Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
RENCANA SKRIPSI
AJUN AKUNTAN
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
Tahun 2010
Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat
Guna Mencapai Gelar Sarjana Sains Terapan
Pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
2015
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
B.
C.
E.
F.
B.
C.
Base Erosion Profit Shifting (BEPS) dan BEPS Action Plan ..................
13
16
16
17
3. Konsep Kesebandingan......................................................................
18
19
20
E.
22
F.
Kerangka Pemikiran.................................................................................
23
25
BAB I
PENDAHULUAN
yang
bersamaan
memungkinkan
terjadinya
interaksi
regulasi
perpajakan
double
un-taxed.
OECD (2011)
antar negara
kepada
lahirnya
rekomendasi
terkait
aturan
tentang
perpajakan
B. Masalah Penelitian
Dari paparan di atas, masalah penelitian yang dianalisis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsistensi peraturan mengenai BUT di Indonesia sebelumnya?
2. Bagaimana desain peraturan transfer pricing untuk BUT di Indonesia yang sesuai
dengan ketentuan OECD Report Attribution Profit to Permanent Establishment?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai oleh Penulis dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasi konsistensi mengenai peraturan yang sebelumnya BUT di
Indonesia .
2. Mendesain peraturan TP untuk BUT di Indonesia yang sesuai dengan ketentuan
OECD Report Attribution Profit to Permanent Establishment.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian terkait transfer pricing atas Bentuk Usaha Tetap
khusunya dalam pengattribusian laba ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik
secara langsung maupun tidak langsung kepada pihak-pihak tertentu, di antaranya:
1. Bagi Peneliti
BAB II
LANDASAN TEORI
Sumber: OECD (2012), Global Value Chains : OECD Work on Measuring Trade in
Value Added an Beyond, International Working Documen , Stratistic Directorate,
OECD, Paris
Backer (2013) dalam jurnal Mapping Global Value Chains mengungkapkan
bahwa GVCs secara agregatif dan integratif meningkatkan nilai tambah dari produk
barang dan jasa domestik. Arus aktivitas ekonomi global yang ditandai dengan
perpindahan modal dan tenaga kerja antarnegara, perpindahan lokasi usaha dari
negara yang high cost ke negara yang low cost, terjadinya kesepakatan perdagangan
bebas antarnegara, perkembangan teknologi dan komunikasi, semakin pentingnya
manajemen resiko dan pengembangan serta perlindungan intellectual property.
10
(b) sales in that other State of goods or merchandise of the same or similar
kind as those sold through that permanent establishment; or
(c) other business activities carried on in that other State of the same or
similar kind as those effected through that permanent establishment.
Dari kedua model mengenai pemajakan atas Business Profits, OECD Model
menganut prinsip attribution income (Artikel 7) dan effectively connected income
yang diatur terpisah dalam Artikel 10, 11, dan 12, sedangkan UN Model menawarkan
tambahan prinsip force of attraction income. Prinsip attribution income mengandung
arti bahwa objek pajak BUT adalah hanya penghasilan yang berasal dari kegiatan atau
harta BUT itu sendiri. Prinsip effectively connected income adalah bahwa objek pajak
BUT mencakup juga passive income yang diterima kantor pusat yang mempunyai
hubungan efektif dengan kegiatan/keberadaan BUT di negara sumber. Sedangkan
prinsip force of attraction income adalah bahwa objek pajak BUT mencakup juga laba
kantor pusat dari penjualan barang atau transaksi-transaksi lainnya yang sama
jenisnya dengan yang dilakukan oleh BUT di negara sumber
OECD dalam beberapa kesempatan mengungkapkan kendala dalam ketentuan
alokasi laba BUT (Danny Darussalam, 2013). Namun sejak tahun 2008 melalui studi
OECD yang berjudul Report on the Attribution Profits (selanjutnya disebut OECD
Report), suatu bentuk kesepakatan mulai dapat dicapai oleh negara-negara anggota
OECD. Kesepakatan tersebut berupa pendekatan alokasi laba usaha yang disebut
dengan Authorized OECD Approach (AOA). Pendekatan interpretasi dalam OECD
report ini kemudian diadaptasi dalam Commentary maupun dalam OECD Model
tahun 2010.
11
OECD Commentary (Pasal 7, Par 20), menyebutkan bahwa dalam AOA terdiri
dari dua langkah analisis yaitu:
1. Analisis fungsi, aset dan risiko (FAR) untuk tujuan hipotesis BUT sebagai entitas
terpisah
Pada langkah pertama, prinsip penerapan FAR pada alokasi laba kepada BUT
sama dengan prinsip penerapan analisis FAR di transfer pricing sebagaimana yang
juga diterapkan dalam analisis kesebandingan di antara pihak-pihak yang berafiliasi.
Danny Darussalam (2013) mengatakan bahwa dari sudut pandang hukum BUT
bukanlah suatu entitas terpisah dengan perusahaan induknya, BUT tidak dapat
mengikat kontrak maupun menjadi pemilik suatu aset sebagaimana layaknya suatu
perusahaan. Oleh karena itu analisis FAR antara BUT dan kantor pusat sulit dilakukan
. OECD Report
dipertimbangkan dalam penerapan analisis FAR dalam AOA antara perusahaan induk
dan BUT:
a. Significant people function
b. Significant people function yang relevavn untuk asumsi risiko
c. Significan people function yang relevan untuk alokasi kepemilikan ekonomi atas
aset perusahan
d. Alokasi modal usaha kepada BUT
e. Identifikasi dan pengakuan dealings antara BUT dan perusahaan
2. Alokasi laba sesuai dengan prinsip kewajaran
Pada langkah kedua (OECD Report 2008, par 219), prinsip kewajaran
diterapkan pada dealing antara BUT dan perusahaan. Prinsip kewajaran sebagaimana
diuraikan dalam OECD Guidelines berlaku secara umum dalam konteks ini, yaitu
perbandingan antara dealings (controlled transaction) dan transaksi antara pihak-
12
yang
terdapat
dalam
peraturan
perundang-undangan
operasi
usahanya
secara
multinasional
diuntungkan
dengan
13
3. Masalah keadilan. Praktik BEPS akan men-discourage wajib pajak untuk tidak
mematuhi kewajban perpajakannya saat mereka melihat adanya perusahaan
multinasional yang tidak patuh atau menghindari kewajiban perpajakannya.
Untuk menanggulangi isu BEPS, pada tanggal 19-21 juli 2013 tercetuslah
BEPS Action Plan yang dimuat dalam OECD (2013) Action Plan on Base Erotion
and Profit Shifting yang menekankan 4 (empat) prinsip utama, yaitu:
1. Membangun koherensi pajak penghasilan perusahaan secara internasional melalui
harmonisasi tarif pajak yang berbeda, memperkuat regulasi atas perusahaan asing
yang diawasi (controlled
14
Keterangan
Mengidentifikasi kesulitan dalam
implementasi ketentuan pajak
digital economy
II Establishing international
coherence of corporate income
taxation
2. Neutralize the effects of hybrid
mismatch arrangements
15
16
lebih rendah dari harga wajar perusahaan dapat menggeser laba (profit shifting) untuk
memperoleh pengenaan pajak yang paling rendah. Berdasarkan perspektif akuntansi
manajerial,
transfer
pricing
merupakan
strategi
perusahaan
untuk
memaksimalkan laba melalui penentuan harga barang atau jasa suatu unit
organisasi dari suatu perusahaan ke unit organisasi lain dalam perusahan induk yang
sama (Horngren et al. 1996, 336). Sedangkan dari sisi hukum perseroan, transfer
pricing dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi dan sinergi antar
perusahaan dengan pemegang sahamnya (Schon, 2012).
Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan terhadap transaksi global lintas
negara, Gunadi (2007, 229) menyatakan bahwa transaksi antar anggota perusahaan
multinasional tidak luput dari rekayasa transfer pricing, terutama oleh wajib pajak
penanaman modal asing (termasuk BUT). Sebagian besar perusahaan tersebut
bergerak di bidang manufaktur dan mempunyai kaitan internal yang cukup substansial
dengan induk perusahaan di luar negeri.
2. Transaksi Hubungan Istimewa
Hubungan istimewa merupakan terminologi regulasi domestik di Indonesia
yang merujuk pada konsep associated enterprise dalam terminologi yang lebih
diterima secara global. Pada dasarnya, yang disebut sebagai associated enterprise
memiliki definisi yang berbeda-beda di setiap negara (Darussalam 2013, 72).
Penjelasan mengenai konsep hubungan istimewa disebutkan dalam Article 9 paragraf
1 OECD Model Tax Convention on Income and on Capital sebagai berikut:
Where an enterprise of a Contracting State participates directly or indirectly
in the management, control, or capital of an enterprise of the other
17
18
hingga
pengukuran
kewajaran
dari
dua
transaksi
yang
diperbandingkan.
OECD Transfer Pricing Guidelines paragraf 3.4 meberikan pedoman mengenai
9 langkah yang dilakukan dalam analisis kesebandingan, antara lain:
a. menentukan periode analisis;
b. memahami proses bisnis perusahaan secara komprehensif;
c. memahami transaksi yang dilakukan antar perusahaan yang memiliki
hubungan istimewa;
d. menelaah pembanding internal;
e. menentukan pembanding eksternal (dalam hal pembanding internal tidak
tersedia);
f. memilih metode transfer pricing yang paling sesuai;
g. mengidentifikasi pembanding yang potensial;
h. memilih pembanding dan melakukan penyesuaian kesebandingan jika
diperlukan;
i. menggunakan data pembanding dan menentukan harga wajar;
5. Analisis Fungsional, Aset, dan Risiko (FAR)
Analisis fungsional sering juga disebut analisis FAR karena mencakup tiga
aspek dalam analisis, yaitu fungsi yang dijalankan (F), aset yang dipergunakan (A),
dan risiko yang ditanggung (R). Analisis fungsional menyertakan suatu telaah yang
19
lengkap dan menyeluruh atas chain dari suatu transaksi afiliasi. Hasil dari analisis
fungsional hampir sama dengan analisis atas value chain, yaitu untuk mengetahui
kontribusi masing- masing entitas suatu grup perusahaan multinasional dalam
menciptakan value di mata konsumen (Darussalam 2013,107)
Menurut OECD Transfer Pricing Guidelines paragraf 1.43 dijelaskan, jenisjenis fungsi yang harus diidentifikasi serta diperbandingkan antara lain: fungsi desain,
manufaktur, perakitan, riset dan pengembangan, purnajual, pembelian, distribusi,
pemasaran, promosi dan iklan, transportasi, serta fungsi pembiayaan dan manajemen.
Atas identifikasi fungsi tersebut, aktivitas ekonomi perusahaan dapat diketahui, yakni
dengan cara memastikan fungsi, aset, serta risiko yang paling berdampak secara
ekonomis bagi perusahaan, serta bagaimana ketiga aspek tersebut berpengaruh
terhadap suatu kewajaran transaksi.
Analisis Aset dilakukan dengan mempertimbangkan penggunaan tipe aset
yang digunakan, penggunaan aset tersebut, keuangan, dan sifat bawaan dari aset yang
digunakan, misalnya umur, nilai pasar, lokasi, perlindungan hak, dan lain-lain
(paragraf 1.44). Sedangkan untuk analisis isiko, hal yang perlu dipertimbangkan
adalah rrisiko pasar, risiko kerugian, risiko keuangan, risiko kredit, dll (paragraph
1.46). Misalnya, risiko pasar dapat dilakukan dengan menentukan jangka waktu siklus
pengembangan produk, sedangkan dalam risiko persediaan biasanya perusahaan
manufaktur memiliki risiko persediaan lebih besar daripada perusahaan distributor
(Ramang, 2010, 30).
20
21
pihak-pihak
22
F. Kerangka Pemikiran
Gambar : Kerangka Pemikiran penelitian Desain Peraturan TP untuk BUT di
Indonesia
23
G.
24
2014
dari:
http://www.oecd-ilibrary.org/taxation/model-
taxconvention-on-income-and-on-capital-2010_9789264175181-en
OECD. 2011. OECD's current tax agenda. Diakses pada 18 September 2014 dari:
http://www.oecd.org/site/ctpfta/
25
26