Está en la página 1de 3

RICHO POST

hasil pemilu nasional maka

pilkada juga harus


disidang di MK. Pemilu,
menurut Jimly sama saja
dengan pemilukada
karena di bawah lembaga
KPU.

Sengketa Pilkada
Harus Diadili di MK

akarta - Mahkamah Agung (MA)


menyarankan agar DPR membuat UU
baru yang menyatakan sengketa Pilkada
bisa diadili di Mahkamah Konstitusi (MK).
Mantan Ketua MK, Jimly Ashidiqqie
menyambut baik usulan MA dan beraharap
agar DPR merealisasikan saran dari MA.
"Setuju dan MK harus tunduk kepada UU dan
putusan MK tahun 2005 (putusan yang
menyatakan MK berhak mengadili sengketa
Pilkada)," ujar Jimly saat dihubungi wartawan,
Kamis (12/2/2015).
Menurut Jimly jika MK masih menyidangkan

"Jika Pilkada dinilai


bukan pemilu maka
penyelenggaranya bukan
KPU dan perselisihan
hasilnya juga bukan MK.
Tapi kalau pilkada
adalah pemilu maka
penyelenggaranya harus KPU dan
perselisihan hasilnya harus di MK,"
ujarnya.
Dia juga menyarankan agar DPR
segera membentuk UU supaya MK bisa
kembali mengadili sengketa pilkada.
Hal itu perlu dilakukan karena MK
sendirilah yang memutuskan untuk
mengambil kewenang mengadili
pilkada dari MA pada masa lalu.
Jika mereka membuat putusan yang
bertentangan putusan MK sebelumnya,
maka MK generasi ketiga boleh
membatalkan lagi putusa
5,"

ucapnya.
Kasus ini bermula saat Ketua MK Akil
Mochtar tertangkap basah jual beli
perkara kasus pilkada. Buntutnya, MK
menutup pintu mengadili perkara
pilkada. Lantas keluar Perpu Pilkada
yang memberikan kewenangan
pengadilan pilkada ke MA. Atas hal ini,
MA keberatan.
"Kita menyarankan agar pilkada
dikembalikan lagi ke MK dan Komisi
II menampung saran dari kita," ujar
jubir MA, hakim agung Dr Suhadi.
Sebaiknya proses hukum diserahkan
kepada instansi terkait

Polri: Laporan
Masyarakat
Tentang Pimpinan
KPK Tak Bisa
Dibatasi

RICHO POST
Kondisi ini nampak seperti
suasana Pilpres dimana
Bareskrim banjir laporan dari
dua kubu pendukung
masing-masing CapresCawapres. Polisi dijadikan
keranjang pelampiasan
dimana seluruh peristiwa
politik harus diselesaikan
melalui hukum. Sampai
dengan urusan survei yang
notabene terkait metodologi
pun dibawa ke ranah hukum.
Padahal, terkait Pilpres
sudah ada mekanisme
Penegakan Hukum Terpadu
(Gakumdu) di bawah kendali
Badan Pengawas Pemilu
(Bawaslu).

akarta - Akhir-akhir
ini Polri, khususnya
Bareskrim, disibukan
oleh beberapa laporan
masyarakat yang
dialamatkan ke beberapa
pimpinan KPK. Namun,
laporan masuk tersebut tidak
serta merta ditindaklanjuti
dengan penyelidikan.
"Tidak sembarang laporan
diterima," kata Kadiv Humas
Polri Irjen Ronny Sompie,
saat berbincang dengan
detikcom, Rabu (11/2/2015).
Menurut jenderal bintang
dua ini, Polri mengkaji laporan yang
masuk dan diterima itu. Dalam hal
pelaporan pimpinan KPK, Polri sendiri
tidak mau dianggap gegabah menelan
mentah-mentah laporan tersebut.
"Polri tidak mau dianggap melakukan
kriminalisasi, laporan-laporan itu dikaji
dulu," kata Ronny.
Diakui Ronny, akhir-akhir ini banyak
dari masyarakat yang melaporkan
pimpinan KPK. Di sisi lain, polisi

mengaku tidak bisa menolak laporanlaporan masyarakat yang ingin


melapor, tidak hanya dalam konteks
laporan pimpinan KPK, tapi juga
kasus-kasus lainnya.
"Tidak bisa polisi membatasi (laporan),
kecuali mengimbau kepada pelapor,
apakah kasusnya relevan atau tidak,
karena laporan yang diterima Polri
tidak hanya satu itu, tapi banyak
laporan lainnya," kata Ronny.

Sementara itu, di tengah situasi panas


KPK-Polri beberapa kelompok
masyarakat melaporkan pimpinan
KPK. Terakhir adalah laporan eks
hakim PN Jakarta Pusat Syarifuddin
yang melaporkan mantan Komisioner
KPK Busyro Muqoddas dan Ketua
KPK Abraham Samad. Keduanya
dituding melakukan penyalahgunaan
kewenangan.
Lusa lalu, aktivis sebuah LSM, Andar

RICHO POST
Situmorang melaporkan Deputi
Pencegahan KPK Johan Budi dan
mantan pimpinan KPK Chandra
Hamzah. Ada pula aktivis LSM di
Bandung yang melaporkan Abraham
Samad soal gratifikasi senjata api. Ada
kesamaan diantara dua pelapor ini,
mereka sama-sama menggunakan
pemberitaan media sebagai bukti
laporannya. Begitu pula dengan
pimpinan Zulkarnaen dan Adnan Pandu
Praja yang turut dilaporkan.
Jangan memberikan assumsi yang
sembarangan di public

Mampukah
Banteng
Menumbangkan
'Trio Singa'?
Elvan Dany Sutrisno - detikNews
Halaman 1 dari 2

akarta - Elite PDIP terus


mendorong reshuffle kabinet
terhadap 'Trio Singa Istana'.

Mampukan kader
partai banteng
menumbangkan
'Trio Singa' yang tak
lain adalah orang
terdekat Presiden
Joko Widodo?
Sejumlah elite PDIP
yang terus
menyerukan
reshuffle kabinet antara lain Ketua DPP
PDIP Effendi Simbolon dan Masinton
Pasaribu. Keduanya saat ini duduk di
DPR RI. Sedangkan 'Trio Singa' yang
digoyang adalah Menteri BUMN Rini
Soemarno, Seskab Andi Widjajanto,
dan Kepala Staf Kepresidenan Luhut
Panjaitan.
Dorongan Kebenaran informasi
dorongan reshuffle kabinet ini
terkonfirmasi lewat politikus senior
PDIP TB Hasanuddin. TB Hasanuddin
membenarkan adanya dorongan
reshuffle terhadap orang yang dianggap
sebagai penghalang komunikasi Istana
dengan PDIP. Isu lain adalah ketiganya
masuk kabinet kerja tanpa
mendapatkan restu dari Mega.
"Saya banyak mendengar mulai

menghendaki adanya reshuffle di


kabinet Pak Jokowi, bahkan secara
direktif menunjuk satu dua orang yang
konon itu menjadi barrier
," katanya.
Meskipun memahami kegundahan
Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri
yang konon merasa dikhianati,
sejumlah elite PDIP masih
menghormati hak prerogatif Presiden
Jokowi.
Politik sangat sulit dimengerti arti
dan maksudnya

También podría gustarte