Está en la página 1de 3

Tinea Kruris

(aria kapriyati 1102011041)

I.

DEFINISI
Tinea Kruris adalah dermatofitosis pada sela paha,
perineum dan sekitar anus. Kelainan ini dapat bersifat
akut atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit
yang berlangsung seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas
pada daerah genito-krural saja atau bahkan meluas ke
daerah sekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian
bawah atau bagian tubuh yang lain. Tinea kruris
mempunyai nama lain eczema marginatum, jockey itch,
ringworm of the groin, dhobie itch.

II.
ETIOLOGI
Penyebab utama dari tinea kruris :

Trichophyhton rubrum (90%),

Epidermophython fluccosum,

Trichophyton mentagrophytes (4%),


Trichopyhton tonsurans (6%)
III.
EPIDEMIOLOGI
Tinea kruris dapat ditemui diseluruh dunia dan paling
banyak di daerah tropis. Angka kejadian lebih sering
pada orang dewasa, terutama laki-laki dibandingkan
perempuan. Tidak ada kematian yang berhubungan
dengan tinea kruris.Jamur ini sering terjadi pada orang
yang kurang memperhatikan kebersihan diri atau
lingkungan sekitar yang kotor dan lembab.
IV.
PATOFISIOLOGI
Cara penularan jamur dapat secara langsung maupun
tidak langsung. Penularan langsung dapat secara fomitis,
epitel, rambut yang mengandung jamur baik dari
manusia, binatang, atau tanah. Penularan tidak langsung
dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur,
pakaian debu. Agen penyebab juga dapat ditularkan
melalui kontaminasi dengan pakaian, handuk atau sprei
penderita atau autoinokulasi dari tinea pedis, tinea
inguium, dan tinea manum.
Jamur ini menghasilkan keratinase yang mencerna
keratin, sehingga dapat memudahkan invasi ke stratum
korneum. Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau
cabang-cabangnya didalam jaringan keratin yang mati.
Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi
ke jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi

peradangan. Pertumbuhannya dengan pola radial di


stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit
dengan batas yang jelas dan meninggi (ringworm).
Reaksi kulit semula berbentuk papula yang berkembang
menjadi suatu reaksi peradangan. Beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap timbulnya kelainan di kulit adalah:
a. Faktor virulensi dari dermatofita
Virulensi ini bergantung pada afinitas jamur
apakah jamur antropofilik, zoofilik, geofilik.
Selain afinitas ini masing-masing jamur berbeda
pula satu dengan yang lain dalam hal afinitas
terhadap manusia maupun bagian-bagian dari
tubuh misalnya: Trichopyhton rubrum = jarang
menyerang rambut, Epidermophython fluccosum=
paling sering menyerang lipat paha bagian dalam.
b. Faktor trauma
Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil lebih susah
untuk terserang jamur.
c. Faktor suhu dan kelembapan
Kedua faktor ini jelas sangat berpengaruh
terhadap infeksi jamur, tampak pada lokalisasi
atau lokal, dimana banyak keringat seperti pada
lipat paha, sela-sela jari paling sering terserang
penyakit jamur.
d. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan
Faktor ini memegang peranan penting pada
infeksi jamur dimana terlihat insiden penyakit
jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang
lebih rendah sering ditemukan daripada golongan
ekonomi yang baik
e. Faktor umur dan jenis kelamin
V.

MANIFESTASI KLINIS
1. Anamnesis
Keluhan penderita adalah rasa gatal dan kemerahan di
regio inguinalis dan dapat meluas ke sekitar anus,
intergluteal sampai ke gluteus. Dapat pula meluas ke
supra pubis dan abdomen bagian bawah. Rasa gatal akan
semakin meningkat jika banyak berkeringat. Riwayat
pasien sebelumnya adalah pernah memiliki keluhan yang
sama. Pasien berada pada tempat yang beriklim agak
lembab, memakai pakaian ketat, bertukar pakaian dengan
orang lain, aktif berolahraga, menderita diabetes mellitus.
Penyakit ini dapat menyerang pada tahanan penjara,
tentara, atlit olahraga dan individu yang beresiko terkena
dermatofitosis.
2. Pemeriksaan Fisik
Efloresensi terdiri atas bermacam-macam bentuk yang
primer dan sekunder. Makula eritematosa, berbatas tegas
dengan tepi lebih aktif terdiri dari papula atau pustula.
Jika kronis atau menahun maka efloresensi yang tampak
hanya makula hiperpigmentasi dengan skuama diatasnya
dan disertai likenifikasi. Garukan kronis dapat
menimbulkan gambaran likenifikasi.

Manifestasi tinea kruris :


- Makula eritematus dengan central healing di lipatan
inguinal, distal lipat paha, dan proksimal dari abdomen
bawah dan pubis
- Daerah bersisik
- Pada infeksi akut, bercak-bercak mungkin basah dan
eksudatif
- Pada infeksi kronis makula hiperpigmentasi dengan
skuama diatasnya dan disertai likenifikasi
- Area sentral biasanya hiperpigmentasi dan terdiri atas
papula eritematus yang tersebar dan sedikit skuama
- Penis dan skrotum jarang atau tidak terkena
- Perubahan sekunder dari ekskoriasi, likenifikasi, dan
impetiginasi mungkin muncul karena garukan
- Infeksi kronis bisa oleh karena pemakaian
kortikosteroid topikal sehingga tampak kulit eritematus,
sedikit berskuama, dan mungkin terdapat pustula
folikuler
- Hampir setengah penderita tinea kruris berhubungan
dengan tinea pedis
VI.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan mikologik untuk membantu penegakan
diagnosis terdiri atas pemeriksaan langsung sediaan
basah dan biakan. Pada pemeriksaan mikologik untuk
mendapatkan jamur diperlukan bahan klinis berupa
kerokan kulit yang sebelumnya dibersihkan dengan
alkohol 70%.
a.Pemeriksaan dengan sediaan basah
Kulit dibersihkan dengan alkohol 70% kerok skuama
dari bagian tepi lesi dengan memakai scalpel atau pinggir
gelas taruh di obyek glass tetesi KOH 10-15 % 1-2 tetes
tunggu 10-15 menit untuk melarutkan jaringan
lihat di mikroskop dengan pembesaran 10-45 kali, akan
didapatkan hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh
sekat, dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora)
pada kelainan kulit yang lama atau sudah diobati, dan
miselium
b. Pemeriksaan kultur dengan Sabouraud agar
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan
klinis pada medium saboraud dengan ditambahkan
chloramphenicol dan cyclohexamide (mycobyoticmycosel) untuk menghindarkan kontaminasi bakterial
maupun jamur kontaminan. Identifikasi jamur biasanya
antara 3-6 minggu (Wiederkehr,Michael. 2008)
c. Punch biopsy
Dapat digunakan untuk membantu menegakkan
diagnosis namun sensitifitasnya dan spesifisitasnya
rendah. Pengecatan dengan Peridoc AcidSchiff, jamur
akan tampak merah muda atau menggunakan pengecatan
methenamin silver, jamur akan tampak coklat atau hitam
(Wiederkehr, Michael. 2008).

d. Penggunaan lampu wood bisa digunakan untuk


menyingkirkan adanya eritrasma dimana akan tampak
floresensi merah bata.
VII.
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik dengan melihat gambaran klinis dan
lokasi terjadinya lesi serta pemeriksaan penunjang seperti
yang telah disebutkan dengan menggunakan mikroskop
pada sediaan yang ditetesi KOH 10-20%, sediaan biakan
pada medium Saboraud, punch biopsi, atau penggunaan
lampu wood.
VIII. DIAGNOSIS BANDING
1. Candidosis intertriginosa
Kandidosis adalah penyakit jamur yang disebabkan
oleh spesies Candida biasanya oleh Candida albicans
yang bersifat akut atau subakut dan dapat mengenai
mulut, vagina, kulit, kuku, bronki. Penyakit ini
terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua
umur,
baik
laki-laki
maupun
perempuan.
Patogenesisnya dapat terjadi apabila ada predisposisi
baik endogen maupun eksogen. Faktor endogen
misalkan kehamilan karena perubahan pH dalam
vagina, kegemukan karena banyak keringat, debilitas,
iatrogenik, endokrinopati, penyakit kronis orang tua
dan bayi, imunologik (penyakit genetik). Faktor
eksogen berupa iklim panas dan kelembapan,
kebersihan kulit kurang, kebiasaan berendam kaki
dalam air yang lama menimbulkan maserasi dan
memudahkan masuknya jamur, kontak dengan
penderita. Dapat mengenai daerah lipatan kulit,
terutama ketiak, bagian bawah payudara, bagian
pusat, lipat bokong, selangkangan, dan sela antar jari;
dapat juga mengenai daerah belakang telinga, lipatan
kulit perut, dan glans penis (balanopostitis). Pada sela
jari tangan biasanya antara jari ketiga dan keempat,
pada sela jari kaki antara jari keempat dan kelima,
keluhan gatal yang hebat, kadang-kadang disertai rasa
panas seperti terbakar. Lesi pada penyakit yang akut
mula-mula kecil berupa bercak yang berbatas tegas,
bersisik, basah, dan kemerahan. Kemudian meluas,
berupa lenting-lenting yang dapat berisi nanah
berdinding tipis, ukuran 2-4 mm, bercak kemerahan,
batas tegas. Pada bagian tepi kadang-kadang tampak
papul dan skuama. Lesi tersebut dikelilingi oleh
lenting-lenting atau papul di sekitarnya berisi nanah
yang bila pecah meninggalkan daerah yang luka,
dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti
lesi utama. Kulit sela jari tampak merah atau
terkelupas, dan terjadi lecet. Pada bentuk yang kronik,
kulit sela jari menebal dan berwarna putih.

2. Erytrasma
Erytrasma adalah penyakit bakteri kronik pada
stratum
korneum
yang
disebabkan
oleh
Corynebacterium minitussismum, ditandai lesi
berupa eritemadan skuama halus terutama di daerah
ketiak dan lipat paha. Gejala klinis lesi berukuran
sebesar milier sampai plakat. Lesi eritroskuamosa,
berskuama halus kadang terlihat merah kecoklatan.
Variasi ini rupanya bergantung pada area lesidan
warna kulit penderita. Tempat predileksi kadang di
daerah intertriginosa lain terutama pada penderita
gemuk. Perluasan lesi terlihat pada pinggir yang
eritematosa dan serpiginose. Lesi tidak menimbul
dan tidak terlihat vesikulasi. Efloresensi yang sama
berupa eritema dan skuama pada seluruh lesi
merupakan tanda khas dari eritrasma. Skuama
kering yang halus menutupi lesi dan pada perabaan
terasa berlemak. Pada pemeriksaan dengan lampu
wood lesi terlihat berfluoresensi merah membara
(coral red).
IX.
PENATALAKSANAAN
Pada infeksi tinea kruris tanpa komplikasi biasanya dapat
dipakai anti jamur topikal saja dari golongan imidazole
yang tersedia dalam beberapa formulasi. Semuanya
memberikan keberhasilan terapi yang tinggi 70-100%
dan jarang ditemukan efek samping. Obat ini digunakan
pagi dan sore hari kira-kira 2-8 minggu. Terapi dioleskan
sampai 3 cm diluar batas lesi, dan diteruskan sekurangkurangnya 2 minggu setelah lesi menyembuh.
Terapi sistemik dapat diberikan jika terdapat kegagalan
dengan terapi topical dan atau intoleransi dengan terapi
topikal. Sebelum memilih obat sistemik hendaknya cek
terlebih dahulu interaksi obat-obatan tersebut. Diperlukan
juga monitoring terhadap fungsi hepar apabila terapi
sistemik diberikan lebih dari 4 minggu. Pengobatan tinea
kruris tersedia dalam bentuk pemberian topikal dan
sistemik.
Obat secara topikal yang digunakan dalam tinea kruris
adalah:
Ketokonazole 2 % 1x / hari
Mekanisme kerja ketokonazole sebagai turunan
imidazole yang bersifat broadspektrum akan
menghambat sintesis ergosterol sehingga
komponen sel jamur meningkat menyebabkan sel
jamur mati. Pengobatan dengan ketokonazole
dapat dilakukan selama 6 - 8 minggu. Tidak
dianjurkan pada pasien yang menunjukkan
hipersensitivitas, hindari kontak dengan mata.
digunakan untuk pemakaian luar.
Pengobatan secara sistemik dapat digunakan untuk untuk
lesi yang luas atau gagal dengan pengobatan topikal,
berikut adalah obat sistemik yang digunakan dalam
pengobatan tinea kruris:

a. Ketokonazole
Sebagai turunan imidazole, ketokonazole
merupakan obat jamur oral yang berspektrum
luas. Kerja obat ini fungistatik. Pemberian 200
mg / hari selama 2-4 minggu.
b. Itrakonazole
Sebagai turunan triazole, itrakonazole merupakan
obat anti jamur oral yang berspektrum luas yang
menghambat pertumbuhan sel jamur dengan
menghambat sitokrom P-450 dependent sintetis
dari ergosterol yang merupakan komponen
penting pada selaput sel jamur. Pada penelitian
disebutkan bahwa itrakonazole lebih baik
daripada griseofulvin dengan hasil terbaik 2-3
minggu setelah perawatan. Dosis dewasa 200 mg
po selama 1 minggu dan dosis dapat dinaikkan
100 mg jika tidak ada perbaikan tetapi tidak
boleh melebihi 400mg/hari.Untuk anak-anak
5mg/hari PO selama 1 minggu. Obat ini
dikontraindikasikan pada penderita yang
hipersensitivitas, dan jangan diberikan bersama
dengan cisapride karena berhubunngan dengan
aritmia jantung.
c. Griseofulfin
Termasuk obat fungistatik, bekerja dengan
menghambat mitosis sel jamur dengan mengikat
mikrotubuler dalam sel. Obat ini lebih sedikit
tingkatkeefektifannya dibanding itrakonazole.
Pemberian dosis pada dewasa 500 mg PO selama
2 4 minggu, untuk anak 10-25 mg/kg/hari
Edukasi kepada pasien di rumah :
1. Anjurkan agar menjaga daerah lesi tetap kering
2. Bila gatal, jangan digaruk karena garukan dapat
menyebabkan infeksi.
3. Jaga kebersihan kulit dan kaki bila berkeringat
keringkan dengan handuk dan mengganti pakaian yang
lembab
4. Gunakan pakaian yang terbuat dari bahan yang dapat
menyerap keringat seperti katun, tidak ketat dan ganti
setiap hari.
5. Untuk menghindari penularan penyakit, pakaian dan
handuk yang digunakan penderita harus segera dicuci
dan direndam air panas.
X.
KOMPLIKASI
Tinea kruris dapat terinfeksi sekunder oleh candida atau
bakteri yang lain. Pada infeksi jamur yang kronis dapat
terjadi likenifikasi dan hiperpigmentasikulit.
XI.
PROGNOSIS
Prognosis penyakit ini baik dengan diagnosis dan terapi
yang tepat asalkan kelembapan dan kebersihan kulit
selalu dijaga

También podría gustarte