Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Disusun oleh :
Andika Pratiwi
G4A014049
Pembimbing :
dr. Yunanto Dwi Nugroho, Sp. PD
2015
LEMBAR PENGESAHAN
Telah dipresentasikan dan disetujui presentasi kasus dengan judul :
Congestive Heart Failure
Pada tanggal,
2015
Disusun oleh :
Andika Pratiwi
G4A014049
Mengetahui,
Pembimbing
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. T
Jenis Kelamin
: Laki - laki
Usia
: 60 tahun
Alamat
Agama
: Islam
Tanggal masuk
: 18 Januari 2015
Tanggal pemeriksaan
: 20 Januari 2015
Nomor CM
: 009257
B. ANAMNESIS
Diambil dari anamnesis tanggal 20 Januari 2015
1. Keluhan Utama
: Sesak nafas
2. Keluhan tambahan : kaki bengkak, batuk, cepat lelah
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSMS dengan keluhan sesak napas
dirasakan sejak 2 minggu sebelum masuk RS dan semakin memberat.
Pasien mengeluhkan sesak nafas bertambah berat jika berada dalam posisi
telantang dan sesak nafas berkurang apabila pasien duduk atau tiduran
menggunakan bantal tinggi, bantal yang digunakan sebanyak 3 bantal.
Setiap malam pasien hampir selalu terbangun tidur dikarenakan sesak
napas. Keluhan sesak napas tidak disertai bunyi ngik-ngik. Satu hari
sebelum masuk RS pasien merasakan sesak semakin bertambah parah,
sesak napas membuat pasien tidak dapat tidur. Sesak napas dirasakan terus
menerus walaupun sedang istirahat.
Keluhan ini disertai dengan kaki yang membengkak. Kaki bengkak
dirasakan sejak tiga hari yang lalu. Keluhan kaki bengkak sudah pernah
dirasakan sebelumnya. Kaki membengkak membuat pasien sulit
beraktivitas. Keluhan kaki membengkan tidak kunjung membaik dalam
dua hari terakhir, kaki akan semakin bengkak apabila pasien duduk dalam
waktu lama.
Selain
sesak
nafas
dan
kaki
membengkak.
pasien
juga
mengeluhkan batuk kering, batuk terus menerus tidak disertai dahak dan
darah.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit sama
Penyakit jantung
Penyakit gula
Penyakit darah tinggi
Penyakit asma
Penyakit kuning
Penyakit jangka lama
Riwayat Alergi
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit sama
:
: diakui
: diakui
: disangkal
: diakui
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
:
: disangkal
Penyakit jantung
: disangkal
Penyakit gula
: disangkal
Penyakit darah tinggi
: disangkal
Penyakit asma
: disangkal
Penyakit kuning
: disangkal
Penyakit jangka lama
: disangkal
Riwayat Alergi
: disangkal
6. Riwayat Sosial Ekonomi:
a. Community
Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk. Rumah satu dengan
yang lain berdekatan. Hubungan antara pasien dengan tetangga dan
keluarga dekat baik. Sebelum sakit, pasien aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan.
b. Home
Pasien tinggal bersama 1 istri dan 2 anaknya . Rumah pasien terdiri
dari 3 kamar dengan ukuran sedang. Rumah pasien berdinding tembok,
ventilasi jarang sekali dibuka, lantai terbuat dari keramik.
c. Occupational
Pasien adalah seorang pensiunan guru, kegiatan sehari- hari hanya
membersihkan kebun miliknya sendiri
d. Personal habit
Pasien mengaku makan sehari 3 kali dengan lauk seadanya. Pasien
mengaku jarang berolahraga dan mempunyai riwayat kebiasaan
minum kopi setiap hari.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaaan umum
Kesadaran
: compos mentis
Keadaan gizi
: baik
Vital Sign
: TD
: 150/100 mmHg
Nadi
: 110 x/menit
RR
: 22 x/menit
Suhu : 36,3 C
Status Generalis
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Status Lokalis
Paru
inspeksi
palpasi
perkusi
auskultasi
Jantung
inspeksi
palpasi
: batas jantung
kanan atas di SIC II LPSD
kiri atas di SIC II LPSS
kanan bawah di SIC IV LPSS
kiri bawah di SIC VI 2 jari lateral LMCS
auskultasi
Abdomen
inspeksi
: datar
auskultasi
palpasi
perkusi
Hepar
: tidak teraba
Lien
: tidak teraba
Ekstremitas
Edema
Sianosis
Akraldingin
Ekstremitas
superior
Dextra Sinistra
-
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil laboratorium tanggal 18 Januari 2015
Darah Lengkap
Hemoglobin : 12,9 g/dl (L)
Leukosit
: 6640 /uL
Hematokrit
: 33 % (L)
Eritrosit
Trombosit
: 217.000 / uL
MCV
: 83,9 fL
MCH
: 33,0 pg (H)
MCHC
: 39,3 % (H)
RDW
: 15,4 % (H)
Ekstremitas
inferior
Dextra
Sinistra
+
+
-
MPV
: 10,7 fL
Hitung Jenis
Basofil
: 0,4 %
Eosinofil
: 1,3 % (L)
Batang
: 0,6 % (L)
Segmen
: 76,8 % (H)
Limfosit
: 15,9 % (L)
Monosit
: 5,0 %
Kimia Klinik
Ureum
Kreatinin
: 0,85 mg/dl
GDS
: 108 mg/dl
Natrium
Kalium
: 4,6 mmol/l
Klorida
: 99 mmol/l
Intepretasi
- Kardiomegali (LV)
- Kalsifikasi arcus aorta
- Gambaran edema pulmonum, masih mungkin disertai infiltrate
8
E. DIAGNOSIS KERJA
CHF
F.
PENATALAKSANAAN
1. Non farmakologis
Bed rest
2. Farmakologis
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
G.
O2 4 LPM NK
IVFD RL 20 tpm
Inj. Furosemid 3x1 amp IV
PO ISDN 1x1
PO Valsartan 1x1
PO Digoxin 2x tab
PO Spironolacton 1x1 25 mg
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad functionam
Quo ad sanationam
: bonam
: malam
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit kardiovaskular menjadi masalah kesehatan yang utama dalam
masyarakat pada beberapa negara industri maju dan negara berkembang seperti
Indonesia.
Gagal
jantung
kongestif
merupakan
satu-satunya
penyakit
tersebut telah meningkat 6 kali dalam 40 tahun terakhir. Risiko kematian dari
penyakit gagal jantung setiap tahunnya sebesar 5-10%,pada pasien dengan gejala
ringan akan meningkat hingga 3040% hingga berlanjutnya penyakit (Ghanie,
2009)
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau
disertai peninggian volume diastolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung
kongestif yang sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan
(Mansjoer, 2001)
Menurut National Heart Lung and Blood Institute insidensi penyakit gagal
jantung semakin meningkat setiap tahun dan rata-rata 5 juta penduduk United
States menderita gagal jantung. Penyakit gagal jantung adalah puncak
hospitalisasi yang utama dikalangan pasien U.S yang berumur lebih daripada 65
tahun dan menyebabkan lebih kurang 300,000 kematian dalam setahun .Walaupun
perbaikan dalam terapi, angka kematian pada pasien dengan gagal jantung tetap
sangat tinggi. Pembaruan 2010 dari American Heart Association (AHA)
memperkirakan bahwa terdapat 5,8 juta orang dengan gagal jantung di Amerika
Serikat pada tahun 2006 dan juga terdapat 23 juta orang dengan gagal jantung
diseluruh dunia (Greenberg, 2007).
Di Indonesia, data-data mengenai gagal jantung secara nasional masih
belum ada. Namun, Data dan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menyebutkan
bahwa penyakit jantung masih merupakan penyebab utama dari kematian
terbanyak pasien di rumah sakit Indonesia .
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Gagal jantung adalah sindrom klinis yang kompleks yang timbul
disebabkan kelainan sekunder dari abnormalitas struktur jantung dan atau
fungsi (yang diwariskan atau didapat) yang merusak kemampuan ventrikel
kiri untuk mengisi atau mengeluarkan darah (Braunwald, 2007)
Gagal jantung adalah keadaan dimana darah yang dipompakan dari
jantung tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Secara singkat, gagal jantung
merupakan gangguan kemampuan jantung untuk memompakan darah dari
vena menuju arteri. Gagal jantung juga dapat dikatakan sebagai gangguan
proses biokimia dan biofisika jantung yang mengakibatkan rusaknya
kontraktibilitas dan relaksasi miokard. Hal ini mengakibatkan percepatan
kematian sel otot jantung sehingga meyebabkan kecacatan dan kematian dini.
11
B. Epidemiologi
Gagal jantung adalah masalah kesehatan masyarakat yang utama. Gagal
jantung menjadi penyakit yang terus meningkat kejadiannya terutama pada
lansia. Studi Framingham memberikan gambaran yang cukup jelas tentang
gagal jantung. Pada studi ini disebutkan bahwa kejadian gagal jantung per
tahun pada orang berusia>45 tahun adalah 7,2 kasus setiap 1000 orang lakilaki dan 4,7 kasus setiap 1000orang perempuan, dimana prevalensi gagal
jantung adalah 24 setiap 1000 orang laki-laki dan 25 setiap orang perempuan.
Gagal jantung ditandai dengan mortalitas yang tinggi dengan frekuensi
rawat inap di rumah sakit yang sering dan penurunan kualitas hidup.
Meskipun penatalaksanaan gagal jantung telah mengalami kemajuan, hasil
penelitian menunjukkan sebagian besar kasus kematian terjadi pada bulan
pertama rawat inap.
C. Etiologi
Mekanisme yang mendasari terjadinya gagal jantung kongestif meliputi
gangguan kemampuan konteraktilitas jantung, yang menyebabkan curah
jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Tetapi pada gagal jantung
dengan masalah yang utama terjadi adalah kerusakan serabut otot jantung,
volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat
dipertahankan. Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada
setiap konteraksi tergantung pada tiga faktor: yaitu preload, konteraktilitas,
afterload.
Preload adalah jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung
dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut otot
jantung.
Konteraktillitas mengacu pada perubahan kekuatan konteraksi yang terjadi
pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut
jantung dan kadar kalsium.
Afterload mengacu pada besarnya tekanan venterikel yang harus
dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang
ditimbulkan oleh tekanan arteriol.
12
D. Klasifikasi
Gagal jantung dapat diklasifikasikan menurut beberapa faktor. New
York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4
kelas:
1. kelas 1
Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tampa keluhan
2. kelas 2
Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari aktivitas
sehari-hari tanpa keluhan.
3. kelas 3
Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan.
4. kelas 4
Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan harus
tirah baring
American
College
of
Cardiology/American
Heart
Association
13
mana curah jantung (CO: Cardiac output) adalah fungsi frekuensi jantung
(HR: Heart Rate) x Volume Sekuncup (SV: Stroke Volume). (Panggabean,
2010).
Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila curah
jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung
untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal
untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume
sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan
curah jantung.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap
kontraksi, yang tergantung pada 3 faktor, yaitu: (1) Preload; (2)
Kontraktilitas; (3) Afterload. Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami
beberapa adaptasi yang terjadi baik pada jantung dan secara sistemik. Jika
volume sekuncup kedua ventrikel berkurang akibat penekanan kontraktilitas
atau afterload yang sangat meningkat, maka volume dan tekanan pada akhir
diastolik di dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Hal ini akan
meningkatkan panjang serabut miokardium pada akhir diastolik dan
menyebabkan waktu sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung
lama, maka akan terjadi dilatasi ventrikel. Cardiac output pada saat istirahat
masih bisa berfungsi dengan baik tapi peningkatan tekanan diastolik yang
berlangsung lama (kronik) akan dijalarkan ke kedua atrium, sirkulasi
pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat
yang akan menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru atau edema
sistemik.
Penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan
tekanan arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa
sistem saraf dan humoral. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan
memacu kontraksi miokardium, frekuensi denyut jantung dan vena; yang
akan meningkatkan volume darah sentral yang selanjutnya meningkatkan
preload. Meskipun adaptasi-adaptasi ini dirancang untuk meningkatkan
cardiac output, adaptasi itu sendiri dapat mengganggu tubuh. Oleh karena itu,
takikardi dan peningkatan kontraktilitas miokardium dapat memacu
14
15
F. Penegakan Diagnosis
Diagnosis gagal jantung ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala dan
penilaian klinis, didukung oleh : .
1. Diagnosis gagal jantung berdasarkan criteria ini harus mendapatkan/mene
mukan minimal dua kriteria mayor atau satu kriteria mayor dengan dua
kriteria minor. Kriteria ini disebut kriteria FarmingHam:
Kriteria Mayor
Paroxysmal nocturnal dispnea
Kriteria minor
Edema ektremitas
Batuk malam
Sesak pada aktivitas
Hepatomegali
Efusi pleura
16
ormal
Gallop bunyi jantung ke 3
Takikardia (>120 denyut per menit)
Refluks hepatojugular positif
Penurunan berat badan >4,5
kgdalam 5 hari terapi
2.
Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium Darah
Pasien dengan gagal jantung onset baru dan yang sudah kronis dan
juga dekompensasi akut harus dilakukan pemeriksaan darah lengkap,
elektrolit, ureum,kreatinin, fungsi hati, dan juga urinalisis. Pada
beberapa pasien juga harus dilakukan pemeriksaan penyaring diabetes
mellitus (kadar gula darah puasa dan 2 jam PP),dislipidemia (profil
b.
c.
disfungsi sistolik
Radiologi
1) Foto thoraks
Foto thoraks memberi informasi tentang bentuk dan ukuran
jantung,gambaran
vaskularisasi
pulmonal,
dan
juga
dapat
17
EF
mudah
untuk
dinilai
dengan
menggunakan
biasanya
adekuat,
dan
jika
EF
menurun
(<30-
18
Non Farmakalogi :
1) Penyuluhan tentang gagal jantung kepada pasien dan keluarganya.
2) Mengontrol berat badan
3) Pengaturan diet dan kebiasaan sehari-hari
Diet rendah garam (<2 gr/hari)
Pembatasan intake cairan (1,5-2L/hr)
Hindari konsumsi alkohol
Berhenti merokok
4) Pembatasan dan penyesuaian aktivitas fisik
5) Obat-obatan yang perlu mendapat perhatian khusus
Farmakologi .(Hauser, 2005) :
1. Diuretik
Kebanyakan pasien dengan
gagal
jantung
membutuhkan
paling
19
dengan
gagal
20
KESIMPULAN
1. Diagnosis pasien ini adalah gagal jantung kongestif (NHYA III) Didasarkan
oleh anamnesis, yaitu sesak napas, kaki bengkak, batuk, cepat lelah.
Pemeriksaan fisik ditemukan adanya edema inferior, peningkatan JVP.
2. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada pasien ini ekokardiogram untuk
menentukan kemungkinan kelainan katub yang menyebabkan. Selain itu, perlu
dilakukan pemeriksaan tambahan lainnya meliputi fungsi hati, ginjal, dan
elektrolit untuk menilai keberhasilan pengobatan dan efek samping.
21
DAFTAR PUSTAKA
1) Ghanie A. Pengantar Diagnosis Ekokardiografi. Dalam : Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. edisi
5. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI ; 2009
2) Arif, Mansjoer, dkk., ( 2000 ), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica
Aesculpalus, FKUI, Jakarta.
3) Greenberg, Barry H. Congestive Heart Failure, Philadephia, USA:
Lipincott Williams & Wilkins 2007 ; hal.167-168
4) Braunwald, E., 2008. Heart Failure and Cor Pulmonale. In:Kasper, D.L. et
all, ed.17 th Edition Harrisons Principles of Internal Medicine.New York:
McGraw-Hill, 2152-2180
5) Panggabean, Marulam M. 2010. Dalam Gagal jantung. Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi V. Jakarta. Pusat penerbitan ilmu penyakit dalam.
hal: 1583.
22
23