Está en la página 1de 18

Asuhan Keperawatan Gerontik

Terkait Sistem Gastrointestinal dan Nutrisi


A. Pengertian
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat- zat gizi dan energi, menyerap
zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang
tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia
untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan
menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh serta
mengeluarkan sisanya.
B. Proses Menua pada Saluran Cerna
1. Rongga Mulut
Gigi geligi mulai banyak yang tanggal, disamping juga terjadi
kerusakan gusi karena proses degenerasi kedua hal ini sangat
mempengaruhi proses pencernaan makanan. Kelenjar saliva mulai
menurun produksinya, sehingga mempengaruhi proses perubahan
kompleks karbohidrat menjaddi disakarida (karean enzim ptyalin
menurun) juga fungsi ludah sebagai pelican makanan berkurang
sehingga proses menelan lebih sukar. Terjadi juga penurunan sensasi
pengecap pada ujung lidah terutama untuk rasa asin sehingga lansia
cenderung untuk makan makanan yang lebih asin.
2. Faring dan Esofagus
Banyak lansia sudah mengalami kelemahan otot polos sehingga proses
menelan sering sukar. Kelemahan otot esophagus sering menyebabkan
proses patologis yang disebut hernia hiatus.
3. Lambung
Ukuran lambung pada lansia menjadi lebih kecil, sehingga daya
tamping makanan menjadi berkurang. Proses perubahan protein

menjadi pepton terganggu. Karena sekresi asam lambung berkurang


rangsang rasa lapar juga berkurang.
4. Usus Halus
Mukosa usus halus mengalami atrofi, sehingga luas permukaan
berkurang., sehingga jumlah vili berkurang dan selanjutnya juga
menurunkan proses absorbsi. Didaerah duodenum enzim yang
dihasilkan oleh pancreas dan empedu juga menurun sehingga
menyebabkan gangguan yang disebut mal digesti dan mal absorbs.
5. Pankreas
Pada lansia sering terjadi pancreatitis yang dihubungkan dengan batu
empedu.
6. Hati
Dengan meningkatnya usia secara histologik dan anatomic akan terjadi
perbahan akibat atrofi sebagian besar sel, berubah bentuk menjadi
jaringan fibrous. Hal ini akan menyebabkan penurunan fungsi hati.
7. Usus Besar dan Rektum
Pada usus besar kelokan-kelokan pembuluh darah meningkat sehingga
motlitas kolon menjadi berkurang. Keadaan ini aakan menyebabkan
absorbs air dan elektrolit meningkat (Pada kolon sudah tidak terjadi
absorbsi makanan), feses menjadi lebih keras, sehingga keluhan sulit
buang air merupakan keluhan yang sering didapat pada lansia.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada Lansia
1. Berkurangnya

kemampuan

mencerna

kerusakan gigi atau ompong.


2. Berkurangnya indera pengecapan

makanan

mengakibatkan

terhadap cita rasa manis, asin, asam, dan pahit.


3. Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.
4. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
5. Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah
menimbulkan konstipasi.
6. Penyerapan makanan di usus menurun.
D. Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia
1. Kalori

dan

akibat

penurunan

biasanya

Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan metabolisme basal


pada orang-orang berusia lanjut menurun sekitar 15-20%, disebabkan
berkurangnya massa otot dan aktivitas. Kalori (energi) diperoleh dari
lemak 9,4 kal, karbohidrat 4 kal, dan protein 4 kal per gramnya. Bagi
lansia komposisi energi sebaiknya 20-25% berasal dari protein, 20% dari
lemak, dan sisanya dari karbohidrat. Kebutuhan kalori untuk lansia lakilaki sebanyak 1960 kal, sedangkan untuk lansia wanita 1700 kal. Bila
jumlah kalori yang dikonsumsi berlebihan, maka sebagian energi akan
disimpan berupa lemak, sehingga akan timbul obesitas. Sebaliknya, bila
terlalu sedikit, maka cadangan energi tubuh akan digunakan, sehingga
tubuh akan menjadi kurus.
2. Protein
Pada lansia, masa ototnya berkurang, tetapi kebutuhan tubuhnya akan
protein tidak berkurang, bahkan harus lebih tinggi dari orang dewasa,
karena pada lansia efisiensi penggunaan senyawa nitrogen (protein) oleh
tubuh telah berkurang (disebabkan pencernaan dan penyerapannya kurang
efisien). Beberapa penelitian merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya
konsumsi proteinnya ditingkatkan sebesar 12-14% dari porsi untuk orang
dewasa. Sumber protein yang baik diantaranya adalah pangan hewani dan
kacang-kacangan.
3. Lemak
Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total kalori
yang dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari 40%
dari konsumsi energi) dapat menimbulkan penyakit atherosclerosis
(penyumbatan pembuluh darah ke jantung). Juga dianjurkan 20% dari
konsumsi lemak tersebut adalah asam lemak tidak jenuh (PUFA = poly
unsaturated faty acid). Minyak nabati merupakan sumber asam lemak tidak
jenuh yang baik, sedangkan lemak hewan banyak mengandung asam
lemak jenuh.
4. Karbohidrat Dan Serat Makanan

Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau
konstipasi (susah BAB) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus.
Serat makanan telah terbukti dapat menyembuhkan kesulitan tersebut.
Sumber serat yang baik bagi lansia adalah sayuran, buah-buahan segar dan
biji-bijian utuh. Manula tidak dianjurkan mengkonsumsi suplemen serat
(yang dijual secara komersial), karena dikuatirkan konsumsi seratnya
terlalu banyak, yang dapat menyebabkan mineral dan zat gizi lain terserap
oleh serat sehingga tidak dapat diserap tubuh. Lansia dianjurkan untuk
mengurangi konsumsi gula-gula sederhana dan menggantinya dengan
karbohidrat kompleks, yang berasal dari kacang-kacangan dan biji-bijian
yang berfungsi sebagai sumber energi dan sumber serat.
5. Vitamin Dan Mineral
Hasil

penelitian

menyimpulkan

bahwa

umumnya

lansia

kurang

mengkonsumsi vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D,


dan E umumnya kekurangan ini terutama disebabkan dibatasinya
konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan sayuran, kekurangan
mineral yang paling banyak diderita lansia adalah kurang mineral kalsium
yang

menyebabkan

kerapuhan

tulang

dan

kekurangan

zat

besi

menyebabkan anemia. Kebutuhan vitamin dan mineral bagi lansia menjadi


penting untuk membantu metabolisme zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan
buah hendaknya dikonsumsi secara teratur sebagai sumber vitamin,
mineral dan serat.
6. Air
Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan
tubuh untuk mengganti yang hilang (dalam bentuk keringat dan urine),
membantu pencernaan makanan dan membersihkan ginjal (membantu
fungsi kerja ginjal). Pada lansia dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per
hari.

E. Proses Penuaan Normal pada Saluran Gastrointestinal

Proses penuaan memberikan pengaruh pada setiap bagian dalam


saluran gastrointestinal (GI). Namun, karena luasnya persoalan fisiologi pada
sistem gastrointestinal, hanya sedikit masalah-masalah yang berkaitan dengan
usia yang dilihat dalam kesehatan. Banyak masalah-masalah GI yang
dihadapi oleh lansia lebih erat dihubungkan dengan gaya hidup mereka.
Kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodontal desease yang
biasa terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan gigi
yang buruk dan gizi yang buruk.

Pada Lansia keluahan-keluhan seperti

kembung, perasaan tidak enak di perut dan sebagainya, seringkali disebabkan


makanan yang kurang dicerna akibat berkurangnya fungsi kelenjar
pencernaan. Juga dapat disebabkan karena berkurangnya toleransi terhadap
makanan terutama yang mengandung lemak.
Keluhan lain yang sering dijumpai adalah konstipasi, yang disebabkan
karena kurangnya kadar selulosa, kurangnya nafsu makan bisa disebabkan
karenanya banyaknya gigi yang sudah lepas. Dengan proses menua bisa
terjadi gangguan motilits otot polos esophagus, bisa juga terjadi refluks
disease (terjadi akibat refluks isi lambung ke esophagus), insiden ini
mencapai puncak pada usia 60 70 tahun. Dan berikut gangguan sistem
gastrointestinal pada lansia:
1.

Gannguan pada Sistem Gastrointestinal Atas


a) Penyakit Periodontal
Penyakit periondontal (gingivitis dan periodontitis) adalah
inflamasi dari struktur yang menyokong gigi, dengan hasil akhir
berupa kerusakan tulang. Kerusakan ini menyebabkan kehilangan
secara progresif dan pada akhirnya terjadi kehilangan gigi. Penyakit
ini disebabkan oleh bakteri yang terdapat di dalam plak.
Tanda Gingivitis Gusi kemerahan dan gusi bengkak yang
beerdarah ketika gosok gigi. Jika infeksi makin berkembang, bau
napas tidak seap (halitosis), rasa tidak enak dalam mulut, atau rasa
tidak enak di mulut, atau adanya eksudat purulen di sekitar garis gusi.
b) Disfagia

Disfagia atau kesulitan menelan dianggap sebagai konsekuensi


normal akibat penuaan, penyebab struktural, vaskular atau neurogenik
sekarang telah dikenal sebagai patologi yang mendasari.
Gangguan menelan biasanya berpangkal pada

daerah

presofagus tepatnya di daerah osofaring penyebabnya tersembunyi


dalam system saraf sentral atau akibat gangguan neuromuskuler
seperti jumlah ganglion yang menyusut sementara lapisan otot
menebal dengan manometer akan tampak tanda perlambatan
pengosongan usofagus. Selain itu, produksi saliva yang menurun
dapat mempengaruhi proses perubahan kompleks krbohidrat menjadi
disakarida. Fungsi ludah sebagai pelican makanan berkurang sehingga
proses menelan menjadi sukar.
c) Refluks Gastroesofagus Dan Hernia Hiatal
- Refluk Gastroesofagus merupakan aliran balik getah lambung
masuk ke dalam esofagus. Dinding esofagus lebih tipis dan sensitif
-

pada lansia.
Hernia Hiatal adalah masuknya lambung, dan organ-organ dalam
abdomen lainya ke dalam rongga toraks melalui suatu pembesaran
hiatus esofagus dalam diafragma. Namun, banyak pula lansia yang
mengalami gejala refluks tanpa hernia hiatal.

2.

Gangguan-gangguan pada Usus Halus


Penyakit Malabsorbsi
Merupakan gangguan asimilasi nutrisi dari usus halus. Penurunan
sekresi asam lambung dan penggunaan antasid pada waktu yang lama
mendorong
menyebabkan

ke

pertumbuhan

malabsorbsi

bakteri

pada

secara

lansia.

dihubungkan dengan operasi sebelumnya


dikonsumsi seperti

berlebihan,

Malabsorbsi

dapa

sering
pula

atau obat-obatan yang

antikolinergik, dan narkotik yang memperlambat

motilitas usu kemudian meningkatkan pertumbuhan bakteri.


Berat total usus halus berkurang diatas usia 40 tahun meskipun
penyerapan zat gizi pada umumnya masih dalam batas normal, kecuali
kalsium (diatas 60 tahun)dan zat besi.

Manifestasi Klinik
Malabsorbsi bukan akibat yang normal dari penuaan, walaupun
masalah malabsorbsi dapat muncul pada lansia, sering dengan manifestasi
lain yang menyertainya. Tanda dan gejala malabsorbsi sering terlihat
dalam hubungan dengan gangguan inflamasi usus. Diare, nyeri abdomen,
dan perdarahan rektum adalah gejala-gejala yang paling jelas.
3.

Penyakit-penyakit pada Usus Besar


Gangguan yang sering terjadi pada usus besar yang mempengaruhi lansia
adalah divertikulosis, kanker, konstipasi dan diare.
a) Penyakit Divertikular
Divertikulum kolonik adalah suatu kantong di luar atau herniasi
melalui mukosa kolon. Biasanya terdapat penebalan dinding kolon
yang jelas. Gangguan motilitas usus dianggap merupakan predisposisi
pembentukan divertikula pada lansia.
b) Obstruksi usus
Obstruksi usus adalah penghentian sebagai atau keseluruhan dari
majunya aliran isi usus, biasanya terjadi sebagai akibat dari penutupan
lumen usus yang aktual. Obstruksi dapat disebabkan pula oleh tumor,
penyakit usus iskemik dsb.
c) Konstipasi
Konstipasi adalah suatu penurunan frekuensi pergerakan usus yang
disertai dengan perpanjangan waktu dan kesulitan pergerakan feses.
Konstipasi adalah masalah umum yang disebabkan oleh penurunan
motilitas, kurang aktivitas dan penurunan kekuatan dan tonus otot.
Banyak pula lansia yang mengalami ini akibat dari penurunan sensasi
saraf, tidak sempurnanya pengososngan usus, atau kegagalan dalam
menangani sinyal untuk defekasi.

d) Diare
Diare adalah defekasi yang meningkat dalam frekuensi, lebih cair, dan
sulit untuk dikendalikan. Infeksi bakteri dan virus, impaksi fekal,
pemberian makanan melalui slang, dan diet yang berlebihan dapat
menyebabkan diare akut pada lansia. Diare dapat disebabkan oleh
malabsorbsi, penyakit divertikular, gangguan inflamasi usus, atau
obat-obatan, terutama antasid, antibiotik, antisidisritmia, antihipertensi
dan penyakit sistemik lainya.
F. Masalah Gizi Pada Lansia
1. Gizi berlebih
Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat
dan kota-kota besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda
menyebabkan berat badan berlebih, apalai pada lansia penggunaan
kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan
itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan.
Kegemukan

merupakan

salah

satu

pencetus

berbagai

penyakit,

misalnya : penyakit jantung, kencing manis, dan darah tinggi.


2. Gizi kurang penghasilan
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social
ekonomi dan juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori
terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang
normal. Apabila

hal

ini

disertai

dengan

kekurangan

protein

menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki,


akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun,
kemungkinan akan mudah terkena infeksi pada organ tubuh yang vital.
Faktor penyebab malnutrisi pada lanjut usia:
a) Penyakit akut dan kronis
b) Keterbatas sumber/penghasilan
c) Faktor psikologis
d) Hilangnya gigi
e) Kesalahan dalam pola makan
f) Kurangnya energi untuk mempersiapkan makanan
g) Kurangnya pengetahuan tentang nutrisi yang tepat
3. Kekurangan vitamin

Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan


ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu
makan berkurang, penglihatan menurun, kulit kering, penampilan menjadi
lesu dan tidak bersemangat.
4. Osteoporosis
Kondisi dimana sering disebut tulang kropos yang disebabkan oleh
penurunan densitas tulang akibat kurangnya konsumsi kalsium dalam
jangka waktu yang lama. Mencapai maksimum pada usia 35 tahun pada
wanita dan 45 tahun pada pria.
5. Anemia
Kondisi dimana sel-sel darah mengandung tingkat haemoglobil
yang tidak normal, kimia yang bertugas membawa oksigen di seluruh
tubuh yang disebabkan kurang Fe, asam folat, B12 dan protein. Akibatnya
akan cepat lelah, lesu, otot lemah, letih, pucat, kesemutan, sering pusing,
mata berkunang-kunang, mengantuk, HB <8 gr/dL.
6. Kekurangan anti oksidan
(Banyak dijumpai dalam buah-buahan dan sayuran) mampu
menangkal efek merusak radikal bebas terhadap tubuh, sehingga konsumsi
yang kurang dapat meningkatkan resiko berbagai penyakit akibat radikal
bebas, seperti serangan jantung dan stroke, katarak, persendian hingga
menurunnya penampilan fisik seperti kulit menjadi keriput.
7. Sulit buang air besar
Ini karena pergerakan usus besar semakin lambat, makanan lambat
diolah dalam tubuh. Akibatnya, buang air besar jadi jarang.
8. Kelebihan gula dan garam
o

Garam (natrium) dapat meningkatkan tekanan darah, terutama pada


orangtua

Makanan tinggi gula membuat tubuh mudah gemuk, meningkatkan


kolesterol dan gula darah

Karena itu, sebaiknya kurangi konsumsi gula dan garam

G. Pemeriksaan penunjang

1. Sel darah lengkap (CBC) menghitung atau mencari tanda-tanda


infeksi

dan

dehidrasi. Sebuah

putih(15.000-20.000/mm3)

peningkatan

adalah

tanda

jumlah

infeksi

dan

sel

darah

mungkin

menunjukan sumbatan atau perforasi usus. Peningkatan tingkat


hematokrit dapat berarti dehidrasi.
2. Pemeriksaan

elektrolit

dan

urinalisis

untuk

mengevaluasi

ketidakseimbangan cairan elektrolit dan sepsis.


3. Kleatinin dan nitrogen urea darah (BUN), tingkat peningkatan kadar
serum ini menunjukan bahwa kemungkinan pasien mengalami
dehidrasi
4. Rongten

abdomen,

untuk

menentukan

lokasi

pola

dan

jenisnya(mekanisme atau nonmechanical,sebagian atau seluruhnya)


dari obstruksi.
5. Kolonoskopi untuk membantu dalam penilaian dan diagnosis dari
obstruksi usus besar.
6. DRE (pemeriksaan spesimen feses)
Feses hitam (makanan yang tinggi besi atau perdarahan usus
proksimal). Darah merah segar (perdarahan usus bagian distal atau
hemoroid). Pucat atau berlemak (masalah absorbsi). Feses yang abuabu (obstruksi jaundice) mukus (inflamasi)
7. Tes fungsi hati
8. CT scan abdomen
9. USG.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian secara umum
Pengkajian ini meliputi identitas klien, status kesehatan saat ini, riwayat
kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik sistem
gastrointestinal,

pola

aktivitas

sehari-hari,

serta

pengkajian

pola

psikososial dan spiritual.


1. Status kesehatan saat ini :
o status kesehatan secara umum
o keluhan kesehatan saat ini
o Pengetahuan,

pemahaman,

masalah kesehatan
2. Riwayat kesehatan masa lalu:
o penyakit masa kanak-kanak
o penyakit kronik

dan

penatalaksanaan

o Pernah mengalami trauma


3. Pengkajian umum status gizi individu
Pengkajian Status Gizi
1) Pengukuran antropometri, yaitu pengukuran tinggi badan (TB),
dan berat badan (BB).
2) Menghitung indeks masa tubuh
IMT = Kg BB / (TB)2
Pada Lansia terjadi pengurangan tinggi badan, hal ini disebabkan
karena beberapa hal, antara lain:

Komponen

cairan

tubuh

berkurang

sehingga

diskus

intervertebralis relatif kurang mengandung air sehingga


menjadi lebih pipih

Semakin tua cenderung semakin kifosis, sehingga tinggi dan


tagak lurus tulang punggung berkurang

Osteoporosis yang sering kali terjadi pada wanita lansia akan


mudah mengakibatkan fraktur vertebra sehingga tinggi badan
berkurang.

Penurunan tinggi badan tersebut mempengaruhi hasil penghitungan


IMT (Indeks Massa Tubuh). Oleh karena itu dianjurkan memakai
ukuran tinggi lutut (knee hight). Tinggi lutut tidak akan berkurang
kecuali terjadi fraktur tungkai bawah.
Berikut rumusnya:
TB pria : 59,01 + (0,28 x TL cm)
TB wanita : 75,00 + (1,91 x TL cm) (0,17 x U)
3) Pengukuran Biochemical (Laboratorium)
4) Pengkajian secara umum status gizi induvidu
4. Pemeriksaan Fisik
a. Rongga mulut :
-

Bibir

Kesimetrisan, warna, kelembaban, kebiru-biruan (rendahnya kadar


O2). Bibir pecah-pecah (defisiensi riboflafin atau perlukaan oleh
gigi yang tajam).
-

Rongga mulut

Inspeksi kelembaban dan kemerahan membran mukosa

Bau mulut (kurangnya kebersihan mulut, penyakit pada rongga mulut dan
paru-paru, infeksi abses paru, penyakit paru dan uremia).

Membran mukosa dan lidah kering (dehidrasi), bintik putih


pada mukosa (infeksi moniliasis).

Gusi bengkak penyakit periodontal juga akibat fenitoin atau


leukimia. Keracunan timah dideteksi dengan timbulnya garis
biru kehitaman jika gigi masih ada.

Faring

Selama proses menelan, nervus fagus palatun lunak terangkat


dan menutup nasofaring dan aspirasi tidak terjadi.

Kaji fungsi gangguan refleks, tekan lidan pada bagian tengah,


tetapi tidak terlalu jauh kebelakang respon tersedak. Suruh
lansia mengatakan ah palatum lunak terangkat. Jika terjadi
rasa

sakit dan kemerahan, atau adanya bintik putih

dikerongkongannya.
b. Kulit
Turgor kulit yang jelek dihubungkan dengan dehidrasi, kulit bersisik,
gatal, kulit yang pucat, pengikisan kulit bisa disebabkan oleh
bermacam-macam defisiensi nutrisi. Kaji adanya edema akibat
gangguan sistem lain.
c. Abdomen
a) Suruh pasien mengosongkan abdomen, lihat (tanya) apakah
ada bekas luka akibat apendektomi 50 tahun yang lalu.

b) Lihat apakan ada striae (biasanaya biru-pink atau warna


perak) Hasil dari obesitas, ansites, kehamilan, atau tumor.
Lihat adanya ruam.
c) Kaji kesimetrisan abdomen dan mencakup semua keempat
kuadran. Catat adanya temuan dan lokasi.distensi bagian
bawah abdomen (dibawah pusar)distensi kandung kemih
atau tumor pada uterus dan ovarium.
d) Kaji adanya nyeri atau ketegangan.
e) Perkusi (bunyi abnormal pada sebagian organ abdomen,
misal hati, lambung,dll).
f) Kaji bising usus normal (terdengar satu kali setiap 5-15 detik,
biasanya tidak teratur), jika tidak terdengar, stimulasi dengan
jari. Tidak adanya bising usus kurang dari 5 menit dibutuhkan
evaluasi medis. Peningkatan suara sampai penurunan
peristaltik. Palpasi seharusnya tidak ada masa.
-

Pemeriksaan rektum
a) Inspeksi

perianal

(hemoroid),

lakukan

DRE

untuk

mengkaji (fisura, tumor, inflamasi, dankebersihan yang


kurang)
b) Minta klien untuk meneran (ada tambahan hemoroid atau
rectal prolaps). Masa yang keras bias menghalangi palpasi
penuh pada rektum.
Pemeriksaan Penunjang
1. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah sebagai berikut :
1. Diagnosa : Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen,
perubahan motilitas traktus gastrointestinal, asupan serat dan cairan yang
tidak cukup, ketidakadekuatan gigi geligi, ketidakadekuatan higiene oral
(Nanda, 2012).
Tujuan

: pasien dapat defekasi dengan teratur, sesuai pola

Kriteria Hasil :

mendapatkan kembali pola fungsi yang normal

konsistensi feses lembut, lunak

eliminasi feses tanpa perlu mengejan berlebihan

Intervensi

1. Auskultasi bising usus, Observasi pola defekasi klien sebelumnya dan


pola diet klien
2. Berikan cairan jika tidak kontraindikasi 2-3 liter per hari
3. Berikan cakupan nutrisi berserat sesuai dengan indikasi
4. Jelaskan manfaat makanan berserat atau beri penyuluhan mengenai diet
yang berhubungan
5. Pemberian laksatif atau enema sesuai indikasi
Rasional
:
1. Membantumenentukan intervensiselanjutnya
2. Cairan membantu pergerakan cairan,kopi bersifatdiuretic danmenarik
cairan, dapat bertindak sebagaistimulus untuk evakuasi feses
3. Diet tinggi serat yang seimbang akan menstimulasi peristaltic.
4. Meningkatkan pengetahuan pasien
5. Laksatif akan mengganggu program defekasi karena dapat menyebabkan
pengosongan usus yang berlebihan dan defekasi yang tidak terjadwal.
Apabila digunakan terus-menerus, laksatif dapat menyebabkan penurunan
tonus kolon dan retensi feses. Pelunak feses mungkin tidak diperlukan jika
asupan makanan dan cairan adekuat
2. Diagnosa : Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d
ketidakmampuan untuk mencerna makanan, ketidakmampuan menelan
makanan, ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien (Nanda, 2012)
Tujuan

: Kebutuhan nutrisi bisa terpenuhi secara adekuat.

Kriteria Hasil :
NOC I : Status nutrisi

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien


diharapkan mampu:
Asupan nutrisi tidak bermasalah
Asupan makanan dan cairan tidak bermasalah

Energy tdak bermasalah


Berat badan ideal

Intervensi

NIC I : Manajemen ketidakteraturan makan (eating disorder management / 1030)


1. Observasi BB, dan napsu makan pasien.
2. Kembangkan hubungan suportif dengan pasien
3. Dorong pasien untuk memonitor diri sendiri terhadap asupan makanan dan
kenaikan atau pemeliharaan berat badan
4. Gunakan teknik modifikasi tingkah laku untuk meningkatkan berat badan
dan untuk menimimalkan berat badan.
5. Diskusikan dengan tim dan pasien untuk membuat target berat badan, jika
berat badan pasien tdak sesuai dengan usia dan bentuk tubuh.
6. Jelaskan konsep nutrisi yang baik pada pasien.
7. Diskusikan dengan ahli gizi untuk menentukan asupan kalori setiap hari
supaya mencapai dan atau mempertahankan berat badan sesuai target.

3. Diagnosa : Diare berhubungan dengan malabsorpsi (Nanda, 2012)


Tujuan

: Setelah dilakukan diagnosa keperawatan selama ... x ... jam, diare


pasien berkurang dari sebelumnya, frekuensi defekasi kembali
normal

Kriteria Hasil :
NOC, Bowel elimination (0501)

Intervensi

Tidak terjadi diare


Tidak ada darah dalam tempat buang air

Tidak ada lender dalam tempat buang air

NIC, Diarea Management (0460)


1. Observasi intake untuk kecukupan nutrisi
2. Observasi turgor kulit
3. Monitor tanda dan gejala diare
4. Measure diarea / bowel input
5. Ajarkan pasien / keluarga pasien bagaimana menjaga kebiasaan makan
4. Diagnosa : Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui
feses (diare)

Tujuan

: setelah dilakukan tindakan keperawatan

keseimbangan dan

elektrolit dipertahankan secara maksimal


Kriteria Hasil :

Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,5 0C, RR : < 40
x/mnt )

Turgor kulit < 2detik, membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong

Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari atau normal sesuai pola

Intervensi

1. Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium


2. Pantau intake dan output.
3. Berikan cairan parenteral sesuai dengan program rehidrasi
4. Beri informasi mengenai pentingnya kesimbangan cairan
5. Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif.
Rasionali

1. Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa.


2. Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan
kebutuhan cairan pengganti.
3. Peningkatkan pengetahuan pasien.
4. Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama
feses.
5. Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare
diketahui.

Daftar Pustaka

Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta


Evelyn C.Pearce,cet. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk paramedic,.24,Jakarta:
GM

Jhonson, Marion dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise,
Missouri : Mosby, Inc.
Lueckenotte, Annette Giesler.Ed . 1998. Pengkajian gerontology..2.Jakarta.EGC
McCloskey, Joanne C. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC). St.
Louise, Missouri : Mosby, Inc.
Subekti, Nike Budhi. 2007. Asuhan keperawatan geriatric/editor,Jaime
L.Stockslager,et al : alih bahasa,;editor edisi bahasa Indonesia Nur Meity
Sulistia Ayu.ed.2.jakarta : EGC
Tamher. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pemdekatan Asuhan Keperawatan.
Jakarta: Salemba

También podría gustarte