebagaimana
ditunjukkan dalam dokumen usulan penetapan BLU.

Persyaratan administratif terpenuhi apabila instansi pemerintah yang bersangkutan dapat menyajikan
seluruh dokumen berikut:

pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan manfaat bagi
masyarakat;

pola tata kelola;

rencana strategis bisnis;

laporan keuangan pokok;

standar pelayanan minimum; dan

laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara independen.

Pejabat pengelola BLU terdiri atas:


1. Pemimpin ;
2. Pejabat keuangan; dan
3. Pejabat teknis.
Pemimpin sebagaimana dimaksud berfungsi sebagai penanggung jawab umum operasional dan
keuangan BLU yang berkewajiban:
a. menyiapkan rencana strategis bisnis BLU;
b. menyiapkan RBA tahunan;
c. mengusulkan calon pejabat keuangan dan pejabat teknis sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan
d. menyampaikan pertanggungjawaban kinerja operasional dan keuangan BLU.
Pejabat keuangan BLU sebagaimana dimaksud berfungsi sebagai penanggung jawab keuangan yang
berkewajiban :
a. mengkoordinasikan penyusunan RBA;
b. menyiapkan dokumen pelaksanaan anggaran BLU;
c. melakukan pengelolaan pendapatan dan belanja;
d. menyelenggarakan pengelolaan kas;
e. melakukan pengelolaan utang-piutang;
f. menyusun kebijakan pengelolaan barang, aset tetap, dan investasi BLU;
g. menyelenggarakan sistem informasi manajemen keuangan; dan
h. menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan.

PERSYARATAN, PENETAPAN, DAN PENCABUTAN BLU


Suatu satuan kerja instansi pemerintah dapat diizinkan mengelola keuangan dengan PPKBLU apabila memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan administratif.
Persyaratan substantif terpenuhi apabila instansi pemerintah yang bersangkutan menyelenggarakan
layanan umum yang berhubungan dengan:
1. Penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum;
2. Pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan perekonomian masyarakat
atau layanan umum; dan/atau
3. Pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada
masyarakat.
Persyaratan teknis terpenuhi apabila:
1. Kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsinya layak dikelola dan ditingkatkan
pencapaiannya melalui BLU sebagaimana direkomendasikan oleh menteri/pimpinan
lembaga/kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya; dan
2. Kinerja keuangan satuan kerja instansi yang bersangkutan adalah sehat sebagaimana
ditunjukkan dalam dokumen usulan penetapan BLU.
Persyaratan administratif terpenuhi apabila instansi pemerintah yang bersangkutan dapat
menyajikan seluruh dokumen berikut:

1. Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan manfaat bagi
masyarakat;
2. Pola tata kelola;
3. Rencana strategis bisnis;
4. Laporan keuangan pokok;
5. Standar pelayanan minimum; dan
6. Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara independen.
Dokumen tersebut disampaikan kepada menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD untuk
mendapatkan persetujuan sebelum disampaikan kepada Menteri Keuangan/ gubernur/bupati
/walikota, sesuai dengan kewenangannya. Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan
administratif diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
Proses penetapan PPK-BLU adalah sebagai berikut:
1. Menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD mengusulkan instansi pemerintah yangmemenuhi
persyaratan substantif, teknis, dan administratif untuk menerapkan PPK-BLU kepada Menteri
Keuangan/gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya.
2. Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota menetapkan instansi pemerintah yangtelah
memenuhi persyaratan untuk menerapkan PPK-BLU.
3. Penetapan tersebut dapat berupa pemberian status BLU secara penuh atau statusBLU bertahap.
4. Status BLU secara penuh diberikan apabila seluruh persyaratan telah dipenuhidengan
memuaskan.
5. Status BLU-Bertahap diberikan apabila persyaratan substantif dan teknis telah terpenuhi, namun
persyaratan administratif belum terpenuhi secara memuaskan.
6. Status BLU-Bertahap berlaku paling lama 3 (tiga) tahun.
7. Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya, memberi keputusan
penetapan atau surat penolakan terhadap usulan penetapan BLU paling lambat 3 bulan sejak
diterima dari menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD.
Adapun penerapan PPK-BLU berakhir bila:
1. Dicabut oleh Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya;
2. Dicabut oleh Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota berdasarkan usul dari menteri/pimpinan
lembaga/kepala SKPD, sesuai dengan kewenangannya; atau
3. Berubah statusnya menjadi badan hukum dengan kekayaan negara yang dipisahkan.
4. Pencabutan penerapan PPK-BLU dilakukan apabila BLU yang bersangkutan sudah tidak
memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan/atau administratif.
Pencabutan status dilakukan berdasarkan penetapan ketentuan peraturan perundang-undangan,
yaitu:
1. Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya, membuat
penetapan pencabutan penerapan PPK-BLU atau penolakannya paling lambat 3 (tiga)
bulan sejak tanggal usul diterima. Dalam hal jangka waktu 3 (tiga) bulan terlampaui, usul
pencabutan dianggap ditolak.
2. Instansi pemerintah yang pernah dicabut dari status PPK-BLU dapat diusulkan kembali untuk

menerapkan PPK-BLU sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 4 PP No.23 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
Dalam rangka menilai usulan penetapan dan pencabutan, Menteri
bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya, menunjuk suatu tim penilai.

Keuangan/gubernur/

También podría gustarte