Está en la página 1de 25

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap orang akan mengalami proses penuaan seiring dengan bertambahnya usia.
Penuaan adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita. Saat
mengalami proses penuaan banyak perubahan yang terjadi dalam diri seseorang, antara lain
penurunan fungsi organ-organ tubuh, penurunan daya ingat dan kondisi kejiwaan yang labil.
Salah satu masalah yang sering dialami lansia seiring dengan proses penuaan adalah
penurunan pemenuhan kebutuhan seksual.
Perubahan fisiologis pada wanita dan pria serta adanya masalah medis merupakan
beberapa penyebab dari penurunan pemenuhan kebutuhan seksual. Orang yang berumur
diatas 50 tahun umumnya mengalami kerusakan biologis parsial yang meningkat menjadi
ketidakmampuan dalam pemenuhan kebutuhan seksual1. Penurunan pemenuhan kebutuhan
seksualitas pada lansia menyebabkan lansia hanya melakukan penekanan kebutuhan
seksualitas pada pertemanan, kedekatan fisik, komunikasi intim, dan hubungan fisik mencari
kesenangan. Perlu adanya hubungan intim yang teratur untuk mempertahankan kemampuan
dari elastisitas dinding vagina wanita dan kemampuan lubrikasi sehingga kebutuhan
seksualitas lansia terpenuhi. Dibutuhkan suatu pengertian dari pria dalam memahami kondisi
seksual pasangannya sehingga tidak timbul masalah lain yang lebih berat 2. Mungkin
menurut sebagian orang hal ini tabu untuk dibicarakan, sehinngga banyak dari para lansia
membiarkan masalah ini berlarut-larut tanpa mencari solusi yang tepat untuk
menyelesaikannya.
Beberapa lansia memiliki koping yang salah dalam menghadapi masalah kebutuhan
seksualitas. Banyak pria yang sering marah karena merasa istrinya tidak bisa memenuhi
kebutuhan seksualitasnya dan memilih untuk menikah lagi. Penanganan yang salah ini harus
dikaji dan diperbaiki. Perbaikan dalam penanganan masalah kebutuhan seksual pada lansia
bisa dilakukan oleh perawat, lansia sendiri, dan keluarga. Peran perawat sangat dibutuhkan
dalam hal ini sehingga nantinya kebutuhan seksual para lansia tetap dapat terpenuhi. Peran
perawat salah satunya yaitu dengan melakukan pengkajian yang tepat dan memberikan

intervensi untuk mengatasi masalah seksualitas pada lansia. Lansia sendiri harus bisa
menyadari kondisinya dan kondisi pasangannya. Keluarga berperan dalam memberikan
dukungan positif kepada lansia sehingga lansia bisa menerima kondisi seksualitasnya.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada lansia dengan
2.

gangguan pola seksual.


Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan teori penuaan yang berhubungan dengan lansia yang
mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan masalah kesehatan yang berhubungan dengan
gangguan kebutuhan seksualitas pada lansia.
c. Mahasiswa mampu menjelaskan peran keluarga dalam melakukan intervensi pada
lansia yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan seksualitas.

BAB II
ISI
KASUS 5

Bp. A berusia 65 tahun. Sejak 3 bulan yang lalu Bp. A tidak aktif bekerja karena sudah
pensiun TNI. Bp. A mempunyai istri Ny. R berusia 64 tahun. Bp. A mempunyai kebiasaan olah
raga seperti bulu tangkis, senam dan lari pagi sejak menjadi mahasiswa di akademi. Kebiasaan
berolah raga tersebut selalu Bp. A jalani sampai saat ini, sedangkan Ny. R jarang mengikuti olah
raga. Bp. A sampai saat ini selalu memiliki keinginan untuk selalu berhubungan intim dengan
Ny. R, apalagi setelah berolah raga Bp. A merasa badannya segar dan biasanya keinginan
memenuhi kebutuhan seksualitasnya meningkat. akan tetapi Ny. R selalu mengatakan mudah
lemes dan tidak mungkin berhubungan intim seperti waktu masih muda. Penolakan yang
berulang-ulang dari Ny. R, membuat Bp. A marah-marah, bahkan sampai Bp. A mempunyai
keinginan untuk menikah lagi.
A. TEORI PENUAAN
Penuan adalah perubahan fisik dan tingkah laku yang terjadi pada semua orang.
Peroses penuaan dibahas dalam beberapa toeri penuaan antara lain :
1. Teori Biologis
Teori biologis merupakan proses penuaan secara fisik yang meliputi perubahan
fungsi dan struktur, yang berpengaruh pada pengembangan, panjang usia dan kematian.
Teori biologi menjelaskan mengapa orang mengalami penuaan dengan cara yang berbeda
dari waktu ke waktu dan faktor apa yang mempengaruhi usia panjang, perlawanan
terhadap penyakit dan kematian atau perubahan seluler 3. Salah satunya yaitu perubahan
pada fungsi dan struktur sistem reproduksi.
2. Teori Imunitas
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang
berhubungan dengan penuaan. Ketika orang tambah usia, pertahanan mereka terhadap
organisme asing mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk menderita
berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi, sehingga banyak lansia lebih berhati-hati
dan berusaha menghindar untuk berhubungan dengan pasangannya3.
3. Teori Neuroendokrin
Penuaan terjadi oleh karena adanya suatu perlambatan dalam sekresi hormon
tertentu yang mempunyai dampak pada reaksi yang diatur oleh sistem saraf. Kasus
tersebut bisa diketahui sistem neuroendokrin berpengaruh dimana sistem hormon pada
lansia dapat berubah seiring dengan aktivitas dan perubahan-perubahan yang lain pada
lansia3.
4. Teori Psikososiologis

Teori

psikososiologis

menjelaskan

bagaimana

pengaruh

perubahan

psikososiologis seseorang seiring pertambahan usia. Perubahan sikap dan perilaku pada
seseorang juga dapat mempengaruhi pola seksualitasnya3.
5. Teori kepribadian
Teori lingkungan menyebutkan penuaan yang sehat tidak bergantung pada jumlah
aktivitas sosial seseorang tetapi pada kepuasan orang tersebut pada aktivitas sosial yang
dia lakukan. Menurut Jung pada teori kepribadian terdapat aspek-aspek pertumbuhan
psikologis yang tidak menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Pengembangan
kepribadian orang dewasa memandang kepribadian sebagai ekstrovert atau introvert.
Keseimbangan antara kedua hal tersebut penting bagi kesehatan. Menurunya tanggung
jawab serta tuntutan dari keluarga dan ikatan sosial yang terjadi pada lansia mengakibat
lansia manjadi introvert3.
6. Teori tugas perkembangan
Tugas perkembangan adalah aktifitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh
seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang
sukses3.
7. Teori disengagement
Teori disengagement menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari peran
dan tanggung jawab dalam masyarakat. Menurut ahli teori ini penarikan diri dapat
diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari dan penting untuk fungsi yang tepat dari
masyarakat sedang tumbuh. Manfaat pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah
mempunyai waktu untuk merefleksikan hidupnya dan untuk menghadapi hadapan yang
tidak terpenuhi3.
8. Teori aktifitas
Teori aktifitas merupakan lawan langsung dari teori disengagement yang
berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif.
Gagasan pemenuhan kebutuhan seseorang harus seimbang dengan pentingnya perasaan
yang dibutuhkan orang lain. Kesempatan untuk berperan dengan cara penuh arti bagi
seseorang yang penting adalah suatu komponen kesejahteraan yang penting bagi lansia.
Hilangnya fungsi peran pada lansia secara negatif mempengaruhi kepuasan hidup. Selain
itu pentingnya aktifitas mental dan fisik yang berkesinambungan untuk mencegah
kehilangan dan pemeliharaan kesehatan disepanjang masa3.
9. Teori kontinuitas

Teori ini menjelaskan dampak kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif atau
memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan dan terpenuhinya kebutuhan diusia tua.
Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu dan kepribadian untuk sebagian
dasar memprediksi bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap
perubahan akibat penuaan3.
B. PERUBAHAN - PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA PENUAAN
Lansia mengalami beberapa perubahan fisiologis pada sistem reproduksinya. Hal ini
berpengaruh pada aktifitas seksual lansia, yang cenderung mengalami penurunan fungsi
seksualnya. Perubahan terjadi pada wanita maupun pria.
1. Perubahan fisiologis pada wanita antara lain :
a.

Menopause
Sarrel dalam bukunya menjelaskan ada lima perubahan dasar fungsi seksual
yang terjadi pada wanita yang mengalami menopause. Perubahan tersebut antara lain
penurunan respon seksual, timbulnya rasa nyeri saat bersenggama, menurunnya
aktifitas seksual, menurunnya hasrat atau gairah berhubungan seksual serta adanya
masalah pada pasangan seksual. Perubahan fungsi fisiologis dipengaruhi oleh kadar
hormon ovarium. Penatalaksanaan serta terapi dapat dilakukan pada lansia dengan
menopause untuk aktifitas seksualitas seperti terapi sulih hormon. Terapi ini
hendaknya dilakukan setelah didiskusi dengan dokter maupun perawat1.

b.

Perubahan pada saluran genital


Beberapa organ vulva seperti labia mayora, labia minora, klitoris dan
vestibula vagina mengalami atrofi. Hilangnya rambut dan lemak subkutan
menjadikan penampilan kulit menjadi tipis dan kendur, elastisitasnya berkurang
sehingga mengurangi kenikmatan bersenggama. Epitel vagina menjadi tipis dan
kehilangan vaskularisasi sehingga vagina tampak pucat dan kering. Berkurangnya
sekresi vagina mengakibatkan penurunan lubrikasi sebagai pelumas dalam
bersenggama, akibatnya timbul nyeri saat bersenggama. Serviks mengalami
pengecilan dan mengalami retraksi sehingga menjadi satu dengan dinding vagina1.

c.

Perubahan pada payudara

Payudara pada lansia mengalami pengecilan. Kulit payudara mengendur dan


pucat, kendur serta putting payudara mengkerut. Hal ini mengurangi hasrat atau
gairah pasangan untuk melakukan hubungan seksual1.
2. Perubahan fisiologis pada pria
Perubahan fisiologis pada pria adalah adanya disfungsi ereksi. Disfungsi ereksi
merupakan ketidakmampuan seorang pria dalam mencapai dan atau mempertahankan
ereksi penis. Kurangnya informasi pada pria tentang penyebab disfungsi ereksi baik
penyebab fisik maupun psikologis, dapat memperburuk gejala seksual ini dan akan
membuat mereka semakin enggan untuk mencari bantuan. Faktor-faktor psikologis yang
mempengaruhi adalah ansietas, perasaan bersalah dan marah1.
C. PERUBAHAN FISIOLOGIK AKTIVITAS SEKSUAL PADA LANSIA
Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari
pembagian tahapan seksual menurut Kaplan adalah berikut ini :
1. Fase Desire
Dipengaruhi oleh penyakit, masalah hubungan dengan pasangan, harapan
kultural, kecemasan akan kemampuan seks. Hasrat pada lansia wanita menurun seiring
makin lanjutnya usia, tetapi bisa bervariasi. Interval untuk meningkatkan hasrat seksual
pada lansia pria meningkat serta testoteron menurun secara bertahap sejak usia 55 tahun
akan mempengaruhi libido4.
2. Fase Arousal
a. Lansia wanita : pembesaran payudara berkurang; terjadi penurunan flushing,
elastisitas dinding vagina, lubrikasi vagina dan peregangan otot-otot; iritasi uretra dan
kandung kemih.
b. Lansia pria : ereksi membutuhkan waktu lebih lama, dan kurang begitu kuat;
penurunan produksi sperma sejak usia 40 tahun akibat penurunan testoteron; elevasi
testis ke perineum lebih lambat4.
3. Fase Orgasmic
a. Lansia wanita : tanggapan orgasme kurang intens disertai lebih sedikit konstraksi
kemampuan mendapatkan orgasme multipel berkurang.
b. Lansia pria : kemampuan mengontrol ejakulasi membaik; kekuatan dan jumlah
kontraksi otot berkurang; volume ejakulat menurun4.
4. Fase Pasca Orgasmic

Mungkin terdapat periode refrakter dimana pembangkitan gairah sampai


timbulnya fase orgasme berikutnya lebih sukar terjadi4.
Tabel perubahan fisiologi dari aktivitas seksual yang diakibatkan oleh proses menua
menurut Kaplan4
Fase tanggapan
seksual
Fase desire

Fase arousal

Pada wanita lansia

Pada pria lansia

Terutama dipengaruhi oleh

Interval untuk meningkatkan

penyakit baik dirinya sendiri

hasrat melakukan kontak seksual

atau pasangan, masalah

meningkat;hasrat sangat

hubungan antar keduanya,

dipengaruhi oleh penyakit;

harapan kultural dan hal-hal

kecemasan akan kemampuan

tentang harga diri. Desire pada

seks dan masalah hubungan

lansia wanita mungkin

antara pasangan. Mulai usia 55

menurun dengan semakin

tahun testosteron menurun

lanjutnya usia, tetapi hal ini

bertahap yang akan

bisa bervariasi.

mempengaruhi libido.

Pembesaran payudara

Membutuhkan waktu lebih lama

berkurang, semburan panas

untuk ereksi; ereksi kurang

dikulit menurun; elastisitas

begitu kuat; testosteron

dinding vagina menurun; iritasi menurun; produksi sperma


uretra dan kandung kemih

menurun bertahap mulai usia 40

meningkat; otot-otot yang

tahun; elevasi testis ke perineum

menegang pada fase ini

lebih lambat dan sedikit;

menurun.

penguasaan atas ejakulasi

Fase orgasmik (fase Tanggapan orgasmik mungkin

biasanya membaik.
Kemampuan mengontrol

muskular)

kurang intens disertai sedikit

ejakulasi membaik; kekuatan

kontraksi; kemampuan untuk

kontraksi otot dirasakan

mendapatkan orgasme multipel berkurang; jumlah kontraksi


berkurang dengan makin

menurun; volume ejakulat

lanjutnya usia.

menurun.

Fase pasca orgasmik

Mungkin terdapat periode

Periode refrakter memanjang

refrakter, dimana

secara fisiologis, dimana ereksi

pembangkitan gairah secara

dan orgasme berikutnya lebih

segera lebih sukar.

sukar terjadi.

D. MASALAH KESEHATAN YANG MEMPENGARUHI POLA SEKSUAL


Penyakit dari satu maupun kedua pasangan merupakan sebab utama dari penurunan
fungsi seksual. Banyak proses penyakit serta pengobatannya yang dapat mengganggu fungsi
normal seksual, antara lain :
1.

Diabetes
Diabetes yang berpotensi pada laki-laki bahkan pada usia muda. Diabetes
menyebabkan arteriosklerosis dan pada banyak kasus menyebabkan neuropati autonomik.
Hal ini mungkin menyebabkan disfungsi ereksi dan disfungsi vasokonstriksi yang
memberikan kontribusi untuk terjadinya disfungsi seksual. Pengobatan baru seperti
Viagra dapat mencegah individu dari impoten5.

2.

Artritis
Nyeri sendi seperti artritis dapat mengganggu aktivitas seksual. Beberapa posisi
bersenggama adalah menyakitkan dan kelemahan atau kontraktur fleksi mungkin
mengganggu apabila distimulasi secara memadai. Nyeri dan kaku mungkin berkurang
dengan pemanasan, latihan, analgetik sebelum aktivitas seksual. Pengobatan anti

inflamasi dapat mengurangi nyeri namun dapat juga menurunkan gairah seksual5.
3. Infark Miokard
Masalah jantung juga dapat mengganggu aktivitas seksual yang normal. Resiko
kematian pada penderita jantung masih rendah, tetapi sebaiknya lansia dengan riwayat
penyakit jantung konsultasi dengan dokter. Penderita stroke tidak menghalangi dalam
melakukan hubungan seksual dengan memodifikasi posisi atau penggunaan alat bantu.
Pasien pasca stroke memilki banyak masalah yaitu :
Masalah seksual mungkin timbul setelah perawatan di rumah sakit karena pasien
mengalami ansietas akibat perubahan gambaran diri, hilangnya kapasitas, takut akan
kehilangan cinta atau dukungan relasi serta pekerjaan atau rasa bersalah dan malu atas
situasi. Pola seksual termasuk kuantitas dan kualitas aktivitas seksual sebelum stroke
sangat penting untuk diketahui sebelum nasihat spesifik tentang aktivitas seksual

ditawarkan. Sistem saraf otonomik jarang mengalami kerusakan pada stroke, maka
respon seksual mungkin tidak terpengaruh.
Libido biasanya tidak terpengaruh secara langsung. Jika terjadi hemiplegi
permanen maka diperlukan penyesuaian pada aktivitas seksual. Perubahan penglihatan
mungkin membatasi pengenalan orang atau benda-benda, dalam beberapa kasus, pasien
dan pasangannya mungkin perlu belajar untuk menggunakan area yang tidak mengalami
kerusakan. Kelemahan motorik dapat menimbulkan kesulitan mekanik, namun dapat
diatasi dengan bantuan fisik atau teknik bercinta alternatif. Kehilangan kemampuan
berbicara mungkin memerlukan sistem non-verbal untuk berkomunikasi3,5.
4. Efek Pembedahan
Histerektomi serta mastektomi tidak mengubah fungsi seksual pada lansia,
walaupun kehilangan organ tertentu membuat wanita merasa berbeda serta menimbulkan
ketakutan. Konseling dapat dilakukan untuk membantu wanita menghadapi kondisinya.
Prostatektomi tidak mengganggu ereksi, karena telah ditemukan pembedahan dengan
metode baru yang tidak merusak saraf5.
5. Konsumsi Obat dan Alkohol
Alkohol dan pengobatan dapat mempengaruhi fungsi seksual pada lansia.
Konsumsi alkohol mengakibatkan penundaan orgasme pada wanita dan gangguan ereksi
pada laki-laki. Digitalis, diuretik, antihipertensif, transquilizer, dan antidepresan dapat
menyebabkan masalah pada kehidupan seksual laki-laki dan perempuan. Penyesuaian
obat atau dosis

dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pengobatan

antiparkinsonian mampu menaikkan hasrat seksual tetapi tidak meningkatkan performa


seksual5.
6. Penyakit paru obstruktif kronik
Penyakit paru obstruktif kronik, libido mungkin terpengaruh karena adanya
kelelahan umum, kebutuhan pernafasan selama aktivitas seksual mungkin dapat
menyebabkan dispnea, yang mungkin dapat membahayakan jiwa3.
E. INSTRUMENT PENGKAJIAN PADA ASPEK SEKSUALITAS
1. FORMAT PENGKAJIAN PEMERIKSAAN FISIK SEKSUALITAS
a.
Organ Reproduksi Laki-laki6
No.
1.
2.
3.
4.

Pemeriksaan Fisik
Adanya lesi
Adanya keluaran
Nyeri testis
Masa pada testis

Jawaban
Yes/No
Yes/No
Yes/No
Yes/No

5.
6.
7.
8.
9.

b.

Masalah pada prostat


Penyakit kelamin
Perubahan pengendalian hubungan seksual
Impoten
Perhatian sebelum melakukan aktivitas seksualitas

Yes/No
Yes/No
Yes/No
Yes/No
Yes/No

Organ Reproduksi Perempuan6


No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

10.

Pemeriksaan Fisik
Adanya lesi
Adanya keluaran
Dispare urin
Nyeri tulang pelvis
Cystocola / rectocela
Penyakit kelamin
Infeksi
Perhatian sebelum melakukan aktivitas seksualitas
Riwayat menstruasi
(umur menstruasi pertama, tanggal terakhir
menstruasi)
Riwayat menopause
(umur, gejalanya, masalah setelah menopause)

Jawaban
Yes/No
Yes/No
Yes/No
Yes/No
Yes/No
Yes/No
Yes/No
Yes/No
Yes/No

Yes/No

2. PERTANYAAN UNTUK PENGKAJIAN PADA SEKSUALITAS


a.
Dapatkah Anda memberitahu bagaimana Anda mengekspresikan kebutuhan
b.
c.

d.

e.

seksualitas Anda?
Apa perhatian yang Anda miliki untuk memenuhi kebutuhan seksual Anda?
Bagaimana cara yang Anda lakukan saat melakukan hubungan seksual dengan
pasangan Anda seiring bertambahnya usia?
Apa intervensi atau informasi yang dapat saya berikan untuk membantu memenuhi
kebutuhan seksualitas Anda?
Apa pertanyaan Anda untuk melanjutkan kebutuhan seksual Anda dan fungsinya? 5

3. TES LAB YANG MENDUKUNG PENGKAJIAN SEKSUAL


a.
Total Serum Testosteron
b.
Dihydrotestosteron
c.
Estradiol
d.
Mean Gonodotropin-releasing Hormon ( GnRH)
e.
Serum Luteinizing Hormon ( LH)
f.
Serum Prolaktin
g.
Prostat Specifik Antigen (PSA) 6

F. ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS 5
Bp. A berusia 65 tahun. Sejak 3 bulan yang lalu Bp. A tidak aktif bekerja karena
sudah pensiun TNI. Bp. A mempunyai istri Ny. R berusia 64 tahun. Bp. A mempunyai
kebiasaan olah raga seperti bulu tangkis, senam dan lari pagi sejak menjadi mahasiswa di
akademi. Kebiasaan berolah raga tersebut selalu Bp. A jalani sampai saat ini, sedangkan Ny.
R jarang mengikuti olah raga. Bp. A sampai saat ini selalu memiliki keinginan untuk selalu
berhubungan intim dengan Ny. R, apalagi setelah berolah raga Bp. A merasa badannya segar
dan biasanya keinginan memenuhi kebutuhan seksualitasnya meningkat. akan tetapi Ny. R
selalu mengatakan mudah lemas dan tidak mungkin berhubungan intim seperti waktu masih
muda. Penolakan yang berulang-ulang dari Ny. R, membuat Bp. A marah-marah, bahkan
sampai Bp. A mempunyai keinginan untuk menikah lagi.
1. PENGKAJIAN
a. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Bp. A

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 65 Tahun

Pekerjaan

: Pensiunan TNI

Keluhan Utama : Kebutuhan seksual tidak terpenuhi


b. RIWAYAT KESEHATAN
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Bp. A mempunyai kebiasaan olah raga seperti bulu tangkis, senam dan lari
pagi. Setelah berolahraga keinginan untuk berhubungan seksual selalu meningkat
sehingga Bp. A selalu ingin berhubungan seksual dengan istrinya.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Sejak dulu Bp. A mempunyai kebiasaan olahraga seperti bulu tangkis, senam
dan lari pagi karena Bp. A merupakan mahasiswa di akademi. Hal itu menyebabkan
Bp. A selalu sehat, bugar, dan kebutuhan seksual Bp. A selalu terpenuhi.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ny. R (64 tahun) yang merupakan istri dari Bp. A mempunyai masalah
dengan seksualitasnya, yaitu apabila berhubungan intim dengan Bp. A tidak seperti

sewaktu masih muda dahulu, Ny. R merasa lemas saat berhubungan intim.
c. PEMERIKSAAN FISIK
1) TTV
Tekanan darah : 140/100 mmHg
Pernapasan
: 24x/menit
Nadi
: 90x/menit
Suhu
: 370 C
2) PENGKAJIAN PEMERIKSAAN FISIK SEKSUALITAS
Organ Reproduksi Laki-laki
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Pemeriksaan Fisik
Adanya lesi
Adanya keluaran
Nyeri testis
Masa pada testis
Masalah pada prostat
Penyakit kelamin
Perubahan pengendalian hubungan seksual
Impoten
Perhatian sebelum melakukan aktivitas

Jawaban
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak

seksualitas

Organ Reproduksi Perempuan


No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Pemeriksaan Fisik
Adanya lesi
Adanya keluaran
Dispare urin
Nyeri tulang pelvis
Cystocola / rectocela
Penyakit kelamin
Infeksi
Perhatian sebelum melakukan aktivitas

9.

seksualitas
Riwayat menstruasi
(umur menstruasi pertama, tanggal terakhir

10.

menstruasi)
Riwayat menopause
(umur, gejalanya, masalah setelah
menopause)

Jawaban
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
15 tahun, 16
November 1982
54 tahun; tidak
menstruasi, nyeri
dan badan terasa
panas; libido

menurun
d. PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
1) Kebutuhan seksualitas
Sebelum istrinya memasuki usia menopause kebutuhan seksual pasien selalu
terpenuhi dan tidak bermasalah.
Saat istrinya memasuki usia menopause kebutuhan seksual pasien tidak terpenuhi
dengan baik.
2) Kebutuhan ADL
Sejak muda sampai saat ini pasien selalu berolahraga setiap hari, badannya selalu
segar dan bugar.
3) Kebutuhan Stress dan Koping
Sebelum istrinya memasuki usia menopause pasien bisa mengatasi stress yang
dialami dan bisa menemukan koping yang tepat dalam mengatasi masalahnya.
Saat istrinya memasuki usia menopause pasien tidak bisa mengatasi masalah yang
dialami. Pasien mudah marah dan mudah tersinggung. Pasien ingin menikah lagi.
4) Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
Pasien merasa tidak nyaman dengan keadaan istrinya sekarang yang mudah lemas
dan selalu menolak jika diajak berhubungan seksual.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No.
1.

Data Fokus
Masalah
Ds : Bp. A mengatakan kebutuhan Ketidakefektifan

Etiologi
Hambatan

seksualitasnya tidak terpenuhi.


pola seksualitas
Bp. A mengatakan istrinya mudah lemas

hubungan

Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan
dengan seksualitas

orang terdekat

dan tidak bergairah saat melakukan

pola

berhubungan

dengan hambatan hubungan


dengan orang terdekat7

hubungan seksual.
Ny. R mengatakan terasa nyeri saat
berhungan intim.
Ny. R mengatakan bahwa melakukan
hubungan intim dilakukan hanya 2 bulan
sekali.
Do : Usia istri memasuki menopause (64
tahun)
2.

Ds : Bp. A mengatakan istrinya selalu Ketidakefektifan

Gangguan

menolak jika diajak berhubungan intim


koping
Bp. A mengatakan ingin menikah lagi
Do : Bp. A selalu marah-marah saat

pola

dalam Ketidakefektifan

melepaskan berhubungan

tekanan

gangguan

koping
dengan

dalam

pola

melepaskan tekanan7

istrinya menolak berhubungan intim


Ny. R terlihat murung dan sedih saat Bp.
A mengatakan ingin menikah lagi
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
No
1.

Diagnosa
Keperawatan
Ketidakefektifan

Tujuan dan kriteria hasil

Kode
(NIC)

Setelah

5248

dilakukan

Intervensi Keperawatan
1. Bangun

hubungan

Rasional
1. Membantu perawat dalam

pola

seksualitas tindakan

berhubungan
dengan
hubungan

keperawatan

teraupetik

selama 1 minggu dengan

hubungan

hambatan 3 kali pertemuan masing-

kepada

seksulitas pasien efektif8:


1. Tidak
terjadi

dari

seksual,

dengan criteria hasil


a. Pasien bisa
mengidentifikasi
pola seksual yang
sesuai dengan
kondisinya
b. Kebutuhan
seksual pasien
terpenuhi
c. Pasien mengerti

4356

pasien

dan

seksual

secara

kondisi kesehatan pada

memberikan

intervensi

2. Membantu

pasien

pasangannya
mengetahui

dan
untuk

fungsi

dari

hubungan seksual.
3. Pasien dapat mengetahui
kondisi kesehatannya bisa

seksualitas.

mempengaruhi kebutuhan
4. Diskusikan

dengan

pasien

istrinya

dan

pentingnya modifikasi
pada aktivitas seksual,
seperti : Posisi yang
nyaman

saat

melakukan

kebutuhan seksual

intim

(memberikan

selain

ganjalan

bantal

intim

dan

tepat.
3. Diskusikan efek dari

pemenuhan

berhubungan

mengkajian

yang sesuai dengan pasien.


informasi

istrinya tentang fungsi

hambatan pemenuhan
kebutuhan

bina
saling

percaya.
2. Berikan

dengan masing 30 menit pola

orang terdekat

dan

hubungan

berhubungan).
5. Diskusikan
alternatif

saat

bentuk
ekspresi

seksualitas.
4. Modifikasi bisa digunakan
jika
seperti

hubungan
biasanya

memuaskan.

seksual
tidak

seksual yang tepat pada


pasien

dan

istrinya,

seperti :
a. Bermesraan
b. Makan
malam

5. Pasien dan istrinya bisa


mengetahui keinginan satu
sama lain.

romantis berdua
c. Jalan-jalan berdua
d. Nonton tv bersama
6. Tunjukkan
kepada
pasien terapi sex yang
tepat,

seperti

mengingat

kenangan

indah pada masa lalu


saat masih muda.
7. Diskusikan efek negatif
dari

6. Membantu pasien memilih


terapi seks yang sesuai
kondisinya.

kebiasaan

seksualitas yang tidak


sesuai.
8. Berikan

pendidikan

seksualitas

kepada

pasien

istrinya

dan

7. Mengurangi
seksualitas

kebiasaan
yang

merugikan.

yang tepat berdasarkan


tahapan usia.
9. Diskusikan

dengan

pasien cara yang tepat

8. Memberikan

pasien

pengetahuan

seksualitas

untuk

memenuhi

yang sesuai kondisinya.

kebutuhan seksualnya,
seperti :
a. Tidur berdua tanpa
busana
b. Berciuman
10. Sarankan istri pasien
untuk

9. Mengetahui

cara

yang

tepat dalam pemenuhan


kebutuhan seksualitas.

memakai

lubrikan

saat

berhubungan intim.
11. Sarankan istri pasien
untuk

berolahraga,

minimal seminggu 2
kali.
12. Ajarkan

saat

melakukan

hubungan intim istri pasien


istri

melakukan

pasien

tidak merasa nyeri.

senam

kegel.
13. Bantu keluarga dalam
mengatasi

10. Agar

kebiasaan

seksualitas yang tidak

11. Supaya istri pasien tidak


cepat lemas dan stamina
istri meningkat.

sesuai9.
12. Membant

mengoreksi

kebiasaan seksualitas yang


salah dari pasien.
13. Untuk

meningkatkan

kekencangan
2.

Ketidakefektifan

Setelah

koping

tindakan

berhubungan

selama 1 minggu dengan

dengan

dilakukan 5230
keperawatan

gangguan 3 kali pertemuan masing-

dalam

pola masing 30 menit pasien

1. Gunakan
sebagai

kesabaran
pendekatan

terhadap pasien.
2. Ajarkan pasien dalam
mengembangkan
hubungan.
3. Bantu

dapat menerapkan koping

tekanan

yang efektif 8:
1. Pasien bisa mengatasi

mengidentifikasi respon

masalahnya dan tidak

positif dari istrinya.


4. Eksplorasi
metode

dengan

kriteria hasil :
a. Pasien mampu
mengidentifikasi
pola koping yang
efektif berfokus
pada penyelesaian
masalahnya
b. Pasien mampu

pasien

pemecahan
yang

masalah

digunakan

saat

dengan

pasien.
2. Membuat hubungan pasien
baik.
3. Membantu

menunjukkan

perhatian dari istrinya.


4. Mengetahui metode yang
pernah dilakukan pasien.

5. Membantu menghilangkan

sebelumnya.
5. Instruksikan pada pasien

stress pada klien.

teknik

mengidentifikasi
pola koping yang

lalu yang indah saat

berfokus pada

efektif

menghadapi

relaksasi, misalnya :
a. Napas dalam
b. Mengenang
masa

tidak efektif tidak

yang

klien

masalah-masalah

penggunaan

vagina.
1. Untuk membina hubungan

dengan orang lain lebih

melepaskan

tertekan

otot-otot

berdua
c. Mendengarkan lagu-

6. Mengingatkan
bahagia pasien.

memori

penyelesaian
masalah
c. Pasien melaporkan
penurunan tingkat
stress dengan tidak
ingin menikah lagi
d. Pasien dapat

lagu kenangan
6. Bantu pasien untuk
mengingat
bahagia

membangun komunikasi
yang

terhadap

pasien9.

perubahan pola
seksual yang
terjadi
e. Pasien bisa
menggunakan
strategi koping
yang efektif
berfokus pada
penyelesaian
masalah
f. Pasien melaporkan
penurunan
perasaan yang
negatif.

bersama

istrinya.
7. Bantu istri pasien dalam

beradaptasi
perkembangan

saat

hal-hal

efektif

dengan

7. Membuat hubungan pasien


dan

istrinya

harmonis.

lebih

G. PERAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN SEKSUALITAS PADA LANSIA


Berdasarkan kasus diatas tugas perkembangan keluarga dengan lansia dalam
pemenuhan kebutuhan seksualitas dapat dilakukan dengan cara mempertahankan hubungan
perkawinan. Mempertahankan hubungan perkawinan merupakan suatu hal yang lebih
penting dalam mewujudkan kebahagiaan dalam suatu keluarga. Perkawinan mempunyai
kontribusi yang sangat besar bagi moral dan aktivitas yang dijalani dari pasangan lansia.
Salah satu mitos tentang lansia yang mengatakan bahwa pada lansia dorongan seks
mengalami penurunan bahkan aktivitas sosialnya tidak ada lagi. Mitos tersebut tidak
dibenarkan oleh hasil penelitian yang memperlihatkan keadaan yang sebaliknya. Menurut
Lobsenz, 1975 mengatakan bahwa meskipun terjadi penurunan kapasitas seksualitas secara
perlahan-lahan pada lansia, namun keinginan dalam kegiatan seksual selalu ada bahkan
meningkat. Biasanya salah satu yang menjadi penyebab terjadinya menurunya aktivitas
seksual adalah masalah psikologis10.
Keluarga merupakan support sistem utama bagi lansia dalam mempertahankan
kesehatan. Peran keluarga dalam perawatan lansia meliputi menjaga merawat lansia
mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan sosial
ekonomi, serta memberikan motivasi kebutuhan spiritual bagi lansia. Perkembangan
keluarga merupakan tanggung jawab yang harus dicapai oleh keluarga dalam setiap
perkembangan10. Keluarga memiliki banyak peran dalam menyelesaikan masalah kebutuhan
seksual pada lansia. Peran keluarga yang dapat dilakukan antara lain keluarga dapat
memberikan pengertian dan pemahaman kepada bapak A tentang perubahan seksualitas yang
terjadi terutama penurunan fungsi organ reproduksi wanita. Ketika wanita mengalami
penurunan fungsi organ reproduksi, wanita mengalami cepat lelah ketika melakukan
hubungan intim dan penurunan rasa bergairah untuk melakukan hubungan intim. Sedangkan
pada pria tidak ada yang namanya penurunan fungsi organ reproduksi, bahkan pria
cenderung lebih semangat dan lebih bergairah dalam melakukan hubungan intim.
Diharapkan, setelah diberikan pemahaman dan pengertian tentang perubahan sesksual yang
terjadi, bapak A mengerti dengan kondisi nyonya R yang telah mengalami penurunan fungsi
organ reproduksi berkaitan dengan masa menopause yang dialami oleh Ny. R. Keluarga
dapat menginformasikan cara memenuhi kebutuhan seksualitas pada lansia dengan cara
tidak harus berhubungan intim langsung tetapi bisa juga melakukan dengan menonton TV

sambil telanjang, berciuman, berpelukan, tidur bersama sambil telanjang, dan makan berdua.
Sehingga Bapak A tidak perlu meminta menikah lagi untuk memenuhi kebutuhan
seksualitasnya.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Proses menua pasti akan dialami oleh semua orang. Penuaan yang dialami oleh
semua orang pasti akan menimbulkan banyak masalah, dan salah satu maslah tersebut
adalah tentang pemenuhan kebutuhan seksualitas. Ada beberapa teori penuaan yang
mendukung munculnya masalah pemenuhan kebutuhan seksualitas, diantranya yaitu
Teori Biologis, Teori Imunitas, Teori Neuroendokrin, Teori Psikososiologis, Teori
kepribadian, Teori Tugas Perkembangan, Teori Disengagement, Teori Aktifitas, dan Teori
Kontinuitas. Masalah pemenuhan kebutuhan seksualitas juga disebabkan oleh reaksi

perubahan fisiologis pada organ reproduksi wanita ataupun pria. Wanita mengalami
perubahan fisiologis pada payudara, saluran genitalia, dan menopause, sedangkan pria
mengalami perubahan fisiologis yaitu terjadinya disfungsi ereksi. Hal yang bisa
mempengaruhi kebutuhan seksualitas pada lansia yaitu adanya reaksi atau komplikasi
yang ditimbulkan oleh beberapa penyakit seperti penyakit Diabetes, penyakit Artritis,
penyakit Infark Miokard, Penyakit Paru Obstruktif Kronik, serta efek dari Pembedahan
dan efek dari Konsumsi Obat dan Alkohol. Diperlukan asuhan keperawatan yang tepat
dalam mengatasi pemunuhan kebutuhan seksualitas pada lansia. Ada beberapa instrument
yang bisa dipakai untuk melakukan pengkajian pada pemenuhan kebutuhan seksualitas.
Perawat perlu melakukan pengkajian yang mendalam dan membina hubungan terapeutik
dengan pasien dan keluarganya sebelum memberikan asuhan keperawatan sehinggaa
asuhan yang diberikan sesuai dengan keadaan pasien. Peran keluarga sangat diperlukan
dalam mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan seksualitas pada lansia.
B. SARAN
1. Lansia harus mampu melakukan komunikasi efektif dengan pasangannya.
2. Dalam pemenuhan kebutuhan seksualitas lansia tidak harus berhubungan intim tetapi
bisa dengan cara lain.
3. Keluarga harus memberikan perhatian dan dukungan yang lebih kepada lansia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Stanley, Mickey & Patricia Gauntlett Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Ed.2.
Jakarta : EGC
2. Potter, Patricia A & Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses, dan Praktik, Ed.4 Vol.1. Jakara : EGC
3. Darmojo, R Boedi dan Martono, H Hadi. 2000. Geriatri ( ilmu kesehatan usia lanjut ).
Jakarta : FKUI
4. Widyastuti, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya
5. Hoffman, Gloria.1999. Basic Geriatric Nursing, Ed.2. Philadelphia : Mosby
6. Lueckenotte, Annettte G. 2000. Gerontologic Nursing, second edition. Philadelphia : Mosby
7. Nanda. 2009-2011. Diagnos Keperawatan. Jakarta : EGC
8. Johnson, Marion, dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) second edition. St.
Louis, Missouri : Mosby inc

9. McCloskey, Joanne C & Bulechek, Gloria M. 2000. Nursing Intervention Classification


(NIC) third edition. St. Louis, Missouri : Mosby inc
10. Maryam, Siti R, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medika

MAKALAH

KASUS 5
PEMENUHAN KEBUTUHAN SEKSUALITAS PADA LANSIA
Disusun untuk memenuhi tugas mata ajar Keperawatan Gerontik II

Oleh Kelompok 5 :
Ainur Rahmah Amalia

G2B009064

Zuniati

G2B009066

Silvia Eva Dewi

G2B009068

Nisa Naelatul Izzah

G2B009070

Ema Maulina

G2B009072

Efni Rahma Sartika

G2B009077

Janitra Kharisma

G2B009079

Eka Wakyu Oktafiani

G2B009081

Wajinah

G2B009083

Siti Shofiyah

G2B009095

Rani Soraya W.

G2B009096

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2011

También podría gustarte