siliaris. Struktur ini tersusun dalam 10 lapisan dan mengandung sel batang (rods) dan sel kerucut (cones), yang merupakan reseptor penglihatan, ditambah empat jenis neuron: sel bipolar, sel ganglion, sel horizontal, dan sel amakrin (Gambar 8-2). Terdapat berbagai transmiter sinaps. Sel batang dan kerucut, yang terletak di samping koroid, bersinaps dengan sel bipolar, dan sel bipolar bersinaps dengan sel ganglion. Berdasarkan morfologi dan fungsinya, terdapat sekitar 12 jenis sel bipolar. Akson sel ganglion berkumpul dan meninggalkan mata sebagai saraf optikus. Sel horizontal menghubungkan sel reseptor ke sel reseptor lain di lapisan pleksiform luar. Sel amakrin menghubungkan sel ganglion satu sama lain di lapisan pleksiform dalam melalui prosesus yang panjang dan polanya bervariasi. Berdasarkan hubungannya, sedikitnya terdapat 29 jenis sel amakrin. Tautcelah juga menghubungkan neuron retina satu sama lain, dan terdapat pengaturan untuk permeabilitas taut celah ini.
Karena lapisan reseptor retina terletak di epitel
pigmen di sebelah koroid, berkas cahaya harus melewati lapisan sel ganglion dan sel untuk bipolar mencapai sel batang dan kerucut. Epitel pigmen menyerap berkas Cahaya, mencegah pemantulan cahaya kembali ke retina. Pemantulan tersebut akan mengaburkan gambaran penglihatan Unsur saraf pada retina disatukan oleh sel glia yang disebut sel Mller. Tonjolan dari sel-sel ini membentuk membran pembatas dalam di permukaan dalam retina dan membran pembatas luar di lapisan reseptor Saraf optikus meninggalkan mata dan pembuluh darah retina memasukinya di titik 3 mm sebelah medial dan sedikit di atas kutub posterior bola mata. Bagian ini dapat dilihat dengan oftalmoskop sebagai diskus optikus (Gambar 8-3). Tidak terdapat reseptor penglihatan di tempat ini, dan dengan demikian titik ini buta (bintik buta). Dekat kutub posterior mata terdapat bercak berpigmen kekuningan, yakni makula lutea. Struktur ini menandakan lokasi fovea sentralis, bagian retina
yang menipis dan bebas sel batang yang terdapatpada manusia
dan primata lain Di dalamnya, sel kerucut terkumpul sangat padat, dan masing-masing bersinaps dengan satu sel bipolar tunggal yang pada gilirannya bersinaps dengan sel ganglion tungterbentuk jalur langsung ke otak. Di gal sehingga atasnya hanya sedikit terdapat 8el dan tidak ada pembuluh darah. Karena itu. fovea adalah titik tempat ketajaman penglihatan yang paling tinggi. Apabila perhatian tertarik atau terfiksasi ke suatu objek, mata secara normal akan bergerak sedemikian sehingga berkas cahaya yang datang dari objek jatuh di fovea arteriol, dan vena di lapisan superfisial Arteri retina dekat permukaan vitreosanya dapat dilihat melalui oftalmoskop. Karena bagian ini adalah salah satu tempat di tubuh yang arteriolnya mudah terlihat, pemeriksaan oftalmoskop sangat penting dalam diag nosis dan evaluasi diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit lain yang memengaruhi pembuluh darah. Pembuluh darah retina memperdarahi sel ganglion dan sel bipolar, tetapi reseptor mendapatkan nutrisi sebagian besar dari pleksus kapiler di koroid. Hal
inilah yang menjelaskan mengapa terlepasnya retina
menyebabkan kerusakan hebat pada sel reseptor. Jaras Persarafan Akson sel ganglion berjalan ke kaudal di saraf op. tikus dan traktus optikus dan berakhir di korpus genikulatum lateralis, yang merupakan bagian dari talamus (Gambar 8-4). Serabut dari masing-masing hemiretina nasal bersilangan di kiasma optikum. D korpus genikulatum, serabut dari separuh bagian nasal (medial) satu retina dan separuh temporal (lateral) retina yang lain bersinaps di sel yang akson. nya membentuk traktus genikulokalkarina. Traktus ini berjalan ke lobus oksipitalis korteks serebri. Pengaruh lesi di jaras jaras ini pada fungsi penglihatan dibahas di bawah Area utama penerima sensasi pengihatan (korteks visual primer area Brodmann 17, juga dikenal sebagai vi), terutama terletak di sisi-sisi fisura kalkarina (Gambar 8-5). Organisasi korteks visual primer dibahas di bawah. Sebagian akson sel ganglion berjalan dari nukleus
genikulatum lateral ke daerah pretektum otak
tengah dan kolikulus superior, tempat akson ini membentuk hubungan yang memperantarai refleks pupil dan gerakan mata. Korteks frontalis juga berperan dalam gerakan mata, dan terutama untuk menghaluskannya. Lapangan mata depan (frontal eye field bilateral di bagian korteks ini berperan dalam pengendalian gerakan sakade (lihat bawahdan area yang berada tepat di anterior dari lapangan ini berkaitan dengan vergensi dan respons dekat Area korteks frontalis yang berkaitan dengan penglihatan mungkin berproyeksi ke nukleus retikularis mentalis pontinus, dan dari sini ke nukleus batang otak yang telah disebutkan di atas. Akson Lain berjalan langsung dari kiasma optik um ke nukleus suprakiasma di hipotalamus, tempat akson tersebut membentuk hubungan yang mensinkronkan berbagai irama endokrin dan sirkadian lain dengan siklus terang-gelap (lihat Bab 14). Area otak yang diaktifkan oleh rangsangan penglihatan telah diteliti pada monyet dan manusia dengan menggunakan positron cmission tomography
(PET) dan teknik pencitraan lain (lihat Bab 32).
Pengaktifan tidak saja terjadi di lobus oksipitalis, tetapi juga di bagian korteks temporalis inferior, korteks parietalis posteroinferior, dan bagian lobus frontalis, serta amigdala. Struktur subkorteks yang diaktifkan selain korpus genikulatum lateral adalah kolikulus superior, pulvinar, nukleus kaudatus, puta men, dan klaustrum. Reseptor Setiap sel batang dan kerucut dibagi menjadi segmen luar, segmen dalam yang mencakup daerah inti, dan zona sinaps (Gambar 8-6). Segmen luar adalah modifikasi silia dan terdiri dari tumpukan diskus atau sakulus gepeng teratur yang menyusun membran. Sakulus dan diskus ini mengandung senyawa fotosensitif yang bereaksi terhadap cahaya sehingga mencetuskan potensial aksi di jaras penglihatan (lihat bawah). Segmen dalam kaya dengan mitokondria. Sel diberi demikian karena segmen batang nama luarnya tipis dan seperti batang. Sel kerucut tampak umumnya memiliki dalam yang tebal dan segmen segmen luar seperti kerucut, walaupun morfologinya bervariasi dari satu bagian retina ke bagian lai
Pada sel kerucut, sakulus terbentuk di segmen
melalui pelipatan ke dalam membran sel, tetapi pada sel batang, diskus dipisahkan dari membran sel. Segmen luar sel batang selalu diperbarui oleh pembentukan diskus baru di tepi bagian dalam segmen dan terjadi fagositosis untuk diskus yang tua dari ujung luar oleh sel epitel pigmen. Pembaruan sel kerucut merupakan proses yang lebih difus dan tampaknya berlangsung di banyak tempat di segmen luar. Di bagian ekstrafovea retina, sel batang lebih menonjol (Gambar 8-7), dan terdapat konvergensi yang cukup besar. Sel bipolar gepeng (Gambar 8-2) membuat hubungan sinaps dengan beberapa sel kerucut, dan sel bipolar batang membuat hubungan sinaps dengan beberapa sel batang. Karena terdapat sekitar 6 juta sel kerucut dan 120 juta sel batang di setiap mata manusia, tetapi hanya 1,2 juta serabut saraf di tiap-tiap saraf optikus, keseluruhan konvergensi reseptor yang terjadi melalui sel bipolar pada sel ganglion adalah sekitar 105:1. Namun, perlu dicatat bahwa dari titik ini kemudian terjadi divergensi serabut yang terdapat di traktus genikulokalkarina
jumlahnya dua kali lipat dibandingkan dengan yang
terdapat di saraf optikus, dan di korteks visual jumlah neuron yang terlibat di dalam penglihatan adalah 1000 kali lebih banyak dari jumlah serabut di dalam saraf optikus Otot Mata Mata digerakkan di dalam orbita oleh enam otot mata (Gambar 8-8). otot-otot ini dipersarafi oleh saraf okulomotorius, troklearis, dan abdusens. Otot dan arah gerakan bola mata yang ditimbulkannya akan dibahas di akhir bab ini Proteksi Mata terlindung dengan baik dari cedera oleh dinding orbita yang terdiri dari tulang. Kornea dibasahi dan dijaga tetap jernih oleh air mata yang mengalir dari kelenjar lakrimalis di bagian atas masing-masing orbita yang melintasi permukaan mata untuk bermuara melalui duktus lakrimalis ke dalam hidung. Berkedip membantu kornea tetap lembab Salah satu ciri yang paling penting dari sistem penglihatan adalah kemampuannya untuk berfungsi pada beragam intensitas cahaya. Apabila seseorang
berpindah dari tempat yang hampir gelap ke daerah
dengan sinar matahari yang terik, intensitas cahaya akan meningkat hingga sebesar 10 satuan log, yaitu dengan kelipatan 10 miliar. Salah satu faktor yang menurunkan fluktuasi intensitas adalah diameter pupil jika diameter tersebut berkurang dari 8 mm menjadi 2 mm, luas pupil akan berkurang 16 kali dan intensitas cahaya di retina menurun sebesar lebih dari 1 satuan log Faktor lain dalam reaksi terhadap fluktuasi intensitas cahaya adalah adanya dua jenis reseptor. Se! batang sangat peka terhadap cahaya dan merupakan reseptor untuk penglihatan malam (penglihatan skotopik). Perangkat penglihatan skotopik tidak mampu memisahkan detail dan batas objek atau menentukan warnanya. Sel kerucut memiliki ambang yang jauh lebih besar, tetapi sistem kerucut memiliki ketajaman yang jauh lebih besar dan merupakan sistem yang berperan dalam penglihatan pada cahaya terang (penglihatan fotopik) dan penglihatan warna. Dengan demikian terdapat dua jenis masukan ke SSP dari mata: masukan dari sel batang dan masukan
dari sel kerucut. Adanya dua jenis masukan ini, yang
masing-masing bekerja maksimum di bawah kondisi pencahayaan yang berbeda, disebut teori duplisitas. Selain itu, baik sel batang maupun sel kerucut mengalami adaptasi (lihat bawah). MEKANISME PEMBENTUKAN BAYANGAN Mata mengubah energi dari spektrum yang dapat t lihat menjadi potensial aksi di saraf optikus. Panjang gelombang cahaya yang dapat terlihat berkisar dari sekitar 397-723 nm. Bayangan suatu benda di dalam lingkungan difokuskan di retina. Berkas cahaya yang mencapai retina akan mencetuskan potensial di dalam sel kerucut dan batang. Impuls yang timbul di retina dihantarkan ke korteks serebri, tempat impuls tersebut menimbulkan sensasi penglihatan. Prinsip optik Berkas cahaya akan berbelok (mengalami pembiasan) apabila berjalan dari satu medium dengan kepadatan tertentu ke medium lain dengan kepadatan yang berbeda, kecuali apabila berkas tersebut jatuh tegak lurus terhadap permukaan. Berkas cahaya
sejajar yang jatuh ke lensa bikonveks (Gambar 8-9)
akan mengalami pembiasan titik (fokus utama) ke di belakang lensa. Fokus utama terletak pada garis yang berjalan melintasi pusat kelengkungan lensa, sumbu utama. Jarak antara lensa dan fokus utama disebut jarak fokus utama. Untuk keperluan praktis, berkas cahaya dari benda jatuh di lensa dengan yang jarak lebih dari 20 ft (6 m) dianggap sejajar. Berkas cahaya dari benda yang terletak lebih dekat dari 6 m akan menyebar sehingga jatuh ke fokus yang lebih ke belakang di sumbu utama daripada fokus utama Gambar 8-9). Lensa bikonkaf menyebabkan berkas cahaya mengalami divergensi. Semakin besar kelengkungan lensa, semakin kuat daya biasnya. Daya bias suatu lensa bia:anya diukur dalam dioptri, angka dioptri adalah kebalikan dari jarak fokus utama dalam meter. Misalnya, lensa dengan jarak fokus utama 0,25 m memiliki daya bias 1/0,25 atau 4 dioptri. Mata manusia memiliki daya bias sekitar 60 dioptri pada saat istirahat Akomodasi Apabila otot siliaris berada dalam keadaan istirahat, berkas cahaya paralel yang jatuh di mata yang secara
optik normal (emetrop) akan difokuskan di retina.
Selama relaksasi ini dipertahankan, berkas cahaya dari benda yang jaraknya kurang dari 6 m dari pengamat akan difokuskan di belakang retina, dan akibatnya benda tersebut tampak kabur. Masalah yang timbul pada berkas divergen dari benda yang dekat dengan fokus di retina dapat diatasi dengan meningkatkan jarak antara lensa dan retina atau dengan meningkatkan kelengkungan atau daya bias lensa. Pada bony fish, masalah tersebut dipecahkan dengan meningkatkan panjang bola mata, suatu pemecahan yang mirip keadaan ketika bayangan suatu dengan benda berjarak kurang dari 6 m difokuskan yang di film kamera dengan menjauhkan lensa dari film. Pada mamalia masalah tersebut diatasi dengan meningkatkan kelengkungan lensa. Proses meningkatnya kelengkungan lensa disebut akomodasi. Pada keadaan istirahat, lensa dipertahankan berada dalam keadaan tegang oleh ligamentum lensa. Karena bahan lensa bersifat lentur dan kapsul lensa memiliki elastisitas yang tinggi, lensa tertarik menjadi gepeng. Apabila pandangan diarahkan ke
benda yang dekat, otot siliaris akan berkontraksi.
Hal ini mengurangi jarak antara tepi badan siliaris dan melemaskan ligamentum lensa sehingga lensa mengerut mengambil bentuk yang lebih cembung (Gambar 8-10). Perubahan paling besar terdapat di permukaan anterior lensa. Pada orang berusia muda, perubahan bentuk ini dapat meningkatkan daya bias mata hingga 12 dioptri. Relaksasi ligamentum lensa akibat kontraksi otot siliaris sebagian disebabkan oleh efek serabut otot sirkular korpus siliaris yang mirip sfingter dan sebagian oleh kontraksi serabut otot longitudinal yang melekat ke anterior, di dekat taut kornea-sklera. Apabila serabut ini berkontraksi, seluruh badan siliaris akan tertarik ke depan dan ke dalam. Gerakan ini menyebabkan tepi badan siliaris saling mendekat. Titik Dekat Akomodasi adalah proses aktif yang memerlukan kerja otot sehingga dapat melelahkan. Memang, otot siliaris adalah salah satu otot yang paling sering digunakan di dalam tubuh. Seberapa besar kelengkungan lensa yang dapat ditingkatkan tentu saja terbatas, dan
berkas cahaya dari benda yang terletak sangat dekat
tidak dapat difokuskan di retina walaupun telah dilakukan akomodasi maksimum. Titik terdekat ke mata tempat suatu benda dapat difokuskan dengan jelas oleh akomodasi disebut titik dekat penglihatan. Titik dekat akan dengan persemakin jauh seiring tambahan usia, mula-mula lambat lalu semakin cepat seiring penuaan, dari sekitar 9 cm pada usia 10 tahun menjadi sekitar 83 cm pada usia 60 tahun. Penurunan ini terutama disebabkan oleh peningkatan kekerasan lensa sehingga mengakibatkan akomodasi menjadi berkurang bar 8-11) karena terjadi penurunan kemampuan peningkatan kelengkungan lensa. Pada saat seseorang mencapai usia 40-45 hilangnya tahun, akomodasi biasanya telah menimbulkan kesulitan membaca atau bekerja dengan benda dekat. Keadaan ini, yang dikenal sebagai presbiopia, dapat dikoreksi dengan memakai kacamata dengan lensa konveks.