Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
I.
DEFINISI
Tinea Kruris adalah dermatofitosis pada sela paha,
perineum dan sekitar anus. Kelainan ini dapat bersifat
akut atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit
yang berlangsung seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas
pada daerah genito-krural saja atau bahkan meluas ke
daerah sekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian
bawah atau bagian tubuh yang lain. Tinea kruris
mempunyai nama lain eczema marginatum, jockey itch,
ringworm of the groin, dhobie itch.
II.
ETIOLOGI
Penyebab utama dari tinea kruris :
Epidermophython fluccosum,
MANIFESTASI KLINIS
1. Anamnesis
Keluhan penderita adalah rasa gatal dan kemerahan di
regio inguinalis dan dapat meluas ke sekitar anus,
intergluteal sampai ke gluteus. Dapat pula meluas ke
supra pubis dan abdomen bagian bawah. Rasa gatal akan
semakin meningkat jika banyak berkeringat. Riwayat
pasien sebelumnya adalah pernah memiliki keluhan yang
sama. Pasien berada pada tempat yang beriklim agak
lembab, memakai pakaian ketat, bertukar pakaian dengan
orang lain, aktif berolahraga, menderita diabetes mellitus.
Penyakit ini dapat menyerang pada tahanan penjara,
tentara, atlit olahraga dan individu yang beresiko terkena
dermatofitosis.
2. Pemeriksaan Fisik
Efloresensi terdiri atas bermacam-macam bentuk yang
primer dan sekunder. Makula eritematosa, berbatas tegas
dengan tepi lebih aktif terdiri dari papula atau pustula.
Jika kronis atau menahun maka efloresensi yang tampak
hanya makula hiperpigmentasi dengan skuama diatasnya
dan disertai likenifikasi. Garukan kronis dapat
menimbulkan gambaran likenifikasi.
2. Erytrasma
Erytrasma adalah penyakit bakteri kronik pada
stratum
korneum
yang
disebabkan
oleh
Corynebacterium minitussismum, ditandai lesi
berupa eritemadan skuama halus terutama di daerah
ketiak dan lipat paha. Gejala klinis lesi berukuran
sebesar milier sampai plakat. Lesi eritroskuamosa,
berskuama halus kadang terlihat merah kecoklatan.
Variasi ini rupanya bergantung pada area lesidan
warna kulit penderita. Tempat predileksi kadang di
daerah intertriginosa lain terutama pada penderita
gemuk. Perluasan lesi terlihat pada pinggir yang
eritematosa dan serpiginose. Lesi tidak menimbul
dan tidak terlihat vesikulasi. Efloresensi yang sama
berupa eritema dan skuama pada seluruh lesi
merupakan tanda khas dari eritrasma. Skuama
kering yang halus menutupi lesi dan pada perabaan
terasa berlemak. Pada pemeriksaan dengan lampu
wood lesi terlihat berfluoresensi merah membara
(coral red).
IX.
PENATALAKSANAAN
Pada infeksi tinea kruris tanpa komplikasi biasanya dapat
dipakai anti jamur topikal saja dari golongan imidazole
yang tersedia dalam beberapa formulasi. Semuanya
memberikan keberhasilan terapi yang tinggi 70-100%
dan jarang ditemukan efek samping. Obat ini digunakan
pagi dan sore hari kira-kira 2-8 minggu. Terapi dioleskan
sampai 3 cm diluar batas lesi, dan diteruskan sekurangkurangnya 2 minggu setelah lesi menyembuh.
Terapi sistemik dapat diberikan jika terdapat kegagalan
dengan terapi topical dan atau intoleransi dengan terapi
topikal. Sebelum memilih obat sistemik hendaknya cek
terlebih dahulu interaksi obat-obatan tersebut. Diperlukan
juga monitoring terhadap fungsi hepar apabila terapi
sistemik diberikan lebih dari 4 minggu. Pengobatan tinea
kruris tersedia dalam bentuk pemberian topikal dan
sistemik.
Obat secara topikal yang digunakan dalam tinea kruris
adalah:
Ketokonazole 2 % 1x / hari
Mekanisme kerja ketokonazole sebagai turunan
imidazole yang bersifat broadspektrum akan
menghambat sintesis ergosterol sehingga
komponen sel jamur meningkat menyebabkan sel
jamur mati. Pengobatan dengan ketokonazole
dapat dilakukan selama 6 - 8 minggu. Tidak
dianjurkan pada pasien yang menunjukkan
hipersensitivitas, hindari kontak dengan mata.
digunakan untuk pemakaian luar.
Pengobatan secara sistemik dapat digunakan untuk untuk
lesi yang luas atau gagal dengan pengobatan topikal,
berikut adalah obat sistemik yang digunakan dalam
pengobatan tinea kruris:
a. Ketokonazole
Sebagai turunan imidazole, ketokonazole
merupakan obat jamur oral yang berspektrum
luas. Kerja obat ini fungistatik. Pemberian 200
mg / hari selama 2-4 minggu.
b. Itrakonazole
Sebagai turunan triazole, itrakonazole merupakan
obat anti jamur oral yang berspektrum luas yang
menghambat pertumbuhan sel jamur dengan
menghambat sitokrom P-450 dependent sintetis
dari ergosterol yang merupakan komponen
penting pada selaput sel jamur. Pada penelitian
disebutkan bahwa itrakonazole lebih baik
daripada griseofulvin dengan hasil terbaik 2-3
minggu setelah perawatan. Dosis dewasa 200 mg
po selama 1 minggu dan dosis dapat dinaikkan
100 mg jika tidak ada perbaikan tetapi tidak
boleh melebihi 400mg/hari.Untuk anak-anak
5mg/hari PO selama 1 minggu. Obat ini
dikontraindikasikan pada penderita yang
hipersensitivitas, dan jangan diberikan bersama
dengan cisapride karena berhubunngan dengan
aritmia jantung.
c. Griseofulfin
Termasuk obat fungistatik, bekerja dengan
menghambat mitosis sel jamur dengan mengikat
mikrotubuler dalam sel. Obat ini lebih sedikit
tingkatkeefektifannya dibanding itrakonazole.
Pemberian dosis pada dewasa 500 mg PO selama
2 4 minggu, untuk anak 10-25 mg/kg/hari
Edukasi kepada pasien di rumah :
1. Anjurkan agar menjaga daerah lesi tetap kering
2. Bila gatal, jangan digaruk karena garukan dapat
menyebabkan infeksi.
3. Jaga kebersihan kulit dan kaki bila berkeringat
keringkan dengan handuk dan mengganti pakaian yang
lembab
4. Gunakan pakaian yang terbuat dari bahan yang dapat
menyerap keringat seperti katun, tidak ketat dan ganti
setiap hari.
5. Untuk menghindari penularan penyakit, pakaian dan
handuk yang digunakan penderita harus segera dicuci
dan direndam air panas.
X.
KOMPLIKASI
Tinea kruris dapat terinfeksi sekunder oleh candida atau
bakteri yang lain. Pada infeksi jamur yang kronis dapat
terjadi likenifikasi dan hiperpigmentasikulit.
XI.
PROGNOSIS
Prognosis penyakit ini baik dengan diagnosis dan terapi
yang tepat asalkan kelembapan dan kebersihan kulit
selalu dijaga