Está en la página 1de 20

PEMISAHAN MOLEKUL DALAM PROTOPLASMA DENGAN

KROMATOGRAFI
LAPORAN PRAKTIKUM
Untuk memenuhi tugas matakuliah teknik laboratorium
Yang dibina oleh bapak Sarwono

Oleh :
Kelompok 1
Offering B
Edy Kurniawan
Firdausi Nuzuliya
Immas Siva Fauza
Intan Sartika
Nur Istiqlalial
Sari Rahma Putri

(130341614816)
(130341614785)
(130341603377)
(130341614811)
(130341614808)
(100341400696)

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
November 2013

A. TOPIK

: Pemisahan Molekul dalam Protoplasma dengan Kromatografi.

B. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM : Kamis, 21 November 2013.


C. TUJUAN
1. Mengetahui prosedur pemisahan molekuk dengan kromatografi
2. Memperoleh hasil pemisahan.
D. DASAR TEORI
Kromatografi adalah metode pemisahan yang didasarkan atas distribusi
diferensial komponen sampel diantara dua fasa. Menurut pengertian ini kromatigrafi
selalu melibatkan dua fasa yaitu fasa diam (stationary phase) dan fasa gerak (mobile
phase). Fasa diam dapat berupa padatan atau cairan yang terikat pada permukaan padatan
(kertas atau suatu adsorben). Sedangkan fasa gerak dapat berupa cairan yang disebut
eluen atau pelarut atau gas pembawa yang inert. Gerakan fasa gerak ini mengakibatkan
terjadinya migras diferensial komponen komponen dalam sampel (Mimir. 2011).
Teknik kromatografi mulai dikenal saat adanya gebrakan baru yang dilakukan
oleh kimiawan Rusia yang bernama Mikhail Semnovich Tsvet (1872-1919). Takeutchi
(2009) mengatakan bahwa di awal abad ke-20, kimiawan itu menyiapkan kolom yang
diisi dengan serbuk kalsium karbonat, dan kedalamnya dituangkan campuran pigmen
tanaman yang dilarutkan dalam eter. Secara mengejutkan, pigmen memisahkan dan
membentuk lapisan berwarna di sepanjang kolom. Ia menamakan kromatografi pada
teknik pemisahan baru ini (1906). Kemudian kimiawan dari Swiss Richard Martin
Willsttter (1872-1942) menerapkan teknik ini untuk risetnya yakni khlorofil untuk
menunjukkan manfaat teknik ini, dan sejak itu banyak perhatian diberikan pada
kromatografi.
Komponen utama kromatografi adalah fasa stationer dan fasa mobil dan
kromatografi dibagi menjadi beberapa jenis bergantung pada jenis fasa mobil dan
mekanisme pemisahannya. Beberapa contoh kromatografi yang sering digunakan di
laboratorium diberikan di bawah ini.
a. Kromatografi partisi
Prinsip kromatografi partisi dapat dijelaskan dengan hukum partisi yang dapat
diterapkan pada sistem multikomponen yang dibahas di bagian sebelumnya. Dalam
kromatografi partisi, ekstraksi terjadi berulang dalam satu kali proses. Dalam percobaan,
zat terlarut didistribusikan antara fasa stationer dan fasa mobil. Fasa stationer dalam
banyak kasus pelarut diadsorbsi pada adsorben dan fasa mobil adalah molekul pelarut

yang mengisi ruang antar partikel yang ter adsorbsi. Contoh khas kromatografi partisi
adalah kromatografi kolom yang digunakan luas karena merupakan sangat efisien untuk
pemisahan senyawa organik.
b. Paper kromatografi
Mekanisme pemisahan dengan kromatografi kertas prinsipnya sama dengan
mekanisme pada kromatografi kolom. Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas
saring, yakni selulosa. Sampel yang akan dianalisis ditotolkan ke ujung kertas yang
kemudian digantung dalam wadah. Kemudian dasar kertas saring dicelupkan kedalam
pelarut yang mengisi dasar wadah. Fasa mobil (pelarut) dapat saja beragam. Air, etanol,
asam asetat atau campuran zat-zat ini dapat digunakan. Kromatografi kertas diterapkan
untuk analisis campuran asam amino dengan sukses besar. Karena asam amino memiliki
sifat yang sangat mirip, dan asam-asam amino larut dalam air dan tidak mudah menguap
(tidak mungkin didistilasi), pemisahan asam amino adalah masalah paling sukar yang
dihadapi kimiawan di akhir abad 19 dan awal abad 20. Jadi penemuan kromatografi
kertas merupakan berita sangat baik bagi mereka. Kimiawan Inggris Richard Laurence
Millington Synge (1914-1994) adalah orang pertama yang menggunakan metoda analisis
asam amino dengan kromatografi kertas. Saat campuran asam amino menaiki lembaran
kertas secara vertikal karena ada fenomena kapiler, partisi asam amino antara fasa mobil
dan fasa diam (air) yang teradsorbsi pada selulosa berlangsung berulang-ulang. Ketiak
pelarut mencapai ujung atas kertas proses dihentikan. Setiap asam amino bergerak dari
titik awal sepanjang jarak tertentu. Dari nilai R, masing-masing asam amino
diidentifikasi.
c. Kromatografi gas
Campuran gas dapat dipisahkan dengan kromatografi gas. Fasa stationer dapat
berupa padatan (kromatografi gas-padat) atau cairan (kromatografi gas-cair). Umumnya,
untuk kromatografi gas-padat, sejumlah kecil padatan inert misalnya karbon teraktivasi,
alumina teraktivasi, silika gel atau saringan molekular diisikan ke dalam tabung logam
gulung yang panjang (2-10 m) dan tipis. Fasa mobil adalah gas semacam hidrogen,
nitrogen atau argon dan disebut gas pembawa. Pemisahan gas bertitik didih rendah
seperti oksigen, karbon monoksida dan karbon dioksida dimungkinkan dengan teknik ini.
Dalam kasus kromatografi gas-cair, ester seperti ftalil dodesilsulfat yang diadsorbsi di
permukaan alumina teraktivasi, silika gel atau penyaring molekular, digunakan sebagai
fasa diam dan diisikan ke dalam kolom. Campuran senyawa yang mudah menguap
dicampur dengan gas pembawa disuntikkan ke dalam kolom, dan setiap senyawa akan

dipartisi antara fasa gas (mobil) dan fasa cair (diam) mengikuti hukum partisi. Senyawa
yang kurang larut dalam fasa diam akan keluar lebih dahulu. Metoda ini khususnya
sangat baik untuk analisis senyawa organik yang mudah menguap seperti hidrokarbon
dan ester. Analisis minyak mentah dan minyak atsiri dalam buah telah dengan sukses
dilakukan dengan teknik ini.
d. HPLC
Akhir-akhir ini, untuk pemurnian (misalnya untuk keperluan sintesis) senyawa
organik skala besar, HPLC (high precision liquid chromatography atau high
performance liquid chromatography) secara ekstensif digunakan. Bila zat melarut
dengan pelarut yang cocok, zat tersebut dapat dianalisis. Ciri teknik ini adalah
penggunaan tekanan tinggi untuk mengirim fasa mobil kedalam kolom. Dengan
memberikan tekanan tinggi, laju dan efisiensi pemisahan dapat ditingkatkan dengan
besar. Silika gel atau oktadesilsilan yang terikat pada silika gel digunakan sebagai fasa
stationer. Fasa stationer cair tidak populer. Kolom yang digunakan untuk HPLC lebih
pendek daripada kolom yang digunakan untuk kromatografi gas. Sebagian besar kolom
lebih pendek dari 1 m. Kromatografi penukar ion menggunakan bahan penukar ion
sebagai fasa diam dan telah berhasil digunakan untuk analisis kation, anion dan ion
organik (Handayani, 2011).
Selain contoh kromatografi di atas, ada beberapa jenis kromatografi yang
pantas kita kenal. Anonim (2011) mengatakan bahwa kromatografi ada dua jenis, yaitu
kromatografi cair atau Liquid Chromatography dan kromatografi Kromatografi
Pertukaran Ion (Ion-Exchange Chromatography).
a. Kromatografi Cair (Liquid Chromatography)
Kromatografi cair merupakan teknik yang tepat untuk memisahkan ion atau
molekul yang terlarut dalam suatu larutan. Jika larutan sampel berinteraksi dengan fase
stasioner, maka molekul-molekul didalamnya berinteraksi dengan fase stasioner; namun
interaksinya berbeda dikarenakan perbedaan daya serap (adsorption), pertukaran ion (ion
exchange), partisi (partitioning), atau ukuran. Perbedaan ini membuat komponen terpisah
satu dengan yang lain dan dapat dilihat perbedaannya dari lamanya waktu transit
komponen tersebut melewati kolom. Terdapat beberapa jenis kromatografi cair,
diantaranya: reverse phase chromatography, High Performance Liquid Chromatography
(HPLC), size exclusion chromatography, serta supercritical fluid chromatography.

Reverse phase chromatography


Reverse phase chromatography merupakan alat analitikal yang kuat dengan
memadukan sifat hidrofobik serta rendahnya polaritas fase stasioner yang terikat secara
kimia pada padatan inert seperti silika. Metode ini biasa digunakan untuk proses
ekstraksi dan pemisahan senyawa yang tidak mudah menguap (non-volatile).
High performance liquid chromatography
High performance liquid chromatography (HPLC) mempunyai prinsip yang
mirip dengan reverse phase. Hanya saja dalam metode ini, digunakan tekanan dan
kecepatan yang tinggi. Kolom yang digunakan dalam HPLC lebih pendek dan
berdiameter kecil, namun dapat menghasilkan beberapa tingkatan equilibrium dalam
jumlah besar.
Size exclusion chromatography
Size exclusion chromatography, atau yang dikenal juga dengan gel permeation
atau filtration chromatography biasa digunakan untuk memisahkan dan memurnikan
protein. Metode ini tidak melibatkan berbagai macam penyerapan dan sangat cepat.
Perangkat kromatografi berupa gel berpori yang dapat memisahkan molekul besar dan
molekul kecil. Molekul besar akan terelusi terlebih dahulu karena molekul tersebut tidak
dapat penetrasi pada pori-pori.
b. Kromatografi Pertukaran Ion (Ion-Exchange Chromatography)
Kromatografi pertukaran ion (ion-exchange chromatography) biasa digukanan
untuk pemurnian materi biologis, seperti asam amino, peptida, protein. Metode ini dapat
dilakukan dalam dua tipe, yaitu dalam kolom maupun ruang datar (planar). Terdapat dua
tipe pertukaran ion, yaitu pertukaran kation (cation exchange) dan pertukaran anion
(anion exchange). Pada pertukaran kation, fase stasioner bermuatan negatif; sedangkan
pada pertukaran anion, fase stasioner bermuatan positif. Molekul bermuatan yang berada
pada fase cair akan melewati kolom. Jika muatan pada molekul sama dengan kolom,
maka molekul tersebut akan terelusi. Namun jika muatan pada molekul tidak sama
dengan kolom, maka molekul tersebut akan membentuk ikatan ionik dengan kolom.
Untuk mengelusi molekul yang menempel pada kolom diperlukan penambahan larutan
dengan pH dan kekuatan ionik tertentu. Pemisahan dengan metode ini sangat selektif dan
karena biaya untuk menjalankan metode ini murah serta kapasitasnya tinggi, maka
metode ini biasa digunakan pada awal proses keseluruhan.

Contoh kromatografi yang paling sederhana adalah kromatografi kertas yang


dapat dibuat dari kertas saring biasa, bahkan dari kertas tissue. Kromatografi kertas dapat
digunakan untuk memisahkan campuran zat warna (Meggy, 2008).
E. ALAT DAN BAHAN
1. Alat-alat
Beaker glass ukuran 100 ml dan 500 ml
Gelas ukur ukuran 10 ml dan 100 ml
Tabung reaksi
Tabung reaksi berpenutup
Labu erlenmeyer
Corong kaca
Gelas arloji
Mortar
Pistis
Corong pemisah
Neraca analitik
Pipet tetes
Pipa kapiler
Kertas saring
Kertas kromatografi
Spatula
Gunting
Pensil
2. Bahan
Daun berwarna hijau (Passiflora edulis)
Daun berwarna merah
Daun berwarna kuning
Petroleum eter
Aseton
Aquades.
F. PROSEDUR KERJA
1. Kromatografi daun berwarna hijau (Passiflora edulis)
Pelarut
a.Aseton dan petroleum eter
b. Membuat larutan petroleum eter+aseton
c. Mengambil larutan petroleum eter
sebanyak 25 ml dan aseton sebanyak 25
ml menggunakan gelas ukur ukuran 10 ml
dan 100 ml

d. Dimasukkan ke dalam beaker glass


ukuran 100 ml
e. Mengambil sebagian campuran,
memasukkannya ke dalam tabung reaksi
berpenutup hingga ketinggian 1 cm,
kemudian menutup tabung reaksi
f. Menutup sisa campuran di beaker glass
untuk menghindari penguapan
Kertas kromatigrafi
a.Kertas kromatografi
b. Memotong bentuk kecil panjang
c. Memberi tanda garis hitam 2 cm dari
ujung bawah kertas dengan pensil
d. Memberi tanda garis hitam 10 cm dari
garis 2 cm dengan pensil
Daun berwarna hijau (Passiflora edulis)
a. Daun berwarna hijau (Passiflora edulis)
b. Ditimbang menggunakan neraca analitik
sebanyak 2 g
c. Dicacah atau dipotong kecil-kecil
menggunakan gunting
d. Dihaluskan menggunakan mortar dan
pistis sisa
hingga
halus petroleum
e. Menambahkan
campuran
eter dan aseton
f. Mengaduk hingga merata
g. Menyaring dengan kertas saring dan
h. Memasukkan ekstrak atau hasil saringan
ke dalam corong pemisah

i. Mencuci ekstrak dengan aquades 3-4


j. Terbentuk lapisan hijau pekat dan bening
k. Membuang lapisan bening perlahan
l. Menuangkan lapisan hijau pekat ke gelas
arloji
m. Menguapkannya

k. Terbentuk jell
l. Mengambil 1 spot jell menggunakan
pipa kapiler
m. Meletakkan ke garis 2 cm tepat di
tengah
n. Mencelupkan ke tabung reaksi
berpenutup berisi larutan petroleum eter
dan aseton dengan rasio 1:1dengan
membuka tutup terlebih dahulu, spot
o. Mengamati
pergerakan
pelarut
jangan sampat
tercelup
p. Mengangkat kertas kromatografi apabila
pelarut mendekati garis tinggi 10 cm
q. Mengamati spektrum warna yang
terbentuk
r. Mengukur Rf tiap spektrum warna.
2. Kromatografi daun berwarna ungu
Pada dasarnya sama dengan langkah kromatografi pada daun berwarna
hijau (Passiflora edulis) yang membedakan adalah pada perlakuan terhadap daun,
khususnya poin j, lapisan yang terbentuk dari proses pencucian adalah lapisan
bening dan merah pekat.
3. Kromatografi daun berwarna kuning
Pada dasarnya sama dengan langkah kromatografi pada daun berwarna
hijau (Passiflora edulis) yang membedakan adalah yang membedakan adalah pada

perlakuan terhadap daun, khususnya poin j, lapisan yang terbentuk dari proses
pencucian adalah lapisan bening dan kuning pekat.
G. DATA PENGAMATAN
1. Kromatografi daun berwarna hijau (Passiflora edulis)
No.

Warna

Panjang lapisan

Rf = ...

(cm)
1.

Hijau

9
Rf =

2.

Kuning

= 0,9

9,6

Rf =
=1

2. Kromatografi daun berwarna ungu


No.

Warna

Panjang lapisan

Rf = ...

(cm)
1.

Hijau

10

Rf =
=1

3. Kromatografi daun berwarna kuning


No.

Warna

Panjang lapisan

Rf = ...

(cm)
1.

Kuning

8,1
Rf =
= 0,81

H. ANALISIS DATA

Dari data pengamatan kromatografi pada daun berwarna hijau (Passiflora


edulis) dapat diketahui bahwa setelah kertas kromatografi dicelupkan ke pelarut berupa
campuran petroleum eter dan aseton dengan rasio 1:1 spektrum warna yang dihasilkan
ada dua jenis, yaitu warna hijau dan kuning. Warna hijau memiliki ketinggian 9 cm,
dihitung dari garis letak spot hingga batas akhir warna hijaubdan warna kuning memiliki
ketinggian 10 cm, dihitung dari garis letak spot hingga batas akhir warna kuning.
Kemudian, kedua warna tersebut dicari nilai Rf nya dengan cara membagi masingmasing ketinggian dengan 10. Angka 10 didapat dengan mengukur ketinggian 10 cm dari
garis ketinggian 2 cm. Akhirnya didapatkan data nilai Rf untuk warna hijau sebesar 0,9
dan kuning sebesar 1.
Pada daun berwarna ungu dapat diketahui bahwa setelah kertas kromatografi
dicelupkan ke pelarut berupa campuran petroleum eter dan aseton dengan rasio 1:1
spektrum warna yang dihasilkan ada satu jenis, hijau. Warna hijau memiliki ketinggian
10 cm, dihitung dari garis letak spot hingga batas akhir warna hijau. Kemudian, warna
tersebut dicari nilai Rf nya dengan cara membagi ketinggian dengan 10. Angka 10
didapat dengan mengukur ketinggian 10 cm dari garis ketinggian 2 cm. Akhirnya,
didapatkan data nilai Rf untuk warna hijau sebesar 1.
Pada daun berwarna kuning dapat diketahui bahwa setelah kertas kromatografi
dicelupkan ke pelarut berupa campuran petroleum eter dan aseton dengan rasio 1:1
spektrum warna yang dihasilkan ada satu jenis, yaitu warna kuning. Warna tersebut
memiliki ketinggian 8,1 cm, dihitung dari garis letak spot hingga batas akhir warna
tersebut. Kemudian, dicari nilai Rf nya dengan cara membagi ketinggian dengan 10.
Angka 10 didapat dengan mengukur ketinggian 10 cm dari garis ketinggian 2 cm.
Akhirnya, didapatkan data nilai Rf besarnya 0,81 .
I. PEMBAHASAN
Pemisahan

molekul

protoplasma

pada

daun

menggunakan

terknik

kromatografi. Takeuchi (2009) mengatakan bahwa kromatografi adalah teknik untuk


memisahkan campuran menjadi komponennya dengan bantuan perbedaan sifat fisik
masing-masing komponen. Alat yang digunakan terdiri atas kolom yang di dalamnya
diisikan fasa stasioner (padatan atau cairan). Campuran ditambahkan ke kolom dari
ujung satu dan campuran akan bergerak dengan bantuan pengemban yang cocok (fasa
mobil). Pemisahan dicapai oleh perbedaan laju turun masing-masing komponen dalam
kolom, yang ditentukan oleh kekuatan adsorpsi atau koefisien partisi antara fasa mobil

dan fasa stationer. Pada percobaan kali ini, objek yang menjadi pusat pengamatan adalah
plastida untuk menemukan jenis pigmen klorofil apa saja yang terkandung di dalamnya.
Tahap awal yang dilakukan adalah dengan menimbang daun sebanyak 2 g,
baik itu daun berwarna merah, kuning, maupun hijau. Kemudian, daun tersebut dicacah
atau dipotong kecil-kecil dan dihaluskan menggunakan mortar dan pistis. Tujuan dari
pengguntingan kecil-kecil adalah untuk mempermudah proses penghalusan. Dilanjutkan
dengan mencampurkan pelarut berupa petroleum eter dan aseton sebanyak 1:1. Pada kali
ini, kami membuat campuran pelarut berupa 25 ml petroleum eter dan 25 ml aseton.
Pencampuran pelarut dengan daun tersebut bertujuan untuk mempermudah perlarutan.
Setelah merata dimasukkkan ke dalam corong pemisah dan dicuci sebanyak 3 sampai 4
kali untuk memperoleh hasil yang maksimal. Posisi corong pemisah saat dilakukan
pengocokan adalah dengan posisi tertidur dan pengocokan dilakukan dengan memutar.
Setelah selesai proses pengocokan, didapatkan lapisan bening dan hijau pekat. Lapisan
bening itu dibuang secara perlahan dengan membuka kran. Membuka kran jangan terlalu
besar agar lapisan hijau pekat tidak terbuang. Lapisan hijau pekat tadi diuapkan di gelas
arloji hingga terbentuk jell, lalu diambil 1 spot menggunakan pipa kapiler. Mengapa
menggunakan pipa kapiler? Agar spot yang diambil tidak terlalu besar. Sebenarnya, jika
tidak ada pipa kapiler bisa menggunakan tusuk gigi dengan peran yang sama. Spot tadi
diusapkan ke kertas kromatografi harus tepat di tengah garis dengan tinggi 2 cm.
Ketinggian ini diukur dari ujung bawah kertas. Di kertas kromatografi juga diberi tanda
garis menggunakan pensil diukur setinggi 10 cm dari garis hitam setinggi 2 cm. Saat
mencelupkan kertas ke pelarut dalam tabung rekasi, spot tidak boleh mengenai pelarut
dan pergerakan pelarut jangan melebihi batas garis tinggi 10 cm, agar spektrum warna
yang terbentuk akurat. Tabung reaksi untuk menampung pelarut menggunakan tabung
reaksi berpenutup. Tujuan dari penutupan tabung reaksi adalah untuk menghindari
penguapan pada pelarut atau desakan keluar.
Dari percobaan didapatkan data percobaan sebagai berikut :
1.
a.
b.

Kromatografi daun berwarna hijau (Passiflora edulis)


Spektrum warna yang terbentuk : hijau dan kuning
Ketinggian tiap spektrum warna
Hijau : 9 cm
Kuning : 10cm
Ketinggian spektrum warna diukur dengan cara mengukur batas tiap warna

terhadap batas garis dengan ketinggian 2 cm.


c. Nilai Rf tiap spektrum warna

Hijau : 0,9
Kuning : 1
Nilai Rf setiap spektrum warna diukur dengan cara membagi tiap ketinggian
spektrum warna yang dihasilkan dengan angka 10. Angka 10 didapatkan dari pengukuran
dari batas garis dengan tinggi 2cm ditarik ke atas hingga 10 cm. Ketinggian 10 cm ini
merupakan batas perjalanan pelarut. Jadi, saat pelarut mendekati batas ini, proses
perjalanan

harus

dihentikan

dengan

mengangkat

kertas

kromatografi

dan

mengeluarkannya dari tabung reaksi.


d. Nama jenis klorofil yang didapat
Hijau : klorofil b
Kuning : xantofil
2.
a.
b.

Kromatografi daun berwarna ungu


Spektrum warna yang terbentuk : hijau
Ketinggian tiap spektrum warna
Hijau : 10 cm
Ketinggian spektrum warna diukur dengan cara mengukur batas tiap warna

terhadap batas garis dengan ketinggian 2 cm.


c. Nilai Rf tiap spektrum warna
Hijau : 10
Nilai Rf setiap spektrum warna diukur dengan cara membagi tiap ketinggian
spektrum warna yang dihasilkan dengan angka 10. Angka 10 didapatkan dari pengukuran
dari batas garis dengan tinggi 2 cm ditarik ke atas hingga 10 cm. Ketinggian 10 cm ini
merupakan batas perjalanan pelarut. Jadi, saat pelarut mendekati batas ini, proses
perjalanan

harus

dihentikan

dengan

mengangkat

kertas

kromatografi

dan

mengeluarkannya dari tabung reaksi.


d. Nama jenis klorofil yang didapat
Hijau : klorofil b

3. Kromatografi daun berwarna kuning


a. Spektrum warna yang terbentuk : kuning
b. Ketinggian tiap spektrum warna
Kuning : 8,1 cm
Ketinggian spektrum warna diukur dengan cara mengukur batas tiap warna
terhadap batas garis dengan ketinggian 2 cm.
c. Nilai Rf tiap spektrum warna
Kuning : 0,81
Nilai Rf setiap spektrum warna diukur dengan cara membagi tiap ketinggian
spektrum warna yang dihasilkan dengan angka 10. Angka 10 didapatkan dari pengukuran

dari batas garis dengan tinggi 2 cm ditarik ke atas hingga 10 cm. Ketinggian 10 cm ini
merupakan batas perjalanan pelarut. Jadi, saat pelarut mendekati batas ini, proses
perjalanan

harus

dihentikan

dengan

mengangkat

kertas

kromatografi

dan

mengeluarkannya dari tabung reaksi.


d. Nama jenis klorofil yang didapat
Kuning : xantofil.
J. KESIMPULAN
Setelah kami melakukan percobaan ini, kami menarik kesimpulan bahwa :
1. Kromatografi adalah teknik untuk memisahkan campuran menjadi komponennya
dengan bantuan perbedaan sifat fisik masing-masing komponen
2. Warna hijau apabila diuraikan menggunakan teknik kromatografi menghasilkan
spektrum warna hijau (Klorofil b) dan kuning (Xantofil)
3. Warna ungu apabila diuraikan menggunakan teknik kromatografi menghasilkan
spektrum warna hijau (klorofil b)
4. Warna kuning apabila diuraikan menggunakan teknik kromatografi menghasilkan
spektrum warna kuning (Xantofil).

K. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Kromatografi. (Online)
(http://www.merckchemicals.co.id/kromatografi/c_Ttyb.s1Ly6IAAAEWmuAfVhTl,
diakses tanggal 6 Desember 2011).
Handayani. 2011. Kromatografi. (Online)
(http://industri18riaty.blog.mercubuana.ac.id/2011/07/06/kromatografi/, diakses
tanggal 6 Desember 2011).
Meggy. 2008. Prinsip Perbedaan Keterabsorbsian (Kromatografi). (Online)
(http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Meggy%20Yulia%20A
%20060221/prinsip_perbedaan_keterabsorpsian.htmlhttp://www.chem-istry.org/materi_kimia/kimia_dasar/pemurnian-material/kromatografi/, diakses tanggal
6 Desember 2011).

Mimir. 2011. Kromatografi. (Online)


(http://robbaniryo.com/ilmu-kimia/kromatografi/, diakses tanggal 8 Desember
2011).
Takeutchi. 2011. Kromatografi. (Online)
(http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar /kromatografi/, diakses
tanggal 6 Desember 2011).

Lampiran
No.

Gambar

Keterangan

1.

2.

Beaker glass ukuran 100 ml

Beaker glass ukuran 500 ml

3.

Gelas ukur ukuran 10 ml


4.

Gelas ukur ukuran 100 ml


5.

6.

Tabung reaksi

7.

Labu erlenmeyer
8.

Corong kaca
9.

10.

Gelas arloji

11.

12.
Mortar dan pistis

13.
Pipa kapiler

14.

Corong pemisah
15.

16.
Neraca analitik

17.

18.
Pipet tetes

19.

Kertas saring

20.

Kertas kromatografi
21.

22.

Spatula

Gunting

Pensil

Aseton

Aquades

Petroleum eter

Lapisan yang terbentuk


setelah pencucian ekstrak
daun berwarna hijau

También podría gustarte