Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
LAINNYA
TIM PENYUSUN:
1. Adan Rachman Hakim (2)
2. Dion Prayoga (8)
3. Ishaq (14)
4. Moh. Fahmi Firmansyah (20)
5. Reza mahardian Yulandra (26)
6. Thalisa Sabel Saragih (32)
Aset Lainnya
Aset Lainnya merupakan bagian dari neraca dalam laporan keuangan dan tergolong dalam
klasifikasi aset non-lancar yang dimiliki oleh pemerintah. Berdasarka PSAP, yang termasuk
dalam aset lainnya adalah aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran yang jatuh tempo
lebih dari 12 (dua belas) bulan, aset kerjasama dengan fihak ketiga (kemitraan), dan kas yang
dibatasi penggunaannya.
Format neraca yang diatur dalam PSAP 01 menunjukkan posisi serta klasifikasi aset lainnya
dalam laporan keuangan pemerintah. Aset lainnya diletakkan di bagian paling bawah dalam
urutan penyajian aset.
Dalam PMK No. 219/PMK.05/2013 dan Bultek SAP Nomor 1, aset lainnya didefinisikan
sebagai aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap, dana
cadangan, dan piutang jangka panjang. Berdasarkan susunan format penyajian di neraca dan
jenis-jenis aset lain yang disebutkan baik dalam PSAP, PMK, dan Bultek, maka klasifikasi
aset lainnya antara lain terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
a.
b.
c.
Dapat diidentifikasi;
Dikendalian oleh entitas pemerintah; dan
Mempunyai potensi manfaat ekonomi masa depan.
b.
c.
Selanjutnya, kriteria yang perlu diperhatikan, yaitu apakah aset tersebut dapat
dianggap mempunyai atau akan menghasilkan manfaat ekonomi atau sosial
di masa yang akan datang. Untuk menetapkan apakah suatu
kajian/pengembangan menghasilkan manfaat ekonomi dan atau sosial di
masa yang akan datang, suatu entitas harus mampu mengidentifikasi
mengenai (Buletin Teknis 11):
- Apa manfaat ekonomi dan atau sosial yang akan diperoleh dari hasil
kajian/pengembangan tersebut;
- Siapa penerima manfaat ekonomi dan atau sosial tersebut;
- Apakah aset tersebut akan digunakan oleh entitas atau pihak lain; dan
- Jangka waktu manfaat tersebut akan diperoleh
Dalam tahap pengembangan internal, apakah hasilnya akan menjadi Aset
Tidak Berwujud atau tidak, harus terlebih dahulu memenuhi kriteria di atas.
Apabila telah memenuhi kriteria di atas dan ditetapkan sebagai Aset Tidak
Berwujud, maka:
- pengeluaran yang terjadi setelah seluruh kriteria tersebut tercapai yang
dapat dikapitalisasi menjadi nilai harga perolehan
- pengeluaran yang terjadi sebelum memenuhi kriteria tersebut dianggap
sebagai beban pada saat terjadinya.
b.
b.
a.2.2. Pertukaran
Perolehan ATB dari pertukaran aset yang dimiliki entitas dinilai
sebesar nilai wajar dari aset yang diserahkan. Apabila terdapat aset
lainnya dalam pertukaran, misalnya kas, maka hal ini
mengindikasikan bahwa pos yang dipertukarkan tidak mempunyai
nilai yang sama sehingga pengukuran dinilai sebesar aset yang
dipertukarkan ditambah dengan kas yang diserahkan.
a.2.3. Kerjasama
ATB dari hasil kerjasama antar 2 entitas atau lebih disajikan
berdasarkan biaya perolehannya dan dicatat pada entitas yang
menerima ATB tersebut sesuai dengan perjanjian dan atau peraturan
yang berlaku.
a.2.4. Donasi/Hibah
ATB yang diperoleh dari donasi/hibah harus dicatat sebesar nilai
wajar pada saat perolehan. Penyerahan ATB tersebut akan sangat
andal bila didukung dengan bukti perpindahan kepemilikannya secara
hukum, seperti adanya akta hibah.
a.3. ATB yang berasal dari aset bersejarah (heritage assets) tidak diharuskan
untuk disajikan di laporan posisi keuangan namun aset tersebut harus
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Namun apabila Aset
Tidak Berwujud bersejarah tersebut didaftarkan untuk memperoleh hak paten
maka hak patennya dicatat di laporan posisi keuangan sebesar nilai
pendaftarannya.
b.
b.
terdapat pasar aktif atas aset tersebut, sehingga nilai sisa dapat
ditentukan dari referensi pasar tersebut dan besar kemungkinannya
bahwa pasar tersebut masih ada pada akhir masa manfaat.
ATB yang memiliki masa manfaat tidak terbatas (seperti goodwill, merek dagang,
dll) tidak boleh diamortisasi.
Masa manfaat suatu aset tidak berwujud yang tidak diamortisasi harus ditelaah
setiap periode untuk menentukan apakah kejadian atau keadaan dapat terus
mendukung masa manfaat aset tetap tak terbatas.
Jika tidak, perubahan masa manfaat yang muncul dari tak terbatas menjadi terbatas
harus dibukukan dan nilai aset tak berwujud tersebut harus disesuaikan nilainya
untuk mencerminkan perubahan tersebut.
a.
b.
c.
selisih antara harga jual atau harga pertukarannya dengan nilai buku Aset tidak
berwujud terkait diperlakukan sebagai pendapatan/beban dari kegiatan Non
Operasional pada Laporan Operasional.
penerimaan kas akibat penjualan dibukukan sebagai pendapatan dan dilaporkan
pada Laporan Realisasi Anggaran
kas dari penjualan aset tidak berwujud sebesar nilai bukunya dikelompokkan
sebagai kas dari aktivitas investasi pada Laporan Arus Kas
10
Hak Paten
11
Hak Paten adalah salah satu jenis Aset Tidak Berwujud yang kemungkinan dapat
dimiliki oleh Pemerintah yang perolehannya dapat berasal dari hasil Kajian dan
Pengembangan atas penelitian yang dilakukan pemerintah atau pendaftaran atas
suatu kekayaan/warisan budaya/ sejarah yang dimiliki.
Hak Paten yang diperoleh untuk melindungi kekayaan/warisan budaya/sejarah,
maka atas aset ini secara umum diakui pada saat dokumen hukum yang sah atas
Hak Paten tersebut telah diperoleh. Namun untuk mengantisipasi lamanya jangka
waktu terbitnya dokumen tersebut, maka entitas dapat mengakui sebagai Hak Paten
terlebih dahulu dengan nilai sebesar biaya pendaftarannya, kemudian memberikan
penjelasan yang memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Dalam praktek selama ini, terdapat beberapa perlakuan pencatatan terhadap Hak
Paten dari hasil kajian/pengembangan yang memerlukan perlakuan khusus. Untuk
Hak Paten yang dalam proses pendaftaran dan dokumen sumber belum terbit, maka
entitas dapat mengakui sebagai Hak Paten terlebih dahulu dengan nilai sebesar
biaya pendaftaran ditambah nilai Hasil Kajian/Pengembangan yang telah
dikapitalisasi sebagai Aset Tidak Berwujud, kemudian memberikan penjelasan
yang memadai dalam CaLK.
c.
Tagihan penjualan angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 bulan atau 1 tahun setelah tanggal
pelaporan disajikan di neraca dalam kelompok aset lainnya. Tagihan penjualan angsuran yang
jatuh tempo kurang dari 12 bulan setelah tanggal pelaporan direklasifikasi menjadi bagian
lancar tagihan penjualan angsuran yang dikelompokkan ke dalam aset lancar (piutang).
TUNTUTAN PERBENDAHARAAN DAN TUNTUTAN GANTI RUGI
Tuntutan perbendaharaan merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap bendahara
dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara
sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan melanggar
hukum yang dilakukan oleh bendahara tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas
kewajibannya.
Tuntutan ganti rugi merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap pegawai negeri
bukan bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian yang
diderita oleh negara sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu
perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh pegawai tersebut atau kelalaian dalam
pelaksanaan tugas kewajibannya.
Pengakuan dan Pengukuran
Kriteria PengakuanTagihan TP/TGR:
Tuntutan perbendaharaan dinilai sebesar nilai nominal dalam Surat Keputusan Pembebanan
setelah
dikurangi
dengan
setoran
yang
telah dilakukan oleh bendahara yang
bersangkutan ke kas negara.
Dokumen sumber yang dapat digunakan untuk menentukan nilai tuntutan perbendaharaan
adalah Surat Keputusan Pembebanan dan surat tanda setoran (SSBP atau STS lainnya).
Dokumen mengenai TP dan TGR dapat diperoleh di biro/bagian keuangan yang mengelola
TP dan TGR dimaksud.
Tuntutan ganti rugi dinilai sebesar nilai nominal dalam Surat Keterangan Tanggungjawab
Mutlak (SKTM) setelah dikurangi dengan setoran yang telah dilakukan oleh pegawai
yang bersangkutan ke kas negara.
Dokumen sumber yang dapat digunakan untuk menentukan nilai tuntutan ganti rugi
adalah Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak dan bukti setor berupa STS atau SSBP.
TP/TGR disajikan di dalam neraca pada kelompok aset lain-lain. TP/TGR yang jatuh tempo
lebih dari 12 bulan atau 1 tahun setelah tanggal pelaporan disajikan di neraca dalam
kelompok aset lainnya sedangkan TP/TGR yang jatuh tempo kurang dari 12 bulan setelah
tanggal pelaporan direklasifikasi menjadi bagian lancar TP/TGR yang dikelompokkan ke
dalam aset lancar sebagai piutang lainnya.
ASET KERJA SAMA/KEMITRAAN DENGAN PIHAK KETIGA
Definisi dari aset kerja sama/kemitraan dengan pihak ketiga dapat kita lihat di PP 71 Tahun
2010, PSAP No. 1, dan PMK No.219 Tahun 2013. Menurut PP 71 Tahun 2010 dan PSAP No.
1, Kemitraan adalah adalah perjanjian antara dua fihak atau lebih yang mempunyai komitmen
untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama dengan menggunakan aset dan atau
hak usaha yang dimiliki. Dokumen sumber yang dapat digunakan untuk membukukan
kemitraan dengan pihak ketiga adalah kontrak kerjasama dengan pihak ketiga yang
bersangkutan.
Aset Kerjasama/Kemitraan adalah aset tetap yang dibangun atau digunakan untuk
menyelenggarakan kegiatan kerjasama/kemitraan. Aset Kemitraan ini, terdiri dari:
Bangun, Kelola, Serah BKS (Build, Operate, Transfer BOT) adalah pemanfaatan
tanah milik pemerintah oleh pihak lain dengan mendirikan bangunan dan/atau sarana,
berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka
waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya tanah beserta bangunan
dan/atau sarana, berikut fasilitasnya, diserahkan kembali kepada pengelola barang
setelah berakhirnya jangka waktu kerjasama BKS.
Bangun, Serah, Kelola BSK (Build, Transfer, Operate BTO) adalah pemanfaatan
tanah milik pemerintah oleh pihak lain dengan mendirikan bangunan dan/atau sarana,
berikut fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya diserahkan kepada
pengelola barang untuk kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut selama
jangka waktu tertentu yang disepakati.
Kerjasama Pemanfaatan (KSP) adalah pendayagunaan Barang Milik Negara oleh
pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan Negara
bukan pajak dan sumber pembiayaan lainnya.
Masa kerjasama/kemitraan adalah jangka waktu dimana Pemerintah dan mitra kerjasama
masih terikat dengan perjanjian kerjasama/kemitraan.
Pengakuan
Aset Kerjasama/Kemitraan diakui pada saat terjadi perjanjian kerjasama/ kemitraan,
yaitu dengan perubahan klasifikasi aset dari aset tetap menjadi aset kerjasama/kemitraan.
Aset Kerjasama/Kemitraan berupa Gedung dan/atau sarana berikut fasilitasnya, dalam rangka
kerja sama BSK, diakui pada saat pengadaan/pembangunan Gedung dan/atau Sarana
berikut fasilitasnya selesai dan siap digunakan untuk digunakan/dioperasikan. Selain
itu, Dalam rangka kerja sama pola BSK/BTO, harus diakui adanya Utang Kemitraan
dengan Pihak Ketiga, yaitu sebesar nilai aset yang dibangun oleh mitra dan telah
14
diserahkan kepada Pemerintah pada saat proses pembangunan selesai. Setelah masa
perjanjian kerjasama berakhir, aset kerjasama/kemitraan harus diaudit oleh aparat pengawas
fungsional sebelum diserahkan kepada Pengelola Barang.
Penyerahan kembali objek kerjasama beserta fasilitasnya kepada Pengelola Barang
dilaksanakan setelah berakhirnya perjanjian dituangkan dalam berita acara serah terima
barang. Setelah masa pemanfaatan berakhir, tanah serta bangunan dan fasilitas hasil
kerjasama/ kemitraan ditetapkan status penggunaannya oleh Pengelola Barang. Klasifikasi
aset hasil kerjasama/kemitraan berubah dari Aset Lainnya menjadi Aset Tetap sesuai
jenisnya setelah berakhirnya perjanjian.
Pengukuran
Aset yang diserahkan oleh Pemerintah untuk diusahakan dalam perjanjian
kerjasama/kemitraan harus dicatat sebagai aset kerjasama/kemitraan sebesar nilai bersih
yang tercatat pada saat perjanjian atau nilai wajar pada saat perjanjian, dipilih yang
paling objektif atau paling berdaya uji. Dana yang ditanamkan Pemerintah dalam
Kerjasama/Kemitraan dicatat sebagai penyertaan Kerjasama/Kemitraan. Di sisi lain, investor
mencatat dana yang diterima ini sebagai kewajiban. Aset hasil kerjasama yang telah
diserahkan kepada pemerintah setelah berakhirnya perjanjian dan telah ditetapkan status
penggunaannya, dicatat sebesar nilai bersih yang tercatat atau sebesar nilai wajar pada saat
aset tersebut diserahkan, dipilih yang paling objektif atau paling berdaya uji.
Penyajian dan Pengungkapan
Aset kerjasama/kemitraan disajikan dalam neraca sebagai aset lainnya. Dalam hal sebagian
dari luas aset kemitraan (tanah dan atau gedung/bangunan), sesuai perjanjian, digunakan
untuk kegiatan operasional, harus diungkapkan dalam CaLK. Aset kerjasama/kemitraan
selain tanah harus dilakukan penyusutan selama masa kerjasama. Masa penyusutan aset
kemitraan dalam rangka KSP melanjutkan masa penyusutan aset sebelum direklasifikasi
menjadi aset kemitraan. Sedangkan Masa penyusutan aset kemitraan dalam rangka BSK
adalah selama masa kerjasama.
Sehubungan dengan Perjanjian Kerja sama/Kemitraan, pengungkapan berikut harus dibuat :
1)
2)
3)
4)
Setelah aset diserahkan dan ditetapkan penggunaannya, aset hasil kerjasama disajikan dalam
neraca dalam klasifikasi aset tetap.
Bangun, Kelola, Serah BKS
Bangun, Kelola, Serah BKS (Build, Operate, Transfer BOT) adalah Bentuk kerjasama
berupa pemanfaatan aset pemerintah oleh pihak ketiga/investor, dengan cara pihak
ketiga/investor tersebut mendirikan bangunan dan/atau sarana lain berikut fasilitasnya serta
mendayagunakannya dalam jangka waktu tertentu, untuk kemudian menyerahkan kembali
bangunan dan atau sarana lain berikut fasilitasnya kepada pemerintah setelah berakhirnya
jangka waktu yang disepakati (masa konsesi). Dalam perjanjian ini pencatatannya dilakukan
terpisah oleh masing-masing pihak.
Pada akhir masa konsesi ini, penyerahan aset oleh pihak ketiga/investor kepada pemerintah
sebagai pemilik aset, biasanya tidak disertai dengan pembayaran oleh pemerintah. Kalaupun
disertai pembayaran oleh pemerintah, pembayaran tersebut dalam jumlah yang sangat rendah.
Penyerahan dan pembayaran aset BKS ini harus diatur dalam perjanjian/kontrak kerjasama.
Bangun, Kelola, Serah dicatat sebesar nilai aset yang diserahkan oleh pemerintah kepada
pihak ketiga/investor untuk membangun aset BKS tersebut. Aset yang berada dalam BKS ini
disajikan terpisah dari Aset Tetap.
Contoh:
Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat, Pemerintah telah mengikat
kerjasama BKS dengan PT Abadi Jaya untuk membangun gedung olahraga. Total nilai aset
yang diserahkan pemerintah dalam kemitraan tersebut adalah sebesar RP 100.000.000.
Kemitraan dengan Pihak Ketiga - BKS
Aset Tetap
100.000.000
100.000.000
Uraian
Debet
Kredit
XXX
Aset Tetap
600.000.00
0
-
XXX
XXX
600.000.00
0
450.000.00
0
18