Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
SKRIPSI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
RINGKASAN
CINTYA HANDAYANI SINAGA. Analisis Pemasaran Jeruk Siam di Kampung
Wadio, Distrik Nabire Barat, Kabupaten Nabire, Papua. Skripsi. Departemen
Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di
bawah bimbingan LUSI FAUSIA).
Wilayah Indonesia memiliki potensi yang tinggi untuk mengembangkan
pertanian. Selain itu, pertanian juga memegang peranan yang sangat penting bagi
perekonomian Indonesia. Salah satu produk pertanian yang memiliki pasar yang
cukup besar adalah hortikultura. Hortikultura yang prospektif untuk
dikembangkan adalah buah-buahan. Jeruk siam merupakan salah satu jenis buahbuahan yang digemari oleh masyarakat. Kabupaten Nabire menjadi salah satu
sentra produksi jeruk siam di Provinsi Papua karena tingginya jumlah produksi
jeruk siam di kabupaten tersebut. Kesesuaian tanaman jeruk dengan keadaan
lingkungan di Kabupaten Nabire mendorong pemerintah untuk melakukan
pengembangan jeruk di daerah tersebut. Akan tetapi, perluasan areal penanaman
dan peningkatan jumlah produksi tidak sejalan dengan peningkatan pemasaran
komoditi tersebut. Oleh sebab itu, dilakukanlah analisis sistem pemasaran jeruk
siam pada daerah tersebut.
Penelitian ini dilakukan di Kampung Wadio, Distrik Nabire Barat,
Kabupaten Nabire, Papua. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive
sampling). Kegiatan pengambilan data dilakukan sejak Februari 2011 hingga
April 2011. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Sampel
yang digunakan terdiri dari dua kelompok responden, yaitu kelompok petani
responden yang terdiri dari 15 orang, dipilih secara purposive (sengaja) dan
kelompok responden lembaga pemasaran yang terdiri dari 16 orang, dipilih
dengan menggunakan metode snowball sampling. Penelitian ini menggunakan
metode analisis deskriptif serta menggunakan metode pengolahan data analisis
kualitatif dan kuantitatif. Analisis sistem pemasaran dilakukan dengan
mengidentifikasi lembaga-lembaga dan saluran pemasaran yang terjadi di daerah
tersebut. Selain itu juga dilakukan analisis struktur, perilaku dan keragaan pasar.
Efisiensi sistem pemasaran dianalisis dengan menggunakan tiga pendekatan yaitu
marjin pemasaran, farmers share, dan rasio keuntungan terhadap biaya.
Kemudian dilakukan analisis struktur biaya pemasaran untuk mengetahui
kesesuaian biaya yang dikeluarkan dengan kebutuhan.
Lembaga pemasaran yang berperan dalam memasarkan jeruk dari
Kampung Wadio, Distrik Nabire Barat adalah petani, pedagang pengumpul,
pedagang besar, dan pedagang pengecer. Terdapat enam pola saluran pemasaran
yaitu; Saluran 1: Petani Pedagang pengumpul Pedagang besar Pedagang
pengecer non lokal Konsumen; Saluran 2 : Petani Pedagang pengecer pasar
Pedagang pengecer pinggir jalan Konsumen; Saluran 3 : Petani Pedagang
pengecer pasar Konsumen; Saluran 4 : Petani Pedagang pengecer keliling
Konsumen; Saluran 5 : Petani Pedagang pengecer pinggir jalan Konsumen;
dan Saluran 6 : Petani Konsumen..
Lembaga pemasaran jeruk di Kampung Wadio melakukan fungsi-fungsi
pemasaran seperti fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Setiap
lembaga pemasaran yang ada melakukan fungsi pemasaran yang berbeda-beda.
ii
Judul Skripsi
Nama
NRP
: H34070102
Disetujui,
Pembimbing
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis
Pemasaran Jeruk Siam di Kampung Wadio, Distrik Nabire Barat, Kabupaten
Nabire, Papua adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Bogor,
Juli 2011
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
semangat dan doa kepada penulis serta Kak Tika yang telah memberikan
bantuan dan dukungan kepada penulis dalam penulisan skripsi.
7. Para petani dan pedagang jeruk siam di Kabupaten Nabire, atas kerjasama
dan bantuannya selama penulis melakukan penelitian.
8. Para penyuluh dan aparat desa atas bantuan dan informasi selama penulis
melakukan penelitian ini.
9. Teman-teman seperjuangan Agb 44, Inang Nova Meliyora, Desi Natalis
dan Sella Kristy atas semangat dan dukungan serta kerjasama selama
perkuliahan. Dan juga kepada teman se-PS, Astri Widayanti, atas bantuan
dan dukungan selama
11. Teman-teman Kost Putri Bunda, Ka Yomi dan Eci atas semangat dan
dukungan yang diberikan kepada penulis.
12. Teman-teman Agb44 atas kerjasama selama perkuliahan di Departemen
Agribisnis.
13. Ibu Ida, Mbak Dian, Pak Yusuf, dan seluruh dosen serta staf Departemen
Agribisnis, terima kasih telah banyak membantu dan memberikan
dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
14. Tidak lupa juga saya ucapkan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam
penyelesaian skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung dan
terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.
xi
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Cintya Handayani Sinaga, dilahirkan di Nabire
pada tanggal 3 April 1990. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara
dari pasangan Bapak Asranlundu Sinaga dan Ibu Elly Rosida Hutabarat.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Inpres Nabarua Nabire
pada tahun 2001 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004
di SMP Negeri 1 Nabire. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Negeri 1
Nabire diselesaikan pada tahun 2007. Penulis diterima pada Departemen
Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui
jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dari Kabupaten Nabire pada tahun 2007.
Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai anggota Unit
Kegiatan Mahasiswa Kristen (PMK) Institut Pertanian Bogor pada Komisi
Pelayanan Anak (KPA) dan menjadi Badan Pengurus Harian Komisi Pelayanan
Anak periode 2009-2010. Selain itu, penulis pernah mengikuti berbagai
kepanitian, yaitu Retreat Komisi Pelayanan Anak pada tahun 2009, Paskah Besar
Anak pada tahun 2009 dan Natal Civitas Akademika (Civa) Institut Pertanian
Bogor tahun 2008 dan 2010.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan penyertaan-Nya
dalam hidup penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Analisis Pemasaran Jeruk Siam di Kampung Wadio, Distrik Nabire Barat,
Kabupaten Nabire, Papua.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis saluran pemasaran, lembaga
pemasaran dan menganalisis tingkat efisiensi pemasaran jeruk siam di Kampung
Wadio. Metode analisis dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan
pendekatan Structure-Conduct-Performance.
Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan serta
keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun kearah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL..
xiv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN..
xvii
PENDAHULUAN ........................................................................
1.1. Latar Belakang ....................................................................
1.2. Perumusan Masalah .............................................................
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................
1.4. Manfaat Penelitian ...............................................................
1.5. Ruang Lingkup Penelitian....................................................
1
1
10
12
12
12
II
14
14
16
III
20
20
20
22
24
25
25
26
27
27
29
31
31
34
IV
35
35
35
36
36
36
44
44
47
47
49
51
VI
57
57
62
67
74
77
84
87
89
89
90
91
LAMPIRAN .........................................................................................
93
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor
1.
Halaman
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut
Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 20082010 (juta orang).
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
20
9.
38
45
46
47
13.
48
14.
48
49
16.
50
17.
50
18.
51
19.
58
62
10.
11.
12.
15.
20.
xiv
21.
22.
23.
24.
83
84
85
88
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
1.
Halaman
Fluktuasi Harga Jeruk Siam di Kabupaten Nabire Tahun
2006 Hingga 2010.
11
2.
Marjin Pemasaran.
29
3.
34
4.
52
5.
53
6.
55
7.
56
8.
60
9.
61
10.
62
11.
63
12.
69
13.
74
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
94
2.
97
3.
103
4.
104
5.
104
6.
105
7.
105
8.
106
107
108
110
9.
10.
11.
xvii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara kepulauan, sebagian besar daratan
Indonesia dikelilingi oleh lautan atau samudra. Hal ini menyebabkan Indonesia
merupakan negara yang beriklim laut. Sifat iklim ini lembab dan banyak
mendatangkan hujan, sehingga wilayah Indonesia termasuk memiliki iklim yang
panas dan basah (Setyowati 2009). Secara geografis wilayah Indonesia terletak
pada garis equator dan termasuk daerah beriklim tropis basah. Keadaan ini
menyebabkan wilayah di Indonesia umumnya memiliki temperatur hangat,
kelembaban udara tinggi, dan curah hujan tinggi. Oleh sebab itu, wilayah
Indonesia memiliki tanah yang subur, cocok untuk lahan pertanian dan memiliki
hutan yang cukup lebat.1 Selain dipengaruhi oleh khatulistiwa, bentuk wilayah
Indonesia sebagai negara kepulauan serta topografi yang dimiliki merupakan
faktor alam yang memberikan corak pertanian.
Pertanian memiliki peranan penting bagi perekonomian Indonesia.
Penduduk yang bermatapencaharian pada sektor pertanian jumlahnya tidak
sedikit, begitu juga dengan produk nasional yang berasal dari pertanian (Rahim
dan Hastuti 2008). Jumlah penduduk yang bekerja pada sektor pertanian pada
Agustus 2010 adalah 41,49 juta orang. Jumlah ini merupakan jumlah tertinggi
dibandingkan jumlah penduduk yang bekerja pada sektor lain seperti
perdagangan, industri, konstruksi, transportasi dan lain-lain (Tabel 1). Begitu
juga pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu tahun 2008 dan 2009, penduduk yang
bekerja
pada
sektor
pertanian
jumlahnya
merupakan
jumlah
tertinggi
Lapangan Pekerjaan
Utama
2008
2009
2010
Agustus
41,33
Februari
43,03
Agustus
41,61
Februari
42,83
Agustus
41,49
12,55
12,62
12,84
13,05
13,82
5,44
4,61
5,49
4,84
5,59
21,22
21,84
21,95
22,21
22,49
Pertanian
Industri
Konstruksi
Perdagangan
Transportasi, pergudangan
dan komunikasi
6,18
5,95
6,12
5,82
5,62
Keuangan
1,46
1,48
1,49
1,64
1,74
Jasa kemasyarakatan
13,10
13,61
14,00
15,62
15,96
Lainnya
1,27
1,35
1,39
1,40
1,50
102,55
104,49
104,87
107,41
108,21
Jumlah
2
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Penduduk Usia 15 ke Atas yang Bekerja Menurut
Lapangan
Pekerjaan
Utama
Tahun
20082010.
http://www.bps.go.id/aboutus.php?pub=1&dse=1&pubs=10 [6 Maret 2011].
3
Handyoko A. 2010. Konstribusi Sektor Pertanian Terhadap PDB. http://www2.bbpplembang.info/index.php?option=com_content&view=article&id=515&Itemid=304 [6 Maret 2011]
Tabloid Sinartani. 2011. Buah Pendatang Baru yang Potensial untuk Dikembangkan.
http://www.sinartani.com/buahsayur/abiu-buah-pendatang-baru-potensial-dikembangkan1293425752.htm [13 Februari 2011]
2005
272.292,6
150.062.557
2006
262.358,5
144.492.469
2007
157.620,9
93.652.526
2008
171.822,6
100.163.544
2009
164.557,6
119.291.196
2010*
214.742,0
171.970.000
Rata-rata
207.232,4
129.938.715
Sumber: Badan Pusat Statistik (2010) dalam Tabloid Agrina (Volume 6, Nomor 145. 19 Januari1 Februari 2011, Halaman 5)5
pengimpor Amerika Serikat, negara-negara di Eropa dan Timur Tengah serta Asia
Timur, membuka peluang bagi negara Indonesia untuk meningkatkan ekspor
buah-buahan tropis yang dimiliki.6 Namun yang menjadi tantangan saat ini,
walaupun nilai ekspor terus mengalami peningkatan, nilai impor selalu lebih
tinggi dari pada nilai ekspor.
Jeruk adalah tanaman yang mudah menyesuaikan dengan keadaan
lingkungan tumbuhnya. Oleh sebab itu, hampir di seluruh wilayah Indonesia
terdapat sentra produksi jeruk. 7 Jika dibandingkan dengan jenis buah-buahan lain
di Indonesia, jeruk merupakan salah satu jenis buah yang produksinya tinggi,
yaitu mencapai 2.131.768 ton pada tahun 2009 setelah pisang yang jumlah
produksinya 6.373.533 ton (Tabel 3).
Tabel 3. Produksi Beberapa Buah Indonesia Tahun 2005 hingga 2009 (ton)
Tahun
Mangga
(ton)
Jeruk
(ton)
Pepaya
(ton)
2005
1.412.884
2.214.019
548.657
2006
1.621.997
2.565.543
2007
1.818.619
2008
2009
Pisang
(ton)
Nanas
(ton)
Durian
(ton)
Manggis
(ton)
5.177.607
925.082
566.205
64.711
643.451
5.037.472
1.427.781
747.848
72.634
2.625.884
621.524
5.454.226
2.237.858
594.842
112.722
2.013.121
2.311.581
653.276
5.741.351
1.272.761
602.694
65.133
2.243.440
2.131.768
772.844
6.373.533
1.558.196
797.798
105.558
dan mangga. Selain itu, jeruk juga termasuk ke dalam kelompok buah dengan
rata-rata produksi yang tinggi seperti buah pepaya, durian dan nangka (Tabel 4).
Nabire merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua yang memiliki
tanah subur dengan solum yang tebal. Hal ini merupakan salah satu faktor fisik
yang mendukung berkembangnya pertanian di Kabupaten Nabire. Curah hujan
yang tinggi dan merata sepanjang tahun menyebabkan berbagai tanaman dapat
tumbuh dengan baik di daerah ini. Produktivitas yang dihasilkan pun cukup
tinggi, termasuk tanaman jeruk. Jeruk siam merupakan salah satu komoditas yang
dikembangkan secara serius oleh pemerintah setempat. Jika dibandingkan dengan
jenis jeruk siam lainnya yang juga dikembangkan di daerah lain, jeruk siam dari
Kabupaten Nabire ini memiliki keunggulan tersendiri. Keunggulan yang dimiliki
yaitu buahnya lebih besar, memiliki aroma yang khas, warna hijau kekuningan,
berpenampilan menarik, dan tentunya memiliki rasa yang manis. Di kawasan
Indonesia bagian Timur, jeruk nabire telah memiliki citra dan nama tersendiri bagi
konsumen.10
10
Tabel 4.
Jenis Tanaman
Luas Panen
Produksi
Rata-Rata
(ton)
Produksi
658
2.609
(kw/ha)
39,65
2. Jeruk Siam
1.373
9.183
66,88
3. Mangga
1.852
9.276
50,09
4. Rambutan
623
2.362
37,91
5. Duku/Langsat
300
1.185
39,50
6. Durian
443
2.999
67,70
7. Jambu Biji
316
1.141
36,11
8. Jambu Air
494
2.095
42,41
9. Pepaya
412
3.529
85,66
10. Pisang
3.581
23.519
65,68
11. Nenas
826
3.845
46,55
12. Salak
1.003
3.622
36,11
13. Nangka
715
4.622
64,64
14. Sirsak
95
280
29,47
15. Belimbing
361
1.496
41,44
16. Semangka
179
944
52,74
17. Sukun
180
1.1
61,11
18. Melon
46
145
31,52
19. Markisa
14
47
33,57
1. Alpukat
Kabupaten/Kota
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
Merauke
687
754
827
807
845
Jayawijaya
227
237
244
259
267
Jayapura
1.602
1.696
1.752
1.677
1.694
Nabire
965
1.029
1.884
1.950
2.232
Mimika
133
147
161
186
202
Yapen Waropen
144
159
173
190
177
Biak Numfor
122
134
161
173
179
Boven Digoel
Mappi
10
Yahukimo
13
11
Tolikara
183
196
203
218
217
12
Sarmi
584
587
603
619
664
13
Keerom
2.166
2.286
2.341
2.386
2.423
14
Waropen
117
133
167
178
165
15
Supiori
16
Jayapura
236
259
275
298
92
7.190
7.642
8.816
8.966
9.183
Jumlah/Total
Tabel 6. Jumlah Produksi dan Luas Panen Jeruk Siam di Kabupaten Nabire
Tahun 2005-2010
Tahun
2005
965
109
2006
1.029
156
2007
1.884
227
2008
1.950
238
2009
2.232
246
2010
2.610
246
Luas (ha)
Distrik
2010
2011
2012
2013
2014
1.
Makimi
2.
Teluk Kimi
3.
Nabire
25
4.
Nabire Barat
40
50
25
5.
Wanggar
50
50
kilogram, kemudian pada tahun 2008 sedikit meningkat menjadi Rp. 4.900,00 per
kilogram, terjadi peningkatan kembali pada tahun 2009 menjadi Rp. 6.200,00 per
kilogram, namun pada tahun 2010 harga kembali turun menjadi Rp. 5000,00 per
kilogram (Gambar 1).
11
12
13
Jeruk dapat diolah menjadi jus, baik jus dalam bentuk segar maupun jus
dalam kemasan yang diawetkan. Setiap 100 ml sari buah jeruk siam mengandung
glukosa 1,02-1,24 gram, fruktosa 1,49-1,58 gram, dan sukrosa 2,19-4,9 gram
dengan total komponen utamanya yaitu gula sebanyak 4,93-7,57 gram. Selain itu
juga buah jeruk dan olahan jeruk seperti jus jeruk dapat bermanfaat bagi
kesehatan karena mengandung senyawa flaonoid yang mengandung naringin dan
limonid yang mengandung limonin. Kandungan naringin dan limonin ini diduga
bermanfaat bagi kesehatan yaitu dapat melawan berbagai penyakit. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa limonin dapat menyembuhkan beberapa penyakit
yang cukup berbahaya seperti kanker yaitu kanker payudara dan kanker ovarium,
karena limonin memiliki sifat bioaktif. Disamping itu, limonin
juga dapat
antimalaria,
15
bahan non pangan yang bermanfaat seperti minyak wangi, sabun, dan obat
tradisional.
Jeruk siam merupakan jenis jeruk yang cukup banyak mendapat perhatian
dibandingkan dengan jenis jeruk yang lain, karena telah dicanangkan program
pengembangan jeruk secara nasional. Target pengembangannya meliputi Aceh
sampai Papua. Pemerintah pun turut aktif membantu penanganan masalah yang
menyangkut nasib jeruk, baik masalah penyakitnya maupun tataniaganya.
Manfaat jeruk bukan hanya untuk kesehatan saja tetapi juga berguna bagi
budaya masyarakat, khususnya masyarakat Tionghoa. Dalam budaya Tionghoa
jeruk dipercaya sebagai lambang kemakmuran. Dalam bahasa Tionghoa, kata
'jeruk' bunyinya hampir sama dengan 'Da Ji' yang artinya besar rejeki. Oleh sebab
itu, saat Tahun Baru Imlek jeruk merupakan salah satu suguhan utama, karena
masyarakat Tionghoa percaya bahwa jeruk yang berwarna kuning orange dan
masih ada daunnya dipercaya sebagai jeruk terbaik yang melambangkan kekayaan
yang terus tumbuh.
2. 2. Penelitian Terdahulu
Penelitian Lubis (2009) mengenai Analisis Sistem Pemasaran Belimbing
Dewa (studi kasus : Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok)
yang bertujuan: (1) menganalisis sistem pemasaran komoditas belimbing di
Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok dengan menganalisis
saluran dan lembaga pemasaran, fungsi-fungsi yang dilakukan oleh lembaga
pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar, serta keragaan pasar; (2) menganalisis
tingkat efisiensi pemasaran belimbing dewa untuk menentukan alternatif saluran
pemasaran belimbing dewa. Permasalahan yang dihadapi di lokasi penelitian
adalah tingginya margin tataniaga dan nilai farmers share yang rendah. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan data primer dan
data sekunder. Analisis dilakukan secara kualitatif yaitu dengan melihat saluran
pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar, permasalahan
pemasaran dan secara kuantitatif
pemasaran, farmers share serta rasio keuntungan dan biaya. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa: (a) terdapat empat saluran pemasaran belimbing dewa di
Kelurahan Pasir Putih yaitu: saluran pemasaran 1) petani tengkulak pedagang
16
dan
farmers
share.
Analisis
kuantitatif
dilakukan
dengan
17
18
19
Tahun
Penelitian
2009
Solechan
Rima
Kurniawati
2007
Yeyen Eryani
2009
R.
Mochammad
Taufan
2006
Dedi
Sumardi
2009
Judul Penelitian
Analisis Sistem
pemasaran
Belimbing Dewa
(Studi kasus :
Kelurahan Pasir
Putih, Kecamatan
Sawangan, Kota
Depok)
Analisis Sistem
Pemasaran Buah
Stroberi (Kasus di
Desa Alamendah,
Kecamatan
Rancabali,
Kabupaten
Bandung, Propinsi
Jawa Barat)
Analisis
Pemasaran
Mangga Gedong
Gincu (Mangifera
Indica L.) di
Kabupaten
Cirebon, Provinsi
Jawa Barat
Analisis Efisiensi
Pemasaran
Alpukat (Kasus di
Desa Ciburial,
Kecamatan Leles,
Kabupaten Garut,
Jawa Barat)
Analisis Efisiensi
Pemasaran Jambu
Biji (Psidium
guajava) (Studi
Kasus Desa
Cilebut Barat,
Kecamatan
Sukaraja
Kabupaten Bogor)
Persamaan
Perbedaan
Alat analisis
yang
digunakan
1. Jenis
komoditi
2. Lokasi
penelitian
Alat analisis
yang
digunakan
1. Jenis
komoditi
2. Lokasi
penelitian
Alat analisis
yang
digunakan
1. Jenis
komoditi
2. Lokasi
penelitian
Alat analisis
yang
digunakan
1. Jenis
komoditi
2. Lokasi
penelitian
Alat analisis
yang
digunakan
1. Jenis
komoditi
2. Lokasi
penelitian
20
(2009) mendefinisikan
pemasaran dalam pengertian ekonomi adalah ruang atau dimensi dimana kekuatan
penawaran dan permintaan bekerja untuk menentukan atau mengubah harga.
Pemasaran adalah aliran barang yang terjadi dari produsen hingga konsumen.
Barang dapat sampai ke tangan konsumen karena adanya peranan lembaga
pemasaran di dalamnya (Soekartawi 2002). Sedangkan Kohls dan Uhl
menyatakan pemasaran adalah kesatuan dari segala aktivitas bisnis dalam aliran
produk dan jasa yang dimulai dari tingkat produksi pertanian hingga konsumen
akhir. Selanjutnya Rahim dan Hastuti (2008) menyimpulkan bahwa pemasaran
komoditas pertanian merupakan aktivitas atau proses mengalirnya komoditas
pertanian dari produsen (petani, peternak, dan nelayan) hingga ke konsumen atau
pedagang perantara (tengkulak, pengumpul, pedagang besar, dan pengecer)
berdasarkan pendekatan sistem pemasaran, kegunaan pemasaran, dan fungsifungsi pemasaran.
Pengertian pemasaran yang sering disarankan oleh para ahli ekonomi
adalah sekumpulan pembeli dan penjual yang melakukan transaksi atas sejumlah
produk atau kelas produk tertentu. Pasar dapat juga diartikan sebagai tempat
terjadinya penawaran dan permintaan, transaksi, tawar-menawar harga, dan
atau terjadinya pemindahan kepemilikan melalui kesepakatan harga, cara
pembayaran, cara pengiriman, tempat pengambilan atau penerimaan produk,
jenis dan jumlah produk, spesifikasi serta mutu produk (Tjiptono dalam Rahim
dan Hastuti 2008).
Berdasarkan beberapa pengertian mengenai pemasaran, maka pengertian
pemasaran penelitian ini mengacu kepada Rahim dan Hastuti (2008). Sehingga
pemasaran merupakan kegiatan atau proses pengaliran suatu komoditas pertanian
yang berasal dari petani produsen hingga sampai ke tangan konsumen, dimana
dalam proses tersebut komodoti pertanian yang dimaksud mengalami penambahan
nilai guna.
21
Pemasaran dapat ditinjau dari dua perspektif yaitu perspektif makro yang
menganalisis sistem pemasaran secara
individu yang
kepada konsumen akhir, serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau
individu lainnya. Munculnya lembaga pemasaran disebabkan oleh adanya
keinginan konsumen untuk memiliki barang atau produk sesuai dengan waktu,
tempat, dan bentuk tertentu. Lembaga pemasaran memiliki tugas yaitu melakukan
fungsi-fungsi pemasaran serta mengupayakan agar keinginan konsumen dapat
terpenuhi semaksimal mungkin. Margin merupakan balas jasa yang diberikan oleh
konsumen kepada lembaga pemasaran atas keinginannya yang telah dipenuhi oleh
lembaga pemasaran.
Rahim dan Hastuti (2008) menyatakan bahwa panjang pendeknya saluran
pemasaran yang dilalui oleh suatu komoditas pertanian tergantung pada beberapa
faktor. Faktor-faktor tersebut yaitu: 1) jarak antara produsen dan konsumen,
makin panjang jarak antara produsen dan konsumen maka biasanya saluran
pemasaran yang dilalui akan semakin panjang. 2) daya tahan produk/cepat
tidaknya produk rusak, produk yang lebih cepat rusak harus segera diterima oleh
konsumen sehingga membutuhkan saluran yang pendek dan cepat. 3) skala
produksi, apabila jumlah produk yang dihasilkan dalam jumlah yang kecil-kecil,
hal ini tidak memberi keuntungan bagi produsen apabila langsung memasarkan
produknya ke pasar. Sehingga apabila skala produksi sebuah produk terdiri dari
skala-skala yang kecil, maka saluran pemasarannya akan cenderung semakin
panjang. 4) keadaan keuangan pengusaha. Pengusaha atau pedagang yang
memiliki keadaan keuangan yang kuat maka cenderung akan memasarkan
produknya melalui saluran pemasaran yang lebih pendek. Karena pedagang atau
pengusaha yang memiliki keadaan keuangan yang kuat dapat lebih banyak
melakukan fungsi-fungsi tataniaganya dibandingkan dengan pedagang atau
pengusaha yang memiliki keadaan keuangan yang lemah.
Dalam proses penyaluran produk dari produsen hingga ke konsumen,
lembaga pemasaran yang sangat berperan adalah perantara. Perantara dapat
digolongkan menjadi merchant middleman dan agent middleman.
Merchant
23
penyedia
fasilitas-fasilitas
transportasi,
asuransi
Fungsi
pertukaran
yang
terdiri
dari
fungsi
pembelian
atau
Fungsi fisik yang terdiri dari fungsi penyimpanan atau gudang, fungsi
pengangkutan dan fungsi pengolahan.
25
Hammond
(1977)
menyatakan
bahwa
struktur
pasar
dihadapi dan tujuan yang akan dicapai, lembaga pemasaran akan bertindak sendiri
atau bersama-sama untuk memutuskan tingkat harga produk, jenis produk dan
jumlah produk.
3.1.4.3. Keragaan Pasar
Dahl dan Hammond (1977) dalam Asmarantaka (2009) mendefinisikan
keragaan pasar yaitu hasil akhir yang dicapai yang diperoleh dari proses
penyesuaian pasar oleh lembaga pemasaran. Adanya struktur pasar dan perilaku
pasar menimbulkan munculnya keragaan pasar dalam harga, biaya dan volume
produksi dalam suatu sistem pemasaran. Keragaan pasar dapat diidentifikasi
melalui tingkat harga di pasar dan penyebaran harga yang terjadi di tingkat
produsen hingga konsumen serta dapat diamati melalui tingkat persaingan, marjin
pemasaran serta penyebaran marjin pada setiap tingkat pasar.
3.1.5. Struktur Biaya Pemasaran
Menurut Sudarsono (1995) pengertian biaya dalam ekonomi adalah jumlah
total beban yang harus ditanggung untuk menyiapkan barang sehingga siap untuk
digunakan oleh konsumen. Dalam ekonomi, biaya diharuskan berupa beban, tidak
hanya berupa pengeluaran yang bersifat eksplisit akan tetapi juga beban-beban
yang bersifat implisit, contohnya adalah beban penyusutan yang juga termasuk
biaya.
Secara umum, biaya merupakan pengorbanan yang dikeluarkan oleh
produsen dalam mengelola usahanya untuk mendapatkan hasil yang maksimal,
biaya juga berupa pengorbanan yang diukur dalam satuan alat tukar berupa uang
untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Rahim dan Hastuti 2008).
Secara
28
perbedaan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir dengan harga yang
diterima oleh konsumen akhir dengan harga yang diterima oleh petani produsen.
Tomek dan Robinson dalam Asmarantaka (2009) menyatakan terdapat dua
alternatif definisi marjin pemasaran, yaitu:
a. Perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima
produsen.
b. Harga dari kumpulan jasa-jasa pemasaran sebagai akibat adanya aktivitasaktivitas bisnis yang terjadi dalam sistem pemasaran.
Sehingga dapat disimpulkan marjin pemasaran adalah perbedaan harga
yang terjadi diantara harga ditingkat petani dan pengecer, perbedaan tersebut
terjadi akibat adanya aktivitas-aktivitas dalam proses penyaluran produk, marjin
yang terjadi dibayarkan oleh konsumen.
Marjin tataniaga terdiri dari dua komponen yaitu biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi
pemasaran dan keuntungan yang diperoleh oleh lembaga pemasaran tersebut
(Sudiyono dalam Asmarantaka 2009).
Harga (P)
Sr
Sf
Pr
Marjin
Pf
Dr
Df
Jumlah (Q)
Qr, f
Sumber : Hammond dan Dahl (1977) dalam Rahim dan Hastuti (2008)
29
dengan jumlah produk yang dipasarkan. Menurut Tomek dan Robinson dalam
Asmaranataka (2009), adanya perubahan marjin pemasaran dapat terjadi yang
disebabkan oleh perubahan harga, efisiensi dari jasa pemasaran, kualitas dan
kuantitas jasa pemasaran yang digunakan dalam memproduksi produk akhir.
Diantara berbagai komoditas, marjin pemasaran yang ada pun berbeda-beda.
Dampak perubahan marjin pemasaran di tingkat petani dan pedagang eceran pada
pasar bersaing sempurna ditentukan oleh slope kurva permintaan dan
penawarannya.
Tomek dan Robinson (1990) dalam Asmaranataka (2009) menyatakan
bahwa marjin pemasaran ditentukan oleh faktor-faktor berikut: 1) perubahan
harga-harga input, 2) efisiensi pengadaan jasa-jasa pemasaran, 3) jumlah dan
kualitas jasa-jasa pemasaran, serta 4) perubahan struktur pasar dan teknologi.
Oleh sebab itu, apabila terjadi perubahan pada komponen-komponen tersebut,
maka marjin pemasaran pun akan berubah.
Terdapat beberapa unsur yang dibutuhkan dalam operasional marjin
pemasaran, yaitu: pertama,
pengukuran
efisiensi
pemasaran
jalan
membandingkan nilai input dan nilai output. Nilai input berupa penilaian
konsumen terhadap produk, dan nilai input berupa biaya produksi alternatif.
Sehingga Rahim dan Hastuti (2008) menyimpulkan bahwa efisiensi
pemasaran merupakan peningkatan rasio output-input yang dapat dicapai
dengan cara, yaitu; 1) output konstan dan input mengecil; 2) peningkatan output
dan input konstan; 3) peningkatan output yang jumlahnya lebih tinggi daripada
peningkatan input; 4) penurunan input yang lebih rendah dibandingkan
penurunan input.
Ukuran tingkat kepuasan konsumen relatif dan sangat sulit ditentukan
terhadap masing-masing konsumen, namun kepuasan konsumen, produsen serta
semua lembaga-lembaga yang terlibat dalam kegiatan penyaluran barang dari
petani hingga kepada konsumen akhir merupakan ukuran efisiensi suatu
pemasaran (Kohl dan Uhl 2002). Pengurangan biaya dalam kegiatan pemasaran
tanpa mengubah nilai kegunaan produk dapat meningkatkan efisiensi pemasaran.
Hal yang sama dapat dilakukan dengan meningkatkan nilai kegunaan produk dari
proses pemasaran tanpa meningkatkan biaya pemasaran akan menghasilkan
peningkatan efisiensi pemasaran.
31
Sehingga efisiensi pemasaran dapat dilihat melalui dua cara, yaitu efisiensi
operasional dan efisiensi harga. Kohl dan Uhl (2002) menyatakan operational
efficiency refers to the situation where the cost of marketing are reduced without
necessarily
affecting
the
output
side
of
the
efficiency
ratio
sumberdaya merupakan biaya dan kegunaan merupakan benefit dari rasio efisiensi
pemasaran. Biaya pemasaran dapat dikatakan sebagai jumlah total dari harga
sumberdaya yang digunakan dalam proses pemasaran, sehingga nilainya lebih
mudah dihitung dan diketahui daripada indikator nilai kepuasan dari konsumen.
Rasio efisiensi pemasaran dapat dilihat melalui dua cara, yaitu peningkatan
perubahan sistem pemasaran melalui pengurangan biaya perlakuan pada fungsifungsi pemasaran tanpa mengubah kepuasan konsumen, dan peningkatan
kegunaan output tanpa meningkatkan biaya pemasaran suatu sistem pemasaran.
Akan tetapi, yang sering digunakan untuk mengetahui besarnya indikator efisiensi
operasional adalah analisis margin pemasaran.
Bentuk kedua dari efisiensi pemasaran adalah efisiensi harga. Kohl dan
Uhl (2002) menyatakan marketing efficiency is concerned with the ability of the
market system to efficiently allocate resources and coordinate the entire food
production and marketing process in accordance with consumer directives
(efisiensi harga berkaitan dengan kemampuan sistem pemasaran yang efisien
untuk mengalokasikan
seluruh produksi dan proses
sumberdaya
dan
mengkoordinasikan
32
pasar antara pasar acuan dengan pasar pengikutnya, contohnya antara pasar di
tingkat petani dengan pasar ditingkat konsumen akhir. Prinsip efisiensi pemasaran
juga dinyatakan dalam Soekartawi (2004) bahwa efisiensi pemasaran dapat
tercapai
apabila
dengan
biaya-biaya
yang
serendah-rendahnya
dapat
menyampaikan hasil-hasil pertanian kepada konsumen dan dari total harga yang
dibayarkan, konsumen dapat melakukan pembagian harga secara merata kepada
semua pihak dalam pemasaran.
Selain itu,
secara
makro
33
Analisis
Farmers Share
Analisis struktur
biaya pemasaran
Efisiensi pemasaran
Rekomendasi
34
36
37
Jumlah
Penjual/
Pembeli
Sifat
Produk
Struktur Pasar
Hambatan
keluar
masuk pasar
Sudut Penjual
Sudut Pembeli
Tinggi
Persaingan
murni
Monopolistik
Persaingan
murni
Monopolistik
Homogen
Tinggi
Oligopoli murni
Oligopsoni
murni
Sedikit
Diferensiasi
Tinggi
Satu
Unik
Tinggi
Oligopoli
diferensiasi
Monopoli
Oligopsoni
diferensiasi
Monopsoni
Banyak
Homogen
Rendah
Banyak
Diferensiasi
Sedikit
4
5
yang dihadapi agar dapat mencapai tujuan masing-masing. Aktivitas tersebut yaitu
kegiatan penjualan dan pembelian yang terjadi diantara petani atau produsen,
pedagang pegumpul, pedagang grosir, hingga pedagang pengecer; sistem
penentuan harga serta sistem pembayaran; dan kerjasama yang dilakukan antar
lembaga pemasaran.
4.5.4. Analisis Struktur Biaya Pemasaran
Analisis struktur biaya pemasaran dilakukan dengan mengidentifikasi
komponen-komponen biaya yang dikeluarkan oleh para lembaga pemasaran.
Menurut Mulyadi (1999) dalam Herawati (2005), biaya pemasaran dapat
digolongkan berdasarkan fungsi pemasaran sebagai berikut:
1.
2.
3.
Fungsi pergudangan, terdiri dari aktivitas penyimpanan produk jadi yang siap
untuk dijual. Biaya fungsi pergudangan terdiri: gaji karyawan gudang, biaya
depresiasi gudang, dan biaya sewa gudang.
4.
5.
6.
39
40
41
2.
42
3.
4.
Pedagang pengecer adalah individu atau kelompok yang membeli jeruk siam
dari pedagang besar atau dari pedagang pengumpul ataupun dari petani,
kemudian menjualnya kepada konsumen akhir.
5.
6.
Harga jual adalah harga rata-rata jeruk siam per kilogram yang diterima oleh
lembaga pemasaran dalam melakukan penjualan jeruk siamnya (Rp/kg).
7.
Harga beli adalah harga rata-rata jeruk siam per kilogram yang dibayarkan
oleh lembaga pemasaran yang melakukan pembelian jeruk siam (Rp/kg).
8.
9.
43
Nabire Barat dengan waktu tempuh 15 menit. Sedangkan jarak Kampung Wadio
dengan Ibukota Kabupaten adalah sembilan kilometer dengan waktu tempuh 25
menit.
Persentase penggunaan lahan di Kampung Wadio yaitu 57,43 persen untuk
pemukiman, pertokoan serta hutan, 10,42 persen ladang/tegal yang diusahakan,
16,92 persen perkebunan, 4,96 persen lahan sawah dan 10,27 persen ladang yang
tidak diusahakan. Kampung Wadio merupakan salah satu sentra produksi jeruk
siam di Kabupaten Nabire, dengan rata-rata suhu udara 29,93 C dan kelembaban
udara 82,25 persen. Curah hujan per tahun berkisar rata-rata 432,83 mm dan hari
hujan 19 hari/bulan.
permukaan laut.
Fasilitas transportasi yang menghubungkan Kampung Wadio dengan
kampung
lain adalah angkutan umum dan ojek yang tersedia setiap menit.
Persentase (%)
Perempuan
< 15
274
302
39,51
15 50
278
325
41,36
> 50
128
151
19,14
Jumlah
680
778
100.00
45
Mata Pencaharian
Jumlah KK
Persentase (%)
29
6,44
TNI/POLRI
11
2,44
Swasta
12
2,67
Tukang
17
3,78
Jasa
10
2,22
Petani
314
69,78
Pensiunan
0,89
Pedagang
51
11,33
Peternak
0,44
450
100,00
Jumlah
Sumber : Balai Kampung Wadio (2011)
46
setempat umumnya masih memiliki luas lahan yang kecil. Hanya beberapa
penduduk yang memiliki luas lahan 3 5 hektar. Belum ada petani atau penduduk
yang memiliki lahan lebih dari lima hektar. Hal ini disajikan secara rinci pada
Tabel 12.
Tabel 12. Struktur Kepemilikan Lahan Pertanian di Kampung Wadio, Distrik
Nabire Barat, Kabupaten Nabire Tahun 2011
No.
Persentase (%)
< 0,1
43
14,53
0,1 - 0,5
67
22,64
0,6 1
65
21,96
1,1 - 1,5
51
17,23
1,6 - 2,0
55
18,58
35
15
5,07
>6
296
100,00
Jumlah
Sumber : Balai Kampung Wadio (2011)
47
Usia (tahun)
Persentase (%)
20 30
6,67
31 40
40,00
41 50
33,33
< 50
20,00
15
100,00
Total
Tingkat pendidikan
Persentase (%)
Tidak sekolah
SD
60,00
SMP
13,33
SMA/SMK
26,67
Diploma
Sarjana
15
100,00
Total
Persentase (%)
15
13,33
6 10
40,00
11 15
46,67
< 15
15
100,00
Total
49
memiliki peluang untuk mengelola dan mengembangkan usahanya. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Karakteristik Pedagang Berdasarkan Usia
No.
Usia (tahun)
21 30
35,71
31 40
14,29
41 50
50,00
< 50
14
100,00
Total
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Tingkat pendidikan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Tidak sekolah
7,14
SD
35,71
SMP
21,43
SMA/SMK
35,71
Diploma
Sarjana
14
100,00
Total
50
15
42,86
6 10
14,29
11 15
28,57
< 15
14,29
14
100,00
Total
Jumlah
Presentase (%)
Usaha yang dimiliki oleh pedagang di daerah ini merupakan usaha milik
sendiri dan tidak melakukan kemitraan atau kerjasama dengan petani maupun
pedagang lainnya. Komoditas pertanian yang diperdagangkan sebagian besar
hanya berupa jeruk. Namun, beberapa pedagang juga menjual buah-buahan lain
seperti pisang, mangga, pepaya, semangka dan melon, akan tetapi persentasi
jumlah buah jeruk tetap lebih banyak dari buah-buah yang lain.
Pedagang di daerah ini umumnya tidak memiliki tenaga kerja tetap untuk
melakukan usaha dagangnya, walaupun ada beberapa pedagang yang dibantu oleh
tenaga kerja yang berasal dari keluarga sendiri. Sehingga terdapat beberapa
pedagang yang tidak mengeluarkan biaya untuk tenaga kerja. Di daerah ini juga
belum terdapat suatu perkumpulan usaha sejenis, sehingga pedagang menjalankan
usahanya secara sendiri-sendiri.
5.3. Gambaran Usahatani Jeruk Siam di Kampung Wadio
Petani jeruk di kampung ini umumnya adalah penduduk pendatang yang
berasal dari Pulau Jawa, karena Kampung Wadio ini merupakan daerah
transmigrasi. Usahatani jeruk di Kampung Wadio telah dilakukan selama 15
tahun. Sebelum melakukan usahatani jeruk, para petani mengusahakan padi,
kakao, dan palawija. Namun setelah mendapatkan anjuran dari pemerintah untuk
mengusahakan jeruk di kampung tersebut serta melihat usaha tersebut
menguntungkan untuk dijalankan, maka petani mulai beralih menanam jeruk.
Setelah menjalankan usahatani jeruk ini, petani merasa bahwa usaha tersebut
menguntungkan, sehingga hingga saat ini petani terus menanggapi secara positif
program pemerintah untuk terus mengembangkan komoditas jeruk di daerah
tersebut. Varietas jeruk yang ditanam di daerah ini umumnya adalah jeruk siam.
51
5.3.1. Pembenihan
Benih yang digunakan oleh para petani berasal dari penangkar setempat
karena bibit yang siap ditanam pada areal pertanaman adalah bibit hasil okulasi.
Proses pembenihan diawali dengan menabur biji jeruk dari varietas jeruk asam
yang akan digunakan sebagai batang bawah.
52
53
b. Pengairan. Pada saat fase vegetatif maupun generatif tanaman jeruk sangat
membutuhkan air sehingga dilakukan pengairan secara berkala dengan melihat
kondisi tanah dan cuaca.
c. Penanaman tanaman sela. Pada saat tanaman jeruk belum menghasilkan,
dilakukan penanaman secara tumpang sari dengan jagung, kedelai dan
tanaman sayur-sayuran seperti tomat, cabai, bawang merah, kacang panjang,
melon dan semangka.
d. Penyiangan dan penggemburan tanah. Penyiangan dilakukan setelah tanaman
berumur satu bulan. Penyiangan berikutnya dilakukan secara kontinu setiap 2
4 minggu. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan perbaikan parit saat
tanaman telah berumur satu tahun.
e. Pemupukan. Pemupukan dilakukan saat tanaman berumur tiga bulan. Jenis
dan dosis pupuk yang diberikan adalah Urea atau Za sebanyak 300 kilogram
per hektar, TSP sebanyak 200 kilogram per hektar dan KCL sebanyak 200
kilogram per hektar. Pemupukan diberikan kembali setelah tanaman
berproduksi, sebanyak 2 kali dalam setahun.
f. Pemangkasan dan pembentukan pohon. Pemangkasan ditujukan untuk
pembentukan pohon dan menjaga kesehatan tanaman. Kegiatan pemangkasan
dilakukan dengan menggunakan alat yang tajam seperti pisau atau gunting
pangkas. Saat pembentukan pohon dilakukan, tanaman harus dalam kondisi
tercukupi unsur hara dan airnya. Pada bekas pangkasan disemprot dengan
pestisida untuk mencegah terjadinya infeksi.
5.3.5. Pembungaan dan Pembuahan
Tanaman jeruk mulai berbunga saat tanaman berumur kurang lebih dua
tahun dan mulai berbuah saat tanaman berumur tiga tahun. Produksi buah
tanaman jeruk akan maksimal saat tanaman berumur 5 7 tahun. Umur maksimal
tanaman jeruk mencapai 10 tahun.
5.3.6. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman
Terdapat beberapa OPT yang perlu diperhatikan dalam kegiatan usahatani
jeruk. Hama yang sering mengganggu tanaman maupun buah yang telah
dihasilkan adalah lalat buah. Sedangkan penyakit yang dapat membahayakan
54
55
56
kilogram jeruk dengan intensitas panen satu kali dalam seminggu. Total produksi
jeruk oleh petani dalam tiga bulan terakhir dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Total Produksi Petani Responden dan Harga Jeruk (Rp) dalam Tiga
Bulan Terakhir (Februari-April) 2011
Bulan
Produksi (kg)
Harga (Rp/kg)
Februari
481,54
3.826,67
Maret
581,15
3.453,33
April
713,85
3.100,00
Rata-Rata
592,18
3.460,00
Pada bulan Februari jumlah produksi jeruk yang dihasilkan petani rata-rata
adalah 481,52 kilogram dengan harga rata-rata yang berlaku Rp 3.826,67 per
kilogram. Pada bulan ini jumlah produksi jeruk di Kampung Wadio dalam
keadaan sedikit, karena telah melewati periode musim panen. Pada bulan Maret,
produksi jeruk mengalami sedikit peningkatan yaitu 581,15 kilogram. Jumlah
jeruk yang tersedia di pasar dalam keadaan cukup sehingga harga jeruk pun
sedikit mengalami penurunan menjadi Rp 3.453,33 per kilogram. Pada bulan
April, jumlah jeruk di pasar kembali meningkat karena mendekati periode musim
panen. Rata-rata jumlah produksi jeruk dalam bulan April adalah 718,83 kilogram
dengan harga jual Rp 3.100,00 per kilogram. Sehingga diperoleh rata-rata jumlah
produksi dalam tiga bulan tersebut yaitu 592,18 kilogram dalam sebulan dan ratarata harga jual jeruk adalah Rp 3.460,00 per kilogram.
6.1.2. Pedagang Pengumpul
Pedagang pengumpul yang dimaksud disini adalah pedagang pengumpul
di tingkat desa. Pedagang pengumpul mengumpulkan hasil produksi jeruk petani
di Kampung Wadio kemudian memasarkannya ke luar daerah. Lembaga
pemasaran ini melakukan penjualan ke luar daerah dengan memanfaatkan
transportasi laut, yaitu menggunakan kapal penumpang. Alasan pedagang
pengumpul melakukan kegiatan pemasaran ini karena keuntungan yang diperoleh
cukup menjanjikan, selain itu juga permintaan dari luar daerah cukup besar
jumlahnya, yaitu rata-rata 200 peti (1.000 kilogram) setiap periode penjualan.
Kapal yang digunakan untuk mengirim jeruk adalah kapal penumpang yang
singgah di Pelabuhan Nabire. Kapal-kapal tersebut yaitu Kapal Labobar, Kapal
Nggapulu dan Kapal Dorolonda. Kapal-kapal ini singgah sebanyak tiga kali dalam
seminggu. Kapal-kapal tersebut mulai berlayar dari pelabuhan Tanjung Priok
58
59
Pedagang pengecer lokal membeli jeruk langsung dari petani tanpa melalui
pedagang pengumpul desa, karena jarak antara lahan petani dengan tempat
pedagang pengecer menjual jeruk hanya memakan waktu 25 menit perjalanan,
sehingga dapat dengan mudah dijangkau oleh keduanya. Daerah penjualan
pedagang pengecer adalah di sekitar Kabupaten Nabire. Terdapat beberapa jenis
pedagang pengecer di daerah ini, yaitu pedagang pengecer pasar, pedagang
pengecer keliling dan pedagang pengecer di pinggir jalan. Pedagang pengecer
pasar menjual buah jeruk di pasar-pasar daerah setempat, seperti Pasar Kalibobo,
Pasar Oyehe, Pasar Karang dan Pasar Sore. Tempat pedagang pengecer pasar
berjualan adalah tetap pada satu tempat, dengan hanya menggunakan payung dan
pengalas dari karung atau karpet pedagang sudah dapat membuka lapak untuk
berjualan di pasar. Pasar-pasar lokal di daerah tersebut pada umumnya dalam
keadaan ramai pada pagi hingga siang hari, sehingga pedagang pengecer pasar
pun berjualan hanya pada pagi hingga siang hari. Sebagian kecil pedagang
pengecer pasar ini melakukan pembelian langsung ke lahan jeruk petani. Karena
sudah berlangganan untuk melakukan pembelian dengan petani, sebagian besar
pedagang pengecer memperoleh buah jeruk yang akan dijual dengan memesan
melalui telepon kepada petani, kemudian petani tersebut yang mengantar jerukjeruk yang telah dipesan ke tempat pedagang pengecer berjualan.
60
61
Pedagang
Pedagang
Pengecer Pasar
Pengecer Keliling
Tetap
Tidak tetap
Tetap
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
- Stand
Tidak
Tidak
Ya
- Keranjang
Tidak
Ya
Tidak
Pagi hingga
malam hari
100 kg
75 kg
46,93 kg
No
Keterangan
Lokasi berjualan
Waktu berjualan
Rata-rata volume
pembelian/penjualan per
hari
Pengecer Pinggir
Jalan
62
50 kg
Petani
1.250 kg
100 kg
100 kg
75 kg
Pengecer pasar
50 kg
Pedagang
pengumpul
Pengecer
keliling
Pengecer
pinggir jalan
Pedagang besar
Pedagang
pengecer non
lokal
Konsumen
Keterangan :
: Saluran pemasaran 1
: Saluran pemasaran 2
: Saluran pemasaran 3
: Saluran pemasaran 4
: Saluran pemasaran 5
: Saluran pemasaran 6
Gambar 10. Saluran Pemasaran Jeruk dari Kampung Wadio hingga Konsumen
63
64
65
pedagang pengecer pinggir jalan juga memetik jeruk sendiri di lahan petani.
Harga beli jeruk dari petani adalah Rp 4.541,67 per kilogram. Volume pembelian
pedagang pengecer pasar dari petani adalah 1.423 kilogram per bulan. Kemudian
jeruk dijual kembali di stand yang dimiliki petani di pinggir jalan. Harga jual
kepada konsumen selama bulan Februari, Maret dan April adalah Rp 6.766,67 per
kilogram.
6.2.6. Pola Saluran Pemasaran 6
Saluran pemasaran ketiga hanya melibatkan dua lembaga yaitu petani dan
konsumen akhir. Biasanya konsumen mendatangi lahan petani untuk melakukan
pembelian. Berbeda dengan harga yang diterima oleh pengecer, harga jual jeruk di
tingkat petani pada saat musim panen adalah Rp 2.000,00 per kilogram, dan pada
saat tidak musim panen harga tertingginya adalah Rp 5.000,00 per kilogram.
Namun, harga rata-rata penjualan jeruk oleh petani kepada konsumen adalah Rp
3.460,00 per kilogram.
66
berbeda. Pada saluran ini fungsi fisik yang dilakukan petani hanya berupa fungsi
pengemasan. Setelah panen, buah jeruk hanya dikemas di dalam tas nilon dan
langsung dibawa oleh konsumen.
Petani melakukan fungsi fasilitas dengan kegiatan sortasi, informasi pasar
dan penanggungan risiko. Kegiatan sortasi dilakukan bersamaan saat melakukan
pemanenan dengan memisahkan buah jeruk yang tidak layak jual. Jeruk yang
67
tidak layak jual yaitu buah jeruk yang rusak karena terjatuh saat pemanenan,
terkena gigitan lalat buah atau hama lainnya, serta bentuk yang tidak sempurna.
Umumnya para petani sudah mengetahui buah jeruk seperti apa yang diinginkan
oleh pedagang pengumpul, yaitu berukuran sedang (tidak terlalu besar dan tidak
terlalu kecil) sehingga petani hanya memanen buah yang ukurannya sedang.
Selain itu, karena buah jeruk tersebut akan dikirim melalui transportasi laut dan
memakan waktu paling cepat sehari, maka buah jeruk yang dipanen adalah buah
jeruk yang tidak terlalu matang agar tidak busuk selama perjalanan. Sedangkan
pedagang pengecer biasanya tidak menentukan ukuran buah yang diinginkan,
sehingga petani dapat memanen buah jeruk dengan ukuran apapun. Hasil panen
dijual kepada pedagang pengumpul, pedagang pengecer lokal dan konsumen
akhir berdasarkan harga yang berlaku di pasar pada saat itu. Informasi harga
biasanya diperoleh petani dari lembaga pemasaran di tingkat sebelumnya dan juga
dari petani lainnya. Informasi pasar tersebut dijadikan acuan untuk menjual hasil
produksinya. Namun, terkadang pedagang pengumpul memiliki kekuatan lebih
besar untuk menentukan harga karena petani tidak memiliki pilihan yang banyak
untuk menjual ke pedagang pengumpul lainnya, khususnya pada saat musim
panen. Hal ini disebabkan oleh lemahnya kelembagaan pada Kelompok Tani serta
Gapoktan yang ada di Kampung Wadio. Fungsi penanggungan risiko dilakukan
petani saat jeruk yang diterima oleh pedagang pengecer dalam kondisi tidak layak
untuk dijual, maka petani
tersebut. Akan tetapi hal ini terjadi apabila jeruk yang rusak atau tidak layak
tersebut berjumlah lebih dari lima kilogram.
6.3.2. Fungsi Pemasaran di Tingkat Pedagang Pengumpul
Pedagang pengumpul melaksanakan fungsi pertukaran dengan melakukan
pembelian dan penjualan. Umumnya pedagang pengumpul melakukan pembelian
di tempat pengumpulan jeruk, tempat pengumpulan tersebut merupakan tempat
yang dapat dilewati oleh truk. Pedagang pengumpul mengangkut jeruk tersebut
hingga ke Pelabuhan.
Fungsi
fisik
peti yang berisi jeruk tersebut dikemas lagi dengan menggunakan container.
Kemudian kegiatan pengangkutan dilanjutkan dengan menggunakan kapal laut
menuju daerah tujuan penjualan.
69
menuju kota tujuan dilakukan juga fungsi penyimpanan yang dilakukan dalam
container.
Fungsi fasilitas yang dilakukan pedagang besar luar kota berupa
penanggungan risiko, pembiayaan, sortasi dan informasi pasar. Penanggungan
risiko dilakukan oleh pedagang besar terkait dengan kerusakan buah jeruk selama
proses pendistribusian yang memakan waktu dua hari sehingga menyebabkan
penyusutan dan penurunan kualitas jeruk tersebut. Pedagang besar luar kota
melakukan fungsi pembiayaan dengan menyediakan modal awal kepada pedagang
pengumpul. Modal tersebut diberikan untuk melakukan pembelian serta
pengangkutan jeruk hingga jeruk jeruk tersebut siap untuk dikirim. Setelah
melakukan pemesanan kepada pedagang pengumpul, pedagang besar luar kota
akan mentransfer modal awal yang dibutuhkan melalui bank. Kegiatan sortasi
dilakukan setelah container telah sampai pada daerah tujuan pemasaran dan
dilakukan pembongkaran. Jeruk-jeruk yang sudah busuk dan tidak layak lagi
untuk dijual dipisahkan dan dibuang. Informasi pasar sangat dibutuhkan oleh
pedagang besar luar kota terkait perkembangan permintaan dan penawaran jeruk
di pasaran, karena berhubungan juga dengan harga jual dan harga beli yang akan
diterapkan.
6.3.3. Fungsi Pemasaran di Tingkat Pedagang Pengecer Non Lokal
Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh pedagang pengecer non lokal
adalah pembelian dan penjualan kepada konsumen akhir. Pedagang pengecer luar
kota melakukan pembelian dengan mendatangi tempat pedagang besar.
Fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang pengecer non lokal adalah
pengangkutan, pengemasan dan penyimpanan. Kegiatan pengangkutan dilakukan
untuk
membawa
jeruk
ke
tempat
berjualan.
Pengangkutan
dilakukan
biasanya jeruk tidak habis terjual dalam sehari, sehingga pedagang pengecer non
70
lokal melakukan penyimpanan agar jeruk tersebut dapat dijual kembali pada hari
berikutnya.
Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang pengecer non lokal adalah
sortasi, penanggungan risiko dan informasi pasar. Kegiatan sortasi yang dilakukan
hanya dengan memisahkan buah jeruk yang sudah tidak layak jual dengan jeruk
yang masih layak untuk dijual. Kegiatan penanggungan risiko terkait dengan
kerusakan buah jeruk selama pendistribusian ataupun selama penjualan. Selain itu,
penanggungan risiko juga terkait dengan risiko penyimpanan yang menyebabkan
penyusutan dan penurunan kualitas jeruk. Informasi pasar juga sangat dibutuhkan
untuk mengetahui perkembangan permintaan dan penawaran jeruk di pasaran,
karena berkaitan dengan harga jual dan harga beli yang berlaku.
6.3.4. Fungsi Pemasaran di Tingkat Pedagang Pengecer Pasar
Baik pedagang pengecer lokal maupun non lokal, tidak melakukan semua
fungsi pemasaran yang ada. Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh pedagang
pengecer pasar adalah pembelian dan penjualan. Kegiatan penjualan dilakukan di
pasar-pasar lokal setempat.
Fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang pengecer pasar adalah fungsi
pengangkutan, pengemasan dan penyimpanan. Fungsi pengangkutan dilakukan
dengan mengangkut jeruk yang dijual dari rumah pedagang hingga ke pasar.
Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan motor ataupun angkutan umum.
Pedagang pengecer pasar mengemas jeruk yang dibeli oleh pembeli dengan
menggunakan kantong plastik maupun kardus kemasan. Kegiatan penyimpanan
dilakukan apabila jeruk tidak habis terjual pada hari tersebut. Jeruk disimpan dan
akan dijual kembali pada hari berikutnya.
Fungsi fasilitas yang dilakukan pedagang pengecer pasar adalah sortasi,
penanggungan risiko dan informasi pasar. Kegiatan sortasi yang dilakukan hanya
dengan memisahkan buah jeruk yang sudah tidak layak jual dengan jeruk yang
masih layak untuk dijual. Kegiatan penanggungan risiko terkait dengan kerusakan
buah jeruk selama pendistribusian ataupun selama penjualan. Selain itu,
penanggungan risiko juga terkait dengan risiko penyimpanan yang menyebabkan
penyusutan dan penurunan kualitas jeruk. Informasi pasar sangat dibutuhkan
untuk mengetahui perkembangan permintaan dan penawaran jeruk di pasaran,
71
karena berkaitan dengan harga jual dan harga beli yang berlaku. Pedagang
pengecer pasar memperoleh informasi mengenai pasar melalui petani ataupun
pedagang lainnya.
6.3.5. Fungsi Pemasaran di Tingkat Pedagang Pengecer Keliling
Fungsi pertukaran dilakukan oleh pedagang pengecer keliling adalah
pembelian dan penjualan. Fungsi pembelian berupa kegiatan pembelian jeruk dari
petani, sedangkan fungsi penjualan berupa kegiatan penjualan jeruk kepada
konsumen.
Pedagang pengecer keliling juga melakukan ketiga fungsi fisik, yaitu
fungsi pengangkutan, pengemasan dan penyimpanan. Pengangkutan dilakukan
dengan menggunakan sepeda motor. Jeruk tersebut dimasukkan ke dalam
keranjang yang dibuat sedemikian rupa agar dapat menampung jeruk pada saat
berkeliling. Pengemasan dilakukan dengan menggunakan kantong plastik atau
kardus apabila jeruk tersebut akan dibawa ke daerah lain sebagai oleh-oleh. Sama
seperti pedagang pengecer lainnya, apabila buah jeruk tidak habis terjual dalam
sehari, maka pedagang pengecer keliling juga melakukan penyimpanan agar jeruk
tersebut dapat dijual kembali pada hari berikutnya.
Fungsi fasilitas yang dijalankan oleh pedagang pengecer keliling sama
seperti yang dijalankan oleh pedagang pengecer pasar dan pengecer pinggir jalan.
Fungsi tersebut berupa sortasi, penanggungan risiko dan informasi pasar.
6.3.6. Fungsi Pemasaran di Tingkat Pedagang Pengecer Pinggir Jalan
Fungsi pertukaran dilakukan oleh pedagang pengecer pinggir jalan adalah
pembelian dan penjualan. Fungsi pembelian berupa kegiatan pembelian jeruk dari
petani ataupun pengecer pasar, sedangkan fungsi penjualan berupa kegiatan
penjualan jeruk kepada konsumen.
Fungsi fisik yang dijalankan oleh pedagang pengecer pinggir jalan berupa
pengangkutan, pengemasan dan penyimpanan. Pedagang pengecer pinggir jalan
melakukan pengangkutan dari rumah masing-masing menuju tempat mereka
berjualan, umumnya dengan menggunakan sepeda motor. Pengemasan yang
dilakukan oleh pedagang pengecer dilakukan dengan mengemas jeruk yang dibeli
oleh konsumen menggunakan kardus atau plastik kemasan. Pengemasan
72
ada
perbedaan
harga
bagi
pengelompokkan
tersebut.
Kegiatan
73
74
75
76
biaya
pengemasan,
biaya
penyusutan,
retribusi,
biaya
77
95,89 per kilogram. Biaya ini dikeluarkan untuk mengangkut jeruk dengan ratarata per harinya sebanyak 46,93 kilogram. Pada saluran 3, pedagang pengecer
keliling mengeluarkan untuk membeli bahan bakar bensin sebesar Rp 210,00 per
kilogram. Dimana pedagang pengecer melakukan pengangkutan dengan
menggunakan motor yang umumnya adalah milik sendiri. Apabila menggunakan
motor, kapasitas jeruk yang dapat diangkut sekali jalan adalah 75 kilogram. Per
harinya kegiatan pengangkutan menghabiskan 3,5 liter bensin seharga Rp
4.500,00 per liter. Sedangkan pada saluran 5 dan 6, petani tidak mengeluarkan
biaya pengangkutan, karena biaya tersebut ditanggung oleh pembeli atau
konsumen. Biaya pengangkutan pada saluran 1 lebih besar dibandingkan dengan
saluran lainnya, sebab jeruk yang didistribusikan melalui saluran 1 dibeli oleh
pembeli luar kota dan tujuan penjualannya ke luar kota, sedangkan saluran lainnya
dibeli oleh pembeli atau konsumen lokal dan tujuan penjualannya hanya pada
pasar lokal.
6.4.3. Biaya Pengemasan
Biaya pengemasan merupakan biaya yang dikeluarkan oleh lembaga
pemasaran untuk menjaga kualitas jeruk. Selain itu, agar jeruk tetap dalam
keadaan baik. Biaya pengemasan pada saluran 1, yang dikeluarkan oleh pedagang
besar melalui pedagang pengumpul berupa pembelian peti kayu dan paku. Peti
kayu dibeli dengan harga Rp 20.000,00 per peti dan paku Rp 360.000,00 setiap
proses pengemasan. Sehingga biaya pengemasan yang dikeluarkan adalah sebesar
Rp 460,00 per kilogram. Pedagang pengecer lokal maupun non lokal
mengeluarkan biaya pengemasan untuk kantong plastik sebesar Rp 75,00 per
kilogram. pedagang pengecer pasar pada saluran 3, hanya mengeluarkan biaya
pengemasan sebesar Rp 2,50 per kilogram. Sebab pada saluran ini pembelian
dilakukan oleh pedagang pengecer pinggir jalan, sehingga pengemasan tidak
menggunakan kardus, akan tetapi hanya menggunakan kantong plastik besar.
Bahkan terkadang pembeli sendirilah yang menyediakan pengemasnya. Kemudian
pedagang pengecer lokal lainnya mengeluarkan biaya pengemasan untuk kardus
serta lakban, sebesar Rp 1.373,33 per kilogram. Biaya pengemasan merupakan
biaya yang paling besar dikeluarkan khususnya bagi pedagang pengecer.
79
80
penyusutan juga ditanggung oleh pedagang besar dan pedagang pengecer non
lokal. Biaya penyusutan yang ditanggung oleh pedagang besar adalah Rp 64,00
per kilogram. Sedangkan pedagang pengecer non lokal menganggung biaya
penyusutan yang lebih besar yaitu Rp. 104,00. Hal ini terjadi karena saat di tangan
pedagang pengecer non lokal, jeruk telah dipanen paling sedikit tiga hari
sebelumnya. Hal ini menyebabkan jeruk telah mengalami penurunan kualitas.
6.4.6. Biaya Retribusi
Biaya yang dikeluarkan untuk membayar retribusi pada saluran 2 dan 4
dikeluarkan oleh pedagang pengecer yang berjualan di pasar. Besarnya biaya
tersebut adalah Rp 21,31 per kilogram. Dimana per harinya pedagang pengecer
pasar harus mengeluarkan biaya retribusi sebesar Rp 1.000,00, sedangkan volume
penjualan rata-rata per hari adalah 46,93 kilogram.
Pada saluran 1, pedagang pengumpul mengeluarkan biaya retribusi saat
akan melakukan pengiriman menggunakan kapal laut sebesar Rp 900.000,00 per
truk. Sebuah truk dapat mengangkut 200 peti jeruk. Kemudian setelah tiba di
pelabuhan tujuan, pedagang besar kembali mengeluarkan biaya sebesar Rp
300.000,00 per container, sehingga total biaya retribusinya adalah Rp 120,00 per
kilogram. Selanjutnya, pedagang pengecer non lokal mengeluarkan biaya retribusi
pada saat berjualan di pasar daerah tersebut. Besarnya biaya retribusi yang
dikeluarkan oleh pedagang pengecer non lokal adalah Rp 50,00 per kilogram.
6.4.7. Biaya Komunikasi dan Biaya Timbang
Biaya komunikasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pedagang
pengumpul untuk menghubungi petani dan pedagang besar. Biaya ini berguna
untuk mendukung proses pembelian dan penjualan agar dapat berjalan dengan
lancar. Besarnya biaya komunikasi yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul
adalah Rp 3,00 per kilogram. Sedangkan biaya timbang hanya dikeluarkan oleh
pedagang pengecer non lokal sebesar Rp 120,00 per kilogram.
6.4.8. Margin Pemasaran
Banyak peneliti menggunakan analisis margin pemasaran sebagai
indikator efisiensi operasional dalam sistem pemasaran (Asmarantaka 2009).
Margin pemasaran terbesar pada sistem pemasaran jeruk siam di Kampung Wadio
81
terdapat pada saluran 1 yaitu sebesar Rp 7.000,00 per kilogram, dengan total biaya
pemasaran adalah Rp 2.902,00 per kilogram dan total keuntungan Rp 4.098,00 per
kilogram. Margin terbesar terdapat pada pedagang pengecer yaitu sebesar Rp
4.400,00 per kilogram. Pada saluran 2, total margin yang dikeluarkan oleh
lembaga pemasaran yang ada adalah Rp 3.266,67 per kilogram, dengan total biaya
pemasaran adalah Rp 2.108,54 per kilogram dan total keuntungan Rp 1.158.13 per
kilogram. Margin pemasaran terkecil terdapat pada saluran 3, yaitu sebesar Rp
1.166,67, dengan total biaya pemasaran sebesar Rp 142,07 per kilogram dan total
keuntungan sebesar Rp 1.024,60 per kilogram. Pada saluran 4, total margin
pemasaran adalah Rp 2.888,89 per kilogram, dengan total biaya pemasaran Rp
2.032,33 per kilogram dan total keuntungan sebesar Rp 856,56 per kilogram.
Sedangkan pada saluran 5, total margin pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga
pemasaran yang terlibat adalah Rp 2.225,00 per kilogram, dengan total biaya
pemasaran Rp 1.881,24 per kilogram dan total keuntungan sebesar Rp 343,76 per
kilogram. Besarnya margin pemasaran pada setiap saluran pemasaran berbedabeda. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan harga beli dan perlakuan yang
dilakukan. Selain itu, hal ini disebabkan juga oleh pengambilan keuntungan yang
tidak merata pada masing-masing lembaga pemasaran. Sedangkan pada saluran 6,
besarnya margin pemasaran adalah nol. Karena saluran ini merupakan saluran
tingkat nol, dimana petani langsung menjual kepada konsumen. Sehingga, dari
tabel margin pemasaran, dapat disimpulkan bahwa semakin panjangnya dan
banyaknya perlakuan, maka margin pemasarannya pun akan semakin besar.
82
Tabel 21. Margin Pemasaran Jeruk di Kampung Wadio, Distrik Nabire Barat,
Kabupaten Nabire, Papua Tahun 2011 (Rp/Kg)
Saluran Pemasaran
Uraian
Nilai (Rp/kg)
Harga Jual Petani
3.000
3.500
3.500
4.333,33
4.541,67
3.460
Ped. Pengumpul
Harga beli
3.000
Biaya pemasaran
559
Keuntungan
241
Marjin
800
3.800
3.800
1.664
136
1.800
5.600
5.600
679
3.721
4.400
10.000
3.500
142,07
1.024,60
1.166,67
4.666,67
3.500
142,07
1.024,60
1.166,67
4.666,67
4.333,33
2.032
857
2.888,89
7.222,22
4.541,67
1.881,24
343,76
2.225,00
6.766,67
4.666,67
1.966
134
2.100
6.766,67
Harga jual
Pedagang Besar
Harga beli
Biaya pemasaran
Keuntungan
Marjin
Harga jual
Pedagang Pengecer 1
Harga beli
Biaya pemasaran
Keuntungan
Marjin
Harga jual
Pedagang Pengecer 2
Harga beli
Biaya pemasaran
Keuntungan
Marjin
Harga jual
2.902
2.108,54
142,07
2.032,33
1.881,24
Total keuntungan
4.098
1.158.13
1.024,60
856,56
343,76
Total marjin
7.000
3.266,67
1.166,67
2.888,89
2.225,00
83
menyatakan bahwa pada saluran 6, petani memperoleh sebanyak 100 persen dari
harga yang dibayar konsumen, yaitu sebesar Rp 3.460,00 per kilogram jeruk siam.
Pada saluran 1 besarnya farmers share adalah 30 persen, hal ini berarti petani
memperoleh bagian 30 persen dari harga yang diterima oleh konsumen. Pada
saluran 2, petani memperoleh bagian sebesar 51,72 persen dari harga yang
diterima oleh konsumen. Pada saluran 3, petani meperoleh bagian sebesar 75
persen dari harga yang diterima oleh konsumen. Sedangkan pada saluran 4 dan 5,
petani mendapatkan bagian masing-masing sebesar 60 persen dan 67,12 persen
dari harga yang diterima oleh konsumen. Walaupun persentase farmers share
terbesar terdapat pada saluran 6, tidak dapat dikatakan bahwa saluran 6
merupakan saluran yang paling efisien dibandingkan dengan saluran lainnya. Hal
ini disebabkan karena, lembaga pemasaran atau perantara tidak terlibat dalam
saluran ini. Sehingga pada saluran ini tidak dilakukan fungsi-fungsi pemasaran
yang dapat meningkatkan nilai tambah pada komoditi jeruk siam tersebut. Oleh
sebab itu, berdasarkan nilai farmers share maka saluran 3 merupakan saluran
yang paling efisien karena memiliki nilai farmers share yang paling besar yaitu
sebesar 75 persen.
Tabel 22. Analisis Farmer's Share pada Saluran Pemasaran Jeruk di Kampung
Wadio Tahun 2011
Saluran Pemasaran
Harga di Tingkat
Farmer's Share
(%)
3.000,00
Konsumen (Rp/kg)
10.000,00
II
3.500,00
6.766,67
51,72
III
3.500,00
4.666,67
75,00
IV
4.333,33
7.222,22
60,00
4.541,67
6.766,67
67,12
VI
3.460,00
3.460,00
100,00
30,00
84
kuantitatif dapat
Lembaga Pemasaran
Saluran 1
Pedagang pengumpul
Pedagang Besar
Keuntungan (Rp/kg)
Biaya (Rp/kg)
pada
Lembaga
241,00
136,00
559,00
136,00
0,43
1,00
Pedagang Pengecer
3.720,88
679,12
5,48
Total
4.097,88
1.374,12
2,98
1.024,60
133,53
1.158,13
142,07
1.966,47
2.108,54
7,21
0,07
0,55
Pengecer pasar
1.024,60
142,07
7,21
Total
1.024,60
142,07
7,21
Saluran 4
Pengecer keliling
856,56
2.032,33
0,42
Total
856,56
2.032,33
0,42
343,76
1.881,24
0,18
Total
343,76
1.881,24
0,18
Saluran 2
Pengecer pasar
Pengecer pinggir jalan
Total
Saluran 3
Saluran 5
85
86
sehingga biaya yang telah dikeluarkan tidak memberikan keuntungan bagi pelaku
pemasaran tersebut. Bila melihat penyebaran harga yang diterima oleh konsumen
kepada biaya pemasaran, pada saluran 1 harga yang diterima oleh konsumen tidak
tersebar secara merata. Sebab pada saluran 1, pedagang pengecer mengambil
keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan pedagang pengumpul dan
pedagang besar. Hal yang sama juga terjadi pada saluran 2, pembagian
keuntungan tidak dilakukan secara merata. Oleh sebab itu, saluran 1 dan 2 dapat
dikatakan kurang efisien.
6.7. Efisiensi Pemasaran
Tingkat efisiensi pemasaran diukur berdasarkan hasil analisis margin,
farmers share dan rasio keuntungan terhadap biaya. Saluran pemasaran yang
efisien berdasarkan analisis margin pemasaran adalah saluran yang memiliki nilai
margin paling rendah. Berdasarkan keenam saluran yang ada, saluran yang
memiliki nilai margin terkecil adalah saluran 3, yaitu sebesar Rp 1.167,00.
Tingkat efisiensi berdasarkan farmer's share adalah saluran yang memiliki nilai
farmer's share terbesar. Nilai farmer's share terbesar terdapat pada saluran 3
dengan nilai farmer's share sebesar 75 persen, karena pada saluran 6 tidak
dilakukan fungsi-fungsi pemasaran yang memberikan nilai tambah bagi komiditi
jeruk tersebut dan petani menjual langsung kepada konsumen sehingga tidak
melibatkan lembaga pemasaran. Hal ini berarti petani memperoleh bagian
sebanyak 75 persen dari harga beli yang diterima konsumen akhir. Berdasarkan
analisis rasio keuntungan terhadap biaya, saluran pemasaran yang efisien adalah
saluran yang memiliki nilai rasio keuntungan terhadap biaya terbesar. Nilai rasio
keuntungan terhadap biaya terbesar diperoleh pada saluran 3, yaitu sebesar 7,21.
Hal ini mengindikasikan bahwa usaha pada saluran 3 menguntungkan (Tabel 24).
87
Tabel 24. Analisis Efisiensi Saluran Pemasaran Jeruk Siam di Kampung Wadio
Tahun 2011
Saluran
Pemasaran
Farmer's Share
(%)
Margin (Rp)
Rasio keuntungan
terhadap biaya
7.000,00
30,00
2,98
II
3.267,00
51,72
0,55
III
1.167,00
75,00
7,21
IV
2.889,00
60,00
0,42
2.225,00
67,12
0,18
VI
100,00
0,00
88
7.2. Saran
Saluran pemasaran ketiga merupakan saluran yang paling efisien, sehingga
petani dapat memaksimalkan penjualan pada saluran tersebut agar tercapai sistem
pemasaran yang lebih efisien. Pedagang pengumpul pada saluran pertama
sebaiknya meningkatkan volume penjualan atau memperluas pasar tujuan, sebab
apabila saluran tersebut dioptimalkan maka diharapkan
dapat meningkatkan
90
DAFTAR PUSTAKA
Agromedia. 2009. Budidaya Tanaman Buah Unggul Indonesia. Jakarta: PT.
Agromedia Pustaka.
Asmarantaka RW. 2009. Pemasaran Produk-Produk Pertanian. Di dalam Bunga
Rampai Agribisnis Seri Pemasaran. Bogor: Departemen Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Nabire. 2009. Nabire Barat dalam Angka.
Nabire: BPS Kabupaten Nabire.
[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Papua. 2006 - 2010. Papua dalam Angka.
Jayapura: BPS Provinsi Papua.
Balai Kampung Wadio. 2011. Data Dasar Profil Kampung Wadio. Nabire: Balai
Kampung Wadio.
Carter WK. 2009. Akuntansi Biaya = Cost Accounting. Buku1. Ed ke-14. Jakarta:
Salemba Empat.
Dinas Pertanian Kabupaten Nabire. 2010. Pengembangan Tanaman Buah di
Provinsi Papua. Nabire: Dinas Pertanian Kabupaten Nabire.
Eryani Y. 2009. Analisis Pemasaran Mangga Gedong Gincu (Mangifera Indica
L.) di Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor. Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Herawati, 2005. Analisis Biaya Pemasaran dan Profitabilitas Berdasarkan Jenis
Produk pada PT. Tirta Eka Perkasa Semarang [Skripsi]. Jurusan Ekonomi.
Fakultas Ilmu Sosial. Univesitas Negeri Semarang.
Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium. Jakarta: Prentince
Hall Indonesia.
Kotler P, Amstrong G. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran, Edisi 21, Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Krisnamurti B. 2009. Pengembangan Agribisnis Buah Indonesia. Di dalam Bunga
Rampai Agribisnis Seri Pemasaran. Bogor: Departemen Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Kuntarsih, Sri. 2007. Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007: Pengelolaan Rantai
Pasokan Agribisnis Jeruk (Kasus Jeruk Siam Pontianak, Kab. Sambas).
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Balai Penelitian dan
pengembangan Pertanian.
Kurniawati SR. 2007. Analisis Sistem Pemasaran Buah Stroberi (Kasus di Desa
Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa
Barat). [Skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
92
LAMPIRAN
Oleh
No. Kuisioner
Nama Petani
Jenis Kelamin
Alamat
Umur
Status
Pendidikan
:
:
:
:
: ..Tahun
: a. Menikah
b. Belum Menikah
:
a. Tidak Sekolah
e. Diploma (D1/D2/D3)
b. SD
f. Sarjana (S1/S2/S3)
c. SMP
e. Lainnya
d. SMA/SMK
Kegiatan Usahatani
8. Sudah berapa lama anda melakukan kegiatan usahatani Jeruk Siam ?
94
11. Selain bertani Jeruk Siam, apakah anda mengusahakan jenis usaha pertanian
lain? (Ya/Tidak)
12. Jika Ya, jenis usaha pertanian apa yang anda usahakan, sebutkan
13. Luas lahan yang diusahakan/dimiliki = .m2
14. Luas
lahan
yang
diusahakan
untuk
usahatani
Jeruk
2
Siam?..............................m
15. Apakah status lahan yang diusahakan ? (sewa/milik sendiri/bagi
hasil/lainnya)
16. Pola bertanam (monokultur/tumpang sari)
17. Apakah tanaman Jeruk Siam selalu berbuah sepanjang tahun? (Ya/Tidak)
18. Jika Ya, bagaimana pola panen Jeruk Siam yang anda terapkan? ...........
harian/mingguan/bulanan; berapa jumlah hasil produksi/panen setiap kali
melakukan pemanenan? .Kg
19. Jika Tidak, pada bulan-bulan musim tanaman Jeruk Siam berbuah, bagaimana
pola
panen
Jeruk
Siam
yang
anda
terapkan?
.............
harian/mingguan/bulanan; berapa jumlah hasil produksi/panen setiap kali
melakukan pemanenan? .Kg
20. Apakah anda tergabung dalam kelompok tani Jeruk Siam ? (Ya/Tidak)
21. Jika tergabung dalam kelompok tani, apa alasan anda bergabung dalam
kelompok
tani
tersebut
?
Kg
yang
anda
terima?
95
Lembaga
pemasaran
Harga Jual
(Rp/Kg)
Jumlah
Penjualan
(Kg)
Sistem
Pembayaran
Pasar yang
dituju
Pedagang
Pengumpul
Pengecer
Konsumen Akhir
Tengkulak
Lainnya,
sebutkan..
30. Bagaimana cara menentukan harga jual?..................................
31. Apakah lembaga pemasaran (Pedagang pengumpul, Pengecer, Konsumen
akhir, Tengkulak, dll) mempunyai standar tertentu dalam melakukan pembelian
Jeruk Siam? (Ya/Tidak)
32. Apakah anda melakukan kerjasama atau kontrak tertentu dalam memasarkan
Jeruk Siam? (misalnya dengan sesama petani, pedagang pengumpul, dll)
(Ya/Tidak)
Jika Ya, apa alasan anda melakukan kerjasama?
...............................................................................................................
Apakah anda telah mengetahui informasi tentang pasar Jeruk Siam? (Ya/Tidak)
33. Dari
mana
anda
memperoleh
informasi
pasar?.........................................................
34. Jika ada berapa jumlah biaya pemasaran yang anda keluarkan setiap kali
panen?
a. Biaya tenaga kerja
: Rp. ..
b. Biaya Pengangkutan : Rp. ..
c. Biaya Pengemasan : Rp. ..
d. Biaya Penyimpanan : Rp. ..
e. Biaya Penyusutan
: Rp. ..
f. Biaya bongkat muat : Rp. ..
g. Biaya Sortir
: Rp. ..
h. Retribusi
: Rp. ..
i. Biaya lain-lain
: Rp. ..
35. Bagaimana
sistem
pemasaran
yang
dilakukan?..........................................................
36. Permasalahan apa yang anda alami dalam kegiatan pemasaran Jeruk Siam?
Terima Kasih
96
Oleh
No. Kuisioner
Nama Petani
Jenis Kelamin
Alamat
Umur
Status
Pendidikan
:
:
:
:
: ..Tahun
: a. Menikah
b. Belum Menikah
:
a. Tidak Sekolah
e. Diploma (D1/D2/D3)
c. SD
f. Sarjana (S1/S2/S3)
c. SMP
e. Lainnya
d. SMA/SMK
8. Klasifikasi pedagang : a. Pengumpul desa
d. Pengecer
b. Pengumpul Kecamatan
e.
Lainnya,
sebutkan..
c. Pedagang Besar
9. Nama lembaga
: ..
10. Bentuk lembaga
: a. Perorangan
c. Firma
b.
Koperasi d.
Lainnya,
sebutkan..
11. Tahun mulai beroperasi : .
12. Pekerjaan utama
: .
13. Pekerjaan sampingan
: .
14. Apakah anda melakukan kemitraan atau kerjasama? (Ya/Tidak)
97
No.
Nama Mitra
Jenis Kemitraan
11
12
Volume
22. Apakah anda menerapkan suatu standar mutu, dan apakah ada sistem kontrak
tertentu dalam pembelian Jeruk Siam? (Ya/Tidak)
23. Apabila diterapkan suatu standar mutu dan melakukan penyortiran, apakah
ada perbedaan harga berdasarkan mutu? (Ya/Tidak)
98
24. Jika diterapkan standar mutu dan melakukan kegiatan penyortiran terhadap
Jeruk Siam, bagaimana kelas mutu yang diterapkan?
Kelas
Ukuran Bentuk Fisik Ketuaan (%)
Kotoran
Tingkat
Mutu
Ketuaan
99
27. Kesulitan apa yang anda alami dalam proses pembelian Jeruk Siam sampai
saat
ini?
..
Sistem Penjualan
28. Jenis komoditas apa yang anda jual?
No.
Komoditas
Volume
29. Apakah anda menerapkan suatu standar mutu, dan apakah ada sistem kontrak
tertentu dalam penjualan Jeruk Siam?
30. Apabila diterapkan suatu standar mutu dan melakukan penyortiran, apakah
ada
perbedaan
harga
berdasarkan
mutu...
31. Jika diterapkan standar mutu dan melakukan kegiatan penyortiran terhadap
Jeruk Siam, bagaimana kelas mutu yang diterapkan?
Kelas
Ukuran Bentuk Fisik Ketuaan (%)
Kotoran
Tingkat
Mutu
Ketuaan
100
101
34. Biaya dari kegiatan pemasaran yang ditanggung, baik dari proses pembelian
dan proses penjualan.
No.
Jenis Kegiatan
Biaya (Rp)
1
Pengangkutan
2
Pengemasan
3
Retribusi
4
Penyusutan
5
6
Aspek Pembiayaan Usaha
35. Apakah anda pernah menerima bantuan kredit/modal? (Ya/Tidak)
36. Jika pernah, sebutkan:
a. Dari siapa: .
b. Jenis kredit/bantuan yang didapat : ..
c. Jumlah kredit/bantuan yang didapat : .
d. Tingkat bunga kredit/pinjaman:
e. Jangka waktu pengembalian : .
f. Besar angsuran kredit per bulan : ..
37. Apakah kredit/bantuan tersebut meningkatkan usaha anda? (Ya/Tidak)
38. Apakah ada perjanjian / ketentuan dengan pemberi kredit/bantuan mengenai
cara/aturan dalam pembelian maupun penjualan komoditas Jeruk Siam?
(Ya/Tidak)
39. Jika Ya, bisa anda jelaskan?
..
40. Kesulitan apa yang anda alami dalam proses pemasaran Jeruk Siam sampai
saat
ini?
.
41. Harapan anda mengenai pemasaran Jeruk Siam?
Terima Kasih
102
Rata-rata (Rp/kg)
Pedagang Pengumpul
1. Biaya pengemasan
436,00
2. Biaya komunikasi
3,00
3. Biaya Retribusi
120,00
Jumlah
559,00
Pedagang Besar
1. Biaya Tenaga Kerja (angkut, muat)
2. Biaya Penyimpanan (sewa container)
100,00
1.000,00
3. Biaya Pengangkutan
300,00
200,00
5. Biaya Penyusutan
Jumlah
64,00
1.664,00
Pedagang Pengecer
1. Biaya Pengangkutan
250,00
2. Biaya Sortasi
100,00
100,00
4. Biaya Retribusi
50,00
5. Biaya Pengemasan
75,00
6. Biaya Penyusutan
104,00
7. Biaya Timbang
120,00
Jumlah
679,00
103
Biaya (Rp/kg)
95,89
2. Biaya Retribusi
21,31
3. Biaya Pengemasan
2,50
4. Biaya Penyusutan
22,00
Jumlah
142,00
95,89
2. Biaya Sortasi
106,54
3. Biaya Pengemasan
1.741,67
4. Biaya Penyusutan
22,00
Jumlah
1.966,00
Biaya (Rp/kg)
95,89
2. Biaya Retribusi
21,31
3. Biaya Pengemasan
2,50
4. Biaya Penyusutan
22,00
Jumlah
142,00
104
Biaya (Rp/kg)
210,00
2. Biaya Sortasi
66,67
3. Biaya Pengemasan
1.741,67
4. Biaya Penyusutan
14,00
2.032,00
Jumlah
Lampiran 7. Komponen Biaya Pemasaran Jeruk pada Saluran 5
Biaya
Biaya (Rp/kg)
95,89
106,54
1.741,67
22,00
1.966,00
105
Fungsi
Pemasaran
Pedagang
Petani
Pedagang
Saluran 2
Pengecer
non
lokal
Petani
Pengecer
Pasar
Saluran 3
Pengecer
Pinggir
Jalan
Petani
Saluran 4
Pengecer
Pasar
Saluran 5
Pengecer
Petani
Keliling
Saluran 6
Petani
Pengecer
Pinggir
Jalan
Petani
Pengumpul
Besar
Fungsi Pertukaran
Pembelian
Penjualan
Fungsi Fisik
Pengangkutan
Pengemasan
Penyimpanan
Fungsi Fasilitas
Penanggungan risiko
Pembiayaan
Sortasi
Grading
Informasi pasar
Keterangan:
= melakukan fungsi pemasaran
- = tidak melakukan fungsi pemasaran
106
Lampiran 9. Luas Tanam, Panen dan Produksi jeruk di Beberapa Distrik di Kabupaten Nabire Tahun 2006 - 2009
No.
Distrik
2006
LT
LP
2007
Prod
LT
LP
2008
Prod
LT
LP
2009
Prod
LT
Nabire
80
80
80
63
Makimi
49
40
40
36
Wanggar
55
Nabire Barat
179
209
226
242
Jumlah
308
156
6240
329
227
9080
346
238
9520
396
LP
246
Prod
9840
107
Lampiran 10. Analisis Usahatani Jeruk Per Hektar di Kabupaten Nabire Tahun 2010
Biaya Satuan
No
Uraian
Jumlah
(Rp)
A.
Sewa tanah
Peralatan
Volume
1 ha
3.000.000
II
III
IV
VI
VII
VIII
IX
3.000.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
30.000.000
a. Hand Sprayer
2 unit
450.000
900.000
900.000
b. Sekop
5 buah
75.000
375.000
375.000
c. Parang
5 buah
125.000
625.000
625.000
d. Gunting Pangkas
2 buah
100.000
200.000
200.000
1 unit
4.000.000
4.000.000
4.000.000
9.100.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
36.100.000
Subtotal
3.000.000
Input
Sarana Produksi
Bibit
400 ph
20.000
8.000.000
8.000.000
Pupuk kandang
2000 kg
1.000
2.000.000
2.500.000
3.250.000
3.500.000
3.500.000
4.000.000
4.000.000
4.000.000
4.000.000
4.000.000
34.750.000
Pembelian ajir
400 btg
2.000
800.000
Pupuk
a. Urea
300 kg
2.000
600.000
200.000
250.000
250.000
250.000
300.000
300.000
300.000
300.000
300.000
3.050.000
b. TSP
200 kg
2.000
400.000
200.000
250.000
250.000
250.000
300.000
300.000
300.000
300.000
300.000
2.850.000
c. KCL
200 kg
3.500
700.000
175.000
265.000
265.000
265.000
350.000
350.000
350.000
350.000
350.000
3.421.500
300.000
300.000
400.000
400.000
500.000
500.000
600.000
600.000
600.000
4.200.000
3.375.000
4.315.500
4.665.500
4.665.500
5.450.000
5.450.000
5.550.000
5.550.000
5.550.000
57.071.500
2.000.000
d. Pestisida
Subtotal
II
Tenaga Kerja
Pengolahan lahan
12.5000.000
40 HOK
50.000
2.000.000
108
15 HOK
50.000
750.000
Penanaman
10 HOK
50.000
500.000
Penyiangan/bumbun
15 HOK
50.000
750.000
1.000.000
1.000.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
11.5000.000
Pemupukan
10 HOK
50.000
500.000
750.000
750.000
750.000
750.000
750.000
750.000
750.000
750.000
750.000
7.250.000
Penyemprotan
10 HOK
50.000
500.000
750.000
750.000
750.000
750.000
750.000
750.000
750.000
750.000
6.500.000
Pemangkasan
5 HOK
50.000
Perbaikan drainase
10 HOK
50.000
12 HOK
50.000
Subtotal
Total biaya produksi
500.000
-
300.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
750.000
500.000
300.000
10.500.000
600.000
500.000
550.000
550.000
600.000
600.000
600.000
600.000
4.600.000
4.500.000
2.750.000
4.650.000
4.500.000
4.550.000
4.550.000
4.600.000
4.600.000
4.600.000
4.600.000
43.900.000
26.100.000
9.125.000
11.965.500
12.165.500
12.215.500
13.000.000
13.050.000
13.150.000
13.150.000
13.150.000
137.071.500
4.000
4.800
6.000
6.800
8.000
10.000
12.000
16000
67600
C.
Output
Produksi (ton)
5.000
5.000
5.000
5.000
5.000
5.000
5.000
5.000
5.000
Nilai produksi
20.000.000
24.000.000
30.000.000
34.000.000
40.000.000
50.000.000
60.000.000
80.000.000
338.000.000
Keuntungan
8.034.500
11.834.500
17.784.500
21.000.000
26.950.000
36.850.000
46.850.000
66.850.000
200.928.500
669.542
986.208
1.482.042
1.750.000
2.245.833
3.070.833
3.904.167
5.570.833
16.744.042
109
110